Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa

(1)

TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA

Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti

Senen Jakarta Pusat

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

Asep Ahmad Yani 809011000159

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat.

Kata Kunci : Hukuman, Proses Penerapan, Tingkah Laku Siswa

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) bagaimana proses pembelajaran yang dialami siswa dapat berjalan dan berhasil dengan baik sehingga sesuai dengan tujuan pendidikan, (2) bagaimana dampak psikologis siswa atas penerapan suatu hukuman sebagai salah satu alat pendidikan di sekolah, dan (3) bagaimana konsistensi sekolah menggunakan hukuman dalam meningkatkan disiplin siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara penerapan hukuman di sekolah terhadap tingkah laku siswa, dan seberapa besar pengaruh itu terhadap tingkah laku siswa, serta apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penhelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh hukuman dengan terhadap tingkah laku siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,450 dan termasuk dalam kategori sedang atau cukup (nilai r hitung pada rentang 0,40 – 0,70).Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup dan signifikan antara hukuman dengan pembentukan tingkah laku siswa di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat.


(6)

v

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah „Azza wa Jalla, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya, serta atas iradah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para pengukut setianya hingga akhir jaman.

Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sinilah, penulis mendapatkan pengalaman berharga pertama kalinya dalam penulisan karya ilmiah,yang secara jujur, penulis akui bahwa pekerjaan ini tidak akan dapat selesai sesuai aturan yang ada tanpa bantuan pihak-pihak terkait.Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan untaian kalimat syukur dan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Bapak Prof. Dr. H. Syauqi Rif’at Nawawi, M.A.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. sekaligus selaku pembimbing skripsi penulis yang dengan kewsabaran dan ketelitiannya.

3. Segenap dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ide dan pemahamannya, serta berbagai pelayanan selama melaksanakan studi.

4. Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam merekomendasikan dan menyediakan sumber-sumber bacaan.


(7)

vi

saat ini.

6. Isteri tercinta dan buah hati tersayang Ahmad Kemal yang telah memberikan motivasi dan semangat terhadap penulis untuk terus belajar. 7. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala jenis bantuannya yang sangat berharga dan berkesan bagi penulis, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Atas segala kontribusinya yang telah diberikan kepada penulis, semoga semua itu akan bernilai ibadah yang Allah swt. akan lipatgandakan ganjaran kebaikannya, amin.

Jakarta, Juni 2012

Penulis,

ASEP AHMAD YANI


(8)

vii

Hal

Halaman Judul ……….. i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi………. ii

Lembar Pengesahan ……….. iii

Abstrak ………. v

Kata Pengantar ………. vi

Daftar Isi ……….. viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Pembatasan Masalah ………. 6

D. Rumusan Masalah ………. 6

E. Tujuan Penelitian ……… 6

F. Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ……… 7

1. Hukuman ……….. 7


(9)

viii

c. Tujuan, Teori, dan Fungsi Hukuman ………. 10

d. Prinsip dan Syarat-syarat Hukuman ……… 12

e. Macam-macam Hukuman dalam Pendidikan ………. 16

2. Tingkah Laku ……….. 17

a. Pengertian Tingkah Laku ……… 17

b. Macam-macam Tingkah Laku ……… 19

c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tingkah Laku ………. 20

B. Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa ……… 23

C. Kerangka Berfikir ……… 26

D. Hipotesis Penelitian ……… 27

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 28

B. Metode Penelitian ……… 28

C. Populasi dan Sampel ……… 28

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 29

E. Tehnik Analisis ……… 29


(10)

ix

A. Gambaran Umum SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat …… 32

1. Sejarah Berdirinya SDIT Meranti Jakarta Pusat ……… 32

2. Profil SDIT Meranti ……… 34

3. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ……… 35

4. Sarana dan Prasarana……… 37

5. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ………. 38

6. Tata Tertib SDIT Meranti ……… 40

7. Struktur organisasi……… 46

B. Analisis Data……….. 47

C. Pengujian Hipotesisi Penelitian ……… 68

D. Pembahasan Hasil Penelitian………. 71

E. Keterbatasan Penelitian ……… 73

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan . ………. 74

B. Implikasi ……… 74

C. Saran ………. 75

DAFTAR PUSTAKA ……… 77


(11)

x

Tabel 1 Populasi dan sampel siswa yang mengikuti pembelajaran pada SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat ...

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ...

Tabel 3 Tabel Interprestasi Nilai “r” ... Tabel 4 Keadaan Guru SDIT Meranti, Senen, Jakarta Pusat ...

Tabel 5 Keadaan Siswa ...

Tabel 6 Sarana dan Prasana SDIT Meranti, Senen Jakarta Pusat ...

Tabel 7 Tentang Rukun Iman Itu Ada 6 ...

Tabel 8 Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT ...

Tabel 9 Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari ...

Tabel 10 Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam...

Tabel 11 Ajaran Islam tentang anjuran bershodaqoh ...

Tabel 12 Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari ...

Tabel 13 Hormat kepada orang tua ...

Tabel 14 Sikap berbakti kepada orang tua dan guru ...

Tabel 15 Hormat kepada orang tua ...


(12)

xi

Tabel 18 Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapihan di

rumah ...

Tabel 19 Sikap dan tindakan siswa ketika melihat perselisihan diantara temannya ...

Tabel 20 Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT ...

Tabel 21 Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat ...

Tabel 22 Kegiatan kerja bakti (Kebersihan missal) di sekolah ...

Tabel 23 Partisipasi Dalam Pengumpulan Infak Rutin Setiap Hari Jum’at ... Tabel 24 Menghormati tamu yang datang ke rumah ...

Tabel 25 Menjaga ketertiban di kelas dalam proses belajar mengajar ...

Tabel 26 Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah...

Tabel 27 Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah...

Tabel 28 Perhitungan untuk Data Variabel Y dari hasil Penyebaran Angket ...

Tabel 29 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X (Kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan Variabel Y (pembentukan kepribadian siswa) ...


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu pada umumnya membutuhkan pendidikan, karena dengan pendidikan kehidupan manusia akan dapat mengalami kemajuan. Dengan pendidikan pula seseorang bisa mulia dan diterima oleh masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseorang makin baik masa depannya. Bahkan setiap warga negara dituntut menjalani pendidikan seumur hidup (life long education). Dalam dunia yang dinamis, setiap masyarakat selalu mengalami perubahan, bila tidak turut berubah dan tidak turut mengikuti pertukaran zaman, masyarakat tersebut dapat mengalami ketertinggalan dalam segala seginya.

Suatu bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan pendidikan, maka bangsa Indonesia pun sejak kemerdekaan sangat memperhatikan pendidikan sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia seperti yang tercantum pada alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, Pemerintah Negara Indonesia antara lain, berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, pada pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Pasal 31 Ayat (2) yang berbunyi bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Untuk maksud itu, UUD 1945 Pasal 31 Ayat (3) mewajibkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur melalui UU No.20 Th 2003, Pasal 3.Tentang Sistem Pendidikan Nasional1

Pada prinsipnya belajar bukan hanya sekedar menghafalkan fakta-fakta atau mengerjakan tugas. Belajar juga bukan sekedar mencari pengalaman, belajar adalah suatu proses dan berlangsung secara aktif dan integratif dengan


(14)

menggunakan berbagai macam bentuk aktifitas untuk mencapai tujuan.

Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam arti faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal dalam arti faktor yang berasal dari luar diri siswa.2

Belajar, seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Sebagian orang beranggapan belajar itu adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang berasumsi demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan dari sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh gurunya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok yaitu berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung kepada proses belajar yang dialami siswa. Pendidikan di sekolah memerlukan kerja sama antar berbagai pihak, yaitu antara orang tua, guru, administrator dan konselor sekolah, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan pemerintah. Kerja sama itu meliputi berbagai kegiatan misalnya penentuan tujuan pengajaran, bahan pengajaran, proses pengajaran, sarana pengajaran, pengadaan alat pendidikan dan lain-lain. Hukuman merupakan salah satu dari sekian banyak alat pendidikan yang dapat menunjang kelancaran proses pelaksanaan pendidikan. Muhammad Qutb menyatakan: "Apabila teladan tidak mampu dan begitupun nasehat, maka harus diadakan tindakan tegas, tindakan tegas itu adalah hukuman".3

Secara umum tujuan hukuman adalah untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku siswa ke arah kebaikan dan yang bersangkutan menyesali serta menyadari perbuatan salah yang telah dilakukannya, kendatipun pada dasarnya hukuman

2 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-l,h.59

3 M. Qutb, Sistem Pendidikan Islam, Alih Bahasa, Salman Harun, (Bandung: Al-Ma'arif, 1993). Cet.ke-3, h. 34


(15)

tersebut kurang disenangi oleh siswa, karena dampak yang ditimbulkannya pun bisa positif dan bisa pula negatif. Seorang guru apabila memberikan hukuman dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan kejiwaan siswa dan kesesuaian antara berat dan ringannya pelanggaran dengan hukuman yang diberikan, besar kemungkinan akibat yang ditimbulkannya pun akan negatif. Begitu juga halnya apabila guru tersebut tidak memiliki sifat sabar, adil dan pemaaf dalam memberikan hukuman. Charles Schaefer mengemukakan bahwa " Penggunaan hukuman yang terlalu sering, apabila hukuman itu keras bisa menimbulkan resiko yang berbahaya, yaitu merendahkan harga diri siswa, menyebabkan yang bersangkutan timbulnya rasa takut, kecemasan, perasaan salah, dan bermusuhan terhadap yang menimpakan hukuman.4

Hukuman akan berpengaruh positif apabila hukuman itu bermakna mendidik untuk mencapai ke arah kedewasaan dan dapat dipertanggung jawabkan, seperti pendapat Langeveld sebagai berikut "Supaya suatu hukuman dapat dipertanggung jawabkan dan penderitaan yang ditimbulkannya mempunyai nilai paedagogis, maka hukuman itu harus membantu anak menjadi dewasa dan dapat berdiri sendiri".

Dampak yang ditimbulkan oleh hukuman kepada siswa yang menerima adalah sebagai ganjaran atas perbuatannya yang salah dan keliru, dan ia berusaha untuk memperbaiki dan memperkuat keinginan untuk berbuat kebaikan.

Melihat anak berbuat salah, orang tua di rumah ataupun guru sering tak kuasa untuk tidak memberikan hukuman badan kepadanya. Padahal, hukuman fisik atau badan dilarang, karena sering berdampak buruk. Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut oleh setiap guru.

Sekitar tahun 1960-an atau 1970-an, masih banyak orang tua yang menghukum anak dengan sebilah rotan atau sapu, hanya gara-gara anak memecahkan piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Atau kalau di sekolah, ada guru yang menghukum siswa push up sampai pucat pasi lantaran terlambat datang. Mereka pikir, siswa akan

4Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, Turmun


(16)

bakal jera melakukan kesalahan yang sama. Kini hukuman badan justru sering digugat efektivitasnya oleh kalangan orang tua, para pendidik, maupun psikolog. Hukuman badan ada kalanya memang berdampak positif. Namun terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif.

Secara filosofis, orang tua merasa bertanggung jawab untuk mendisiplinkan dan menghukum anaknya demi kebaikan anak yang bersangkutan sekarang dan kelak. Bahkan, secara tradisional pun hukuman badan telah diterima sebagai salah satu metode sangat efektif untuk mengendalikan dan mendisiplinkan siswa di sekolah. Hal ini didukung oleh masyarakat yang percaya bahwa hukuman badan penting untuk mencegah degradasi moral, baik dalam kalangan rumah tangga maupun masyarakat.

Di sekolah, hukuman badan masih sering digunakan. Banyak guru berpendapat, ketakutan siswa pada hukuman fisik akan menambah kekuatan atau kewibawaan guru. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dikendalikan. Namun, ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengendalikan tingkah laku siswa. Ada banyak metode yang bisa dipilih untuk menumbuhkan kepatuhan dan kedisiplinan. Namun, jika semua metode tersebut sudah tidak mempan, hukuman badan bisa dijadikan jalan terakhir untuk menumbuhkan kepatuhan.

Dengan demikian seorang guru dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk siswanya, tidak terkecuali orang tua. Sama halnya dengan alat-alat pendidikan yang lain. Berhasil dengan baik atau tidaknya suatu hukuman tergantung kepada pribadi guru yang bersangkutan dan siswa tersebut, bahan dan cara yang dipakai untuk menghukum siswa. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan siswa serta suasana atau situasi ketika hukuman itu diberikan. Oleh sebab itu, belum tentu dan bahkan tidak mungkin hukuman yang sama dilakukan oleh seorang terhadap beberapa orang lainnya menghasilkan akibat yang sama pula.

Oleh karena itu, dalam upaya menegakkan disiplin sekolah yang konsisten dan berkesinambungan kepada siswanya agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan semua pihak, perlu kiranya menerapkan suatu hukuman yang adil dan bijaksana bilamana terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan


(17)

siswanya. Berdasarkan penelitian awal di sekolah ini, maka penulis tertarik untuk menelitinya melalui skripsi dengan judul:

"Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa” Studi Kasus Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat”

B. Identifikasi Masalah

Tingkah laku siswa di sekolah memiliki mata rantai yang cukup dekat dengan penerapan hukuman. Dengan demikian, penerapan hukuman benar-benar harus mempertimbangkan berbagai aspek pada diri siswa, seperti, psikologis, psikis, lingkungan/situasi, dan waktu. Penerapan hukuman hendaknya harus memiliki tujuan yang luhur, yakni memperbaiki tingkah laku dan pada saat berikutnya, menjadikan siswa seorang yang senantiasa tertib, disiplin, dan patuh meski dalam keadaan seorang diri sekalipun. Kesadaran tentang arti penting sebuah hukuman menuntut pembinaan yang cukup lama. Sebab pembentukan pembiasaan-pembiasaan positif, berarti secara tidak langsung merubah sikap siswa yang justru jika salah akan berdampak merugikan siswa itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang dan kajian teoretik, tingkah laku siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

1. Faktor guru yang kurang memahami aspek kejiwaan siswa.

2. Faktor sifat guru yang tempramental dalam memberikan hukuman. 3. Faktor guru yang kurang memahami metode pemberian hukuman. 4. Faktor sikap siswa yang acuh tak acuh terhadap aturan dan hukum. 5. Faktor perkembangan informasi penegakkan hukum yang lemah dan

kompleks.

6. Faktor kesiapan sikap mental siswa dalam menerima atau menolak hukuman sekolah.


(18)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu, Apakah terdapat pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa di SDIT Meranti, Senen, Jakarta Pusat?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengkaji hubungan antara penerapan hukuman di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti terhadap perilaku siswa secara empirik berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Secara teoritis kedua variabel di atas diduga memiliki hubungan positif.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan bagi kepala sekolah dan guru di SDIT Meranti dalam menerapkan hukuman sebagai salah satu alat pendidikan yang lebih efektiv agar terciptanya sekolah yang tertib, disiplin, dan berwibawa. 2. Bagi orang tua, hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan dan

wawasan, yang kemudian dapat dicoba aplikasikan terhadap anaknya di dalam keluarga.

3. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar awal latihan dalam penelitian ilmiah selanjutnya.

4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program kebijakan terkait dengan pembinaan sekolah baik secara teknis edukasi maupun teknis administrasi.


(19)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hukuman

a. Pengertian Hukuman

Kata hukuman ditinjau dari segi bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar hukum dan mendapat akhiran “an”.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa hukum adalah suatu sistem aturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.Undang-undang, peraturan dan sebagainya dibuat untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat1.Menurut. P. Borst, hukum adalah "keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan”2

. Menurut J.C.T Simorangkir hukum adalah "himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat bersangkutan"3

Menurut istilah ahli Ushul Fiqh, Abdul al Karim Zaidan, sebagaimana dikutip Firdaus dalam bukunya “Ushul Fiqh”, hukum adalah: “Ketentuan Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf baik berupa tuntutan melakukan atau meninggalkan, atau pilihan, atau berupa ketentuan”4

Adapun kata hukuman bila ditinjau dari segi bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata azab. Sedangkan dari segi istilah (terminologi), terdapat bebcrapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian hukuman, diantaranya:

1

Depdiknas,,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka2007),Ed.3.h.401 2R.

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Sinar Grafika, 1996) h. 27

3 J.T.C. Simorangkir, Pelajaran Hukum, (Jakarta, Aksara Baru ,1980), Cet.III.H. 13

4 Firdaus, Ushul Fiqh, Metode mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif, (Jakarta: Zikrul Hakim,2004) Cet. I. h.236


(20)

1. Menurut Charles Schaefer hukuman ialah suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat kesalahan.5 2. Menurut M. Ngalim Purwanto, hukuman adalah: Penderitaan yang

diberikan atau yang ditimbulkan dengan sengaja (orang tua, guru dan sebagainya), sesudah terjadi pclanggaran, kejahatan atau kesalahan.6

3. Menurut Amir Daien Indrakusuma, hukuman adalah Tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sengaja dan sadar sehingga menimbulkan nestapa, dengan adanya nestapa ini anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.7

Dari beberapa definisi di atas terlihat adanya persamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda, namun pada prinsipnya mereka sepakat bahwa hukuman sebagai alat pendidikan. Di sini penulis menyimpulkan bahwa hukuman yang di maksud dari pendapat di atas adalah :

a. Hukuman, sedikit banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan b. Selalu bertujuan ke arah perbaikan

c. Dilakukan dengan sadar dan sengaja.

b. Dasar Hukum dalam AI-Qur'an dan Hadist 1). Dasar Al-Qur'an:















































"...wanita-wanita yang kamu khawatir nusuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur, pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah MahaTinggi lagi Maha Besar... " (Q.S. An-Nisa’4 :34).

5

Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, R.Turmun

6

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-17, h. 186

7


(21)













Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun dia akan melihat balasannya .(Q.S. Al-Zalzalah-99 : 8)

Ayat-ayat di atas selain mengakui keberadaan hukuman dalam rangka perbaikan umat manusia, juga menunjukkan hukuman itu tidak diberlakukan kepada semua manusia, melainkan khusus kepada mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran.Pelanggaran dimaksud adalah perbuatan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tata nilai yang diberlakukan dalam lingkungan hidupnya.

Kita mengetahui bahwa tiap kelompok kesatuan sosial sekecil apapun selalu mempunyai tata nilai atau peraturan-peraturan tertentu. Dan kewajiban anggota baru bagi kelompok sosial adalah menyesuaikan diri terhadap peraturan-peraturan tersebut dan setiap pelanggaran akan mengakibatkan gangguan bagi anggota kelompok bahkan kehidupan seluruh kelompok.

Demikian pula dengan kehadiran anak di sekolah. Di sekolah ia menjadi anggota baru bagi masyarakat sekolah, yaitu menjadi siswa. Di sekolah terdapat peraturan dan tata tertib yang berlaku baginya, dan bila ia tidak dapat menyesuaikan diri ia akan menjadi pelanggar tata tertib, pelanggaran menyebabkan adanya hukuman dan hukuman itu akibat dari siswa yang bersangkutan. Tata tertib di sekolah selalu dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu yung berpuncak kepada pemberian hukuman. Adanya hukuman itu tidak lain untuk menegakkan dan mengembangkan tata tertib sehingga tujuan pendidikan yang telah dirumuskan oleh suatu sekolah itu tercapai.

2). Dasar Al-Hadits


(22)

:Rasulullah Saw bersabda : Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dari tempat tidurnya. (H.R. Abu Daud)8

Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak harus disuruh menegakkan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan diberi hukuman apabila anak menolak perintah tersebut jika sudah sampai berusia sepuluh tahun, agar dengan hukuman pukul anak-anak sadar akan kesalahannya.

c. Tujuan, Teori dan Fungsi Hukuman 1) Tujuan Hukuman

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, setidaknya ada dua tujuan yang terkandung dalam memberikan hukuman:

a. Hukuman diberikan oleh karena adanya pelanggaran b. Hukuman diberikan dengau tujuan.9

Menurut Charles Schaefer, bahwa "tujuan jangka pendek dari hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, dan tujuan jangka panjangnya ialah untuk mengajar dan mendorong anak-anak menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah, agar dapat mengarahkan dirinya yaitu mematuhi aturan yang berlaku".10

2) Teori-Teori Dalam Menghukum

M. Ngalim Purwanto mengemukakan teori-teori tentang hukuman sebagai berikut:

a) Teori Pembalasan

Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam

8

Said Muhammad Allihham,Sunan Abi Daud,(Saudi Arabia: Daarul Fikri 1989), Jilid 1, Cet.1, h.119 9

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Rineka Cipta, 1991),Cet.I. h.150 10

Charles Schaefer,Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, R.Turmun Sirait, (Jakarta: Mitra Utama, 1996), Cet. VI, h 93


(23)

pendidikan di sekolah menurut kemauan guru, serta ada pertimbangan dari guru yang bersangkutan.

b) Teori Perbaikan

Menurut teori ini, hukuman itu diadakan untuk membasmi kejahatan.Maksudnya ialah untuk memperbaiki tingkah laku yang melanggar hukum, agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.Teori inilah yang bersifat paedagogis karena bermaksud memperbaiki tingkah laku yang melanggar aturan, baik lahiriah maupun batiniah.

c) Teori Perlindungan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.Dengan adanya hukuman ini masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan pelanggar. Di sekolah hukuman diadakan untuk perbaikan perilaku siswa yang tidak baik dan dapat menimbulkan rasa insaf bertanggung jawab atas perbuatannya.

d) Teori Ganti Kerugian

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita dari kejahatan-kejahatan dari pelaku pelanggaran itu.Hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat maupun pemerintahan. Dalam proses pendidikan teori ini masih belum cukup, sebab dengan hukuman semacam itu siswa mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa, karena kesalahannya telah terbayar dengan hukuman.

e) Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia berupaya tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan tersebut dan mau meninggalkannya. Juga teori ini masih membutuhkan “teori perbaikan”. Sebab, dengan teori


(24)

ini besar kemungkinan siswa akan meninggalkan perbuatan jelek hanya karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya memang terbentuk dari kata hatinya.11

Berdasarkan beberapa pendapat yang di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan atau maksud dari hukuman ialah mencegah dan mengoreksi anak sekaligus memberi kesadaran bagi anak untukmengenal dan mengetahui kesalahannya dan mau memperbaiki tabi'at dan tingkah laku kesehariannya di sekolah.

3) Fungsi Hukuman

Fungsi hukuman selain alat pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, dapat pula menjadi alat motivasi bagi siswa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Amir Daein Indrakusuma, sebagai berikut:

"Hukuman walaupun alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun dapat pula menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajar. Siswa yang pernah mendapat hukuman oleh karena kelalaian, karena tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari hukuman. Hal ini berarti ia didorong untuk selalu belajar membiasakan dan bertingkah laku baik".12

d. Prinsip dan Syarat-Syarat Hukuman 1) Prinsip-Prinsip Hukuman dalam Pendidikan

a) Prinsip Psikologis (kejiwaan)

Setiap guru berkewajiban mencermati tingkah laku siswanya, baik dari segi tabi'at, pembawaan, kesenangan, akhlak dan kejiwaannya. Guru yang bersangkutan bertugas mengenal semua siswanya lebih dekat agar dapat

11 M.Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007),Cet.18, h.188

12

Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), Cet.I, h. 165


(25)

melayani mereka dengan layanan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemberian hukuman kepada mereka

Suatu hukuman mungkin cocok untuk seorang siswa, namun bukan berarti cocok pula buat siswa lainnya. Sebagaimana ungkapan Al-Ghazali: "Bila dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu macam obat saja, tentu banyak dari mereka yang akan mati. Begitu juga bila seorang guru membawakan satu macam metode, sistem dan latihan kepada seluruh siswa tentu banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya serta tumpul semangat berfikirnya, seharusnya para guru lebih dulu meneliti sifat, watak, umur, dan lingkungan siswanya, barulah ditetapkan pola asuh, latihan dan metode yang harus dibawakan kepada tiap-tiap siswa".13

b) Prinsip Kasih Sayang

Salah satu syarat hukuman secara paedagogis ialah hukuman diberikan atas dasar cinta kasih sayang.14 Ini berarti siswa kadangkala dihukum bukan atas dasar benci atau ingin menyakitinya, atau karena ingin balas dendam. Guru memberikan hukurman demi kebaikan siswa, demi kepentingan dan masa depan meraka. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan, diupayakan terciptanya suasana kasih sayang antara guru dan siswa.

c) Prinsip keadilan

M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa, “dalam menghukum hendaklah kita bersikap adil".15 Hal yang sama dikemukan Charles Schaefer bahwa untuk kepentingan keadilan, tetaplah diingat untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : pelanggaran pertama atau sudah beberapa kali, pelanggaran karena dorongan yang tiba-tiba, tingkah laku yang umum dan pelanggaran karena tekanan-tekanan atau situasi tertentu".16

13

Nasharuddin Thaha, Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, (Jakarta : Mutiara, 1997), h. 43. 14 M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h. 91

15

Ibid, H. 92


(26)

Pandangan di atas menjelaskan bahwa seorang guru dalam memberikan hukuman terhadap siswanya tidak membeda-bedakan status sosialnya, seperti anak orang kaya, anak saudara atau anak sendiri dan sebagainya. Hukuman yang diberikan sepadan dengan besarnya kesalahan yang diperbuat oleh siswa dan disesuaikan dengan pribadi dan watak yang bersangkutan.

d) Prinsip keharusan atau keterpaksaan

Hukuman bukan satu-satunya alat dan bukan pula alternatif pertama yang harus dilakukan pendidik terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran. Hal ini berarti bahwa penggunaan hukuman sebagai alat pendidikan didasari adanya unsur keharusan, yaitu bila keadaan memaksa untuk rnenggunakan hukuman sedangkan cara yang lain sudah ditempuh, akan tetapi siswa tetap saja melakukan pelanggaran.

e) Prinsip tanggungjawab

M. Ngalim Purwanto mengemukakan pendapat bahwa, "hukuman yang kita berikan kepada siswa hendaknya dapat menimbulkan rasa tanggung jawab pada nya".17Ini berarti bahwa hukuman yang diberikan dapat membuat siswa lekas insaf dan menyadari kesalahannya, bukan malah tidak mengakui kesalahannya dan melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, dalam arti tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya.Penerapan hukuman dimaksud juga tidak diartikan sewenang-wenang, hanya karena guru atau orang tua di rumah agak bebas menerapkan hukuman.Situasi semacam ini merupakan suatu kesempatan yang dipergunakan oleh guru untuk mengajari siswa senantiasa berani memikul tanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya.

2) Syarat-Syarat Hukuman dalam Pendidikan

Agus Sujanto dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembanganmerumuskan tentang syarat-syarat hukuman yang mendidik,

17


(27)

yaitu :

a) Hukuman dapat menimbulkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan, b) Hukuman dapat menimbulkan rasa kesadaran bagi si terhukum, c) Hukuman berakhir dengan pengampunan.18

Menurut M. Ngalim Purwanto, syarat-syarat hukuman yang paedagogis itu antara lain :

1. Tiap-tiap hukuman dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti hukuman tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi harus dilandasi dengan kasih sayang.

2. Hukuman itu sedapat-dapatnya rnemperbaiki yang berarti bernilai mendidik.

3. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan, karena hukuman yang demikian tidak memungkinkan adanya hubungan baik antara pendidik dengan anak didiknya.

4. Hukuman jangan diberikan sewaktu sedang marah, sebab jika demikian kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.

5. Tiap-tiap hukuman diberikan dengan sadar dan diperhitungkan terlebih dahulu.

6. Bagi siswa, hukuman itu dirasakan sendiri sebagai kedukaan atau penderitaannya sehingga siswa merasa menyesal dan menyadari untuk tidak mengulangi lagi.

7. Hukuman jangan diterapkan pada badan, karena hukuman badan tidak meyakinkan adanya perbaikan pada siterhukum, tetapi sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap suka melawan.

8. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara guru dengan siswanya. 9. Sehubungan dengan butir di atas, maka perlulah adanya kesanggupan memberi maaf dari guru sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah siswa menginsafi kesalahannya.19

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa pendidik dalam menjatuhkan hukuman kepada anak didik yang bersalah tidak dapat bertindak sesuka hati, tetapi harus diberikan dengan adil, sesuai dengan kepribadian anak didik, harus ada hubungannya dengan kesalahan dan bagi si pendidik sanggup memberi maaf setelah hukuman itu dijatuhkan.

e. Macam-Macam Hukuman Dalam Pendidikan

Berat ringannya hukuman yang akan diberikan kepada siswa sangat

18

Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan,(Surabaya:Aksara Baru, 1986), Cet.I,h. 122 19


(28)

tergantung pada besar kecilnya kesalahan yang ia perbuat, tujuan yang hendak dicapai dan keadaan siswa. Dalam hal ini guru janganlah cepat-cepat memberikan hukuman terhadap siswanya. Pada tahap pertama, siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki sendiri kesalahannya, sehingga ia mempunyai rasa kepercayaan diri dan menghormati dirinya serta merasakan akibat dari perbuatannya tersebut.

Apabila pada tahap pertama ini belum berhasil, maka dilanjutkan dengan tahap yang kedua yaitu berupa teguran, peringatan dan nasehat-nasehat, sebagaimana penjelasan Al-Ghazali: "Maka dalam tindakan yang demikian kalau anak masih kembali berbuat tidak baik untuk kedua kalinya, maka sebaiknya ia ditegur".20

Pada tahap yang kedua ini apabila masih belum berhasil, maka saatnya guru mempertimbangkan memberikan hukuman.Ada beberapa macam bentuk hukuman yang dapat digunakan oleh seorang guru terhadap siswa. Secara umum ada dua jenis hukuman:

1. Hukuman badan

Hukuman badan adalah hukuman yang dikenakan terhadap badan seperti pukulan, siksaan fisik, qishash (hukuman yang telah ditetapkan oleh syariat islam, atau memotong sebagian anggota badan dalam hukum kisas).

2. Hukuman non-fisik

Hukuman yang menyakitkan tapi tidak menimpa badan seperti cacian, kutukan, penjara, larangan makan dan minum, disuruh berdiri, atau bertahan di tempat yang sangat panas atau sangat dingin, terror, intimidasi, denda, diasingkan dan dengan pembunuhan karakter.21

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati ada 5 macam jenis hukuman: 1. Hukuman membalas dendam

Orang yang merasa tidak senang karena anak berbuat salah anak lalu dihukum.Orang tua merasa senang/puas, karena telah berhasil menyakiti anak.Hukuman semacara ini tidak boleh diterapkan, karena dampaknya tidak baik.

20

Zainudin,et.al, op. cit.,h. 87 21

Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, alih bahasa Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Cet. I, hal. 339-340


(29)

2. Hukuman badan/jasmani

Hukuman ini memberi akibat yang merugikan anak, karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi si anak.Misalnya : guru menangkap basah anak didik sedang merokok, maka kepada si anak dihukum dengan keharusan merokok terus menerus selama waktu sekolah, ini akan berakibat anak sakit.

3. Hukuman jeruk manis (sinaas apple)

Menurut tokoh yang mengemukakan teori hukuman ini, Jan Lighrt, anak yang nakal tidak perlu dihukum, tetapi didekati dan diambil hatinya.

4. Hukuman alam

Hukuman ini dikemukakan oleh JJ.Rousseau dari aliran Natularisme berpendapat, kalau ada anak yang nakal, jangan dihukum, biarlah kapok/jera dengan sendirinya.Dengan hukuman alam, anak diharapkan menyadari kesalahannya sendiri.Dengan membiarkan si anak, maka hubungan antara anak didik dengan pendidik tidak mengalami keretakan/putus. Namun dengan hukuman alam, kadang-kadang anak tidak segera menyadari akan kesalahannya/perbuatannya

5. Hukuman memperbaiki

Menghukum dengan tujuan agar anak mau memperbaiki kesalahannya. Kesalahan itu akan diperbaiki oleh anak, bilamana si anak sudah mengetahui apa kesalahan yang telah dilakukannya, dan baru memungkinkan si anak memperbaikinya.22

Dari macam-macam hukuman di atas dapat kita simpulkan, bahwasanya hukuman itu dapat diterapkan dalam pendidikan terutama hukuman yang bersifat paedagogis, menghukum bilamana perlu dihindari.Dalam menghukum hendaknya disesuaikan dengan kesalahan yang telah dilakukan siswa, umur dan keadaan siswa.

2. Tingkah Laku

a. Pengertian Tingkah Laku

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa tingkah laku itu sama artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian ini lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang.23

Menurut Caplin, tingkah laku itu merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh

22

Abu Ahmadi, et.al, op.cit. hh. 157-158 23


(30)

organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.24

Budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas.Menurutnya tingkah itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan, yang dilakukan oleh sejumlah makhluk hidup.Dalam hal ini tingkah laku itu walaupun mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada di otak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan dan sebagainya. Tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.

Mengenai perilaku dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat disamakan dengan tingkah laku. Menurut Prof, Dr, Singgih. D.Gunarsa, secara terminologis "Prilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Prilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar".25

Sigmund Freud berpendapat bahwa tingkah laku adalah "Pergolongan jiwa seorang tidak hanya melibatkan aktivitas bawah sadar; oleh Freud, jiwa manusia digambarkan seperti gunung es di tengah samudra, dan yang nampak dipermukaan laut hanyalah seperpuluhnya saja yaitu alam sadar, sembilan-sepersepuluhnya berada dalam samudra (bawah sadar).26

Tingkah laku menurut Alfred Alder ada dua rasa yang fundamental dalam diri manusia, yaitu rasa minder buatan seseorang baik benar, maupun tidak benar, juga ditentukan oleh keharmonisan / kestabilan pribadinya.

Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan hubungan faktor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap.Motif sebagai tenaga pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata (Overt behavior)pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat

24. Ibid, h. 93 25

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), h. 5 26


(31)

tertentu motif akan berperan sebagai pusat skap (central attitude) yang akhirnya akan membantu kecenderungan/predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini.27

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah tingkah laku, suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau bersifat kongkrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.

c. Macam-Macam Tingkah Laku

Para Ahli Psikologi membedakan dua macam tingkah laku:

1) Tingkah laku intelektualitas, maksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.

2) Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang timbul pada manusia secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata, sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada siswa, seperti menggerakkan kedua telapak kaki secara terus-menerus tanpa aturan.28

Macam-macam perilaku yang ditampilkan seseorang, seperti: Perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam:

1) Perilaku yang disadari, dilakukan dengan penuh, tergantung dari aksi dalam otak besar (voluntary movement) berkaitan dengan otak kecil sebelah belakang yang menguasai koordinasi otak-otak (cerebrum).

2) Perilaku reflektoris, gerakan refleks yang dalam tahap pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah laku refleks disadari, bila kesan sudah sampai ke pusat syaraf.

3) Perilaku diluar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada sumsum penyambung (medulla oblongata) atau gerakan otot karena pendekatan otot.

Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubungi: (Gunarsa, 1999:4-5)

1) Kognisi : penyadaran melalui proses penginderaan terhadap rangsangan dan interprestasinya. Perilaku meliputi segala hal berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apayang dipelajari.

2) Emosi: affek, perasaan, suasana di dalam diri yang di munculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsang.

27.Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (PT. Remaja Raja Grafindo, 2004), Cet. 8, h.209 28


(32)

3) Konasi : pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk perilaku.

4) Penginderaan: melalui penyampaian atau mengantar (rangsangan) sampai ke susunan syaraf pusat, pusat pengertian.29

Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku manusia baik secara reflek maupun secara sadar, baik jasmani ataupun rohani. Contoh, ketika mendapatkan anak yang jatuh dari pohon, maka ia akan segera berperilaku/bertindak dengan menggotong dan memberitahukan kepada orang tuanya.

Perilaku mempunyai sifat kongkrit yang berkaitan dengan raga seseorang terhadap stimulus-stimulus yang diterimanya.Perilaku ini merupakan manifestasi dari sikap.Seseorang berperilaku secara spontanitas, juga dapat melalui pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu. Karena itu tingkah laku dan sikap semakin erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya

c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tingkah laku

Faktor-faktoryang mempengaruhi pembentukan tingkah laku seseorang menurut P. Sondang Siagian adalah :

1. Faktor Genetik

Faktor genetik atau yang di sebut juga faktor keturunan/unsur bawaan ialah proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya, berupa ciri-ciri atau sifat secara fisik dan mental psikologik serta kemampuan berupa bakat, tingkat kecerdasan, sosial, intelegensi, fantasi dan pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Yang kesemuanya merupakan potensi dasar atau faktor bawaan yang akan mempengaruhi proses perkembangan anak.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam

29


(33)

rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai tampat untuk menemukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam bertingkah laku.

Adapun faktor lingkungan di bagi pada tiga bagian: a. Lingkungan Keluarga

Para ahli berpendapat bahwa perilaku scseorang dewasa banyak dipengaruhi oleh kondisi dalam kehidupan rumah tangga manusia pada waktu kecil.Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan seorang ibu.Arah lebih lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan bersifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik.

Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati.

Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali.Orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan bekerjasama sesama anggota keluarga. Orang tuapun jangan pernah berhenti untuk memberikan nasihat-nasihat baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis.

b. Lingkungan Sekolah


(34)

siswa. Corak hubungan antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan.

Ajaran agama Islam tegas menyuruh manusia untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan berbagai potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagimana telah diterangkan dalam firman Allah SWT.:































Dan Allah telahrncngeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl :78)

Pendidikan dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal seperti sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan tingkah laku sosial yang baik.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan perilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk mengadakan sosialisasi dengan teman-teman bermain yang sebaya (bergaul), sekalipun konflik akan terjadi yang kadang disebabkan persoalan-persoalan kecil.

Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akanmempengaruhi perwujudan suatu potcnsi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan menghambat/merusak perkembangan anak. Oleh kerena itu tugas orang


(35)

tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukkan perkembangan anak. Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang adalah:

1. Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari kehidupan yang curiga dan mencurigai.

2. Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain, tetapi saling toleransi.

3. Lingkungan yang bersih dalam arti fisik

4. Tersedianya fasilitas bergaul yang mamadai seperti untuk berolah raga, berbincang-bincang dengan rekan-rekan sebaya, maupun lebih tua dan sebagainya.

Lingkungan masyarakat merupakan arena pergaulan yang dihadapi setiap hari, maka pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku akan sangat besar artinya. Apabila seseorang selalu melihat dan bahkan mungkin juga terlibat dalam gaya hidup tentram, damai, penuh toleransi dan menyenangkan, perilaku yang positif meskipun para orang tua dan para pendidik berusaha keras ke arah itu.

B. Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa

Di sekolah kita banyak melihat siswa yang rajin, penurut, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ketika ujian. Bahkan Kita juga senang melihat siswa yang berakhlak baik, normal dan patuh pada orang tua dan guru.Rasa senang itu sangat wajar karena semua itu merupakan bukti dari keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya.Namun tidak dapat dipungkiri masih ada siswa yang suka membantah nasehat guru, dan melawan kepada orang tua, dan lebih disayangkan lagi masih banyaknya para siswa yang mengabaikan pelajaran, malas belajar, jarang masuk kelas, dan pada akhirnya gagal dalam ujian.Ini adalah salah satu diantara fenomena yang ada didalam dunia pendidikan.


(36)

siswanya yang melakukan kesalahan, dan kebanyakan hukuman itu adalah berupa hukuman fisik. Hukuman itu diberikan agar para siswa tidak lagi mengulangi perbuatannya dan hukuman itu juga sebagai pelajaran bagi siswa lainnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Hukuman itu cukup ampuh karena para siswa akan merasa takut dan akan lebih berhati-hati dalam berbuat. Namun bila dilihat lebih jauh, sebenarnya hukuman itu bisa membawa perubahan negatif bagi perkembangan tingkah laku siswa. Tidak jarang hukuman itu menjadi pemicu kebobrokan tingkah laku para siswa, karena tidak ada ketenangan jiwa pada dirinya akibat perlakuan buruk yang ia terima dari gurunya yang hanya mengenal kekerasan dalam mendidik tanpa melalui pendekatan psikologis, mengabaikan kepentingan siswa, memukulnya hanya karena ia malas belajar atau karena kenakalannya. Perlakuan seperti ini akan menyebabkan siswa menjadi dongkol dan semakin buruk akhlaknya.

Ibnu Khaldun mengemukakan pendapat, sebagai berikut: “...Siapa yang dididik dengan kekerasan diantara siswa-siswa, ia akan selalu dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan kekurangan kegiatan bekerja dan bersifat pemalas, menyebabkan ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk. Hal ini selanjutnya, secara tidak langsung mengajarinya menipu dan berbohong, sehingga sifat-sifat ini menjadi kebiasaan bagi perangainya...”30

Syekh Abdul Hamid Yassin Al-Bilaly menyatakan bahwa, "Anak-anak yang biasa dididik dengan keras akan menjadi orang yang senantiasa takut, tidak percaya diri, takut menghadapi kegagalan, selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan mudah marah ".31

Charles Schaefer mengemukakan pendapat bahwa, "Penggunaan metode hukum yang terlalu sering apalagi kalau hukuman itu keras, dapat menimbulkan resiko yang berbahaya, yaitu merendahkan harga diri anak, menyebabkan timbulnya rasa takut dan rasa bermusuhan terhadap yang

30

M. Athiyah AI-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa Rustani Ardani dan Johar Bahry, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987), Cet. V, hal. 157


(37)

menimpa hukuman tersebut".32

Beberapa ungkapan di atas memberikan penjelasan bahwa sikap keras yang berlebihan dalam mendidik siswa akan menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap diri dan prilakunya seperti perasaan takut, pemalas, pembohong, pendendam, tidak percaya diri dan sebagainya.

Menurut M. Ngalim Purwanto, beliau menyatakan bahwa hukuman dapat menimbulkan efek/akibat negatif dan positif, sebagai berikut :

1. Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaran, dengan demikian anak telah berbohong dan menipu orang lain serta dirinya sendiri.

2. Memperbaiki tingkah laku si pelanggar.

3. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar.

4. Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan. Biasanya ini adalah akibat dari hukuman normatif.33

Berbagai uraian hukum yang telah disebutkan di atas oleh para ahli, kiranya akan semakin jelas bahwa hukum dapat mempengaruhi tingkah laku manusia atau siswa di lingkungan pendidikan. Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Abdul Wahhab Khallaf menyatakan bahwa :” Tujuan umum diadakannya hukum itu adalah untuk merealisir kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya, memenuhi kebutuhan sekundernya, dan memenuhi kebutuhan pelengkapnya.”31

Perubahan tingkah laku (siswa) bila dikaitkan dengan pendapat Wahhab tersebut adalah masuk dalam katagori realisasi kemaslahatan dari salah satu sisi kebutuhan pokoknya, yakni sikap dan tingkah laku, yang dipandang lebih penting karena menyangkut salah satu faktor kesempurnaan manusia di hadapan Allah swt.

31 Syekh Abdul Hamid Yassin, Seni Mnedidik Anak, (Jakarta: Al-I’tisham, 2000), h. 2

32

Chaeles Sheiffer, op.cit, h. 93

33 Ngalim Purwanto, op.cit, h. 93


(38)

C. Kerangka Berfikir

Berhasil dengan baik atau tidaknya suatu hukuman tergantung kepada pribadi guru, pribadi siswa, dan cara yang dipakai dalam menghukum mereka. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan siswa serta suasana atau situasi ketika hukuman itu diberikan. Oleh sebab itu, belum tentu dan bahkan tidak mungkin hukuman yang sama di berlakukan terhadap beberapa siswa menghasilkan dampak yang sama pula.

Seorang guru yang memberikan hukuman dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan aspek si terhukum dan kesesuaian antara berat dan ringannya pelanggaran dengan hukuman yang diberikan serta penggunaan hukuman yang terlalu sering, apalagi kalau hukuman itu terlalu keras, besar kemungkinan akibat yang ditimbulkannya pun akan negatif. Begitu juga halnya apabila guru tersebut mengabaikan sifat sabar, adil dan pemaaf dalam memberikan hukuman.

Dampak negatif yang ditimbulkannya itu antara lain merasa direndahkan harga diri siswa dan memunculkan sikap bermusuhan terhadap yang memberikan hukuman. Keadaan demikian sangat memprihatinkan dan pada akhirnya akan berdampak negatif pula terhadap pergaulannya sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat mengganggu konsentrasi belajar mereka. Apabila mereka tidak konsentrasi lagi dalam belajar, maka akan berakibat pada prestasi belajar mereka yang tidak akan optimal.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan: “ terdapat hubungan positif antara hukuman guru kelas dengan pembentukan tingkah laku siswa”. Dengan kata lain, makin tepat hukuman guru kelas, makin baik tingkah laku siswa. Dan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian dengan menggunakan hipotesis alternatif (Ha) atau disebut juga dengan hipotesis kerja dan hipotesis nol (Ho) yang sering juga


(39)

disebut dengan hipotesis statistik, sebagai berikut :

Ha : Terdapat pengaruh positif/negatif antara hukuman dan perilaku siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta.

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif/negatif antara hukuman dan perilaku siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta.


(40)

28

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapangan ini dilaksanakan selama 1 bulan, yakni dari tanggal 1 s.d. 30 Nopember 2011, bertempat di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat, dari pukul 08.00 – 11.00 wib.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Kuanitatif, dengan menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dalam bentuk angket/kuesioner (pertanyaan). Kemudian penulis melakukan apa yang disebut dengan " Deskriptif Analisis", yaitu dengan rnenganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa informasi dan data yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Data dan informasi tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research).

C. Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, "Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti".1 Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV,V, dan VI yang jumlah muridnya sebanyak 117 orang. Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu 25% sebanyak 30 orang yang dipilih secara acak.

1 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,1998), Cet-11, h.117


(41)

D. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Angket

Angket yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan tertulis kepada siswa yang telah ditetapkan menjadi responden/sample dengan memberikan angket pertanyaan sebanyak 30 butir dari kelas IV - VI SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat tersebut dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrument angket sebagai berikut :

Tabel Kisi-kisi Angket Instrumen Penelitian

No Indikator Variabel

Butir Pernyataan

butir No Butir 1 Pemahaman tentang Hukum 1 1 2 Sosialisasi Tata Tertib 2 2 – 4

3 Disiplin 2 5 – 6

4 Pelanggaran 2 7 – 8

5 Hukuman 5 9 – 13

6 Perubahan Sikap 3 14 -

J u m l a h 30

Butir

Jawaban angket di atas, setiap butir soalnya sudah disediakan jawaban alternatifnya. Setiap pilihan jawaban diberikan nilai atau skor yang telah ditentukan, sebagai berikut :

A = 4 B = 3 C = 2 D = 1

Tetapi jika pertanyaannya membutuhkan jawaban berupa tes pengetahuan, maka memiliki skor 1 kalau jawabannya salah.


(42)

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara antara penanya dan penjawab berlandaskan tujuan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dari kepala sekolah dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa di SDIT Meranti Jakarta Pusat.

3. Observasi/Pengamatan

Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah dengan mengamati perilaku siswa yang sedang melakukan pelanggaran salah satu tata tertib sekolah, seperti merokok. Kegiatan pengamatan atau obervasi tersebut dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan sekitar mengapa perbuatan itu sampai ia lakukan.

E. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, penulis menggunakan tekhnik korelasional, yakni teknik kuantitatif yang merupakan salah satu tekhnik analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang korelasi/ hubungan antara dua variabel yang sedang diteliti. yakni seperti dalam penelitian ini, hukuman disebut (variabel X/ variabel bebas), variabel yang mempengaruhi, dan tingkah laku (variabel Y/variabel terikat), sebagai variabel yang dipengaruhi dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Parson sebagai berikut:

NXY – (X) (Y)

rxy =  {NX2 (X)2} {NY2 (Y)2

}

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y (Angka Indeks Korelasi "r" product moment) N = Number of Cases (Jumlah responden yang diteliti) XY = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan variabel Y


(43)

(X) = Jumlah seluruh skor X (Y) = Jumlah seluruh skor Y

X2

= Jumlah dari kuadrat nilai X

Y2

= Jumlah dari kuadrat nilai Y (X)2

= Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan (Y)2

= Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

Setelah nilai rxy diketahui, maka penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment yakni dengan cara sederhana dan dapat mempergunakan pedoman sebagaiman dijelaskan oleh Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut :2

Tabel Interprestasi Nilai “r”

Besarnya Nilai “r” Interprestasi

<0,20 Hubungan dapat dianggap tidak ada 0,20 – 40 Hubungan ada tetapi rendah

>0,40 – 0,70 Hubungan cukup >0,70 – 0,90 Hubungan tinggi >0,90 – 1,90 Hubungan sangat tinggi

Adapun tekhnik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku "Pedoman Teknis Penyusunan Skripsi", yang disusun oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.

F. Hipotesis Statistik

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang menggunakan pendekatan statistik dengan rumus product moment, maka hipotesis statistiknya adalah :

Ho = ρ= O Berarti tidak ada hubungan antara variabel X dengan Y. Ha = ρ≠ O Berarti ada hubungan antara variabel X dengan Y.

2 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. ke-1, h.150


(44)

32

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat 1. Sejarah Berdirinya SDIT Meranti

SDIT Merantiyang terletak di Jl. Kalibaru Timur V/13-15, Kel.Bungur, Kecamatan Senen Jakarta Pusat, yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1972. Penyelenggaraan kegiatan sebagai satuan pendidikan tingkat dasar pertama kalinya dimulai pada tanggal 11 Januari 1973 Yang dibuktikan dengan surat Dinas Dikbud RI dalam bentuk Surat Izin Operasional No. 123/U/IV/ SD/2009.SDIT Pertamakalinya dipimpin oleh Sdri.Dra.Hasanah Ali yang selama enam tahun pertama jumlah siswa mencapai 178 orang. Hingga kini SDIT Meranti dipimpin oleh Sdr. Handi Sugizarto, S.Pd.,MM. dengan jumlah siswa sebanyak 307 orang. Keberadaan SDIT Meranti secara struktural ada di bawah naungan Yayasan Masjid Meranti yang dibentuk pada tahun 1957, melalui Akte Notaris Mister Suwandi.

Diselenggarakannya lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti tersebut didasari alasan yang kuat, bahwa mayoritas masyarakat sekitar beragama Islam yang sangat menanti hadirnya lembaga pendidikan formal yang berbasis keagamaan (Islam), meski sebelum itu dua sekolah negeri (SDN Bungur, Senen Jakarta Pusat dan SDN Harapan Mulia, Kemayoran Jakarta Pusat) dan satu sekolah swasta umum “Yayasan Kartini” yang diketuai oleh Minarsih, SH., di mana yayasan tersebut berada di bawah pembinaan Ginanjar Kartasasmita. Hal inilah kiranya yang menjadi komitmen para dewan pendiri yayasan (Founding Fathers) sejak 54 tahun lalu, bahwa Yayasan Masjid Meranti bergerak dalam bidang da’wah, sosial, dan pendidikan, bahkan kegiatan usaha lainnya yang dapat menunjang dan memperluas kemajuannya.

Faktor positif masih bertahannya SDIT sampai saat ini antara lain: letaknya yang mudah terjangkau/strategis, biaya pendidikan yang relative terjangkau, terutama oleh masyarakat setempat dan sekitar, lingkungan bermain dan sarana


(45)

prasarana yang cukup representative, kedisiplinan yang tinggi, waktu kegiatan belajar mengajar dari pk. 06.30 – 14.20 wib., visi dan misi yang jelas, dan selalu menampilkan suasana nuansa keislaman dalam setiap interaksi sosialnya pada semua pihak.

Kurikulum yang dipakai di SDIT Meranti adalah kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disempurnakan kemudian dikolaborasikan dengan kurikulum yang dikeluarkan Kementerian Agama R.I.Karena itu, untuk bidang pendidikan agama Islamporsi waktunya dari kelas satu hingga enam, mencapai rata-rata 10-12 jam perminggu, hal ini jauh berbeda dengan struktur kurikulum sekolah dasar negeri dan swasta khususnya di wilayah kecamatan Senen, Jakarta Pusat, di mana pendidikan agama Islam hanya 2 jam perminggu. Di sisi lain, bahwa dengan memanfaatkan kurikulum dari Kemenag tersebut, dapat diambil kebijakan internal lembaga/yayasan, para lulusan SDIT akan mendapat dua ijazah (dual degree), yakni Ijazah Diniyah Takmiliyah ( Kemenag RI) dan Ijazah Sekolah Dasar (Formal) Kemendiknas RI. Bahkan selintas SDIT Meranti identik dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang diselenggarakan negeri dan swasta.

Daya tarik dan kelebihan lain yang dimiliki Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat bagi masyarakat sekitar dan lainnya adalah aspek persaudaraan dan keakraban yang mentradisi sejak dahulu, dari tingkat pengurus yayasan hingga orang tua siswa, bahkan ke masyarakat sekitar sekalipun, misalnya setiap tahunnya baik hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, dalam kegiatannya selalu melibatkan masayarakat dan juga orang tua siswa. Hal ini dapat di maklumi, karena SDIT Meranti memang berada di bawah Yayasan Masjid Meranti.

Tak kalah pentingnya yang juga dapat diinformasikan, bahwa penyelenggaraan pendidikan Islam di yayasan tersebut, senantiasa memberikan keringanan bahkan subsidi terhadap siswa yang tidak mampu, bahkan membebaskan dari segala biaya yang dikhususkan bagi siswa yatim.Alhamdulillah, lantaran itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti tetap eksis.


(46)

2. Profil SDIT Meranti Jakarta Pusat Tahun 2011-2012

a. Data Sekolah

1. Nama Sekolah 2. Alamat

3. Kelurahan 4. Kecamatan 5. Kotamadya 6. No. Telp 7. NSS

8. NIS 9. Jenjang Akreditasi

10. SK.BAS

10. Tahun Didirikan

11. Status Tanah/Bangunan 12. Luas Tanah

13. Luas Bangunan

: SDIT Meranti

: Jl. Kalibaru Timur V/13-15 : Bungur

: Senen

: Jakarta Pusat : (021) 42876532 : 104016004982 : 100430

: A

: No.11/BAS-DIKNAS/XII/2004 : 1981

: Milik Yayasan : 875 M2 : 728 M2

b. Visi – Misi SDIT Meranti Jakarta Pusat: Visi :

Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam Iptek dan Imtaq berwawasan rahmatan lil „alamin.

Misi :

1. Membangun dan menciptakan kultur sekolah yang berlandasakan pada nilai Islam

2. Melaksanakan sistem kegiatan belajar mengajar dan pendalaman materi secara efektiv dan berkelanjutan.


(47)

mencapai kompetensi yang optimal dan berimbang.

4. Mengondisikan siswa untuk selalu hidup sehat secara jasmani dan rohani, serta berwawasan lingkungan.

5. Membangun karakter siswa melalui proses pembelajaran intra, ekstra, dan ko kurikuler dalam perspektif kebangsaan Indonesia.

3. Keadaan Siswa, Guru/Karyawan

A. Keadaan Siswa SDIT Meranti

Kelas Laki Pr. Jumlah

I A 16 16 32

I B 15 17 32

II A 16 16 32

II B 12 18 32

III A 15 17 32

III B 14 16 30

III C 12 18 30

IV A 12 13 25

IV B 13 12 25

V 17 18 35

VI 18 14 32


(48)

B. Keadaan Guru /Karyawan SDIT Meranti

No. Nama Ijazah Jabatan/

Guru

Kela min 1. Handhi

Sugizarto,S.Pd.,MM S1 Kepsek L 2. Karnadi,S.Pd. S1 Wa Ka/Gr.TIK L 3. Dra. Hasanah Ali S1 Gr.Kls I A P 4. Komariah S1 Gr. Kls I B P 5. Nurasiah, S.Pd S1 Gr.Kls II A P 6. Sujiati,S.Pd. S1 Gr.Kls II B P 7. Eka Whyuni, S.Pd. S1 Gr.Kls III A P 8. Nurul Qotrunada,S.Pd.I S 1 Gr.Kls III B P 9. M.Rani Rachfani, S.Pd S1 Gr.Kls III C L 10. Asep A. Yani, A.Ma D III Gr.Kls IV A L 11. Ardiansyah, A.Ma D III Gr.Kls IV B L 12. Nirzayenti,S.Pd. S1 Gr.Kls V P 13. Dessy Husniarsih,S.Pd S1 Gr.Kls VI P 14. H. Wagimin, BA D III SBK L 15. Drs. Raswad S1 Gr. Orkes L 16. Drs. Suherman S1 Gr. B.Inggeris L 17. Aceng Subrata, S.Pd.I S1 Gr.Agama L 18. Achmadi, S.Pd.I S1 Gr.Agama L 19. A. Abdullah, S.Pd.I S1 Gr.Agama L 20. Hj.Maryam,S.Ag S1 Gr.Agama P 21. Dra. Hanifah S1 Gr.Agama P 22. Sripatimah,S.Pd.I S1 Gr.Agama P 23. Muhammad Ridho D II Pramuka L 24. Subhan Holil D II Ekskul L 25. Asep Muktafi D III T.U L 26. M. Arif SMA Penjaga Sekolah L


(49)

Sumber data dari SDIT Meranti Stat

us

Gur

u

dan Karyawan SDIT Meranti

4. Sarana dan Prasarana

Sarana yang di maksud di sini adalah segenap perlengkapan yang digunakan sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan seperti: gedung sekolah, ruang Kepala sekolah, ruang guru, ruang belajar, ruang tata usaha dan lain-lain.

Sedangkan prasarana yang dimaksud disini adalah segenap perlengkapan yang dimiliki sekolah sebagai penunjang terselenggaranya suatu proses seperti : perpustakaan, dan lain-lain.

Dengan demikian yang dimaksud dengan sarana dan prasarana di sini adalah segenap sesuatu yang dapat digunakan dalam mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer yang keberadaannya tidak kalah penting dengan unsur-unsur lainnya bagi siswa dalam melangsungkan proses belajar mengajar.

No. Sarana dan Prasana Jumlah Kondisi

Guru Tetap (Bantu) Yayasan

Guru Tidak Tetap

Guru PNS Tata Usaha

Pembantu Pelaksana

Jumlah


(50)

1. Ruang Belajar 11 Baik

2. Ruang perpustakaan 1 Baik

3. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

4. Ruang Guru 1 Baik

5. Ruang Tata Usaha 1 Baik

6. Masjid Jami’ 1 Baik

7. Ruang UKS 1 Baik

8. Ruang PMR 1 Baik

9. Kantin 1 Baik

10. Ruang Komputer 1 Baik

11. Ruang Audio Visual 1 Baik

12. Koperasi Sekolah 1 Baik

13. WC Siswa/i 2 Baik

14. WC Guru 2 Baik

15. Halaman Sekolah/Lapangan

Olah Raga 1 Baik

4. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

A. Kegiatan Kurikuler

Perseksekolahan dilaksanakan 5 (lima) hari belajar, Senen hingga Jum’at. Dimulai pukul 06.30 hingga 14.10 wib.Kecuali hari Jum’at, hingga pk. 11.15 wib.Para siswa telah mendapatkan hak pelayanannya secara baik.Para guru melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.Pelaksanaan ulangan/evaluasi, serta pelaksanaan remedial (khusus bagi siswa yang kurang memenuhi standar ketuntasan minimal) dilaksanakan berdasar program yang terrencana dan terkoordinasi dengan


(51)

baik.Para guru juga melakukan latihan, bimbingan dan sebagainya kepada siswa, terutama mengupayakan peningkatan prestasi belajar siswa melalui pemberian fasilitas perpustakaan. Khusus kelas VI diberikan Pendalam Materi ( PM) tiga kali ( Senin, Rabu, dan Kamis) perminggu. Pelaksanaan pelajaran Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK)/ Komputerjuga menjadi hal yang sangat penting bagi siswa, terutama dalam menghadapi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pegerjaan administrasi kelas dan murid yang dibuat guru dilakukan tiap hari, termasuk pembuatan Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP), serta silabusnya masing-masing bidang studi selalu di-file-kan terutama persiapan pelaksanaan akreditasi yang semuanya mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disempurnakan ditambah dengan materi pendidikan karakter dan pengembangan diri. Dalam rangka peningkatan kualitas Kepala Sekolah dan para guru, Yayasan telah mengalokasikan dana untuk kegiatan pelatihan, penataran, studi banding dan sebgainya, termasuk kegiatan rutin di Gugus Sekolah Kelompok Kerja Guru (GS-KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S).

B. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Disamping kegiatan kurikuler di atas, kegiatan ekstra kurikuler pun mendapat porsi waktu yang cukup. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa kegiatan belajar seminggu adalah enam hari, lima harinya diambil untuk kegiatan belajar efektif, sedangkan satu harinya yaitu pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekskul dan pengembangan diri, seperti misalnya; Marawis, Silat, Musik (Band), Kaligrafi Arab, dan Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR) dan kegiatan kegiatan lainnya baik yang dilaksanakan melalui sanggar, maupun dari sekolah sendiri.

Termasuk di dalamnya kegiatan ekskul, para siswa giat dalam melaksanakan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, guna mengapresiasi kemahiran dan ketekunan serta kepahlawanan para


(1)

9. Pernahkah Anda tidak melaksanakan shalat zhuhur? a. Pernah

b. Tidak pernah c. Kadang-kadang d. Selalu

10. Jika anda atau teman Anda tidak melaksanakan shalat zhuhur berjamaah, hukuman apa yang diberikan?

a. Diberikan peringatan dan tidak dihukum b. Tidak boleh mengikuti pelajaran selanjutnya c. Disuruh push up

d. Lain-lain

11. Pernahkah Anda tidak mengerjakan tugas (PR) yang diberikan guru anda? a. Tidak pernah

b. Pernah

c. Kadang-kadang d. Selalu

12. Jika jawaban anda b, c atau d, hukuman apa yang Anda terima?

a. Guru menyuruh saya mengerjakan di kelas sementara teman lain belajar b. Di suruh lari-lari di lapangan

c. Berdiri di depan kelas d. Saya tidak di hukum

13. Bagaimana penilaian Anda dengan hukuman-hukuman yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu?

a. Sangat setuju b. Terlalu berat c. Terlalu ringan d. Kurang setuju


(2)

14. Apakah hukuman dilaksanakan di depan siswa lainnya? a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Sering

15. Bagaiman sikap guru ketika menghukum? a. Menghukum dengan marah dan memaki b. Menghukum dengan lemah lembut

c. Menghukum dengan memberikan nasehat-nasehat

d. Menghukum dengan menampakkan wajah cemberut dan mengancam 16. Pernahkah anda melihat atau mendengar guru mengucapkan kata-kata kasar

seperti (bodoh, goblok, dan lain-lain) ketika menghukum? a. Pernah

b. Tidak pernah c. Sering d. Selalu

17. Pernahkah Anda dihukum karena pelangaran yang Anda lakukan? a. Pernah

b. Tidak pernah c. Kadang-kadang d. Sering

18. Jika jawaban anda a, c atau d, apakah menurut Anda hukuman yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan?

a. Sangat sesuai b. Tidak sesuai c. Sesuai

d. Sangat tidak sesuai 19. Pernahkah Anda dipukul?

a. Pernah b. Selalu c. Jarang


(3)

d. Tidak pernah

20. Jika jawaban Anda a, b atau c, di bagian anggota tubuh mana yang dipukul? a. Telapak tangan

b. Kaki c. Wajah d. Lain-lain

21. Bagaimana perasaan Anda ketika dihukum dengan cara dipukul? a. Saya merasa sakit

b. Saya merasa takut dan c. Saya merasa tertekan d. Biasa-biasa saja

22. Bagaimana perasaan Anda kepada yang menghukum?

a. Berterima kasih karena telah mengingatkan kesalahan saya b. Merasa dendam dan marah

c. Merasa benci d. Biasa-biasa saja

23. Apakah setelah di hukum Anda mentaati peraturan/disiplin? a. Sangat mentaati

b. Jarang mentaati c. Tidak mentaati d. Tidak berpengaruh

24. Jika jawaban Anda “a”, apakah Anda nentaati karena takut dihukum lagi? a. Ya, saya takut dihukum lagi

b. Tidak, bukan takut diSShukum c. Saya merasa kapok

d. Ya, karena saya sadar kesalahan saya

25. Apakah menurut Anda hukunan yung dilaksanakan di depan teman-teman dapat merendahkan harga diri dan membuat malu orang yang dihukum? a. Sangat merendahkan dan memalukan

b. Tidak


(4)

d. Tidak berpengaruh

26. Apakah Anda merasa kasihan ketilca melihat teman di hukum? a. Merasa kasihan

b. Sangat merasa kasihan c. Tidak merasa kasihan d. Biasa-biasa saja

27. Apakah hukuman dapat mengganggu ketentraman jiwa Anda? a. Sangat mengganggu

b. Mengganggu c. Tidak mengganggu d. Tidak berpengaruh

28. Apakah menurut Anda hukuman dapat mengganggu konsentrasi belajar? a. Sangat mengganggu

b. Mengganggu c. Tidak mengganggu d. Tidak berpengaruh

29. Menurut Anda apakah hukuman dapat memotivasi untuk lebih giat belajar? a. Dapat memotivasi

b. Sangat memotivasi c. Tidak memotivasi d. Tidak berpengaruh

30. Adakah keinginan Anda untuk melanggar disiplin atau peraturan, jika peraturan itu tidak diikuti dengan hukuman-hukuman?

a. Ingin tapi tidak melakukan b. Sangat ingin

c. Kadang-kadang ingin


(5)

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti? 2. Kapan berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti?

3. Siapakah pendirinya?

4. Apa indikator disebabkannya di dirikannya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti?

5. Apa visi dan misi di dirikannya SD Islam Terpadu Meranti?

6. Bagaimana keadaan SD Islam Terpadu Meranti dari segi geograflsnya? 7. Bagaimana stuktur organisasinya?

8. Bagaimana sarana dan prasarananya?

9. Berapa jumlah guru dan tenaga administrasi yang ada sekarang?

10.Apa latar belakang pcndidikan para guru di SD Islam Terpadu Meranti? 11.Berapa jumlah siswa yang ada sekarang?

12.Bagaimana sistem pendidikan di SD Islam Terpadu Meranti?

Jakarta, 02 Desember 2011

Interviee Intervier

Asep Ahmad Yani Handhi Sugizarto, S.Pd.,MM


(6)

Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara Dengan Wakil Kepala Sekolah (Bidang Kesiswaan) SD Islam Terpadu, Meranti Jakarta Pusat

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Peraturan/disiplin apa saja yang'diterapkan di SDIT Meranti?

2. Apa yang dilakukan oleh pihak pengelola SDIT Meranti agar peraturan/tata tertib tersebut dapat terlaksana dengan baik?

3. Apakah di SDIT Meranti hukuman di jadikan alternatif pertama untuk menindak para siswa yang melakukan pelanggaran?

4. Apakah setiap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin/tata tertib selalu mendapat hukuman?

5. Apakah ketika siswa melakukan pelanggaran untuk pertama kalinya siswa langsung di hukum?

6. Apakah sebelum hukuman dijatuhkan kepada siswa sudah diusahakan dengan cara lain?

7. Apakah siswa yang melanggar peraturan/tata tertib tersebut di beri kesempatan untuk menjelaskan sebab kesalahan yang dilakukannya?

8. Apakah siswa yang melakukan kesalahan yang sama mendapatkan hukuman yang sama pula?

9. Apakah ada perbedaan antara hukuman yang berlakukan bagi siswa dengan siswi?

10. Hukuman-hukuman seperti apa yang dilaksanakan di SDIT Meranti?

Jakarta, 02 Desember 2011

Interviee Intervier