PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW.

(1)

PROFIL COMMUNICATION STYLEDAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Biologi

oleh

Amelia Gusmalini 1106480

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Oleh Amelia Gusmalini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Amelia Gusmalini Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Oleh:

Amelia Gusmalini NIM. 1106480

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si NIP. 196202111987032003

Pembimbing II,

Dr. H. TaufikRahman, M.Pd. NIP. 196201151987031002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi,

Dr. Bambang Supriatno, M.Si. NIP. 196305211988031002


(4)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep materi sistem reproduksi siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 19 Kota Bandung dengan sampel kelas XI MIA 5. Communication style yang diungkapkan melalui lembar observasi dan lembar self assessment ini terdiri dari jenis pasif, asertif dan agresif dengan delapan deskriptor yaitu berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi dan kepemimpinan. Penguasaan konsep siswa terhadap materi sistem reproduksi diukur dengan menggunakan soal pre-test dan post-test. Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh kurangnya penggunaan metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam berkomunikasi, interaksi, dan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 45,5% siswa memiliki communication style asertif, 28,4% siswa memiliki communication style pasif dan 26,4% siswa memiliki communication style agresif. Rata-rata penguasaan konsep siswa sebelum pembelajaran yaitu 44,19, dan setelah pembelajaran adalah sebesar 76,13. Peningkatan penguasaan konsep memiliki kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,57. Setelah dilakukan uji Chi-Kuadrat independen antara dua faktor diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran diukur dengan menggunakan angket, dan diperoleh persentase sebesar 79,83% siswa merespon setuju terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi sistem reproduksi.

Kata kunci: communication style, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, penguasaan konsep.


(5)

ABSTRACT

The purpose of this study was to reveal the profile of communication style and student concept mastery about reproduction system using cooperative learning type jigsaw. This study was conducted in SMA Negeri 19 Bandung with a sample that is used is a class XI MIA 5. Student communication style revealed by observation sheet and self-assessment sheet consist of passive, assertive and aggressive with eight descriptor that are speaking and listening, sensitivity, timing, focus on topic, conflict resolution, reflection and leadership. The concept of student mastery reproduction system measured using about pre-test and post-test. The background of this study is the lack of using active learning method to improved students communication, interaction, and students involvement in teaching learning process. Descriptive method is constructed this study. The result showed that 45,5% students have assertive communication style, 28,4% have passive communication style and 26,4% students have aggressive communication style. Students concept mastery average before using cooperative learning type jigsaw is 44,9 and after learning is 76,13. The achievement scores of students concept mastery including medium category with N-gain scores is 0,57. After counted by Chi-Kuadrat independent between two variables test, the result showed that is no correlations between communication style and students concept mastery. The response of students measured by questionnaire, the result is 79,83% students gived agree response about using cooperative learning type jigsaw on concept reproduction system.

Key words: communication style, cooperative learning type jigsaw, concept mastery.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATERI SISTEM REPRODUKSI... 10

A. Communication Style Siswa ... 10

1. Communication Style Asertif... 12 2. Communication Style Agresif...

3. Communication Style Pasif... 14 16 B. Metode Pembelajaran Kooperatif ...

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif... 17 17 C. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw... 20 20 22


(7)

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw... b. Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

24 24

D. Penguasaan Konsep... 25

E. Materi Sistem Reproduksi... 28

1. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Bakteri ... 30

2. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Virus ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35

A. Desain Penelitian... 35

B. Partisipan... 35

C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 35

D. Definisi Operasional... 35

E. Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Analisis Data... 45

G. Prosedur Penelitian... 49

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 55

A. Profil Communication Style Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 55

B. Penguasaan Konsep Materi Sistem Reproduksi Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 66

C. Hubungan Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa ... 70

D. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 72

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 76

A. Simpulan... 76

B. Implikasi dan Rekomendasi... 76

DAFTAR PUSTAKA... 78

LAMPIRAN... 84


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Taksonomi Bloom Revisi... 27

Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Self Assessment Communication Style Siswa ... 38

Tabel 3.3Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep... 38

Tabel 3.4Kisi-kisi Angket Respon Siswa... 39

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 39

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara... 40

Tabel 3.7Klasifikasi Daya Pembeda... 41

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda... ... 41

Tabel 3.9Kriteria Tingkat Kesukaran... 41

Tabel 3.10Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran... 41

Tabel 3.11Klasifikasi Validasi Item... 42

Tabel 3.12Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Item... 42

Tabel 3.13Klasifikasi Reliabilitas... 43

Tabel 3.14 Klasifikasi Kualitas Butir Soal... 43

Tabel 3.15 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen ... 44

Tabel 3.16 Kategori Gain Ternormalisasi (N-gain)... 47

Tabel 3.17 Cara Pemberian Skor Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran... 48

Tabel 3.18 Klasifikasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 48

Tabel 3.19 Tahapan dan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw... 50

Tabel 4.1 Rata-rata Persentase Communication Style Siswa dalam Setiap Deskriptor... 58

Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji N-gain Hasil Pre-test dan Post-test Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Penyakit Menular Seksual... 67

Tabel 4.3 Rekapitulasi Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa. 71 Tabel 4.4 Rekapitulasi Uji Independen Antara Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa... 71


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Proses Penyebaran Siswa dari Kelompok Asal (home group) ke Kelompok Ahli (expert group)

23

Gambar 3.1 Proses Penyebaran Anggota Dari Kelompok Asal Ke

Kelompok Ahli... 52

Gambar 3.2 Alur Penelitian... 54 Gambar 4.1Grafik Rata-rata Persentase Communication Style Siswa ... 55 Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Penguasaan

Konsep Siswa... 66 Gambar 4.3Grafik Persentase Jawaban Siswa Berdasarkan Indikator Soal.... 68 Gambar 4.4 Grafik Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Silabus Kurikulum... 84

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 89

Lampiran B.1 Lembar Observasi Communication Style Siswa... 101

Lampiran B.2 Lembar Self Assessment Communication Style Siswa... 106

Lampiran B.3 Instrumen Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi... 110

Lampiran B.4 Instrumen Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran... 125

Lampiran B.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 127

Lampiran B.6 Lembar Pedoman Wawancara Siswa... 130

Lampiran B.7 Lembar Kegiatan Kelompok Asal... 131

Lampiran B.8 Bahan Ajar Artikel Penyakit Menular Seksual... 132

Lampiran C.1 Rekapitulasi Lembar Observasi Communication Style ... 137

Lampiran C.2 Rekapitulasi Lembar Self Assessment Communication Style 139 Lampiran C.3 Rekapitulasi Lembar Pedoman Wawancara Siswa... 141

Lampiran C.4 Rekapitulasi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep... 144

Lampiran C.5Rekapitulasi Nilai Post-test Penguasaan Konsep... 146

Lampiran C.6Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Siswa... 148

Lampiran C.7 Rekapitulasi Hasil Post-test Berdasarkan Indikator Soal... 149

Lampiran C.8 Rekapitulasi Kategorisasi Communication Style Siswa Berdasarkan Lembar Observasi dan Lembar Self Assessment... 151

Lampiran C.9 Rekapituasi Kategorisasi Penguasaan Konsep dan Communication Style Siswa... 152

Lampiran C.10 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 153

Lampiran C. 11 Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 155

Lampiran D.1 Hasil Analisis Butir Soal ANATES... 156

Lampiran D.2 Hasil Uji Chi-Kuadrat-Uji Independen Antara Dua Faktor... 165

Lampiran E.1 Surat Keterangan Penelitian... 167


(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ajah (2012) mengungkapkan bahwa dalam undang-undang pasal 20 tahun 2003, telah menjelaskan fungsi pendidikan nasional melalui penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan dapat mencetak manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa, berilmu, kreatif, mandiri, terampil, berjiwa sosial, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah berupaya melalui perbaikan-perbaikan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yaitu kurikulum 2013. Kemendikbud (2013) menjelaskan beberapa pengalaman-pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa melalui kurikulum 2013 yaitu pengalaman belajar mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Mengkomunikasikan adalah tahap ke lima dari serangkaian tahapan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik. Endarta (2014) mengungkapkan bahwa mengkomunikasikan dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam kehidupan. Syahbana (2011) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya sebagai makhluk sosial antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama, dalam hubungan tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting. Oleh karena itu dalam pendidikan perlu melatih kemampuan komunikasi agar siswa mampu menjaga hubungan positif antar makhluk sosial.

Pipas & Jaradat (2010) mengelompokkan komunikasi ke dalam tiga bentuk communication style, yang terdiri dari pasif, asertif, dan agresif. Dalam sebuah percakapan mengandung gabungan setiap bentuk communication style tersebut. Communication style asertif yang merupakan bentuk gabungan antara pasif, dan


(13)

agresif, merupakan bentuk yang paling ideal dan seharusnya paling banyak digunakan dalam percakapan. Memiliki communication style asertif menunjukkan bahwa siswa mampu mengungkapkan pendapat, hak dan perasaan dengan menghormati pendapat, hak dan perasaan orang lain, sehingga dapat menghindari konflik dalam percakapan. Bonaccio & Dalal (2006) menambahkan bahwa setiap individu memiliki communication style yang berbeda, dan pada umumnya setiap individu menggunakan lebih dari satu communication style dalam berbicara. Mempelajari dan melatih communication style sangat penting untuk mendidik siswa berkomunikasi lebih efektif dan mampu merespon percakapan dengan sewajarnya, dan yang paling penting adalah untuk memudahkan siswa dalam menjaga kedinamisan hubungan sosial.

Li et al.(2014) telah melakukan penelitian tentang hubungan communication style terhadap kemampuan siswa menerima saran dan pendapat, yang menunjukkan bahwa siswa dengan communication style asertif mampu menerima pendapat dengan lebih positif daripada siswa dengan communication style agresif dan pasif. Tannous (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa communication style dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam suatu diskusi kelompok. Beberapa penelitian lain tentang communication style yang dilakukan oleh Rau (2013), Wu & Mclaughlin (2012), Frey (2009) membuktikan bahwa communication style dapat meningkatkan interaksi sosial siswa, mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, dan meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa. Hidayat & Lyrawati (2008) dalam penelitiannya mengenai communication style dan penguasaan konsep dalam bidang keperawatan, menyatakan bahwa seseorang dengan communication style ideal belum tentu memiliki penguasaan konsep yang baik, terkadang seseorang yang cenderung pasif dalam suatu percakapan lebih mengungguli orang yang aktif dalam hal menguasai atau memahami sebuah konsep. Dari beberapa penelitian tersebut, penelitian tentang communication style siswa dan kemampuan siswa menguasai konsep biologi, khususnya materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual belum dilakukan. Penguasaan konsep menurut Bloom (dalam Rustaman, et al. 2005) yaitu kemampuan siswa menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi


(14)

yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami, mampu memberikan interpretasi, dan mampu mengkomunikasikan apa yang telah ia pelajari.

Wulandari (2011) mengungkapkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi communication style siswa, salah satunya adalah pemilihan strategi pembelajaran yang kurang tepat. Terkadang guru seringkali menggunakan metode pembelajaran yang memusatkan kegiatan pada guru seperti pembelajaran dengan metode ceramah, siswa menjadi lebih pasif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga sulit untuk mengidentifikasi communication style siswa. Turacogluet al. (2013) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran ceramah yang memusatkan kegiatan pada guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas seperti berfikir, berbagi informasi, dan merekonstruksi informasi yang ia peroleh. Siberman (2014) menambahkan bahwa cara belajar dengan mendengarkan akan membuat siswa lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan mendengarkan, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sehingga cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dipersiapkan suatu metode pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahas materi yang dipelajari dengan orang lain. Menurut Aḉikgöz (dalam Turacoglu,et al.2013) seharusnya guru-guru sudah menerapkan metode pembelajaran aktif, karena dengan pembelajaran aktif dapat mengaktifasi psikis dan mental siswa selama proses pembelajaran, dan memberikan siswa kesempatan untuk merekonstruksi informasi yang ia peroleh berdasarkan karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotor yang ia miliki. Dengan pembelajaran aktif, proses belajar mengajar akan berpusat kepada siswa, sehingga siswa aktif menemukan informasi dan mengkomunikasikan informasi yang ia peroleh. Kemudian Bowen (2000), Ramsay et al. (2000), Stockdale & Williams (2004) mengungkapkan bahwa salah satu metode yang tepat adalah metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Metode pembelajaran kooperatif menurut Bowen (2000) dan Prince (2004), digambarkan sebagai metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam


(15)

kelompok kecil secara heterogen, kemudian saling tolong menolong satu sama lain untuk mencapai tujuan akademis, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan berikir kritis, dan mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Johnson & Smith, 1998 (dalam Cagatay & Demircioglu, 2013) mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen esensial pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi antara siswa, pertanggung jawaban individu dan kelompok, kemampuan interpersonal dan kelompok, dan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Berdasarkan komponen tersebut Slavin, 1994 (dalam Baharuddin & Wahyuni, 2010) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada lingkungan belajar sosial dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu, sehingga siswa akan lebih aktif menemukan informasi, berbagi informasi, dan berkomunikasi selama aktivitas pembelajaran. Berdasarkan penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh Rusita (2014), Koseoglu (2013), Wulandari (2011), Naomi & Githua(2013), menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini memberikan hasil positif bagi siswa, seperti meningkatkan prestasi siswa, mengembangkan sikap positif, meningkatkan percaya diri, meningkatkan kemampuan komunikasi yang baik, mampu menerima perbedaan antara sesama siswa dengan baik, memiliki ketekunan dan daya ingat yang baik.

Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe salah satunya adalah tipe jigsaw. Colosi (1998), Doymus (2008), Sesen & Tarhan (2008), mengungkapkan bahwa jigsawmerupakan salah satu teknik yang paling digemari oleh guru dan siswa di lapangan. Jigsawmerupakan suatu tipe pembelajaran metode kooperatif yang mampu menciptakan ketergantungan positif yang tinggi antara siswa. Menurut Aronson (2000), jigsawmerupakan strategi metode pembelajaran kooperatif yang memungkinkan setiap siswa untuk ditugaskan dari kelompok asal menjadi pakar atau ahli pada suatu aspek dalam suatu bagian pembelajaran, setelah menguasai aspek tersebut siswa akan kembali ke kelompok asal dan mengajarkan aspek tersebut pada anggota kelompok asalnya


(16)

masing-masing. Keuntungan dari jigsawini adalah siswa dapat melakukan tantangan dan keterlibatan langsung terhadap tugas dalam kelompok ahli dengan antusias, karena mereka mengetahui bahwa mereka dan informasi yang mereka pelajari adalah salah satu bagian penting dalam kelompoknya masing-masing yang akan menentukan keberhasilan belajar kelompoknya. Naomi & Githua(2013) menambahkan bahwa siswa yang ahli dalam suatu aspek akan mempresentasikan dan mengkomunikasikan aspek yang ia kuasai secara verbal kepada siswa lain dalam kelompok asalnya dengan rasa penuh tanggung jawab, mengingat keberhasilan belajar siswa lain adalah bergantung kepada informasi yang telah ia kuasai.

Naomi & Githua (2013) mengungkapkan bahwa dalam metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawterdiri dari diskusi pada kelompok asal dan kelompok ahli. Melalui diskusi ini, siswa akan mampu meningkatkan interaksi antar sesama siswa, salah satunya dalam berkomunikasi. Dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, akan memudahkan guru untuk menilai komunikasi siswa secara individu maupun kelompok. Wulandari (2011) mengungkapkan bahwa kenyataannya dalam melakukan diskusi, masih banyak ditemukan siswa yang sulit melakukan komunikasi dengan baik sehingga pembicaraan dalam diskusi didominasi oleh orang yang sama. Kesulitan ini bisa disebabkan oleh rasa malu dan ketidakpercayaan diri siswa dalam mengungkapkan ide, pendapat, bantahan atau persetujuan, sehingga sulit untuk menilai kemampuan berkomunikasi siswa.

Sudjana (1989) menyatakan bahwa hasil belajar yang baik didukung oleh penggunaan metode yang sesuai, metode yang baik adalah yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia. Oleh karena itu, Usman (2000) mengungkapkan bahwa untuk menghidupkan suasana diskusi dengan aktif dan merata, materi pelajaran yang digunakan dapat berupa materi yang lebih kontekstual sehingga memancing pro dan kontra antara siswa dan memicu siswa untuk berdiskusi dengan baik. Salah satunya adalah materi sistem reproduksi, konsep penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual merupakan konsep yang secara kontekstual dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa dan di lingkungan tempat tinggal siswa. Nurhadi & Senduk


(17)

(2003) mengungkapkan bahwa pembelajaran materi sistem reproduksi dengan diskusi dapat mendorong siswa aktif mengemukakan ide dan mengembangkan sikap ilmiah, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada tim guru menyatakan bahwa siswa seringkali bersemangat dan aktif dalam pembelajaran konsep sistem reproduksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh keingintahuan siswa yang tinggi dan ketertarikan siswa mengetahui lebih jauh tentang kesehatan reproduksi. Dengan demikian, penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawpada materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual, diperkirakan akan mampu mendorong siswa lebih aktif dalam menemukan informasi dan membangun konsepnya sendiri, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa berkomunikasi dengan lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian pada pembelajaran materi sistem reproduksi dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawuntuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah

profil communication style dan penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?”

Agar penelitian ini lebih terarah, maka dari rumusan masalah tersebut dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah communication style siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi sebelum dan setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

3. Bagaimanakah hubungan communication style dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi? 4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


(18)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta agar penelitian lebih terarah, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penguasaan konsep dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan soal berbentuk uraian kasus yang didasarkan pada taksonomi Bloom revisi dengan dimensi proses kognitif terbagi menjadi enam kriteria yaitu C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mensintesis). Dalam penelitian ini, soal penguasaan konsep menggunakan dimensi proses kognitif C2 (memahami).

2. Konsep yang digunakan dalampenelitian ini adalah materi sistem reproduksidalam pembelajaran kelas XI IPA semester II, dengan materi pokok struktur dan fungsi alat-alat reproduksi pada laki-laki dan wanita, proses pembentukan sel kelamin, ovulasi dan menstruasi, fertilisasi, gestasi dan persalinan, ASI, KB, serta kelainan dan penyakit yang terjadi pada organ reproduksi. Materi pokok yang diuji dalam penelitian ini adalah materi kelainan dan penyakit pada organ reproduksi yaitu tentang penyakit menular seksual.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi siswa

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih dan mengembangkan communication style siswa yang lebih baik dan efektif dalam berkomunikasi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.


(19)

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, bekerjasama, dan mengembangkan hubungan sosial antar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

c. Agar siswa tertarik dan dengan mudah memahami materi sistem reproduksi khususnya tentang konsep penyakit menular seksual.

d. Dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual.

e. Dapat memberikan masukan kepada siswa untuk berperilaku seksual sehat serta bergaul dengan baik dan terhindar dari penyakit menular seksual.

2. Bagi guru

a. Dapat memberikan alternatif metode pembelajaran yang dapat mengembangkan dan melatih communication style siswa.

b. Dapat memotivasi guru untuk melakukan penilaian terhadap communication style siswa sebagai bahan pertimbangan penilaian siswa. c. Dapat memberikan informasi mengenai penguasaan konsep siswa SMA

sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran siswa di waktu yang akan datang.

3. Bagi peneliti

Mengungkapkan gambaran tentang communication style dan penguasaan konsep siswa SMA tentang materi sistem reproduksi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian lain yang sejenis.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Gambaran mengenai keseluruhan isi skripsi dan pembahasannya dapat dijelaskan dalam sistematika penulisan sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan

Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.


(20)

2. Bab II Kajian Pustaka

Bagian ini menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, konsep dan teori yang relevan dengan penelitian yang dikaji. Beberapa konsep yang dikaji dalam bab II ini adalah tentang communiation style, penguasaan konsep, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual.

3. Bab III Metode Penelitian

Bagian ini membahas mengenai komponen dari metode penelitian yaitu desain penelitian, partisipan pada penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, serta pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Pola pemaparan dalam bab IV ini menggunakan pola tematik, yakni setiap temuan kemudian dibahas secara langsung sebelum maju ke temuan berikutnya.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Bagian ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian mengenai communication style dan penguasaan konsep siswa SMA pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawini mengunakan metode penelitian deskriptif.

B. Partisipan

Partisipan atau siswa yang digunakan sebagai subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI program Matematika dan Ilmu Alam. Partisipan berjumlah 31 orang dengan jumlah siswa perempuan 17 orang dan jumlah siswa laki-laki 14 orang.

C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 19 Kota Bandung yang beralamat di jalan Dago Pojok. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMA Negeri 19 Bandung semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas XI MIA 5. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling.

D. Definisi Operasional

1. Profil communication style siswa

Profil communication style siswa dalam penelitian ini diadaptasi dari Lander (2002) yang terdiri dari communication style asertif, agresif, dan pasif dengan delapan deskriptor yaitu, deskriptor berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi, dan kepemimpinan. Data profil communication style siswa ini diperoleh melalui lembar observasi sebagai data utama yang digunakan saat pembelajaran berlangsung, dan lembar self assessment sebagai data pendukung yang didistribusikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir.


(22)

2. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep yang dimaksud pada penelitian ini adalah berupa perbandingan nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Penguasaan konsep ini diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda berjumlah 20 butir soal. Soal tersebut disusun berdasarkan taksonomi Bloom revisi yang mencakup dimensi kognitif aspek C2 (memahami). 3. Metode pembelajaran tipe jigsaw

Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran dengan sintaks yang mengacu pada Slavin (2008) yaitu metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Keterlaksanaan pembelajaran metode kooperatif tipe jigsawini diobservasi menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

4. Materi sistem reproduksi

Materi sistem reproduksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang konsep penyakit menular seksual (PMS) yang terdiri dari penyakit sifilis, hepatitis B, klamidia, herpes genital, dan AIDS. Pemilihan konsep ini mengacu pada KD 4.13 yang terdapat pada silabus kurikulum 2013 (Lampiran A.1) yaitu tentang menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia melalui berbagai bentuk media presentasi (Puskur Kemendikbud, 2013). Berdasarkan KD 4.13 tersebut, disusun indikator-indikator pencapaian kompetensi yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran A.2).

E. Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup lembar observasi dan lembar self assessment, tes penguasaan konsep berbentuk tes pilihan ganda, angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan lembar pedoman wawancara. Tabel 3.1 di bawah ini mencantumkan jenis instrumen dan tujuannya.


(23)

Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian

No Jenis Instrumen Tujuan Instrumen Waktu

1. Lembar observasi Mengungkapkan profil communication style siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Selama tahapan inti proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung (diskusi pada kelompok ahli dan kelompok asal)

2.. Lembar self assessment Sebagai data pendukung untuk mengungkapkan profil communication style siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsawberakhir

3. Soal tes penguasaan konsep

Mendapatkan data penguasaan konsep siswa pada materi sistem reproduksi

Di awal dan di akhir pembelajaran (pre-test dan post-test)

4. Angket respon siswa Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang telah dilakukan

Setelah pembelajaran berakhir

5. Lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran

Sebagai data pendukung untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dilakukan oleh guru

Selama proses pembelajaran

berlangsung 6. Lembar pedoman

wawancara

Sebagai data pendukung untuk mengungkapkan communication style dan penguasaan konsep siswa

Setelah pembelajaran berakhir

a. Lembar observasi dan lembar self assessment communication style

Lembar observasi merupakan instrumen utama yang digunakan untuk mengungkapkan profil communication style siswa, dan lembar self assessment digunakan sebagai instrumen pendukung untuk mengungkapkan profil tersebut. Lembar observasi (Lampiran B.1) dan lembar self assessment (Lampiran B.2) diadapatasi dari Lander (2002) yang terdiri dari delapan deskriptor. Setiap deskriptor terdiri dari tiga pernyataan yang menunjukkan communication style pasif, asertif, dan agresif. Dalam penggunaannya, observer dan siswa hanya memilih salah satu pernyataan yang tersedia.

Lembar observasi digunakan pada saat pembelajaran kooperatif tipe jigsawberlangsung, yaitu pada proses diskusi kelompok asal dan kelompok ahli oleh lima orang observer yang dipilih oleh peneliti. Observer yang digunakan dalam penelitian ini, adalah orang-orang yang sebelumnya tidak pernah mengenal dan tidak pernah melakukan interaksi dengan sampel penelitian, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya subjektifitas pada saat observasi berlangsung. Sebelum dilakukan penelitian, diberikan pengarahan terlebih dahulu kepada observer terkait cara penggunaan lembar observasi dan penilaian communication


(24)

style siswa. Lembar self assessment diberikan kepada siswa pada saat setelah pembelajaran berakhir. Berikut tabel kisi-kisi lembar observasi dan lembar self assessment communication style siswa.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Lembar Self assessment

No Deskriptor Kode Pernyataan Communication Style Asertif Agresif Pasif

1. Berbicara dan mendengarkan 1a 1b 1c

2. Sensitifitas (kepekaan) 2a 2b 2c

3. Pengambilan keputusan 3a 3b 3c

4. Pemilihan waktu 4a 4b 4c

5. Kesesuaian waktu/topik 5a 5b 5c

6. Resolusi konflik 6a 6b 6c

7. Refleksi 7a 7b 7c

8. Kepemimpinan 8a 8b 8c

b. Soal tes penguasaan konsep

Soal penguasaan konsep siswa berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif C2 (memahami) yang berupa soal dengan uraian kasus tentang penyakit menular seksual diantaranya penyakit sifilis, klamidia, herpes genital, AIDS, dan hepatitis B. Soal terdiri dari lima buah kasus dengan tingkat kesulitan kasus yang berbeda, masing-masing kasus terdiri dari empat butir soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban, sehingga total seluruh soal adalah berjumlah 20 butir soal (Lampiran B.3). Tes penguasaan konsep ini diberikan pada saat sebelum proses pembelajaran (pre test) dan setelah proses pembelajaran (post test) untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi sebelum dan setelah proses pembelajaran. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen soal tes yang telah dibuat terlebih dahulu di-judgement oleh beberapa dosen ahli sebanyak 30 soal tes pilihan ganda. Setelah proses judgement selesai dilanjutkan dengan uji coba instrumen yang diberikan kepada 30 siswa yang telah mempelajari materi sistem reproduksi konseppenyakit menular seksual. Berikut tabel kisi-kisi soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep

No Indikator Ranah

Kognitif No. Soal 1. Mengidentifikasi nama penyakit berdasarkan kasus yang

terdapat pada soal C2

1, 9, 13 2. Menentukan penyebab penyakit yang tepat sesuai dengan

kasus yang diberikan C2

2, 10, 14 3. Menentukan gejala penyakit yang tepat sesuai dengan kasus C2 3, 5, 15, 16


(25)

No Indikator Ranah

Kognitif No. Soal yang diberikan

4. Mengidentifikasi jenis penyakit berdasarkan kasus yang

terdapat pada soal C2

4, 8, 20 5. Mengidentifikasi organ tubuh atau komponen dalam tubuh

yang diserang oleh penyakit berdasarkan kasus yang terdapat pada soal

C2

6, 18

6. Menentukan cara pencegahan penularan penyakit yang

tepat berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2

7, 19 7. Menentukan cara penyembuhan penyakit berdasarkan kasus

yang terdapat pada soal C2

11 8. Mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan oleh penyakit

yang tepat berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2

12 9. Mengidentifikasi cara penularan penyakit yang tepat

berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2

17

c. Angket respon siswa

Angket respon siswa (Lampiran B.4) digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang telah dilakukan. Angket didistribusikan setelah proses pembelajaran selesai. Berikut kisi-kisi angket respon siswa.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

No. Indikator No. Item

1. Respon siswa terhadap penguasaan konsep materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual dengan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

1, 2, 3

2. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan kaitannya dengan hubunga sosial siswa

4, 5, 6 3. Respon siswa tentang aktivitas pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan

kaitannya dengan communication style siswa 7, 8, 9, 10

d. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan (Lampiran B.5) digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan dan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berdasarkan Rencangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Berikut kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

No Tahapan Pembelajaran Sintaks No. Item

1. Kegiatan awal Penilaian pengetahuan awal siswa 1 Usaha memotivasi siswa 2 2. Kegiatan inti

Tahap pengelompokkan siswa 3, 4 Kegiatan kelompok asal 5 Kegiatan kelompok ahli 6, 7, 8, 9 Kegiatan kelompok asal 10, 11, 12


(26)

e. Lembar Pedoman wawancara

Lembar pedoman wawancara (Lampiran B. 6) yang digunakan sebagai data pendukung pada penelitian ini, dilakukan kepada beberapa perwakilan siswa yang setelah dikategorisasi memiliki communication style asertif, agresif dan pasif setelah pembelajaran berakhir. Berikut kisi-kisi lembar pedoman wawancara siswa.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara Siswa

No Indikator Jumlah

Item

No. Item 1. Keaktifan siswa berkomunikasi dalam diskusi pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

2 1, 2

2. Kesulitan siswa memahami konsep penyakit menular seksual 2 3, 4, 3. Pemahaman siswa terhadap penggunaan lembar self assessment

communication style

2 5, 6

2. Proses pengembangan instrumen

Untuk menguji kelayakan instrumen tes penguasaan konsep yang yang digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis uji coba instrumen dengan melakukan analisis pokok uji. Analisis pokok uji dilakukan pada soal tes pilihan ganda, yang meliputi analisis daya pembeda,tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas.

a. Daya pembeda

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal mengikuti aturan Arikunto (2010) di bawah ini.

= − = −

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok tes JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = Proporsi keompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Arikunto (2010) klasifikasi daya pembeda dikategorikan seperti pada tabel 3.7 berikut ini.


(27)

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda

Persentase Daya Pembeda Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda

Nomor Soal Kriteria

6, 10, 24, 26 Jelek

7, 8, 13, 14, 20, 27, 28 Cukup

2, 3, 4, 5, 11, 12, 15, 17, 29 Baik 1, 9, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 30 Baik Sekali

b. Tingkat kesukaran

Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal mengikuti aturan Arikunto (2010) berikut ini.

=

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kesukaran suatu soal memiliki beberapa kriteria mengikuti aturan Arikunto (2010) pada tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran

Rentang Kategori

0,10 - 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran

Nomor Soal Kriteria

3, 8, 9, 11, 12, 17, 20, 22 Sukar

1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Sedang


(28)

c. Validitas

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas item adalah rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang mengikuti aturan Person (dalam Arikunto, 2011) berikut ini.

= ∑ − ∑ (∑ )

∑ 2− ∑ 2 ( ∑ 2−())2 Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah soal uji coba

X = Skor tiap butir soal

Y = Skor total tiap soal uji coba

∑ = Jumlah perkalian XY

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy mengikuti aturan Arikunto (2010) yang terdapat pada tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Klasifikasi Validasi Item

Rentang Validitas

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi

0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang

0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah

0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat rendah

rxy < 0,00 Tidak valid

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Item

Nomor Soal Kriteria

- Sangat tinggi

9, 22, 25 Tinggi

1, 3, 4, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23,

29, 30 Sedang

2, 5, 7, 13, 27, 28 Rendah

6, 10, 14, 24, 26 Sangat rendah

- Tidak valid

d. Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas mengikuti aturan Arikunto (2010) sebagai berikut.


(29)

11 = −

1 1−

2

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen n = Banyaknya butir pertanyaan M = Skor rata-rata

St = Varians skor total

Klasifikasi reliabilitas mengikuti aturan Arikunto (2010) dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut ini.

Tabel 3.13 Klasifikasi Reliabilitas

Rentang Kategori

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Nilai reliabilitas seluruh soal adalah 0,90 yang termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Pada penelitian ini, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda ditentukan dengan menggunakan software Anates Pilihan Ganda versi 4.0.2 (Lampiran D.1). Untuk memutuskan soal yang akan digunakan dalam penelitian, dilakukan klasifikasi terhadap soal dengan mengikuti aturan Zainul & Nasoetion (1997) yang dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini.

Tabel 3.14 Klasifikasi Kualitas Butir Soal

Kategori Penilaian

Dipakai

Apabila :

1. Daya pembeda ≥ 0,40

2. Tingkat kesukaran 0,25 ≤ p ≤ 0,75 3. Validitas ≥ 0,40

Diperbaiki

Apabila :

1. Daya pembeda ≥ 0,40 tingkat kesukaran p <

0,25 atau p > 0,75 tetapi validitas ≥ 0,40

2. Daya pembeda < 0,40 tingkat kesukaran

0,25 ≤ p ≤ 0,75 tetapi ada validitas ≥ 0,40

3. Daya pembeda < 0,40 tingkat kesukaran

0,25 ≤ p ≤ 0,75 tetapi validitas antara 0,20 sampai 0,40

Dibuang

Apabila :

1. Daya pembeda < 0,40 dan ada

tingkat kesukaran p < 0,25 atau p > 0,75 2. Validitas < 0,20

3. Daya pembeda < 0,40 dan validitas < 0,40 dan


(30)

Berikut adalah rekapitulasi analisis pokok uji instrumen pilihan ganda sekaligus keputusan yang diambil terhadap soal tersebut berdasarkan hasil pengujian soal instrumen yang telah dijelaskan di atas.

Tabel 3.15 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen

No

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Keputusan Reliabilitas

DP Int TK Int V Int r Int

1 0,75 BS 0,50 SD 0,58 SD Dipakai

0,90 Sangat Tinggi

2 0,62 BK 0,46 SD 0,33 RD Diperbaiki

3 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki

4 0,50 BK 0,56 SD 0,41 SD Dipakai

5 0,50 BK 0,66 SD 0,32 RD Diperbaiki

6 0,00 JK 0,56 SD 0,03 SR Dibuang

7 0,37 CK 0,33 SD 0,40 RD Dibuang

8 0,37 CK 0,26 SK 0,42 SD Diperbaiki

9 0,87 BS 0,26 SK 0,78 TG Dipakai

10 0,00 JK 0,50 SD 0,02 SR Dibuang

11 0,50 BK 0,20 SK 0,45 SD Diperbaiki

12 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki

13 0,25 CK 0,40 SD 0,33 RD Dibuang

14 0,25 CK 0,53 SD 0,20 SR Dibuang

15 0,50 BK 0,56 SD 0,41 SD Dipakai

16 0,75 BS 0,60 SD 0,54 SD Dipakai

17 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki

18 0,87 BS 0,33 SD 0,66 SD Dipakai

19 0,87 BS 0,56 SD 0,60 SD Dipakai

20 0,37 CK 0,26 SK 0,42 SD Diperbaiki

21 0,75 BS 0,46 SD 0,55 SD Dipakai

22 0,87 BS 0,26 SK 0,78 TG Dipakai

23 0,75 BS 0,53 SD 0,59 SD Dipakai

24 0,00 JK 0,43 SD 0,15 SR Dibuang

25 0,87 BS 0,33 SD 0,76 TG Dipakai

26 0,00 JK 0,40 SD 0,09 SR Dibuang

27 0,25 CK 0,43 SD 0,24 RD Dibuang

28 0,25 CK 0,40 SD 0,26 RD Dibuang

29 0,62 BK 0,40 SD 0,47 SD Dipakai

30 0,75 BS 0,60 SD 0,54 SD Dipakai

Keterangan Tabel 3.15

Int=(Interpretasi); DP=Daya Pembeda (JK=Jelek; CK=Cukup;BK=Baik; BS=Baik Sekali); TK=Taraf Kesukaran (SK=Sukar; SD=Sedang; MD=Mudah); V=Validitas (ST=Sangat Tinggi; TG=Tinggi; SD=Sedang; RD=Rendah; SR=Sangat Rendah); r = Nilai Reliabilitas


(31)

3. Teknik pengumpulan data

a. Pemberian pre test kepada seluruh siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.

b. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdilakukan observasi berkaitan dengan communication style siswa ketika siswa melakukan diskusi pada kelompok asal dan kelompok ahli. Observasi dilakukan oleh lima orang observer dan setiap observer memiliki tanggung jawab untuk mengamati communication style siswa dalam satu kelompok siswa. Selain itu, dilakukan observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawoleh observer yang sama.

c. Pemberian lembar self assessment siswa terhadap communication style siswa selama pembelajaran berlangsung dilakukan saat setelah pembelajaran berakhir.

d. Pemberian angket kepada seluruh siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

e. Pemberian post test kepada seluruh siswa untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep siswa yang dilakukan pada hari kedua penelitian. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dan merupakan soal yang sama pada pre test.

F. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini mencakup data lembar observasi dan self assessment communication style, data tes penguasaan konsep, dan data angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pengolahan nilai dari lembar observasi dan lembar self assessment communication style dianalisis secara deskriptif berdasarkan deskriptor communication style yang diadaptasi dari Lander (2002). Pada penelitian ini, dilakukan dua kali tes penguasaan konsep siswa, yaitu tes penguasaan konsep awal (pre test) dan tes penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran (post test). Untuk mengetahui besarnya peningkatan penguasaan konsep yang terjadi setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe


(32)

jigsaw, data pre test dan post test dihitung dengan menggunakan uji rerata nilai N-gain.

1. Communication style siswa

Instrumen communication style siswa berupa lembar observasi dan lembar self assessment yang diadapatasi dari Lander (2002). Instrumen ini terdiri dari 24 pernyataan yang terdiri dari delapan deskriptor yang mencakup deskriptor berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi dan kepemimpinan. Setiap masing-masing deskriptor terdiri dari tiga pernyataan, yang terdiri dari pernyataan bentuk communication styleasertif, agresif, dan pasif. Dalam penilaian, observer dan siswa hanya memilih salah satu pernyataan dalam setiap deskriptor, setiap pernyataan yang dipilih diberi nilai satu, kemudian dijumlahkan. Untuk mengetahui persentase communication style siswa dalam tiap deskriptor pada lembar observasi dan lembar self assessment menggunakan rumus berikut.

% = ∑

∑ 100%

Setelah didapatkan persentase communication style siswa dalam setiap deskriptor, kemudian dihitung rata-rata communication style siswa secara umum dengan menggunakan rumus berikut.

= ∑ +∑

2 Keterangan:

= Rata-rata communication style siswa secara umum

∑ Observasi = Jumlah persentase communication style pada setiap deskriptor berdasarkan lembar observasi

Self assessment = Jumlah persentase communication style pada setiap deskriptor berdasarkan lembar self assessment

Data jenis communication style untuk masing-masing siswa diperoleh berdasarkan jumlah tertinggi dari pernyataan yang dipilih dari kedelapan deskriptor pada lembar observasi dan lembar self assessment. Jika terdapat nilai yang sama, maka communication style yang lebih baik yang dipilih. Instrumen communication style ini dianalisis secara deskriptif.


(33)

2. Penguasaan konsep siswa

Langkah awal yang dilakukan untuk mengolah hasil test penguasaan konsep siswa adalah dengan memberikan skor pada data hasil pretest dan posttest. Setiap butir soal pilihan ganda diberikan skor1. Kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan skala 0-100. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa dilakukan perhitungan rumus N-gain mengikuti aturan Hake (1999) sebagai berikut.

N− = Nilai posttest−Nilai pretest Skor maksimal−Nilai

Kategorisasi perolehan skor N-gain mengikuti aturan Hake (1999) dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16 Kategori Gain Ternormalisasi (N-gain)

Gain ternormalisasi (g) Kategori

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang

0,1 < g < 0,30 Rendah

g ≤ 0,1 Sangat Rendah

3. Hubungan communication style dan penguasaan konsep siswa

Analisis hubungan communication style siswa dilakukan dengan mengelompokkan siswa berdasarkan jenis communication style. Kemudian, dari setiap kelompok communication style siswa dikelompokkan kembali berdasarkan peningkatan penguasaan konsep kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah dengan mengikuti aturan Hake (1999). Setelah itu, untuk mengetahui hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa, dilakukan perhitungan statistik uji Chi-kuadrat dengan menggunakan uji independen antara dua faktor mengikuti aturan Sudjana (2005) sebagai berikut.

�2 = − ) 2

=1 = Keterangan:

X2 = Chi kuadrat

Oij = Banyaknya nilai pengamatan yang terjadi Eij = Banyaknya nilai yang diharapkan terjadi

Kriteria pengujian mengikuti aturan Sudjana (2005) yaitu kedua faktor saling berhubungan (faktor tidak bebas statistik) jika X2 ≥ (1-a)(dk), dengan a=0,01 dan


(34)

dk={(B-1)(K-1)}, selain itu kedua faktor tidak berhubungan (faktor bebas statistik).

4. Angket respon siswa

Analisis angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsawmenggunakan skala Likert-4. Angket disusun dalam kategori pernyataan positif. Rekapitulasi persentase respon siswa dilakukan berdasarkan langkah sebagai berikut.

a. Memberikan skor pada setiap item pernyataan yang terdapat dalam angket. Berikut adalah skor yang diberikan pada tiap tipe jawaban sesuai dengan orientasi jawaban yang diharapkan.

Tabel 3.17 Cara Pemberian Skor Angket Respon Siswa

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

b. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsawdengan mengikuti aturan Arikunto (2010) berikut ini.

Persentase = 100%

c. Melakukan analisis terhadap persentase hasil respon siswa mengikuti aturan Koentjaraningrat (1997) berikut ini.

Tabel 3.18 Klasifikasi Angket Respon Siswa

Presentase Jawaban (%) Klasifikasi

0 Tidak Ada

1 – 25 Sebagian Kecil

26 – 49 Hampir setengah

50 Setengah

51 – 75 Sebagian Besar

75 – 99 Pada umumnya


(35)

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdisesuaikan dengan tahapan dan sintaks pembelajaran metodejigsaw yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Keterlaksanaan tahapan pembelajaran ini diobservasi oleh lima orang observer yang sudah dilatih sebelumnya sehingga dapat mengoperasikan lembar observasi dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Penyajian lembar keterlaksanaan dalam bentuk pilihan “ya” untuk terlaksana dan “tidak” untuk tidak terlaksana. Setiap tindakan dalam lembar observasi wajib diberikan tanda ceklist. Jika tindakan tersebut dilakukan oleh guru maka tanda ceklist diberikan pada kolom “ya”, dan jika tindakan tersebut tidak dilaksanakan oleh guru maka tanda ceklist diberikan pada kolom “tidak”.

Skala presentase untuk menentukan keterlaksanaan tahapan pembelajaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% = 100%

G. Prosedur Penelitian

Secara skematis, prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Studi pendahuluan

Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan studi pendahuluan dengan menganalisis masalah dan mempelajari artikel-artikel serta referensi yang berhubungan dengan communication style dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Tahap persiapan

Setelah melakukan studi pendahuluan, proposal penelitian disusun kemudian diseminarkan di depan rekan-rekan serta dosen-dosen pendidikan Biologi untuk mendapatkan masukan. Setelah dilakukan seminar proposal, disusun instrumen penelitian berupa soal tes penguaaan konsep, lembar observasi dan lembar self


(36)

assessment communication style, dan angket respon siswa. Instrumen-instrumen yang telah disusun tersebut di-judgment oleh dosen ahli, kemudian dilakukan uji coba. Setelah memperoleh hasil judgment dan hasil uji coba, instrumen direvisi dan siap digunakan. Kemudian dilakukan observasi terhadap sekolah yang akan dijadikan objek penelitian, dan selanjutnya disiapkan surat-surat perizinan penelitian yang dibutuhkan.

3. Tahap pelaksanaan

Setelah sekolah yang akan dijadikan objek penelitian memberikan izin penelitian, penelitian dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dilakukan test kemampuan awal siswa (pre-test) tentang materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual. Setelah pelaksanaan pre test, dilaksanakan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Berikut dengan tahapan dan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Tabel 3.19 Tahapan dan Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

No Tahapan Pembelajaran

Sintaks Dekripsi

1. Kegiatan awal

Penilaian pengetahuan awal siswa

 Guru memberikan soal pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari

Usaha memotivasi siswa

Guru berusaha menarik minat siswa untuk

mempelajari Penyakit Menular Seksual (PMS) dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan kehidupan sehari-hari

2. Kegiatan inti

Tahap pengelompokk an siswa

 Guru menjelaskan langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

 Guru Mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok asal dengan jumlah 6-7 orang tiap kelompok secara heterogen

Kegiatan

kelompok asal 

Guru membagikan topik konsep penyakit menular yang telah dispesifikasikan menjadi lima topik yang terdiri dari sifilis, herpes genital, AIDS, klamidia, dan hepatitis B secara acak kepada masing-masing anggota kelompok

 Guru membagikan lembar kegiatan kelompok berisi beberapa pertanyaan kepada masing-masing kelompok asal sebagai pertanyaan pengarah (Lampiran B.7)

Kegiatan kelompok ahli*

Guru mengorganisasikan siswa dengan topik yang berbeda dalam kelompok asal untuk membentuk kelompok baru dengan topik yang sama (kelompok ahli)


(37)

No Tahapan Pembelajaran

Sintaks Dekripsi

Guru memberikan artikel yang berbeda kepada masing-masing kelompok ahli sesuai dengan topik yang ditugaskan (Lampiran B.8)

 Guru menginstruksikan siswa pada kelompok ahli untuk berdiskusi terkait topik yang diberikan Guru membimbing diskusi siswa dalam kelompok

ahli Kegiatan

kelompok asal*

 Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, guru menginstruksikan siswa untuk kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk mengkomunikasikan kepada anggota kelompok asal

Guru membimbing diskusi siswa dalam kelompok asal

Guru memilih salah atu kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal 3. Kegiatan

penutup

Evaluasi  Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan

Guru mendistribusikan lembar self assessment communication style siswa dan angket respon siswa terhadap pembelajaran

 Guru memberikan post-test untuk menilai hasil belajar siswa

 Guru menutup pembelajaran

Keterangan:

* = Dilakukan observasi terhadap communication style siswa saat melakukan diskusi kelompok

Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dibentuk lima kelompok asal yang secara heterogen dengan anggota setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa. Konsep penyakit menular seksual terlebih dahulu dispesifikasikan menjadi lima topik, kemudian dibagikan secara acak kepada setiap siswa dalam kelompok asal. Lima topik tersebut terdiri dari sifilis, herpes genital, AIDS, klamidia, dan hepatitis B. Setiap kelompok asal akan dibagikan satu lembar kegiatan kelompok (Lampiran B.7) yang terdiri dari beberapa pertanyaan pengarah sebelum melakukan diskusi pada kelompok ahli. Lembar kegiatan siswa ini, akan dijawab oleh masing-masing kelompok asal setelah diskusi selesai. Siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari topik yang sama dari masing-masing kelompok, akan berkumpul dan membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Proses penyebaran anggota dari kelompok asal ke kelompok ahli dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.


(38)

Gambar 3.1 Proses Penyebaran Anggota Dari Kelompok Asal Ke Kelompok Ahli Siswa dalam kelompok ahli akan mendiskusikan topik yang telah ditugaskan dengan menggunakan artikel yang telah dibagikan oleh guru (Lampiran B.8) ataupun dengan menggunakan sumber-sumber lain seperti buku dan internet. Hal-hal yang akan didiskusikan diantaranya mengenai nama penyakit, penyebab penyakit, gejala penularan penyakit, cara penularan penyakit, organ yang diserang oleh penyakit, cara penyembuhan penyakit, dan cara pencegahan penyakit dari masing-masing topik yang ditugaskan. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli,

Keterangan dari kelompok asal ke kelompok ahli:

: Kelompok asal 1 : Kelompok asal 2 : Kelompok asal 3 : Kelompok asal 4 : Kelompok asal 5

Keterangan dari kelompok ahli ke kelompok asal:

: Kelompok asal 1 : Kelompok asal 2 : Kelompok asal 3 : Kelompok asal 4 : Kelompok asal 5

Kelompok asal 1 Kelompok asal 2 Kelompok Asal 3 Kelompok asal 4 Kelompok asal 5

Kelompok ahli sifilis Kelompok ahli herpes genital Kelompok ahli AIDS Kelompok ahli klamidia Kelompok ahli hepatitis B

A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 A.1

A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 B.2

A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 C.3

A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 D.4

A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 E.5

A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 A.1 B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 B.2 C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 C.3 D.1 D.2 D.3 D.4 D.5 D.4 E.1 E.2 E.3 E.4 E.5 E.5


(39)

siswa akan kembali ke kelompok asal masing-masing untuk mengkomunikasikan dan mengajarkan siswa lain dalam kelompok asalnya terkait topik yang telah ia kuasai. Setelah itu siswa bersama-sama dalam kelompok asal menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kegiatan kelompok (Lampiran B.7). Kemudian guru akan memilih salah satu dari kelompok asal untuk mempresentasikan hasil pembelajarannya di depan kelas, untuk mengetahui ketepatan dan kebenaran konsep yang telah dipelajari siswa dalam kelompok ahli maupun kelompok asal. Dalam kegiatan presentasi, siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan komentar dan tambahan.

Selama pelaksanaan pembelajaran yaitu proses diskusi pada kelompok ahli dan kelompok asal, communication style siswa akan diobservasi oleh beberapa orang observer. Setelah seluruh rangkaian pembelajaran berakhir, siswa diminta untuk mengisi lembar self assessment mengenai communication style dan lembar angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kemudian, dilakukan post test untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah melaksanakan pembelajaran.

4. Tahap Penyusunan dan Pelaporan

Pada tahap pengolahan data dan penyusunan laporan ini dilakukan beberapa prosedur, antara lain berupa pengelompokkan, perhitungan persentase, pemberian skor terhadap instrumen yang digunakan dan melakukan pengujian secara statistik. Setelah itu dilakukan interpretasi data hasil temuan dalam penelitian dan dilakukan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Laporan disusun dengan bimbingan dan bantuan dari para dosen pembimbing.

Prosedur penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat digambarkan dalam bagan alur seperti berikut ini.


(40)

 Analisis data  Pembahasan &

Penarikan Kesimpulan

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

TAHAP PELAPORAN HASIL STUDI PENDAHULUAN

 Menganalisis masalah  Studi atikel-artikel

communication style

 Studi referensi pembelajaran T A H A P P E L A K S A N A A N

Pelaksanaan pre test

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pelaksanaan post test Penyebaran lembar

self assessment dan

angket respon siswa

Penyusunan Proposal Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Uji coba instrumen

Revisi instrumen Penyusunan instrumen Judgementinstrum en Observasi ke sekolah Penyerahan surat izin penelitian T A H A P P E R S I A P A N

Kegiatan diskusi pada kelompok asal Kegiatan diskusi pada

kelompok ahli

Dilakukan observasi

communication style siswa

Pengelompokkan siswa ke dalam kelompok asal

Pembagian tugas kepada anggota kelompok asal

Pengelompokkan siswa ke dalam kelompok ahli

Presentasi kelompok asal di depan kelas


(41)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Communication style siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual yaitu sebesar 45,5% siswa memiliki communication style asertif, sebesar 28,4% siswa memiliki communication style pasif, dan sebesar 26,4% siswa memiliki communication style agresif.

Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual sebelum pembelajaran kooperatif tipe jigsawyaitu sebesar 44,19, dan rata-rata penguasan konsep siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe jigsawadalah sebesar 76,13. Peningkatan penguasaan konsep memiliki kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,57, dan tidak terdapat hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa.

Hasil pengolahan nilai angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsawpada materi sistem reproduksi, diperoleh sebesar 79,83% siswa memberikan responsetuju terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang harus disampaikan dalam penelitian sejenis sebagai referensi maupun perbaikan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a. Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawsangat disarankan untuk guru-guru sains terutama Biologi di sekolah, karena selain dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, kemampuan afektif dan psikomotor siswa menjadi lebih terlatih. Pembelajaran kooperatif tipe jigsawjuga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, meningkatkan interaksi antar siswa, melatih tanggung jawab siswa, dan melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok.


(42)

b. Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawharus direncanakan dengan sangat matang dan disesuaikan materi serta alokasi waktu yang ada. c. Pemilihan materi atau konsep yang dipelajari dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawdiupayakan merupakan konsep yang erat dengan kehidupan sehari-hari dan akan menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi siswa sehingga dapat mendorong siswa menjadi aktif selama pembelajaran.

d. Soal penguasaan konsep yang digunakan sebaiknya mencakup dimensi kognitif dan faktual yang lebih beragam.

e. Diupayakan agar waktu diskusi siswa pada kelompok ahli dan kelompok asal pada pembelajaran kooperatif tipe jigsawlebih diperpanjang, agar siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sehingga dapat memudahkan untuk mengidentifikasi communication style siswa. 2. Untuk Peneliti

a. Untuk peneliti lain diharapkan dapat melakukan sosialisasi atau pembiasaan terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsawagar siswa lebih paham dan mengerti tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, dan agar waktu pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien. b. Untuk peneliti lain diharapkan dapat melakukan sosialisasi terlebih

dahulu terhadap penggunaan lembar observasi dan lembar self assessment untuk memudahkan siswa dan observer dalam menilai communication style siswa.

c. Untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat melakukan penelitian tentang hubungan gender dan communication style siswa. d. Diharakan untuk penelitian ke depannya dapat menambahkan instrumen

jenis lain untuk mengungkapkan communication style siswa, misal dengan instrumen penilaian teman sebaya, sehingga akan terdapat perbandingan yang lebih jelas dari berbagai sisi untuk memudahkan pengkajian terhadap communication style siswa.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agashe, L. (2004). Sustainable Development and Cooperative Learning in the Formal Education System in India. Life Sci. Educ, 6 (9), hlm. 163-171. Ajah, N. (2012). Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi.

(Skripsi). Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Amador, J. A. & Mederer. (2013). Migrating Successful Student Engagement Strategies Online: Opportunities and Challenges Using Jigsaw Groups and Problem-Based Learning. Journal of Online Learning and Teaching, 9 (1), hlm. 89-105.

Anderson, L. & Krathwohl, D. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ardhiyantoro & Kumalasari. (2010). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa

Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aronson, E. (2000). Nobody Left to Hate Developing the Emphatic Schoolroom.

The Humanist, 60 (19), hlm. 17-21.

Aronson, E. (2002). Building Empathy, Compassion and Achivement: Impact of

Psychological Factors. New York: Academic Press.

Baharuddin, H. & Wahyuni, E. N. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Beardsley. et al. (2008). Communication Skills. Journal of Nursing Education

and Practice, 4 (11), hlm. 50-58.

Bonaccio, S. & Dalal, R. S. (2006). Advice Taking and Decision-Making: An Integrative Literature Review, and Implications for the Organizational Sciences. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 101 (2), hlm. 127-151.

Bowen, C. W. (2000). A Quantitative Literature Review of Cooperative Learning Effects on High School and College Chemistry Achievement. Journal of

Chemical Education, 77 (2), hlm. 116-119.

Bowles, T. (2009). A Comparison of Two Measure of Communication and the Communication Style of University Students. Electronic Journal of Applied

Psychology. 5 (1), hlm. 53-66.

Bungin, B. (2007). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Cagatay, D. & Demircioglu, G. (2013). The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning Technique on Students Understanding About Basic Organic


(2)

Chemistry Concepts. The International Journal of Educational Researchers, 4 (2), hlm. 30-37.

Campbell, N.A. et al. (2008). Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Colosi, J. C. et al. (1998). Jigsaw Cooperative Learning Improves Biology Lab Course. Biosci, 48 (4) hlm. 118-124.

Dahar, R. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Depkes RI. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi

dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: Depkes

RI.

Doymus, K. (2008). Teaching Chemical Equilibrium with Jigsaw Technique.

Research in Science Education, 38 (12), hlm. 249-260.

Endarta. (2014). Pembelajaran Berpusat Kepada Siswa Kurikulum 2013.[Online]. Tersedia:https://belajarpedagogi.wordpress.com/2014/05/12/mengamati-menanya-mengumpulkan-informasi-mengasosiasi-mengkomunikasikan/. [04 Oktober 2015].

Fauzia, I. S. (2015). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Portofolio

terhadap Penguasaan Konsep Angiospermae dan Sikap Siswa SMA terhadap Sains. (Skripsi). Departemen Pendidikan Biologi, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ferrer, L. M. (2004). Developing Understanding and Social Skill Through Cooperative Learning. Journal Sci. Math. Education, 27 (2), hlm. 45-80. Frey, J. (2009). Identifying Your Personal Style of Communication. Ball State

University Counseling Practicum Clinic, 2 (1), hlm. 1-6.

Gocer, A. (2010). A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Method and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres.

Educational Research and Reviews, 5 (8), hlm. 439-445.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [23 April 2015].

Hamzah, M, S. et al. (2010). Experience from a Communication Skills Workshop for Medical Students. Education in Medicine Journal, 2 (1), hlm. 37-55. Handoyo, A. (2010). Remaja dan Kesehatan: Permasalahan dan Solusi

Praktisnya. Jakarta: PT. Perca.

Hanim, D. et al. (2011). Penyuluhan Kesehatan Penyakit Menular Seksual (PMS). (Skripsi). Fakultas Kedokteran UNS, Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.


(3)

Hidayat, M. R. & Lyrawati. (2008). Perilaku Asertif. Keterampilan Komunikasi

Pada Praktek Farmasi, 11 (1), hlm. 1-21.

Holliday, D. C. (2002). Using Cooperative Learning to Improve the Academic Achievement of Inner-City Middle School Students. Britsh Journal of

Educational Psychology, 76 (2), hlm. 271-287.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Johnston, J. et al. (2012). Assessing Communication Skills of Healthcare and Human Service Students. Journal of Allied Health Sciences and Practice, 10 (4), hlm. 1-6.

Kemendikbud. (2013). Materi Sosialisasi Kurikulum 2013 (Pendekatan Saintifik

dalam Pembeajaran). [Online]. Tersedia:

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013[20 April 2015].

Koentjaraningrat. (1997). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koseoglu, P. (2010). The Influence of Jigsaw Technique-Based Teaching on Academic Achievement, Self-efficacy and Attitudes in Biology Education.

Hacettepe University Journal of Education, 39 (14), hlm. 244-254.

Lander, R. (2002). Scored Group Discussion an Assessment Tool. [Online]. Tersedia: http://www.curriculum.org. [23 Maret 2015].

Leslie, A. (2003). The Characteristics of Passive, Agressive, and Assertive

Communication. [Online]. Tersedia:http://www.dulwich-suzhou.cn. [21 Juli

2015].

Li, H. et al. (2014). Effects of Communication Styles on Acceptance of Recommendations in Intercultural Collaboration. Journal of International

Business and Cultural Studies, 9 (1), hlm. 1-19.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di

Dalam dan di Luar Kelas. Jakarta: Grasindo.

McDowell, G. R. (2011). A Student-centered Learning Approach to Teaching Soil Mechanics. International Journal English Education, 17 (3), hlm. 255-260. Muraya, D. N. & Kimamo, G. (2011). Effects of Cooperative Learning Approach

on Biology Mean Achievement Score of Secondary School Students in Machakos District Kenya. Educational Research and Reviews, 6 (12), hlm. 726-745.

Naomi, M. W. & Githua, B. N. (2013). Effects of Jigsaw Cooperative Learning Strategy on Students Achievement in Secondary School Mathematics in Laikipia East District Kenya. Asian Journal of Management Sciences and


(4)

Nikou, R. et al. (2013). Effect of Using Jigsaw to Enhance Female Iranian

Intermediate EFL Learners’ Oral Proficiency. Journal of Basic and Applied Sciences, 7 (9), hlm. 315-326.

Nuraeni, E. (2015). Lembar Kerja Kelompok Jigsaw. Bandung: Tidak Diterbitkan. Nurgiantoro, B. (1988). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.

Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi & Senduk, A. G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pipas, D. M. & Jaradat, M. (2010). Assertive Communication Skills. Annales

Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 12 (2), hlm. 649-656.

Podesta, C. (2012). 4 Basic Types of Communication. [Online].

Tersedia:http://www.humansolutions.ca. [21 Juli 2015].

Prince, M. (2004). Does Active Learning Work? A review of the Research.

Journal of Engineering Education, 93 (3), hlm. 223-231.

Purwanto. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

Ramsay, A. et al. (2000). The Association Between Cognitive Style and Accounting Students Preference for Cooperative Learning: an Empirical Investigation. Journal of Accounting Education, 18 (2), hlm. 215-228. Rau, P. L. et al. (2013). Effects of Communication Style and Culture on Ability to

Accept Recommendations. Human Behavior, 25 (2), hlm. 587-595.

Rochmah, S. N. et al. (2009). Buku Sekolah Elektronik Biologi Kelas XI. Jakarta: Pustaka Insan Madani.

Rusita, I. (2014). Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw Berbasis Praktikum

Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi di SMA UII Yogyakarta. (Skripsi). Program Studi Pendidikan Biologi, UIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta.

Rustaman, N. (2003) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sahin, A. (2010). Effects of Jigsaw II Technique on Academic Achievement and Attitudes to Written Expression Course. Educational Research and Reviews, 5 (12), hlm. 777-787.

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(5)

Sesen, B. A. & Tarhan, L. (2008). An Application of Jigsaw Cooperative

Learning for Understanding “Acid-base Theories”. Review of Educational Research, 16 (17), hlm. 155-163.

Siberman, M. L. (2014). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendikia.

Sjaiful. (2007). Pengertian Penyakit Menular Seksual. [Online].

Tersedia:http://www.unimus.ac.id. [05 September 2015].

Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.Bandung: Rosda Karya.

Slavin, R. E. et al. (1985). Learning to Cooperate, Cooperating to Learn. New York: Plenum Press.

Solihatin, E. (2009). Cooperative Learning: Analsis Metode Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Stockdale, S. L. & Williams, R. L. (2004). Cooperative Learning Groups at the College Level: Differential Effects on High, Average and Low Exam Performers. Journal of Behavioral Education, 13 (1), hlm. 231-240.

Sudjana, M. A. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru.

Suharjo, J. B. (2008). Gaya Hidup & Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Susilo, M. J. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syahbana, B. A. (2011). Meningkatkan Kemampuan Asertif Melalui Layanan

Penguasaan Konten dengan Metode Diskusi Kelompok dan Bermain Peran pada Siswa Kelas XII Bahasa SMA N 1 Ungaran. (Skripsi). Jurusan

Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Tannous, F. G. (2015). The Effectiveness of Assertiveness Training in Improving Self-Esteem Among a Sample of Students with Low Emotional Behavioral Traits. International Journal of Adult and Non Formal Education, 3 (1), hlm. 55-61

Turacoglu, I. et al. (2013). Effects of Jigsaw Teaching Chemical Nomenclture.

Education and Science, 38 (167), hlm. 256-272.

Usman, I. A. (2000). The Relationship Between Students Performance in

Practical Activities and Their Academic Achievement in Integrated Science Using NISTEP mode of Teaching. (Thesis). ABU, Zaria.


(6)

Wahyuningsih. (2013). Peningkatan Penguasaan Konsep Sistem Pernafasan Manusia Melalui Metode Diskusi, Informasi, dan Eksperimen. Dinamika, 3 (3), hlm. 350-354.

Winkel, W. S. (1991). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Wu, C. & McLaughlin, K. (2012). Bridging the Gender Gap in Communication Skills. Advances in Healths Science Education, 18 (1), hlm. 129-131.

Wulandari, Z. (2011). Peningkatan Ketermpilan Berdiskusi dengan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X F SMA Negeri 1 Seyegan Kabupaten Sleman. (Skripsi). Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Zainul. A. & Nasoetion. N. (1997). Penilaian Hasil Belajar. Pusat Antar Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Zakaria, A. F. (2012). Penyakit Menular Seksual (PMS). [Online].

Tersedia:http://www.fadhelmahmech.penyakit-menular-seksual.php. [05


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

PERBANDINGAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD

0 11 57

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

KORELASI ANTARA PENGUASAAN KONSEP DANSIKAPSISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI SISTEM REPRODUKSI.

0 2 14

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI BERBANTUAN MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI.

0 0 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI.

0 0 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA.

0 3 41

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.

0 1 37

PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW - repository UPI S BIO 1106480 Title

0 0 3