PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS.

(1)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN

SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA

YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Amra Ahmad NIM 1202127


(2)

ii

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN

SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA

YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Oleh: Amra Ahmad

S.Pd Universitas Negeri Padang, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana

© Amra Ahmad 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN

SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA

YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 1968070319920320001

Pembimbing II

Dr. Enjang A. Juanda, M.Pd, M.T NIP. 195508261981011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Fisika


(4)

iv NIP. 1968070319920320001

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ‘Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Teori Kinetik Gas’ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,

ttd


(5)

(6)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Teori Kinetik Gas

Amra Ahmad, 1202127

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya kuantitas siswa yang miskonsepsi, rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa, dan rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran yang cenderung masih berpusat pada guru untuk materi teori kinetik gas. Tujuan penelitian untuk membandingkan penurunan kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi, peningkatan keterampilan berpikir kritis, sikap siswa pada model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer dengan model pembelajaran generatif. Masalah yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah “Sejauh mana penerapan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer dapat mereduksi kuantitas siswa yang miskonsepsi dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA?”. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent control group design. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 di SMAN 3 Padang, Sumatera Barat. Pertimbangan pemilihan sampel adalah kelas yang telah belajar teori kinetik gas. Teknik pengumpulan data menggunakan pretest dan posttest menggunakan instrumen three tier test untuk diagnosa miskonsepsi dan tes uraian untuk ketrampilan berpikir kritis, lembar skala sikap siswa serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil uji hipotesis menunjukkan penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran generatif.

Kata kunci: Model Pembelajaran Generatif, Miskonsepsi, Three Tier Test, Berpikir Kritis, Simulasi Komputer


(7)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

The Application of Generative Learning Model Assisted Computer Simulation to Reduce the Quantity of Student Misconceptions and to Improve Critical

Thinking Skills of High School Students at Kinetic Theory of Gases

Abstract

This study was motivated by the high quantity of student misconceptions, lack of students critical thinking skills, and the students participation shortage in learning which tends to focus on the teacher in kinetic theory of gases. The purpose of the research is to compare the reduction in the quantity of students who have misconceptions, increase the critical thinking skills, students respond towards computer assisted generative learning model to generative learning model. The problem to be addressed through this research is "How extent the application of computer assisted generative learning model simulation can reduce the quantity of student misconceptions and improve critical thinking skills of high school students?". The method used was quasi experiment with nonequivalent control group design. Samples were grade XI and XI IPA 3, SMAN 3 in Padang, West Sumatra. The sample chosen is the class that has studied the kinetic gas theory. Data collection techniques used are pretest and post test using a three-tier test instruments for the diagnosis of misconceptions and test description for critical thinking skills, students' attitudes scale sheets and sheets of observations feasibility study. Hypothesis test results showed a decrease in the quantity of student misconceptions and increase critical thinking skills of students who use computer assisted generative learning model simulation is significantly higher than the class that uses generative learning model.

Keywords: Generative Learning Model, Misconceptions, Three Tier Test, Critical Thinking Skills, Computer Simulation


(8)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

vii KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini. Tak lupa shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya yang mengikuti ajaranya sampai akhir zaman. Amin. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini diangkat sebagai upaya untuk merealisasikan paradigma pembelajaran fisika yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered) dan pengembangan model pembelajaran untuk memicu sebanyak mungkin keaktifan siswa dalam proses

pembelajarannya. Tesis ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Teori Kinetik Gas. Tesis ini memaparkan bagaimana penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah diterapkan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer pada materi teori kinetik gas.

Penulis menyadari akan segala keterbatasan dan kekurangan dari isi maupun tulisan tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pembelajaran fisika di masa depan.

Bandung, Oktober 2014


(9)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

viii UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat;

1. Ibu Dr. Ida Kaniawati, M.Si., selaku pembimbing I dalam penulisan tesis ini dan dosen yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan yang mendalam dengan sabar dan kritis terhadap permasalahan, selalu memberikan motivasi mulai dari awal sampai akhir.

2. Bapak Dr. Enjang A Juanda, M.Pd, M.T., selaku Pembimbing II dalam penulisan tesis dan dosen yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sejak permulaan sampai dengan selesainya tesis ini.

3. Bapak Dr. Andi Suhandi, M.Si, Bapak Dr. Dadi Rusdiana, M.Si, Ibu Dr. Setiya Utari, M. Si selaku Tim Tesis, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen pada Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan.


(10)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ix 5. Kepala sekolah, guru dan staf SMA Negeri 3 Padang, Kota Padang dan SMAN 1 Pantai Cermin, Kab. Solok, Provinsi Sumatera Barat atas bantuannya dalam pengumpulan data dan observasi di lapangan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Seluruh keluarga tercinta, khususnya Buyaku Ahmad Khuzaimah dan Ibundaku Asmurni Nurja, Amri Ahmad, Nurhasna Ahmad, Afdhal Ahmad serta Kakek, Nenek, Aciak Adi dan keluarga, Adang Zal dan keluarga, Ante Nenen dan keluarga, Anga Ezi dan keluarga, Tek Ya dan keluarga, Enggi Len dan keluarga, Uncu War dan keluarga, Uni Upik dan keluarga, beserta keluarga besarku yang ada dimanapun berada, atas doa, pengertian, dorongan dan pengorbanan yang diberikan, sebab tanpa dorongan dan pengorbanannya mustahil tesis ini dapat diselesaikan. Buat, adik-adik sepupuku, jadikan ini sebagai motivasi biar bisa mencapai pendidikan yang lebih tinggi.

7. Teman-teman KPAD Camp (Rizki, Uul, Muspardi, Rola, Syakti, Zul, Bg Asep, Dodi, Dika, Aris, Anto) sebagai teman berbagi rasa dalam suka dan duka dan atas segala bantuan dan motivasinya sejak mengikuti studi sampai penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga segala amal kebaikan yang telah Bapak, Ibu dan teman-teman perbuat demi kelancaran penyelesaian tesis ini, mendapat balasan karunia nikmat dari Allah SWT yang berlipat-lipat.


(11)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv BAB I PENDAHULUAN


(12)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

xi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Batasan Masalah ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif ... 12

B. Simulasi Komputer ... 15

C. Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer ... 17

D. Miskonsepsi Fisika... 18

E. Identifikasi Miskonsepsi ... 19

F. Keterampilan Berpikir Kritis ... 21

G. Uraian Materi dan Miskonsepsi Teori Kinetik Gas ... 23

H. Karakteristik Simulasi Komputer yang Digunakan dalam Penelitian ... 28

I. Kerangka Pemikiran... 30

J. Hubungan Antara Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer dengan Keterampilan Berpikir Kritis... 31

K. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

C. Prosedur Penelitian ... 35

D. Alur Penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Analisis Instrumen ... 40

G. Hasil Validasi dan Uji Coba Instrumen ... 42

H. Teknik Analisis Data... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer...49

2. Hasil Analisis Three Tier Test………51


(13)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

xii

4. Hasil Analisis Skala Sikap Siswa………...…61

B. Pembahasan ... 63

1. Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

2. Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi... 66

3. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 71

4. Sikap Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Kriteria Hasil Three Tier Test ... 21

Tabel 2.2. Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis ... 22

Tabel 2.3. Matrik Hubungan Antara Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 31


(14)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

xiii Tabel 3.1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group

Pretest Postest Design ... 34

Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Tes ... 41

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kemudahan ... 42

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda ... 42

Tabel 3.5. Hasil Akhir Judgement Instrumen Three Tier Test ... 43

Tabel 3.6. Hasil Analisis Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.7. Kategori Tingkat N Gain ... 45

Tabel 3.8. Kategori Tingkat PKM ... 45

Tabel 3.9. Skor Pernyataan Skala Sikap Siswa ( Skala Likert ) ... 47

Tabel 3.10. Kriteria Skala Sikap Siswa ... 47

Tabel 3.11. Kriteria Keterlaksanaan Model ... 48

Tabel 4.1. Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer oleh Guru dan Siswa... 50

Tabel 4.2. Sebaran Miskonsepsi pada Soal ... 51

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Analisis Three Tier Test Kelas Kontrol ... 53

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Three Tier Test Kelas Eksperimen ... 53

Tabel 4.5. Penurunan Kuantitas Miskonsepsi Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.6. Penurunan Kuantitas Miskonsepsi Kelas Eksperimen... 55

Tabel 4.7. Rata-Rata Skor Pretest, Posttest, dan Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis ... 58

Tabel 4.8. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran ... 61

DAFTAR GAMBAR


(15)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

xiv

Gambar 2.1. Ketika Volume Gas Diperkecil, Tekanan Bertambah ... 24

Gambar 2.2. Partikel Gas dalam Kubus ... 26

Gambar 2.3. Contoh Tampilan PhET Simulation ... 29

Gambar 2.4. Tampilan The Gas Law Simulation (Simulasi Hukum Gas) ... 30

Gambar 3.1. Alur Proses Penelitian ... 37

Gambar 4.1. Diagram Batang Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi ... 55

Gambar 4.2. Diagram Batang Rata-rata Skor Pretest, Posttest Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 58

Gambar 4.3. Diagram Batang Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis ... 58

Gambar 4.4. Diagram Batang Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Tiap Indikator Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 59

Gambar 4.5. Tampilan Simulasi Gerak Molekul Gas ... 70


(16)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

xv Halaman

Lampiran A:

1. Kisi- Kisi Tes Diagnostik Miskonsepsi (Three Tier Test) ... 81

2. Hasil Validasi Three Tier Test ... 96

3. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Three Tier Test ...104

4. Reliabilitas Eksternal (Test-Retest) ...108

5. Kisi- Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ...109

6. Hasil Validasi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ...115

7. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Keterampilan Berpikir Kritis ...122

8. Analisis Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ...124

Lampiran B: 1. RPP Kelas Eksperimen ...126

2. RPP Kelas Kontrol ...138

3. LKS Kelas Eksperimen ...150

4. LKS Kelas Kontrol ...164

Lampiran C: 1. Three Tier Test Teori Kinetik Gas ...168

2. Tes Uraian Teori Kinetik Gas ...175

3. Lembar Skala Sikap Siswa ...177

4. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer oleh Guru dan Siswa ...179

5. Rekapitulasi Hasil Pretest-PostestThree Tier Test ...185

6. Rekapitulasi Hasil Pretest-Postest Keterampilan Berpikir Kritis ..193

7. Rekapitulasi Hasil Lembar Skala Sikap Siswa ...195

8. Rekapitulasi Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer oleh Guru dan Siswa ...197


(17)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

xvi Lampiran D:

1. Statistik Miskonsepsi ...201 2. Statistik Keterampilan Berpikir Kritis ...204

Lampiran E:

1. Surat Keterangan Penelitian ...207 2. Dokumentasi Penelitian ...208 3. Riwayat Hidup Penulis ...209


(18)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan sekolah sebagai bagian dari lingkungan pendidikan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sekolah menjadi pilihan utama pada jenjang formal dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah yang mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Fisika merupakan salah satu bagian ilmu sains yang diajarkan sekolah menengah di seluruh Indonesia. Pengetahuan, pemahaman dan penguasaan terhadap Fisika mejadi dasar siswa untuk mengembangkan kemampuan dan kesadaran terhadap keagungan Tuhan serta dasar perkembangan sains di masa depan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Kedudukan Fisika telah menjadikannya sebagai pilar dalam kemajuan teknologi suatu bangsa. Oleh karena itu keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran Fisika yang bermakna, dengan begitu menjadi salah satu kunci kemajuan bangsa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonseia no 41 tahun 2007 tentang standar proses menyatakan bahwa,

Proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,


(19)

2

menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pembelajaran fisika seperti yang tersirat dalam Permendiknas no 41 tahun 2007 menuntut pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan dengan memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses fisik dan mental agar mampu meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, pembelajaran yang menantang konsepsi dalam pikiran siswa, pembelajaran yang membekali pengetahuan, pemahaman serta keterampilan bernalar dalam berpikir analisis menggunakan konsep fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, melatihkan sejumlah kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi. Pembelajaran fisika yang selaras dengan tujuan tersebut dapat dilaksanakan melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Hal ini dapat mendorong siswa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepnya, menghindarkan terjadinya kesalahan konsep dan miskonsepsi, melatih siswa agar memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains dan meningkatkan kemampuan cara berpikir dalam memecahkan masalah secara kritis.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMA negeri di kota Bandung ditemukan kenyataan yang terjadi di sekolah menengah belum sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini terlihat dari hasil rata-rata skor tes pemahaman konsep siswa untuk materi teori kinetik gas adalah 43 dari skor total 100, serta rata-rata skor tes uraian yang mengukur tingkat keterampilan berpikir kritis siswa 48,5 dari skor total 100. Di samping itu, hasil analisis indeks keyakinan dengan menggunakan Certainty Response Index (CRI) terkait jawaban tes pemahaman konsep menunjukan bahwa terdapat beberapa kesalahan konsep yang diyakini kebenaranya (miskonsepsi) oleh siswa. Miskonsepsi terjadi pada 35,71% siswa yang meyakini bahwa jika molekul gas dipanaskan, maka ukuran molekul gas akan bertambah besar, 42,86% siswa meyakini bahwa jika molekul gas yang ditekan pada suhu tetap maka molekul gas akan bergerak semakin cepat, dan sebanyak 28,57 % siswa meyakini bahwa berat gas akan bertambah ketika


(20)

3

didinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan di kelas cenderung belum mampu membangun pemahaman konsep, melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa, mereduksi kuantitas siswa yang miskonsepsi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di salah satu SMAN di kota Bandung, SMAN di Kab. Garut serta SMAN di Kota Padang, proses pembelajaran masih cenderung monoton dan berpusat pada guru, dan hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa cenderung memiliki minat dan ketertarikan yang rendah dalam belajar fisika serta kurangnya antusiasme dan partisipasi aktif siswa di dalam proses pembelajaran. Mereka menganggap bahwa fisika itu sulit dan identik dengan rumus- rumus atau persamaan matematis. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran di dalam kelas tidak berjalan maksimal, akibatnya siswa cenderung pasif dan guru cenderung mengutamakan persamaan matematis, meskipun masih banyak siswa yang tidak tahu dan tidak mau tahu dengan konsep yang telah diuraikan di kelas. Dampak dari hal ini berlanjut menimbulkan permasalahan besar seperti tingginya kuantitas miskonsepsi fisika serta kurangnya kemampuan siswa dalam mengkritisi berbagai persoalan fisika.

Berdasarkan hasil analisis observasi menunjukkan bahwa masalah muncul akibat kelemahan proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas. Model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas saat ini masih cenderung monoton. Dalam proses pembelajaran, guru masih cenderung menggunakan model ceramah, sesekali menggunakan presentasi Ms.Power Point sebagai pengganti apa yang ditampilkan pada papan tulis dan dominasi yang begitu besar selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan John Dewey dalam Heuvelen (2001) bahwa pendidikan sains (fisika) cenderung gagal karena begitu sering disajikan hanya sebagai pengetahuan siap pakai dan bersifat informatif saja.

Berdasarkan kelemahan proses pembelajaran yang ditemukan itu, proses pembelajaran telah menempatkan siswa cenderung menjadi penerima pengalaman dan informasi serta kurang memberi ruang siswa untuk membangun pengetahuan dan konsepnya sendiri. Padahal hakikat sebuah proses pembelajaran, menurut teori konstruktivisme, menuntut siswa untuk tidak hanya menjadi penampung


(21)

4

pengalaman dan informasi semata, tetapi juga menjadi pemroses pengalaman dan informasi (Rustaman, 2000). Untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya seperti tingginya kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi dan rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa, maka tahap-tahap proses pembelajaran yang ditemukan di lapangan harus diubah oleh guru untuk menjadi proses pembelajaran yang memberi ruang bagi siswa untuk lebih berpartisipasi aktif tanpa rasa takut serta guru tidak menyajikan konsep sebagai materi siap pakai melainkan dengan membimbing siswa agar menemukan konsep, menghindari terjadinya miskonsepsi dengan memunculkan konflik kognitif serta menyelesaikan konflik untuk membangun konsep yang benar. Untuk itu, penggunaan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dapat mengatasi permasalahan ini.

Berdasarkan hasil dan analisis studi pendahuluan tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian yang mampu memecahkan persoalan tersebut. Salah satu upaya adalah dengan penerapan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer. Model pembelajaran generatif merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivis. Aktivitas-aktivitas dalam model pembelajaran generatif meliputi (1) tahap orientasi, guru membangun kesan pertama yang bertujuan untuk menarik perhatian dan minat siswa, (2) tahap pengungkapan ide, guru memberi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui konsep prasyarat siswa, (3) tahap tantangan dan restrukturisasi, guru memfasilitasi sharing idea antar siswa, guru memunculkan konflik kognitif, peragaan atau demonstrasi (4) tahap penerapan, guru membimbing siswa menerapkan konsep pada masalah yang lain, menguji kebenaran konsep melalui percobaan serta (5) tahap revisi, diskusi dan tanya jawab kembali untuk membandingkan materi yang telah diperoleh berdasarkan percobaan dan penerapan konsep dengan pengetahuan awal sebelum melakukan percobaan.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran generatif, siswa diberi ruang untuk menjadi pemroses pengalaman dan konsep/ informasi, mengajukan gagasan, pertanyaan-pertanyaan, dan masalah-masalah, serta mendiskusikan perihal konsep yang terkait dengan pembelajaran tanpa dibebani rasa takut (


(22)

5

Lingbiao dalam Redhana & Sastrawidana, 2003). Lingbiao (1992) menambahkan bahwa, melalui pembelajaran generatif konsep-konsep yang dirasakan sulit bagi siswa menjadi lebih mudah dipahami. Miskonsepsi akan teratasi dengan adanya tahap pembelajaran dalam model ini yang dapat mendukung munculnya konflik kognitif dan penyelesaiannya.

Hal ini terbukti dari berbagai penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran generatif, seperti yang telah dilakukan Osborne & Wittrock (1983), Haratua T.M.S (1999), Khalidin (2005), Henny (2005) menemukan berbagai kelebihan dari model pembelajaran generatif. Kelebihan model pembelajaran generatif yaitu merangsang siswa untuk mengingat dan menyampaikan konsep yang mereka miliki, memberikan motivasi siswa untuk menjadi lebih aktif dalam mengeluarkan ide. Kelebihan yang lain yakni mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa, melatih siswa menggeneralisasi pengetahuan yang mereka miliki, melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep baru dari percobaan yang mereka lakukan. Model pembelajaran generatif juga mampu meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Dari berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan penerapan model pembelajaran generatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif. Namun, belum ditemukan penelitian yang mengkaji tentang penggunaan model pembelajaran generatif dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis, padahal dengan aktifitas yang ada, keterampilan tersebut bisa dilatihkan. Keterampilan berpikir kritis sangat penting dilatihkan pada siswa agar mampu lebih mudah dalam memahami, menguasai dan menerapkan konsep. Zamroni dan Mahfudz (2009) mengemukakan alasan pentingnya keterampilan berpikir kritis dilatihkan pada siswa yaitu (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan menyebabkan informasi yang diterima siswa semakin banyak jenisnya. Oleh karena itu siswa dituntut memiliki kemampuan memilih dan memilah informasi yang baik dan benar sehingga dapat memperkaya wawasanya, (2) siswa adalah


(23)

6

warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani kehidupan semakin kompleks. Hal ini menuntut mereka memiliki keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya secara kritis (3) berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana kreativitas muncul ketika mengamati fenomena-fenomena atau permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif (4) setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan, dengan terampil dalam berpikir kritis manusia bisa mengambil keputusan dengan tepat.

Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (dalam Stiggin, 1994), terbagi atas 5 kategori, yaitu: (1) Memberikan penjelasan sederhana (Elementery clarification), meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan; (2) Membangun keterampilan dasar (Basic support), meliputi mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu penjelasan atau tantangan; (3) Menyimpulkan (Inference), meliputi mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan menentukan nilai pertimbangan; (4) Memberikan penjelasan lanjut (Advanced clarification), meliputi mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dan mengidentifikasi asumsi; (5) Mengatur strategi dan taktik (Strategies and tactics), meliputi menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan prinsip konstruktivisme seperti pada tahap orientasi dapat digunakan untuk melatih kemampuan elementery clarification, misalnya memberikan penjelasan sederhana tentang fenomena fisika. Pada tahap tantangan dan restrukturisasi dapat melatihkan keterampilan basic support, misalnya dengan observasi sederhana terhadap peristiwa yang ada di sekitar siswa. Masih banyak kharakteristik dalam model pembelajaran generatif yang sesuai dan potensial untuk menunjang meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan kajian literatur, tahapan dan karakteristik model pembelajaran generatif mampu merangsang terjadinya proses kognitif di otak. Hal ini dapat


(24)

7

terjadi melalui pertanyaan arahan guru yang mampu memunculkan konflik kognitif pada siswa. Tahap ini mampu berperan dalam mereduksi kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi. Namun, terdapat kelemahan pada tahapan ini, siswa cenderung kesulitan dalam memahami arah dan tujuan pertanyaan arahan yang diberikan. Upaya mengatasi kelemahan ini dengan menggunakan bantuan media yang dipandang mampu membantu mengoptimalkan proses kognitif di otak siswa. Media akan memudahkan siswa memahami maksud dan tujuan pertanyaan arahan yang diberikan guru, sehingga kelemahan tersebut akan teratasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sahin (2006) yang menyatakan simulasi komputer merupakan alat yang bagus untuk memperbaharui bangunan hipotesis siswa, interpretasi grafik/gambar, dan kemampuan memprediksi siswa. Syarat media yang digunakan seharusnya mengandung konsep yang benar, menarik bagi siswa, praktis dan interaktif ketika digunakan. Salah satu media yang dipandang sesuai dengan kharakteristik itu adalah simulasi komputer.

Upaya yang dilakukan dengan penggunaan simulasi komputer di dalam model pembelajaran generatif diperkirakan akan membantu mereduksi kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi siswa. Hal ini karena kelebihan media simulasi komputer yang mampu memvisualisasikan fenomena makroskopis dan mikroskopis dengan mudah, sehingga simulasi komputer akan membantu dalam mereduksi kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian Suhandi, et al (2009) yang menyatakan bahwa media simulasi komputer atau lab virtual dapat lebih meningkatkan efektifitas pendekatan pembelajaran konseptual dalam mereduksi kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman konsep siswa. Keberhasilan mereduksi siswa yang mengalami miskonsepsi dilihat dari turunnya tingkat persentase kuantitas miskonsepsi siswa dari keadaan awal siswa yang didiagnosa mengalami miskonsepsi, ketika menggunakan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer atau tanpa berbantuan simulasi komputer.

Berdasarkan kajian literatur dan hasil studi pendahuluan di salah satu SMAN Bandung dan Padang terdapat beberapa miskonsepsi siswa dan konsep


(25)

8

yang keliru dalam materi teori kinetik gas. Karakteristik teori kinetik gas cenderung abstrak dan bersifat mikroskopik. Hal ini menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk mennggunakan materi teori kinetik gas dalam penelitian. Penggunaan simulasi komputer pada konsep teori kinetik gas diharapkan mampu membantu penerapan model pembelajaran generatif dalam mereduksi kuantitas miskonsepsi dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hal ini, maka peneliti telah melaksanakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Teori Kinetik Gas

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer terhadap pereduksian kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa siswa SMA dibandingkan dengan model pembelajaran generatif?”.

Untuk memperjelas rumusan masalah, maka perumusan di atas diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi pada materi teori kinetik gas antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif dengan yang siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer? 3. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran generatif berbantuan

simulasi komputer yang diterapkan pada pembelajaran materi teori kinetik gas?


(26)

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang:

1. Perbandingan kuantitas siswa yang miskonsepsi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer.

2. Perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer.

3. Sikap siswa terhadap model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputeryang diterapkan pada pembelajaran materi teori kinetik gas.

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Penurunan kuantitas miskonsepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengurangan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap konsep sebelum dan sesudah diberikan treatment yang diidentifikasi dengan mengunakan analisis Three Tier Test (TTT). Kategori penurunan miskonsepsi siswa ditentukan melalui rumus penurunan kuantitas miskonsepsi (PKM) yang diadaptasi dari rumus gain yang dinormalisasi.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan keterampilan berpikir kritis siswa ke arah yang lebih baik antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Kategori peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ditentukan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi. 3. Sikap siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap terhadap model

pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer yang dilihat dari rata-rata frekuensi skala sikap yang dipilih. Skala sikap yang dimaksud adalah


(27)

10

tanggapan siswa yang terdiri dari dua respon yaitu setuju dan tidak setuju terhadap tiap pernyataan.

E. Manfaat Penelitian

Data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empirik tentang potensi model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer dalam mereduksi kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi fisika, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini seperti guru-guru sekolah menengah, para mahasiswa di LPTK, para peneliti dalam bidang pendidikan, praktisi pendidikan dan lain-lain. F. Definisi Operasional

Untuk memberikan konsep yang sama dalam upaya menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasionalnya sebagai berikut:

1. Model pembelajaran generatif didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat secara aktif mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengembangan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya tanpa berbantuan simulasi komputer. Sintaks (tahapan) dari model pembelajaran generatif yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap pengungkapan ide, (3) tahap tantangan dan restrukturisasi, (4) tahap penerapan, serta (5) tahap revisi. Untuk memantau keterlaksanaan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi. 2. Model pembelajaran generatif berbantuaan simulasi komputer didefinisikan

sebagai suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat secara aktif mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengembangan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya dengan berbantuan simulasi komputer. Sintaks (tahapan) dari model pembelajaran generatif yaitu: (1) tahap orientasi dengan berbantuan simulasi komputer untuk menampilkan


(28)

11

fenomena, (2) tahap pengungkapan ide, (3) tahap tantangan dan restrukturisasi dengan menggunakan simulasi komputer bertujuan memunculkan konflik kognitif serta membangun kembali konsep yang benar, (4) tahap penerapan, serta (5) tahap revisi. Untuk memantau keterlaksanaan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer dalam pembelajaran dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi.

3. Simulasi komputer dalam penelitian ini didefinisikan sebagai media pembelajaran berbasis komputer yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang memuat berbagai fenomena fisis dan konsep teori kinetik gas dalam format teks, simulasi, suara yang mendukung model pembelajaran generatif. 4. Miskonsepsi siswa merupakan kesalahan konsep pada siswa yang mereka

yakini kebenaranya. Miskonsepsi cenderung secara terus menerus, biasanya pada soal-soal yang berbeda konteksnya tetapi dasar konsepnya sama. Kuantitas jumlah siswa yang mengalami miskonsespi diukur dengan tes diagnostik menggunakan tipe soal three tier test.

5. Keterampilan Berpikir kritis merupakan proses dan keterampilan yang dilibatkan dalam membuat keputusan secara rasional apa yang harus dilakukan dan dipercaya (Ennis, 1995). Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan mengapa, menganalisis argumentasi, mengidentifikasi asumsi dari alasan yang tidak dikemukakan, menyimpulkan (membuat deduksi) dan memilih kriteria untuk mempertimbangkan penyelesaian (Liliasari,1997) Keterampilan berpikir kritis siswa dijaring dengan menggunakan tes uraian yang memuat indikator - indikator keterampilan berpikir kritis setelah mendapatkan pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer.


(29)

34

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain nonequivalent control group design (Sugiyono, 2013). Kelompok pertama yang dikenai perlakuan berupa model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kedua dikenai perlakuan berupa model pembelajaran pembelajaran generatif sebagai kelompok kontrol. Desain dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Pretest Postest Design Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1, O2 X1 O1’, O2’

Kontrol O1, O2 X O1’, O2’

(Sugiyono, 2013) Keterangan:

X1 = Perlakuan berupa pembelajaran generatif berbantukan simulasi komputer

X = Perlakuan berupa pembelajaran generatif O1 = Pretest tes diagnostik miskonsepsi. O2 = Pretest tes keterampilan berpikir kritis O1’ = Posttest tes diagnostik miskonsepsi. O2’ = Posttest tes keterampilan berpikir kritis

Kedua kelompok diberi pretest (tes awal) dengan soal yang telah diuji validitas dan reliabilitas di kelas lain yang telah mempelajari materi teori kinetik gas. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan homogenitas dari kedua kelompok tersebut. Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok


(30)

35

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kontrol diberi perlakuan, setelah itu diberikan posttest (tes akhir) yang sama persis. Sikap siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan diketahui dengan cara memberikan lembar skala sikap siswa yang berisikan indikator tanggapan terhadap model generatif berbantuan simulasi komputer.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA Negeri di Kota Padang tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling. Pertimbangan penggunaan teknik purposive sampling ialah sesuai dengan tujuan penelitian, sampel yang dipilih merupakan siswa yang telah belajar materi teori kinetik gas dengan guru mereka di kelas. Pemilihan sampel juga berdasarkan pertimbangan hasil studi pendahuluan bahwa pada kelas XI sekolah tersebut ada kecenderungan terjadi miskonsepsi dalam materi teori kinetik gas. Pengelompokan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: a. Studi pendahuluan berupa studi literatur terhadap jurnal dan laporan

penelitian mengenai model pembelajaran generatif, miskonsepsi, keterampilan berpikir kritis, menganalisis kurikulum KTSP pelajaran fisika, dan materi pelajaran fisika SMA kelas XI.

b. Penentuan materi pembelajaran yaitu teori kinetik gas.

c. Perancangan rencana proses pembelajaran dengan model pembelajaran generatif, simulasi komputer dan pembuatan LKS.


(31)

36

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

e. Melakukan validasi instrumen pada pakar/ahli. f. Merevisi/memperbaiki instrumen.

g. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian. h. Menentukan subyek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Pelaksanaan tes awal bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol (2 x 45 menit). b. Pelaksanaan pembelajaran, perlakuan yang diberikan kepada kelas

eksperimen yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran generatif berbantukan simulasi komputer dan untuk kelas kontrol pembelajaran dengan model pembelajaran generatif, masing-masing selama tiga pertemuan (9 x 45 menit).

c. Pelaksanaan observasi, terhadap keterlaksanaan model pembelajaran model pembelajaran generatif berbantukan simulasi komputer pada saat proses pembelajaran berlangsung (tiga pertemuan)

d. Pelaksanaan tes akhir bagi kedua kelompok dan pemberian lembar skala sikap siswa pada kelas eksperimen (2 x 45 menit).

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah: a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan.


(32)

37

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS


(33)

38

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

D. Alur Penelitian

Secara garis besar bagan alur penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian Penyusunan Instrumen

1. Soal Tes Diagnostik Miskonsepsi

2. Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis

3. Skala Sikap Siswa 4. Lembar Observasi

Masalah

Studi Literatur, Model Pembelajaran Generatif, Miskonsepsi dan Keterampilan Berpikir Kritis

Penyusunan Perangkat Pembelajaran:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2. LKS

3. Simulasi Komputer

Model Pembelajaran Generatif (Kelas Kontrol)

Analisis Data Tes Akhir

(Posttest)

Model Pembelajaran Generatif Berbantuan

Simulasi Komputer (Kelas Eksperimen) Tes Awal

(Pretest)

Sikap Siswa

Kesimpulan Observasi

Validasi, Uji Coba, Revisi


(34)

39

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menggunakan beberapa instrumen untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu: (1) tes diagnostik miskonsepsi; (2) tes keterampilan berpikir kritis; (3) lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran generatif berbantukan simulasi komputer; dan (4) skala sikap siswa. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:

1. Tes Diagnostik Miskonsepsi

Tes diagnostik menguji miskonsepsi siswa menggunakan three-tier test yang berfungsi untuk mengevaluasi kemampuan memahami dan mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Instrumen ini berbentuk pilihan ganda tiga tingkat dimana pada soal tingkat kedua disediakan pilihan ganda yang merupakan alasan pemilihan jawaban pada tingkat pertama. Penyusunan soal tingkat pertama instrumen diagnostik miskonsepsi menggunakan aspek pemahaman (C2) berdasarkan taksonomi Anderson, yang meliputi proses kognitif menjelaskan , menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, membandingkan. Soal tingkat ketiga menggunakan CRI (Certainty Response Index) atau tingkat keyakinan atas pilihan jawaban yang terdiri atas sangat yakin, yakin, kurang yakin, tidak tahu. Tes diagnostik miskonsepsi ini diberikan sebanyak dua kali yaitu pada awal pembelajaran (pretest) dan pada akhir pembelajaran (posttest). Tes yang digunakan pada awal dan akhir pembelajaran ini merupakan instrumen tes yang sama.Hasil rekapitulasi CRI dapat di lihat pada Lampiran C.5.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes keterampilan berpikir kritis ini berupa tes tertulis. Instrumen tes keterampilan berpikir kritis ini berbentuk tes uraian (essay) untuk materi teori kinetik gas. Instrumen ini diberikan sebanyak dua kali yaitu pada awal


(35)

40

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pembelajaran (pretest) dan pada akhir pembelajaran (posttest). Tes yang digunakan pada awal dan akhir pembelajaran ini merupakan instrumen tes yang sama dan digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam tes ini adalah keterampilan berpikir kritis yang diklasifikasikan oleh Ennis yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan memberi penjelasan lanjut, dan mengatur strategi serta taktik. Hasil rekapitulasi pretest dan postest tes keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran C.6.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer pada konsep teori kinetik gas sesuai dengan skenario pembelajaran. Skenario model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer lima tahap utama yaitu: tahap orientasi, tahap pengungkapan ide, tahap tantangan dan restrukturisasi, tahap penerapan, dan tahap revisi. Bertindak sebagai pengamat yaitu satu orang guru fisika yang mengajar di sekolah tersebut dan satu orang rekan sejawat. Hasil rekapitulasi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran C.7. 4. Lembar Skala Sikap Siswa

Skala sikap bertujuan untuk mengetahui sikap atau tanggapan siswa terhadap model pembelajaran model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer pada materi teori kinetik gas. Lembar skala sikap terdiri dari butir pernyataan yang di dalamnya dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, pandangan, tanggapan dan harapan siswa, seperti: apakah siswa menganggap baru, merasa senang, merasa tertarik, termotivasi, merasa dimudahkan, merasa difasilitasi untuk pengurangan miskonsepsi dan peningkatan keterampilan berpikir kritis, mengharapkan ingin belajar materi lain dengan model ini. Lembar skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak


(36)

41

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya. Lembar skala sikap ini diberikan kepada kelompok eksperimen setelah mereka melakukan pretest. Melalui lembar skala sikap siswa, peneliti dapat mengetahui persentase sikap siswa terhadap model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer. Hasil rekapitulasi skala sikap siswa dapat dilihat pada Lampiran C.8.

F. Analisis Instrumen

Tes yang baik harus memenuhi empat karakteristik: validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan dan daya pembeda setiap butir soalnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tes yang baik, tes yang akan digunakan dalam penelitian yang meliputi tes diagnostik miskonsepsi di-judge terlebih dahulu kemudian diuji cobakan untuk mengetahui reliabilitasnya. Sementara itu, tes keterampilan berpikir kritis juga di-judge dulu untuk mendapatkan tes yang valid, sebelum diuji cobakan. Setelah diuji cobakan, tes keterampilan berpikir kritis dianalisis reliabilitas, tingkat kemudahan dan daya pembeda setiap butir soalnya.

1. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal berhubungan dengan tingkat keabsahan atau ketepatan soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara di-judge oleh kelompok ahli. Instrumen tes dianalisis oleh lima orang ahli yang melakukan judgement meliputi kesesuaian soal dengan indikator pembelajaran, kesesuaian soal dengan kunci jawaban, kesesuaian soal dengan miskonsepsi dan indikator keterampilan berpikir kritis. Setelah soal diperbaiki atas saran pelaku judgment, maka soal tes dikatakan valid untuk dapat digunakan dalam penelitian.

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau


(37)

42

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan dihitung dengan koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan test-retest. Instrumen diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden yang berbeda. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya berbeda dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya menggunakan rumus korelasi product moment Pearson sebagai berikut:

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy            (17) (Arikunto, 2011) Keterangan: xy

r = koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

X = skor item Y = skor total N = jumlah siswa

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2011) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80< rxy≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

rxy≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang) Arikunto (2011) 3. Tingkat Kemudahan Soal


(38)

43

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Uji tingkat kemudahan adalah dilaksanakan untuk menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

N B

P (18)

(Arikunto, 2011) Keterangan:

P = indeks tingkat kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi untuk indeks kemudahan adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kemudahan

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang 0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

(Arikunto, 2011) 4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2011)

B A B B A A P P J B J B

D    (19)

Keterangan:

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah


(39)

44

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2011) G. Hasil Validasi dan Uji Coba Instrumen

Berdasar hasil validasi isi dari lima orang ahli yang melakukan judgement, maka didapatkan instrumen three tier test yang valid sebanyak 14 item seperti yang ditunjukan oleh Tabel 3.5. Lembar validasi (judgement) instrumen terdiri dari 4 indikator, yakni kesesuaian item soal dengan indikator pembelajaran, kesesuaian item soal dengan aspek pemahaman konsep, kesesuaian item soal dengan miskonsepsi yang ada, kesesuaian kunci dengan jawaban soal. Soal dikatakan valid, setelah mendapat perbaikan dan saran dari pen-judgement. Rekapitulasi hasil judgement dari lima orang ahli dapat dilihat pada lampiran A2.

Tabel 3.5. Hasil Akhir Judgement Instrumen Three Tier Test No No Item Sebelum

Perbaikan

No Item Setelah

Perbaikan Keterangan

1 1 1 Valid

2 2 2 Valid

3 3 3 Valid

4 4 4 Valid

5 5 5 Valid

6 6 6 Valid

7 7 7 Valid

8 8 8 Valid

9 9 - Tidak Valid


(40)

45

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

11 11 10 Valid

12 12 11 Valid

13 13 - Tidak Valid

14 14 12 Valid

15 15 - Tidak Valid

16 16 - Tidak Valid

17 17 - Tidak Valid

18 18 13 Valid

19 19 14 Valid

20 20 - Tidak Valid

Untuk melihat reliabilitas tes dilakukan dengan test-retest. Berdasarkan hasil test-retest pada 32 siswa, maka di dapatkan bahwa instrumen three tier test memiliki reliabilitas 0,97 yang tergolong dalam kategori sangat tinggi.

Sementara itu, untuk validasi isi instrumen tes keterampilan berpikir kritis telah di judge oleh 5 orang ahli. Setelah melalui konsultasi dengan pembimbing dan pelaku judgment, diputuskanlah bahwa soal yang dipergunakan sebanyak 5 soal yang mewakili 4 indikator keterampilan berpikir kritis dengan koreksi seperlunya. Rekapitulasi hasil judgement instrumen tes keterampilan berpikir kritis dari lima orang ahli dapat dilihat pada lampiran A2. Hasil analisis validitas butir tes keterampilan berpikir kreitis berjumlah 5 butir soal yang berbentuk uraian diperoleh reliabilitas 0,96 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasar hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis, maka di dapatkan hasil analisis butir soal yang meliputi daya beda, tingkat kemudahan dan reliabilitas tes seperti yang ditunjukan pada Tabel 3.6,

Tabel 3.6. Hasil Analisis Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis No.

Soal

Daya Beda Tingkat

Kemudahan Reliabilitas(Rxy) Ket D Kriteria P Kriteria Nilai Kriteria

1 0,42 Baik 0,41 Sedang

0.96 Tinggi

Dipakai

2 0,22 Cukup 0,23 Sukar Dipakai

3 0,32 Baik 0,30 Sukar Dipakai

4 0,33 Cukup 0,46 Sedang Dipakai


(41)

46

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data hasil angket, observasi, hasil pretest dan posttest diagnostik miskonsepsi dan keterampilan berpikir kritis. Hasil angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa, keterlaksanaan pembelajaran serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Skor pretest dan posttest peningkatan diagnostik miskonsepsi dan keterampilan berpikir kritis dianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 20.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, pengurangan kuantitas miskonsepsi dan peningkatan keterampilan berpikir kritis.

Untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

N - Gain

=

� −� �

��� −� � (20)

Keterangan:

Spos = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Gain yang dinormalisasi (N-Gain) diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.7. Kategori Tingkat N-Gain

Batasan Kategori

− ���� > ,7 Tinggi

,3 − ���� ,7 Sedang

− ���� < ,3 Rendah

(Hake,1999)

Sedangkan untuk melihat penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi maka digunakan rumus tingkat penurunan kuantitas miskonsepsi, diadaptasi dari rumus gain yang dinormalisasi, sebagai berikut:


(42)

47

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Penurunan Kuantitas Miskonsepsi (PKM)

=

% � � − % �

% � � − %� � �� (21)

Keterangan:

% M post

= Persentase kuantitas siswa miskonsepsi saat

posttest % M pre

= Persentase kuantitas siswa miskonsepsi saat

pretest % M ideal

= Persentase kuantitas siswa miskonsepsi yang ideal

PKM diinterpretasikan untuk menyatakan penurunan kuantitas siswa miskonsepsi dengan kategori yang diadaptasi dari Hake (1999),

Tabel 3.8. Kategori Tingkat PKM

Batasan Kategori

� > ,7 Tinggi

,3 � ,7 Sedang

� < ,3 Rendah

Efektivitas model pembelajaran generatif berbantuan simulasi komputer dapat dilihat dari perbandingan nilai N-Gain dan PKM kelas eksperimen dan kelas kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan N-Gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

Untuk pengujian hipotesis penelitian maka dilakukan pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferensial. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test melalui SPSS 20 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal


(43)

48

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value< α maka H0 ditolak dan jika P-valueα maka H0 diterima. Dalam program SPSS 20 digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan kata lain P-value = Sig.

2. Uji Homogenitas

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan Uji Levene menggunakan SPSS 20. Uji hipotesis Levene digunakan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0: σ12= σ22 H1 : σ12≠ σ22

dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika P-value> α maka H0 tidak dapat ditolak sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Uji perbandingan dua rerata pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji-t dua sampel independen melalui program SPSS 20 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t dua sampel independen digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang independen dengan asumsi data terdistribusi normal. Rumusan hipotesis statistik pada uji ini adalah sebagai berikut:

H0: µ1 µ2 H1: µ1 > µ2

dimana, H0 adalah rerata skor kelas kontrol sama dengan atau lebih besar dibandingkan rerata skor kelas eksperimen dan H1 adalah rerata skor kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rerata skor kelas kontrol. Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan


(44)

P-49

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value  α maka H0 diterima.

Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika nonparametrik yang digunakan adalah Uji Mann-Whitney, karena kedua data bersifat bebas.

4. Skala Sikap Siswa

Data yang diperoleh dari angket dihitung persentasenya menggunakan rumus, sebagai berikut:

� = × % (22)

Keterangan:

T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap. N = jumlah siswa

Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangan pernyataan negatif sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.

Tabel 3.9. Skor Pernyataan Skala Sikap Siswa ( Skala Likert ) No. Sifat

Pernyataan

Jawaban

SS S TS STS

1 Positif 4 3 2 1

2 Negatif 1 2 3 4

Tabel 3.10. Kriteria Skala Sikap Siswa

SS (%) Kriteria

SS = 0 Tak satu siswa pun

0<SS<25 Sebagian kecil siswa 25≤SS<50 Hampir setengah siswa

SS=50 Setengah siswa


(1)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan gagasan tertulisnya dalam LKS pada tahap pengungkapan ide Saran atas kesulitan ini adalah guru sebaiknya memberikan tugas rumah untuk membaca artikel yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada siswa sebelum masuk kelas, agar siswa mencari dan memiliki gagasan atau konsep awal

b. Tahap Tantangan dan Restrukturisasi

Siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan simulasi komputer. Kurang meratanya kemampuan menggunakan simulasi komputer tiap siswa. Solusi atas kendala ini adalah siswa diminta mempelajari simulasi komputer di luar jam pembelajaran sebelum kelas dimulai. Disamping itu, kurang optimalnya pembelajaran disebabkan oleh belum meratanya jumlah komputer ketika menggunakan simulasi komputer. Saran atas kendala ini sebaiknya tersedia pengadaan tiap kelompok yang menggunakan komputer/ laptop terdiri atas 3 orang.

2. Dari segi penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi

a. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menggunakan instrumen three tier test dengan menyediakan isian kosong pada soal tingkat kedua, untuk mendeteksi munculnya miskonsepsi baru.

b. Penggunaan dan pengembangan instrumen three tier test membuat guru terpacu melatihkan pembelajaran yang menarik karena tiap jawaban diminta alasanya. Hal ini cocok dikembangkan pada materi fisika dan sains yang lain.

c. Untuk meperbaiki hasil kuantitas siswa yang miskonsepsi nomor 7, 8 dan 13 sebaiknya perlu mempergunakan simulasi komputer yang lebih interaktif dan mewakili miskonsepsi yang ada dengan menyediakan variabel gas yang bisa dikontrol sebanyak 3 atau lebih jenis gas.


(2)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

a. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melatihkan lebih banyak lagi aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan keterampilan berpikir kritis dalam model pembelajaran generatif.

b. Untuk meperbaiki hasil peningkatan indikator keterampilan berpikir kritis nomor 5 sebaiknya perlu mempergunakan sumulasi komputer yang lebih konkret dan interaktif.


(3)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M.R., Gelder, J. I., & Haines, K. (2001). ”A Web-Based Molecular Level Inquiry Laboratory Activity”. The Chemical Educator, 6(5), 307-308.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.

Bell, B. (2005). Learning in Science, The Waikato Research. New York: Routledge. Curto, K & Bayer, T. (2005). Writing & Speaking to Learn Biology: An Intersection

of Critical Thinking and Communication Skills. Bioscene: Journal of College Biology Teaching, 31(4), 11-19.

Dahlan, M.D (1984). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.

Darmadi, I.W. (2005). Meminimalisir Miskonsepsi Mahasiswa dalam Mata Kuliah Fisika Dasar I Melalui Penggunaan Peta Konsep dan Peta Vee. Palu: Lembaga Penelitian Untad.

Darmawan, D. (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknolgi Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Davis, J. (2001). Conceptual Change. [Online]. Tersedia : http: // epltt.coe.uga. edu/ index.php? title=Conceptual_Change. [ 20 September 2014]

Dewey, J. (1933). How We Think. Boston: D.C. Heath

Dikmenum. 2006. Silabus Fisika SMA, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ennis. (1995). Critical thinking. New Jersey : Prentice Hall.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Diterjemahkan oleh: Hadinata, B. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Glynn, S.M, & Muth, K.D. (1994). ”Reading & Writing to Learn Science Achieving Scientific Literacy”. Journal of Research in Science Teaching, 31(8), 1057-1073.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [20 September 2013]

Haratua, Stepanus, Hairida. (2002). Penerapan Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika di SMU. Pontianak : FKIP UNTAN.

Hasan, S. D, Bagayako, D. dan Kelley, E.L. (1999). “Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI).” Physics Education 34, (5), 294-299.


(4)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Henny. (2012). Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma Pada Materi Fluida Statis. Tesis FP-IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Heuvelen, A.V. (2001). ”Milikan Lecture 1999: The Workplace, Student Minds and Physics Learning Systems”. American Journal of Physics, 69, (11), 1138-1146.

Honey, M & Hilton, M. L. (2011). Learning Science Through Computer Games and Simulations. Washington DC: National Research Council, Committee on Science Learning.

Hutapea, N. M. (2012). Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Jusman. (2002). Meminimalisir Miskosepsi Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA-Fisika Melalui Penerapan Pembelajaran Model Elaborasi (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Sindue Kab. Donggala). Palu: Lembaga Penelitian Untad.

Kaltackci, D., & Didi, N. (2007). ”Identification of Pre- Service Physics Teachers Misconception on Gravity Concept: A Study with Three Tier Misconception Test”. AIP Conference Proceedings, 899(1), 499-500.

Lee, H, et al (2005). Correcting Misconception Using Unrealistic Virtual Reality. Simulation in Physics Education. Recent Research Developments in Learning Technologies. [Online]. Tersedia: http:// citeseerx.ist.psu.edu/ viewdoc/ download?doi=10.1.1.135.3357&rep=rep1&type=pdf. [ 20 September 2013] Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan

Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002. Bandung : FMIPA UPI.

Lusdiana, (2006). Pengungkapan Miskonsepsi Mahasiswa Fisika FKIP UNTAD Menggunakan Force Concept Inventory and Certainity Responses Indenx. Skripsi pada Universitas Tadulako Palu: tidak diterbitkan.

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). “The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics”. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Volume 1 No2.

Masril & Asma, N. (2002). ”Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force Concept Inventory and Certainty of Response Index”. Jurnal Fisika HFI B5. Bandung.


(5)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Meltzer. (2002). The Relationship Between mathematics preparation and conceptual learning Gain in Physics: ”Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268.

Osborne, RI & Wittrock, MC. (1983). “Learning in Science: A Generative Process”. Science Education, 67 (4), 489-508.

Osborne, RI & Wittrock, MC. (1985). “The Generative Learning Model and Its Implication for Science Education”. Studies in Science Education, 12, 59-89. Palupi, DS ,Suharyanto, Karyono. (2009). Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI.

Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Pathare, SR & Pradhan, HC. (2010). Students Misconceptions about Heat Transfer Mechanisms and Elementary Kinetic Theory. Physics Education, 45 (6), 629-634.

Pesman, Haki & Eryilmaz, Ali. (2010). Develpoment of a Three Tier Test to Assess Misconception About Simple Electric Circuits. The Journal of Education Research, 103, 208-222.

Posner G.J. et al. (1982). Accomodation of a Scientific Conception, Toward a Theory of Conceptual Change. Science Education, 66 (2), 211- 227.

Prawiradilaga, D S. (2004). Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Redhana, IW & Sastrawidana, IDK. (2003). Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II. Jurusan Pendidikan Kimia. Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.

Rustaman, NY. (2000). Kontruktivisme dan Pembelajaran IPA/Biologi. Makalah pada Seminar/ Lokakarya Guru IPA SLTP Swasta, Bandung.

Sahin, S. (2006). Computer Simulations In Science Education: Implications for Distance Education. Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE, 7 (4),12.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Stapleton, P. (2010). A survey of attitude towards critical thinking among Hong Kong secondary school teachers: Implication for policy change. Thinking Skills and Creativity 6 (2011) 14-23.

Stiggin, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company, Inc.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(6)

Amra Ahmad, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEREDUKSI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI

TEORI KINETIK GAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Suhandi, A, et al. (2009). Efektivitas penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Laporan Penelitian. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika.

Jakarta: Gramedia.

Thefreedictionary. [Online]. Tersedia : http://www.thefreedictionary.com /Computer+simulation. [ 20 September 2013]

Treagust, D. F. (1998). “Development and Use of Diagnostic Test to Evaluate Students Misconceptions in Science”. International Journal of Science Education, 10, 159-170.

Tytler. (1996). “Constructivism & Conceptual Change in View of Learning in Science”. Dalam Khazanah Pengajaran IPA, 1 (3), 4-20

Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Wielman,C.E., & Adams, W.K., Loeblein,P., Perkins,K.K. (2010). ”Teaching Physics Using PhET Simulation”. The Physics Teacher 48, 225-227

Wittrock, MC. (1992). ”Generative Learning Process of the Brain”. Educational Psychologist, 27, (4), 531-541.

Zamroni & Mahfudz. (2009). Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking. Jakarta: Depdiknas RI.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA GERAK MELINGKAR.

0 4 35

PENGGUNAAN CONCEPTUAL CHANGE MODEL BERBANTUAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL UNTUK MENURUNKAN KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMK PADA MATERI FLUIDA STATIS.

3 14 41

PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TEORI KINETIK GAS SISWA SMA.

0 2 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

1 3 37

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

0 1 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

0 0 47

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF (MMI) DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATERI TEORI KINETIK GAS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

2 5 44

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DALAM M

0 1 19

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS CALON GURU FISIKA

0 0 6