PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan pendidikan Biologi

Oleh :

Restalina Nainggolan

0900780

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PEDIDIKANN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA

TENTANG SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

Oleh

Restalina Nainggolan 0900780

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pada Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam

© Restalina Nainggolan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RESTALINA NAINGGOLAN 0900780

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA

TENTANG SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

Disetujui dan disahkan oleh: DosenPembimbing I

Dr.H.Taufik Rahman. M.Pd NIP.196201151987031002

Pembimbing II

Dr.Widi Purwianingsih, M.Si NIP.196209211991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr.Riandi,M.Si NIP.196305011988031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe Think-Pair-Share terhadap penguasaan konsep siswa SMA tentang sistem reproduksi pada manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan desain Control Group Pretest-Posttes. Sebanyak 40 siswa kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung digunakan sebagai subyek penelitian yang terdiri dari 40 siswa kelas eksperimen dan 40 siswa kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe Think-Pair-Share sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Pengambilan data dilakukan menggunakan instrumen tertulis dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe Think-Pair-Share dengan siswa yang menggunakan model konvensional pada konsep sistem reproduksi. Hal ini dapat dilihat dari data rata-rata pengguasaan konsep kelas eksperimen dan kontrol, hasi posttes kelas eksperimen (73,40) sedangkan hasil postes kelas kontrol (67,90). Hasil angket siswa dan guru menunjukkan bahwa bahwa pada umumnya siswa dan guru memberikan respon positif terhadap model pembelajaran cooperatif learning tipe Think-Pair-Share. Dengan demikian penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe Think-Pair-Share berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasaan sistem reproduksi pada manusia.


(5)

ABSTRACT

This study aimed to determine effect of the application of cooperative learning instructional model Think-Pair-Share type to concepts mastery of high school students about the human reproductive system. The method used in this research is Quasi Experiment Control Group Pretest-Posttes design. Total of 40 high school students in XI grade Pasundan 8 Bandung used as study subjects consisted of 40 students experimental class and 40 students as control class. Experimental class using cooperative learning instructional model Think-Pair-Share type while control class using conventional learning models. Data collected using questionnaires and writing instruments. The results showed that there are significant differences between who use concepts mastery of student learning model of cooperative learning Think-Pair-Share type with students who used conventional models on the reproductive system. It can be seen from the average concept mastery of experiment class and control, posttes result of experimental class (73.40) while the post-test results of the control class (67.90). Questionnaire results show that students and teachers generally responded positively to learning cooperative learning model of Think-Pair-Share type. Thus the application of cooperative learning instructional model Think-Pair-Share type has an effect on increasing concepts mastery student on reproductive system in human basic concepts.

Keywords: cooperative learning, think-pair-share, in the human reproductive system


(6)

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR.. ...ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Batasan Masalah .. ... 5

D. Tujuan Penelitian .. ...5

E. Manfaat Penelitian .. ...6

F. Asumsi Dasar...7

G. Hipotesis .. ...7

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE, PENGUASAAN KONSEP DAN SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA...8

A. Pembelajaran...10

1. Model - Model Pembelajaran...10

2. Model Cooperatif Learning...11

3. Model Cooperatif Learning tipe Thik Pair Share ...14

4. Model Konvensional...19

B. Penguasaan Konsep...20

C. Sistem Reproduksi pda Manusia ...21


(7)

4. Siklus Menstruasi...28

5. Penyakit pada Sistem Reproduksi ...29

BAB III METODE PENELITIAN...32

A. Definisi Operasional ...32

B. Metode Penelitian ...33

C. Desain Penelitian ...33

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...34

1. Populasi ...34

2. Sampel ... ...34

E. Lokasi dan Waktu Penelitian...34

F. Instrumen ...34

G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ...36

1. Uji Validitas ...36

2. Reabilitas...37

3. Daya Pembeda ...38

4. Tingkat Kesukaran ...40

H. Teknik Pengumpulan Data ...41

I. Teknik Pengolahan Data ...42

1. Analisis Data Pretes dan Postes ...42

2. Pengujian Hipotesis ...43

3. Pengolahan Data Angket...48

J. Prosedur Penelitian ...49

1. Tahap Persiapan ...49

2. Tahap Pelaksanaan ...50

3. Tahap Akhir ...50

K. Alur Penelitian...51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...52

A. Analisis Data Hasil Penelitian ... 52

1. Peningkatan Pemahaman Siswa ...52


(8)

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar Siswa Setelah Penerapan Pembelajarn Think Pair Share (TPS)..63 2. Penilaian Siswa dan Guru Terhadap Model Pembelajaran Think Pair Share

(TPS)...66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...68 DAFTAR PUSTAKA ...70


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia pada dewasa ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan, karena pendidikan akan menghasilkan manusia-manusia yang cerdas, berpengetahuan dan mempunyai keterampilan untuk mendukung pembangunan.

Lie (2002) mengemukakan bahwa “teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar membuktikan bahwa guru perlu mengubah paradigma pengajaran. Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada

siswa yang pasif”. Saat ini guru diharapkan menyusun dan melaksanakan

kegiatan belajar dan mengajar yang berpusat pada siswa (student centred). Melalui pembelajaran student-centred, ”siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal, sehingga akan lebih cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat” (Mulyasa, 1993). Siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.

Pembelajaran student-centred sesuai dengan teori konstruktivisme.

Menurut teori konstruktivisme “belajar merupakan proses aktif siswa

mengkonstruksi arti melalui teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain” (Suparno, 1997:61). Pengetahuan bukanlah suatu benda yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut. Bila guru bermaksud untuk mentransfer konsep, ide, dan pengetahuannya tentang sesuatu kepada siswa, proses transfer itu akan diinterpretasikan dan dikontruksikan oleh siswa sendiri melalui pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri (Budinigsih, 2005). Beberapa teori belajar yang berkaitan dengan konstruktivisme menyatakan bahwa seseorang membangun pengetahuannya


(10)

dengan menambah, mengubah atau mengasimilasi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.

Slavin, 1945 dalam Marjani (2000) menyatakan bahwa “salah satu model

pembelajaran yang berlandaskan rujukan konstruktivisme adalah cooperative learning. Cooperative learning merupakan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, dimana siswa belajar bersama, saling membantu, dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan belajar. Kagan (2000:1), menambahkan bahwa belajar kooperatif adalah suatu istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah.

Pada umumnya hasil penelitian mendukung pengunaan metode pelajaran cooperative learning. Diperoleh data bahwa suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang baik (Johnson dan Johnson, 1989 dalam Lie, 2002). Nursalam (2007) melaporkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head Together (NHT) terhadap penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memunculkan sikap belajar siswa yang positif. Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Marjani (2000) dan Nurhayati (2002) mengenai penerapan model cooperative learning pada pokok bahasan pencemaran air menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep siswa.

Ditinjau dari tahapan dan aktivitas pembelajarannya, model cooperative learning dibedakan menjadi beberapa tipe yakni Student Teams Archivement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS), Teams Assisted Individualization (TAI), dan Jigsaw (Salvin, 1995).

Think Pair Share merupakan salah satu teknik pembelajaran yang terdapat dalam model cooperative learning yang menganut sistem kerjasama atau belajar kelompok dengan tugas terstruktur merujuk pada pencapaian tujuan dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran ini diperkenalkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981.


(11)

Model pembelajaran ini diawali dengan pemberian pertanyaan/permasalahan dan siswa berfikir secara mandiri yang diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih memperhatikan pelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan pasangan.

Pemilihan model Think Pair Share karena model Think Pair Share memiliki kekhasan tersendiri, dapat memberikan kepada siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, sehingga diharapkan siswa akan lebih terdorong dan termotivasi untuk lebih giat belajar dan mengikuti pembelajaran (Lie, 2002).

Ciri utama model pembelajaran tipe Think Pair Share adalah memiliki tiga fase yang terdiri dari Think (berpikir secara individu), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) melalui model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share siswa dapat saling bertukar informasi dengan siswa lain untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama sehingga diharapkan akan meningkatkan motivasi belajar siswa (Lie, 2002).

Pokok bahasan sistem reproduksi pada manusia diteliti karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu biologi SMA Pasundan 8 (Neni Kurnaeni, S.pd dan Dewi Halimah, S.pd) bahwa penguasaan konsep siswa terhadap materi sistem reproduksi pada manusia masih tergolong rendah, hal ini dikarenakan siswa merasa kesulitan dalam memahami beberapa konsep materi biologi, khususnya, materi sistem reproduksi pada manusia, siswa kesulitan dalam memahaminya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampuh tersebut perlu dilakukan observasi dan diskusi dengan para guru pengampu biologi dan siswa mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami sistem reproduksi pada manusia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa terhadap materi sistem reproduksi pada manusia, diperoleh informasi bahwa penyebab kesulitan siswa dalam memahami penguasaan konsep meteri sistem reproduksi


(12)

pada manusia, karena konsep-konsep pada meteri sistem reproduksi pada manusia sangat banyak dan ada beberapa konsep yang abstrak, yang tida dapat digambarkan oleh pikiran siswa. Dan berdasarkan hasil observasi terhadap proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran biologi kelas XI ditemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya penguasaan konsep siswa terhadap materi sistem reproduksi pada manusia. Faktor pertama, siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih berperan sebagai penerima informasi pasif, bukan sebagai subjek yang melakukan aktivitas belajar, sehingga perhatian siswa sering teralih pada hal-hal lain di luar materi pelajaran. Faktor kedua, adalah kurang tepatnya pemilihan model dan metode pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu perlu diupayakan dan dicoba berbagai model pembelajaran yang memberikan kebebasan berfikir siswa, dan membuat siswa dapat memahami konsep yang sedang dipelajari, sehingga siswa dapat menggali berbagai informasi yang ditemukan dan yang diterima, juga menjadi alasan pokok bahasan ini dipilih.

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian mengenai Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap pemahaman konsep siswa SMA pada konsep sistem reproduksi pada manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:“ Bagaimanakah Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap penguasaan konsep siswa SMA tentang sistem reproduksi pada manusia?

Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol?


(13)

2. Bagaimana respon/tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share tentang sistem reproduksi pada manusia?

3. Bagaimana respon/tanggapan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share tentang sistem reproduksi pada manusia?

C. Batasan Masalah

Tiap masalah pada hakikatnya kompleks, sehingga tidak dapat diselidiki secara tuntas. Oleh karena itu, setiap masalah yang diteliti perlu dibatasi ruang lingkupnya agar hasil percobaan lebih sahih dan penulis terhindar dari arah penelitian yang kacau. Dengan membatasi suatu masalah, disamping mempunyai fungsi agar jangan sampai menyimpang dari sasaran pokok, juga sangat penting untuk memperjelas objek. Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA.

2. Materi yang menjadi pokok bahasan dalam pembelajaran selama penelitian ini berlangsung adalah tentang konsep sistem reproduksi pada manusia, yang melliputi alat reproduksi laki-laki dan perempuan, hormon yang mempengaruhi kelenjar kelamin, mekanisme pembentukan gamet, fertilisasi dan perkembangan embrio, siklus menstruasi, pengaturan kehamilan dan kelaian/ganguan pada sistem reproduksi.

3. Hasil penguasaan konsep sistem reproduksi yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif saja, yang meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisa (C4).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share


(14)

terhadap penguasaan konsep siswa SMA tentang sistem reproduksi pada manusia.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh informasi tentang penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Share.

2. Untuk memperoleh informasi tentang penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Share.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap pretest dengan postest.

4. Untuk mengetahui respon/tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada konsep sistem reproduksi pada manusia.

5. Untuk mengetahui respon/tanggapan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada konsep sistem reproduksi pada manusia.

E. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam memahami sub konsep sistem reproduksi pada manusia, serta melatih dan memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat menjadi motivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran sehingga model pembelajaran


(15)

kooperatif tipe Think-pair-share dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti lain

Memberikan gambaran tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share yang disertai dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika akan melakukan penelitian yang relevan.

F. Asumsi Dasar

Asumsi dari penelitian ini meliputi:

1. Pembelajaran yang bermakna dapat membuat siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Zaini et al., 2004: 59).

2. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa (Ibrahim et al., 2000: 7).

3. Think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi dalam kelas (Arends, 1997).

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah “pembelajaran dengan model kooperatif menggunakan tipe Think-pair-share berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operesional

Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional untuk menghindari kekeliruan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share menurut Lyman (1981), merupakan model pembelajaran yang membantu para siswa untuk mengembangkan penguasaan konsep dan materi pelajaran, mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik kesimpulan, serta mengembangkan kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dalam suatu materi pelajaran. Model pembelajaran ini terdiri atas empat tahap yaitu: tahap pemberian masalah, tahap think (berpikir secara individual), tahap pair (siswa berpasangan dengan teman sebangkunya), tahap share (siswa berbagi penguasaan dengan seluruh siswa).

2. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa untuk memahami konsep setelah pembelajaran selesai. Penguasaan merupakan tingkat kognitif yang setingkat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan.

3. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah dengan menggunakan model diskusi dan ceramah.

4. Materi yang menjadi pokok bahasan dalam pembelajaran selama penelitian ini berlangsung adalah tentang konsep sistem reproduksi pada manusia, yang melliputi alat reproduksi laki-laki dan perempuan, hormon yang mempengaruhi kelenjar kelamin, mekanisme pembentukan gamet, fertilisasi dan perkembangan embrio, siklus menstruasi, pengaturan kehamilan dan kelaian/ganguan pada sistem reproduksi.


(17)

5. Hasil penguasaan konsep sistem reproduksi yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif saja, yang meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisa (C4), dengan soal pilihan berganda lima opsi sebanyak 25 butir soal.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental Design, penggunaan metode ini dengan asumsi bahwa praktek pendidikan dengan para siswa disuatu ruangan/kelas dalam situasi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, pengontrolan yang ketat sulit dilakukan. Selain itu situasi kelas sebagai tempat pengondisian perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti yang dikehendaki dalam ekperimen sejati (true experiment) (Sudjana, 2001).

Dalam penelitian ini terdapat kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Think-pair-share (kelas eksperimen) dan terdapat kelompok pembanding dengan model diskusi (kelas kontrol).

C. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian dalam penelitian ini adalah Control Group Pretes-Posttes Design, yaitu ekperimen yang menggunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kedua subjek diberi perlakuan selama waktu tertentu. Pada desain ini kedua kelompok diberikan tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) selanjutnya dicari peningkatan (gain) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang didapat dari kedua kelompok tersebut dikonversi ke dalam N-gain yang diuji secara statistik. Secara umum desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:


(18)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Tahapan

Pretest Perlakuan Postest Gain Eksperimen T1 X T2 T2-T1 Kontrol T1 - T2 T2-T1

Keterangan: T1 = Pretes T2 = Postes

X = Perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS - = Metode belajar biasa (diskusi dan ceramah)

(Arikunto, 2002:80).

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA 8 Pasundan Bandung, tahun ajaran 2012/2013.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2 SMA Pasundan 8 Bandung. Pengambilan sampel ini dilakukan secara claster random pada kelas XI IPA yang ada di SMA Pasundan 8 Bandung. Untuk kelas XI-IPA1 sejumlah 40 siswa merupakan kelompok eksperimen, sedangkan kelas XI-IPA2 sejumlah 40 siswa merupakan kelompok kontrol.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Pasundan 8 Bandung pada bulan Februari-Mei tahun 2013.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes penguasaan konsep siswa, tes yang digunakan berupa pilihan ganda untuk melihat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah


(19)

pembelajaran pada kedua kelas yang berkaitan dengan sistem reproduksi pada manusia. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan berganda lima opsi sebanyak 25 butir soal. Kedua data hasil tes tersebut akan digunakan sebagai informasi untuk diolah dan diuji secara statistik, untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share (TPS) berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa.

Table 3.2 Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep

Konsep Jumlah

soal

Kognitif

C1 C2 C3 C4 Alat reproduksi laki-laki 4

5, 9, 18, 21, 23 1, 2, 3, 4, 13, 20 7, 8, 10, 16, 17, 22 24 6, 11, 12, 15, 14, 19, 25 Alat reproduksi wanita 5

Hormon yang mempengaruhi kelenjar kelamin

1

Mekanisme pembembentukan gamet 4 Fertilisasi dan perkembangan embrio 5

Siklus menstruasi 3

Pengaturan kehamilan & Kelainan atau ganguan pada sistem reproduksi

3

2. Angket respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share. Angket yang digunakan merupakan tes skala sikap. Tes yang digunakan terhadap parameter ini adalah tes skala likert. Sikap yang ingin diketahui meliputi tiga aspek, yaitu: sejauh mana pengenalan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, senang atau tidaknya siswa terhadap model pembelajaran ini, serta minat siswa terhadap model pembelajaran ini. Pilihan jawaban yang disediakan dalam angket ini ada empat opsi, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk menghindari sikap keragu-raguan pada diri


(20)

siswa, maka kategori Ragu-ragu (R) tidak diikutsertakan (Angket siswa dapat dilihat pada lampiran B.4).

3. Daftar isian untuk guru, daftar isian untuk guru diberikan setelah pembelajaran selesai, bertujuan untuk mengetahui pendapat guru mata pelajaran mengenai model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, bahan ajar, dan LKS (Daftar isian guru dapat dilihat pada lampiran B.5).

C. Teknik Analisis Instrumen penelitian

Sebelum instrument penelitian digunakan, validitas isi dilakukan oleh dua orang dosen ahli, Setelah direvisi maka dilakukan uji coba butir soal pilihan berganda dengan cara menetapkan validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan menggunakan program Anates pilihan ganda versi 4.0.

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002:144) validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen, sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item memiliki kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item soal dapat digunakan rumus korelasi Pearson’s Product Moment (Arikunto, 1993:74) dengan persamaan seperti berikutnya:

rXY

= N (∑XY ) - (∑X) (∑Y)

−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−

V{N(∑X2

)- (∑X)2} {N(∑Y2)- (∑Y)2}

keterangan:

r

XY = koefisien korelasi nilai-nilai X dengan nilai-nilai Y N = Jumlah siswa

X = Skor butir soal yang dicari validitasnya Y = Nilai total/skor total


(21)

∑X =Jumlah nilai-nilai X ∑Y = Jumlah nilai-nilai Y

∑XY = Jumlah perkalian nilai-nilai X dan Y

∑X2 = Jumlah kuadrat nilai-nilai X

∑Y2 = Jumlah kuadrat nilai-nilai X

Adapun kriteria acuan untuk validitas dapat dilihat pada tabel beikut:

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Soal Pilihan Ganda

Koefisien korelasi Kriteria

0.801-1,000 sangat tinggi

0,601-0,800 Tinggi

0,401- 0,600 Cukup

0,201-0,400 Rendah

0,000-0,200 sangar rendah

Sumber: Arikunto (2006:75)

Hasil analisis tes sebagai berikut:

Tabel 3.4 Hasil Analisis Validitas Soal Pilihan Ganda

Kriteria Jumlah %

Tinggi 7 4

Rendah 17 68

Cukup 7 28

Jumlah 25 100

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajengan atau konsistensi suatu tes. Tes yang reliable akan memberikan skor yang ajeng atau tidak berubah bila digunakan/diteskan pada situasi yang berbeda (Karno To, 1996). Pengujian reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan split half method dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini.


(22)

keterangan :

r11

= Reabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p) ∑pq = Jumlah varians skor tiap-tiap item

n =Jumlah item soal S2 = Kuadrat dari x Y2 =Variansi

Sumber: Arikunto (2002:245)

Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas menggunakan kriteria nilai reliabilitas dapat dilihat pada table 3 beikut:

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Soal Pilihan Ganda

Koefisien korelasi Kriteria

0.800-1,000 sangat tinggi

0,600-0,799 Tinggi

0,400- 0,599 Cukup

0,200-0,399 Rendah

0,000-0,199 sangar rendah

Sumber: Arikunto (2002:245)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan petunjuk sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan tingkat penguasaan siswa. Soal yang mempunyai daya pembeda yang baik akan dapat membedakan antara siswa yang menguasai materi pelajaran dengan siswa yang tidak menguasai. Bilangan yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indek diskriminasi, dilambangkan dengan D.


(23)

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut :

Keterangan :

DP = daya pembeda soal,

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas, BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah, N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

Sumber: Arikunto (2006:218)

Untuk menentukan siswa kelompok atas dan kelompok bawah dilakukan dengan mengurutkan dari skor tertinggi sampai terendah. Sebanyak 27% skor tertinggi sebagai kelompok atas dan 27% skor terendah sebagai kelompok bawah.

Adapun kriteria acuan Tingkat kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda

Indeks Daya Pembeda Kriteria

70-100 Sangat tinggi

40-69 Tinggi

20-39 Cukup

0-19 Rendah

Sumber: Arikunto (2006:218)

Hasil analisis tes sebagai berikut:

Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda

Kriteria Jum1lah %

Sangat Tinggi 1 4

Tinggi 22 8

Cukup 2 88


(24)

4. Tingkat Kesukaran Soal

Analisis tingkat kesukaran merupakan petunjuk apakah butir soal tersebut, mudah, sedang atau sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran, dilambangkan dengan P. Perhitungan Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan rumus:

Keterangan: P =indeks kesukaran suatu soal

B = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes Js = jumlah seluruh siswa perserta

Sumber: Arikunto (2006:207)

Adapun kriteria acuan Tingkat kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat kesukaran Soal Pilihan Ganda

Indeks Tingkat kesukaran Kriteria

0,00-,.30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-1,00 Rendah

Sumber: Arikunto (2006:207)

Hasil analisis tes sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Soal Pilihan Ganda

Kriteria Jumlah %

Sukar 3 40

Sedang 12 48

Mudah 10 12

Jumlah 25 100


(25)

Berdasarkan analisis uji coba instrumen diketahui bahwa dari 30 butir soal terdapat lima soal yang memiliki validitas sangat rendah dan daya pembeda yang jelek. Kelima soal tersebut kemudian tidak digunakan dalam pengolahan data penelitian. (untuk soal yang digunakan, tidak gunakan dan hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C1 )

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebelum pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share dan model pembelajaran dengan metode diskusi siswa diberi pretest, kemudian hasil tersebut dikumpulkan dan di beri skor.

2. Setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share dan model pembelajaran dengan metode diskusi siswa diberi posttest, kemudian hasil tersebut dikumpulkan dan di beri skor.

3. Pemberian angket pada siswa setelah posttest, yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share.

4. Pemberian daftar isian pada Guru dilakukan setelah pembelajaran selesai, yang bertujuan untuk mengetahui respon guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share.

5. Dokumentasi, berguna untuk mengetahui data-data yang tertulis 6. Studi kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan

memanfaatkan literature yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar, dan sumber lainnya.


(26)

<Ng> = T2– T1

T3 – T1

E. Teknik Pengolohan Data.

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Analisis Data Pretest dan Postest

Pengolahan data Pretest dan Postest dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

a. Penskoran Pretest dan Postest

Penskoran pretest dan postest didapat berdasarkan jawaban yang benar. Jika jawaban benar diberi nilai 1(satu) dan jawaban salah diberi nilai 0 (nol). Dari penskoran tersebut didapat angka skor yang kemudian digunakan dalam perhitungan. Angka skor yang digunakan dari skala minimal nol sampai skala maksimal 100.

b. Analisis Peningkatan Pemahaman Siswa

Berdasarkan angka skor pretest dan postest dihitung rata-rata persentase pemahaman siswa pada setiap konsep. Nilai rata-rata persentase pemahaman siswa pada kelas kontrol dan kelas ekperimen selanjutnya dianalisis untuk mengetahui peningkatan (gain) pemahaman siswa.

Menentukan indeks gain <Ng>, dengan rumus:

Keterangan: T1 : Nilai Pretest T2: Nilai Posttest


(27)

Setelah mendapatkan nilai indeks gain, maka data tersebut ditafsirkan kriteria efektivitas pembelajaran.

(Hake, 1999:1).

2. Pengujian Hipotesis

Untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis terhadap data pretes dan posttest siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Dari uji hipotesis akan dihasilkan kesimpulan mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap penerapan pembelajaran terhadap pemahaman siswa secara keseluruhan. pada setiap sub-pokok bahasan, serta pada setiap kategori siswa tinggi, sedang dan rendah.

Sebagai syarat melakukan hipotesis kedua data diuji normalitas terlebih dahulu. Menurut Nugraha (1985:35):

 Jika kedua data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas variansnya

 Jika kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogeny maka dilanjutkan dengan tes t-student

 Jika kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tidak homogen maka dilanjutkan dengan tes t

 Jija salah satu atau kedua data terdistribusi tidak normal maka langkah selanjutnya digunakan perhitungan menggunakan statistic non parametric, yaitu tes Wilcoxon

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan dalam pengolahan data ini yaitu tes kecocokan menggunakan chi-kuadrat. Langkah-langkah perhitungan dalam uji normalitas sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus: NG > 0,7 : Tinggi 0.3 < NG > 0,7 : Sedang NG < 0,3 : Rendah


(28)

= ∑ 1 n

Keterangan: = skor rata-rata i = skor setiap siswa n = jumlah siswa

2. Menghitung varian dengan menggunakan rumus: S2 = n∑ i2 –( ∑ i)2

n(n-1)

Keterangan: Xi = skor setiap siswa

∑ i2 = Jumlah kuadrat skor siswa (∑ i)2= kuadrat jumlah skor siswa

n = jumlah siswa

3. Menghitung simpangan baku yang merupakan akar dari varians

4. Membuat daftar distribusi frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi ekspektasi (Ei) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) menentukan rentang (r)

r = skor terbesar – skor terkecil

b) menentukan banyak kelas (bk) dengan aturan sturges bk = 1 + 3,3 log n

n = menyatakan banyak siswa c) menentukan panjang kelas interval

p = r = rentang K banyak kelas

d) menentukan batas atas dan batas bawah setiap kelas interval.batas atas didapat dari ujung kelas atas ditambah 0,005 dan ujung kelas bawah dikurangi 0,05.

e) menghitung batas nyata (z) masing-masing kelas interval dengan menggunakan rumus z-score.

Z = k - s


(29)

Keterangan ko -rata bk = banyak kelas s = simpangan baku

f) Menghitung luas daerah tiap- i p kel in e v l deng n umu ’; L= ׀I1– I2׀

Keterangan :L= luas kelas interval

I1= batas daerah atas kelas interval (z tabel) I2= batas daerah bawah kelas interval (z tabel) g) Menghitung harga frekuensi ekspektasi (Ei) dengan cara:

Ei = n X L

5. Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Square: X2 hitung = ∑ (Oi - Ei)2

Ei

Keterangan; Oi = frekuensi observasi (pengamatan) Ei = frekuensi ekspektasi (diharapkan)

6. Mengkonsultasikan harga X2 diatas pada tabel Chi-Square dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi tiga (dk=K-3).

K i e i penguji n p d f ny α 5% d l h

 Jika diperoleh harga x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal  Jika diperoleh harga x2 hitung > x2 tabel maka data tidak terdistribusi

normal

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homegenita varians dilakukan bila kedua data terdistribusi normal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji homogenitas varian ini adalah sebagai berikut:

1) Menentukan varian kedua data

2) Menentukan derajat krbebasan (dk) dengan rumus: Dk1 = n1 -1 dan dk2 = n2-1


(30)

F hitung = Sb2

Sk2

Keterangan: F hitung = nilai yang dicari Sb2 = varian terbesar Sk2 = varian terkecil

4) Menentukan nilai F tabel dengan dk1= 39, dk2 = 39 pada taraf kepercayaan

95 % ( f ny , α 0.05)

5) Menguji homogenitas dua varian dengan kriteria:

 Jika diperoleh F2hitung < F2tabel maka kedua varian homogen  Jika diperoleh F2 hitung > F2 tabel maka tidak kedua varian homogen

c. Uji Hipotesis

Uji homogenitas yang dilakukan menggunakan teknik Tes Wilcoxon dan tes

uden , d n e ’.

1. Tes Wilcoxon

Tes Wilcoxon adalah teknik statistik non parametrik. Langkah yang dilakukan:

a) Membuat daftar rank b) Menentulan nilai W

Nilai W (Wilcoxon) ialah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan rank negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif, nilai w diambil salah satu daripadanya.

c) Menentukan nilai W dari tabel

Pada daftar W harga nyang paling besar adalah 25. Untuk n >25, harga w dihitung dengan rumus:

W α(n) n (n + 1) -x √n + (n+1) (2n + 1)

4 24

x= 2,5758 untuk taraf signifikansi 1 % x= 1,96 untuk taraf signifikansi 5 %

(Nurgraha, 1985: 29) d) Menguji hipotesis dengan kriteria:


(31)

 Jika W Wα(n), maka kedua perlakuan berbeda signifikan  Jika W > Wα(n), maka kedua perlakuan tidak berbeda

2. Test t-Student

Test t-student merupakan eknik statistik parametrik. Tes ini dilakukan bila kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tes t-student adalah sebagai berikut:

a) Menghitung standar deviasi gabungan (dsg) Dsg = (n1 - 1)s1 + (n1 - 1)s1

n1+n2-2

keterangan: n1=jumlah siswa kelas eksperimen n2=jumlah siswa kelas kontrol

s1 =simpangan baku skor kelas eksperimen s2 = simpangan baku skor kelas kontrol b) Mencari nilai t, dengan rumus sebagai berikut:

t = 1 -_ 2 dsg √ 1 + 1 n1 n2

Keterangan: x1 = skor rata-rata kelas eksperimen X2 = skor rata-rata kelas kontrol

(Nugraha,1985:25)

c) Menentukan derajat kebebasan db = n1 –n2 -2

d) Menguju hipotesis dengan melihat nilai t dari tabel distribusi t, dimana t tabel = t (1-α)(d ) deng n if ignifik n i α e e 1%.

Kriteria penggujian:

“jik t hitung > t tabel maka tolak ho, Artinya terdapat perbedaan

n du pe l ku n “

Jika pada tarif signifikansi 1% kedua perlakuan tidak berbeda maka perlu diteliti pada taraf signifikansi 5%.


(32)

3. Te ’

Tes ini dilakukan bila kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tida homogen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

a) enghi ung ko - i p e ( 1 d n 2)

b) Menghitung varians tiap tes (s12 dan s22)

c) enghi ung nil i k i i ’ d n penguji n hipo e i , deng n

menggunakan rumus:

nk= ± w1t1 + W2t2 w1 +W2 dengan: W1 =

s

12 dan W2 =

s

22

N1 N2

t1 = t (1- ½ α) (n1-1) dan t2 = t (1- ½ α) (n2-1) Taraf signifikansi sebesar 5 %

d) Menghitung nilai t’

Un uk menghi ung nil i ’ digun k n umu e g i e iku ’

1 -

2

(

s

12+

s

22) n1 n2

Keterangan 1 2 = skor rata-rata tiap tes s12 = s22= varians tiap tes

n1 = n2 = jumlah siswa yang mengikuti tes

(Nurgraha, 1985:30)

3. Angket

Hasil data angket diolah untuk menganalisis respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif think pair share. Angket dibuat dalam bentuk pertanyaan dengan empat jawaban yakni Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Pengolahan data untuk angket dapat menggunakan presentase sebagai berikut:


(33)

Presentase Alternatif Jawaban =

Keterangan:

AJ =Alternatif Jawaban S =Jumlah Sampel

Hasil perhitungan presentase angket diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel.3.10 Interpretasi Agket

Besar Presentase Interpretasi

0 % Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar

76% - 99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

F. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap akhir. Berikut akan dijelaskan perincian langkah pada tiap perincian:

1. Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan mengenai permasalahan yang akan dikaji melalui telaah pustaka tentang sistem reproduksi pada manusia. b. Merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share untuk kelas eksperimen dan pembelajaran dengan metode diskusi untuk kelas kontrol.

c. Membuat instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda, dan angket. ��


(34)

d. Melakukan judgemen soal kepada dua oarang dosen ahli

e. Melakukan uji coba instrumen, berupa soal pilihan ganda, uji coba instrument dilaksanakan di SMA Y, Bandung.

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen. g. Melakukan revisi terhadap instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap persiapan akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Memberikan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share kepada kelas eksperimen dan memberikan pembelajaran dengan model diskusi dan ceramah kepada kelas control, sebanyak dua kali pertemuan (2 X 45 menit)

c. Memberikan posttest untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Khusus untuk kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share.

d. Mengolah data hasil pretest dan posttest.

e. Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen, setelah dilakukan posttest, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share.

3. Tahap Akhir

Dalam tahap persiapan akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengelolah data penelitian berupa soal pilihan ganda.

b. Menganalisis data soal pilihan ganda dengan menggunakan perhitungan secara statistik dan membahas data penelitian berupa soal plihan ganda.

c. Menarik kesimpulan tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share terhadap penguasaan konsep siswa SMA tentang sistem reproduksi pada manusia


(35)

G. Alur penelitian

v

Pra persiapan

 Penyusunan proposal

 Studi pendahuluan Persiapan

 Kajian teoritis tentang pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share, dihungkan dengan kurikulum Biologi SMA tentang sistem reproduksi pada manusia

Rencana Instrument penelitian

penguasaan konsep Uji coba Instrument Penelitian

Revisi Instrument Pelaksanaan pretest

Kelas kontrol menggunakan metode konvensional

Kelas eksperimen dengan metode pembelajaran kooperatif tipe

Think-pair-share

Pelaksanaan posttest

Hasil penelitian

kesimpulan

Analisis dan Pengolahan data


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol tergolong rendah (kelas eksperimen 26,45 dan kelas kontrol 27,40) dan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada kelas eksperimen tergolong tinggi (73,40) dan kelas kontrol tergolong sedang (67,90). Sehingga penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share pada pokok bahasan sistem reproduksi pada manusia dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XI secara signifikan.

Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share pada umumnya bersifat positif.

Guru berpendapat bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan keaktifan siswa karena setiap siswa dituntut untuk dapat berkerjasama dengan temana dalam kelompoknya dan masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab dalam kelompok untuk membuat kelompoknya menjadi kelompok terbaik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa temuan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan pengajaran biologi disekolah menengah atas (SMA), dianjurkan beberapa saran sebagai berikut:


(37)

1. Agar dapat menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dengan baik, diperlukan waktu yang cukup. Diantaranya untuk menyiapkan bahan ajar bersama (LKS) dan perlengkapan yang dibutuhkan.

2. Pengembangan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dapat dilakukan untuk materi pelajaran lainnya.

3. Model pembelajaran Think Pair Share berkaitan erat dengan waktu untuk setiap tahapan pembelajaran. Maka dari itu guru hendaknya memperhatikan alokasi waktu, karakteristik bahan ajar, dan pengelolahan kelas yang baik pada saat menggunakan model pembelajaran think pair share.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Andrian,T. 2006. Pengaruh Praktikum Tepadu dalam Upaya Meninggkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkunga. Skripsi, Jurusan Biologi, FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Anonim. 2011. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Menggunakan Handout [online]. Tersedia: http://www.scrib.com/document_downloads/ [ 31 Mei 2012]

Arends.W. 1997. Model Pembelajarna TPS. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Edisi revisi IV. Jakarta : Bumi Aksara.

Budiningsih, C. Dr. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Campbell, Recce, Micthell. 2004. Biology Concepts & Connection. Sanfransisco: Pearson

Christin, I. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Dalam Upaya Bahasan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan

Darsono. 2002: 24-25. Theori Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Deporter, B., Readon, M., dan Singer-Nourie, S. 2002.Quantum Teacing:Memperaktikan Quantun Learning di Ruang-Ruang Kelas (Terjemahan Anilandari). Bandung: Kaifa.

Hake, R. 1999. ANALYZING CHANGE/GAIN SCORES. [online]. Tersedia: http://www.physic.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [7 maret 2013]


(39)

Hermiati, I. 2005, 4 Mei. Proses Pembelajaran “Cooperative Learning”. Pikiran rakyat [online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/18/1103.htm [19 januari 2013].

Ibrahim, et al.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA UNIVERSITY PRESS.

Johnson, D., Roger, T.J, dan mary, B. 2000. Cooperative Learning Methods: Ameta-Analysis. [online]. Tersedia: http://www.co-op.org/pages/ Cooperative learning methods.html [19 oktober 2005].

Kagan. 2001:1. Cooperative learning: Pembelajara Interaktif Bandung: Erlanga

Lie, A. 2002. Cooperative learning: mempraktikan Cooperative learning diruang- ruang Kelas. Bandung: Grasindo.

Mahmuddin. 2009.Pembelajaran Kooperatif Tipe think-pair-share (TPS). Tersedia:http://mahmuddin.wordpress.com [online: 8 maret 2012]. Margareth, P. 2007. Pengaruh penerapan model Cooperative learning tipe

Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Pemahaman Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Marjani. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pencemaran Air (Suatu Penelitian Kelas di Kelas 2 MAN Bojonegoro). Tesis Pada FPS Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Muhammad, Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Novida, R.G. 1996. Reproduksi. [online]. Tersedia : http://www.google.com/reproduksi.


(40)

meningkatkan Keterampilan Berfikir Melalui Belajar Kooperatif. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Nugraha, E. 1985. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Cv. Permadi.

Nur, I.R. 20012. Penegaruh model pembelajaran TPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada KonsepPerkembangan Manusia. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Nur, S. 2002. Implementasi model pembelajaran pencemaran Air untuk meningkatkan keterampilan berpikir melalui. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indones Belajar kooperatif. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Nursalam. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Sistem Reproduksi. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Patria. 2007. Penguasaan Konsep. [online]. Tersedia : http://www.google.com/konsep.

Purnama, L. N. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP Pada Konsep Fotosintesis. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Purwanto, M. N. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rachel Hertz-Lazarowitz. 1998. Cooperative Learning in the Science Curriculum. Israel : University of Haifa.

Rahadi, M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalamn Pembelajaran Matematika SMU. Tesis pada FPS Universitas. Pendidikan Indonesia: tidak Diterbitkan.

Sa’dijah, C. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang: Lembaga Penelitian UM.


(41)

Sugiyono.2010. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto.2008. Model–model Pembelajaran. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Suparno,P.1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Slavin, RE. 2008. Cooperation Learning Theory, Research, and Practice Second Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Sudjana, N. 1996. Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito.

Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Supriono. Tanpa tahun. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. [online]. Tersedia : http://www.google.com/jurnalpendidikan inovatif [4 April2009].

Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

___________tanpa tahun. Model Pembelajaran Kooperatif. [online]. Tersedia : http://www.daneprairie.com/model [4 April2009].

Wiersma, 1995. Metode Statistika. Edisi VI Bandung: Tarsito.

Widiana. 2006. Pembelajaran Konvensional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol tergolong rendah (kelas eksperimen 26,45 dan kelas kontrol 27,40) dan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada kelas eksperimen tergolong tinggi (73,40) dan kelas kontrol tergolong sedang (67,90). Sehingga penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share pada pokok bahasan sistem reproduksi pada manusia dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XI secara signifikan.

Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share pada umumnya bersifat positif.

Guru berpendapat bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan keaktifan siswa karena setiap siswa dituntut untuk dapat berkerjasama dengan temana dalam kelompoknya dan masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab dalam kelompok untuk membuat kelompoknya menjadi kelompok terbaik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa temuan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan pengajaran biologi disekolah menengah atas (SMA), dianjurkan beberapa saran sebagai berikut:


(2)

1. Agar dapat menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dengan baik, diperlukan waktu yang cukup. Diantaranya untuk menyiapkan bahan ajar bersama (LKS) dan perlengkapan yang dibutuhkan.

2. Pengembangan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dapat dilakukan untuk materi pelajaran lainnya.

3. Model pembelajaran Think Pair Share berkaitan erat dengan waktu untuk setiap tahapan pembelajaran. Maka dari itu guru hendaknya memperhatikan alokasi waktu, karakteristik bahan ajar, dan pengelolahan kelas yang baik pada saat menggunakan model pembelajaran think pair share.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andrian,T. 2006. Pengaruh Praktikum Tepadu dalam Upaya Meninggkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkunga. Skripsi, Jurusan Biologi, FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Anonim. 2011. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) dengan Menggunakan Handout [online]. Tersedia:

http://www.scrib.com/document_downloads/ [ 31 Mei 2012] Arends.W. 1997. Model Pembelajarna TPS. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Edisi revisi IV. Jakarta : Bumi Aksara.

Budiningsih, C. Dr. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Campbell, Recce, Micthell. 2004. Biology Concepts & Connection. Sanfransisco: Pearson

Christin, I. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Dalam Upaya Bahasan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan

Darsono. 2002: 24-25. Theori Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Deporter, B., Readon, M., dan Singer-Nourie, S. 2002.Quantum Teacing:Memperaktikan Quantun Learning di Ruang-Ruang Kelas (Terjemahan Anilandari). Bandung: Kaifa.

Hake, R. 1999. ANALYZING CHANGE/GAIN SCORES. [online]. Tersedia: http://www.physic.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [7 maret 2013]


(4)

Hermiati, I. 2005, 4 Mei. Proses Pembelajaran “Cooperative Learning”. Pikiran rakyat [online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/18/1103.htm [19 januari 2013].

Ibrahim, et al.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA UNIVERSITY PRESS.

Johnson, D., Roger, T.J, dan mary, B. 2000. Cooperative Learning Methods: Ameta-Analysis. [online]. Tersedia: http://www.co-op.org/pages/ Cooperative learning methods.html [19 oktober 2005].

Kagan. 2001:1. Cooperative learning: Pembelajara Interaktif Bandung: Erlanga

Lie, A. 2002. Cooperative learning: mempraktikan Cooperative learning diruang- ruang Kelas. Bandung: Grasindo.

Mahmuddin. 2009.Pembelajaran Kooperatif Tipe think-pair-share (TPS). Tersedia:http://mahmuddin.wordpress.com [online: 8 maret 2012]. Margareth, P. 2007. Pengaruh penerapan model Cooperative learning tipe

Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Pemahaman Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Marjani. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pencemaran Air (Suatu Penelitian Kelas di Kelas 2 MAN Bojonegoro). Tesis Pada FPS Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Muhammad, Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Novida, R.G. 1996. Reproduksi. [online]. Tersedia : http://www.google.com/reproduksi.


(5)

meningkatkan Keterampilan Berfikir Melalui Belajar Kooperatif. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Nugraha, E. 1985. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Cv. Permadi.

Nur, I.R. 20012. Penegaruh model pembelajaran TPS Terhadap Penguasaan

Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada

KonsepPerkembangan Manusia. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Nur, S. 2002. Implementasi model pembelajaran pencemaran Air untuk meningkatkan keterampilan berpikir melalui. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indones Belajar kooperatif. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Nursalam. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Sistem Reproduksi. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Patria. 2007. Penguasaan Konsep. [online]. Tersedia : http://www.google.com/konsep.

Purnama, L. N. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP Pada Konsep Fotosintesis. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Purwanto, M. N. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rachel Hertz-Lazarowitz. 1998. Cooperative Learning in the Science Curriculum. Israel : University of Haifa.

Rahadi, M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalamn Pembelajaran Matematika SMU. Tesis pada FPS Universitas. Pendidikan Indonesia: tidak Diterbitkan.

Sa’dijah, C. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang: Lembaga Penelitian UM.


(6)

Sugiyono.2010. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto.2008. Model–model Pembelajaran. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Suparno,P.1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Slavin, RE. 2008. Cooperation Learning Theory, Research, and Practice Second Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Sudjana, N. 1996. Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito.

Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Supriono. Tanpa tahun. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. [online]. Tersedia : http://www.google.com/jurnalpendidikan inovatif [4 April2009].

Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

___________tanpa tahun. Model Pembelajaran Kooperatif. [online]. Tersedia : http://www.daneprairie.com/model [4 April2009].

Wiersma, 1995. Metode Statistika. Edisi VI Bandung: Tarsito.

Widiana. 2006. Pembelajaran Konvensional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Pengaruh model pembelajaran koorperatif tipe rhink pair share terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi manusia : kuasi eksperimen di mtsn 1 kota tangerang

1 9 134

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

1 25 62

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 10 49

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.

0 1 37

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA KONSEP TEKANAN.

0 0 35

PROFIL KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - repository UPI S BIO 0909192 Title

0 0 4

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA

0 0 17