PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED-LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL

TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR

SKRIPSI

Dianjukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

Oleh

RATNA JUWITA 0811770

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

ABSTRAKSI

Ratna Juwita (0811770) : Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN 2 Cilaku Cianjur.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based-Learning) dan model pembelajaran konvensional pada standar kompentensi mengolah hasil ternak unggas di Program Keahlian Agribisnis Ternak Unggas. Penelitian ini menggunakan metode Pre- Experimental Designs dengan desain penelitian intact-group comparison design. Dalam penelitian ini kelas yang ada pada jurusan ATU di SMKN 2 Cilaku hanya satu kelas dan berjumlah sebelas orang sehingga peneliti membagi dua kelompok menjadi enam orang siswa untuk kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan lima orang siswa untuk kelas kontrol atau kelas pembanding dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan test soal pre test dan post test.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa XII ATU pada standar kompetensi mengolah hasil ternak unggas. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan awal siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Prestasi belajar untuk kelompok kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pre test sebesar enam puluh satu sedangkan rata-rata nilai post test sebesar tujuh puluh delapan memiliki peningkatan sebesar 0,45 atau berkategori “sedang”. Prestasi belajar untuk kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah memiliki rata-rata nilai pre test sebesar enam puluh lima koma delapan dan nilai rata-rata post test sebesar delapan puluh delapan koma tiga memiliki peningkatan sebesar 0,69 atau berkategori “sedang”.

Pada analisis data menunjukan, terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan prestasi belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar, agribisnis Ternak unggas


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

MOTTO ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Penjelasan Judul Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Belajar dan pembelajaran ... 13

B. Pengertian model pembelajaran... 15

C. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based learning) ... 17

D. Teori yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

E. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 21

F. Mata Pelajaran Produktif ... 24

G. Standar Kompetensi Penangan Hasil Ternak Unggas ... 25

H. Hasil Belajar ... 27

I. Aktivitas Belajar ... 29

J. kerangka pemikiran ... 32


(4)

xi

BAB III METODOLOGI ... 35

A. Metode dan design Penelitian ... 35

1. Metode Penelitian ... 35

2. Desain Penelitian ... 35

B. Variabel dan Paradigma Penelitian ... 36

1. Variabel Penelitian ... 36

2. Alur Penelitian ... 36

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Subjek Penelitian ... 38

D. Prosedur Penelitian ... 39

E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian... 41

F. Teknik pengolahan Data ... 49

G. Hasil observasi ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54

B. Prestasi belajar kelas kontrol ... 54

C. Prestasi belajar kelas eksperimen ... 55

D. Peningkatan Hasil Belajar ... 56

E. Uji Prasyarat ... 59

F. Uji Hipotesis ... 61

G. Data Hasil Observasi ... 63

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan suatu bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan dalam berbagai aspek baik aspek sosial, budaya, dan bahkan teknologi akan semakin pesat. Karena itulah pendidikan menjadi fokus perbincangan berbagai kalangan masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan juga semakin beragam. Masyarakat sekarang lebih cerdas dalam memilih pendidikan bagi anak – anaknya. Mereka menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang dapat langsung diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan. Di SMK diajarkan berbagai macam ilmu dan pengetahuan yang pada umumnya berbasis teknologi.Ilmu dan materi yang diajarkan di SMK merupakan materi-materi pelajaran yang dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat maka SMK merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mencetak generasi yang terdidik dan memiliki keterampilan yang aplikatif. Sehingga siswa SMK dapat langsung terjun ke dunia industri baik itu sebagai tenaga kerja maupun sebagai pengusaha dari industri itu sendiri. Sesuai dengan tujuan umum SMK, yaitu untuk memberikan keterampilan kepada siswa. Maka SMK merupakan sekolah yang dalam pembelajarannya lebih banyak praktikum dari pada teori. Adapun perbandingan antara praktikum dan teori berturut-turut 1


(6)

adalah 60 % dan 40 %. Sehingga diharapkan siswa benar - benar menguasai dan mampu mempraktekan materi yang diajarkan di sekolah.

Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik sesuai dengan tujuan yang dirancang (instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturrant effect) (Moch. Shochib: 1999).

Selama ini proses pembelajaran di sekolah masih terperangkap pada paradigma bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, selain itu cara pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh peran guru sebagai sumber pengetahuan serta metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa mayoritas proses belajar mengajar di Indonesia masih menggunakan metode konvensional yaitu masih terbatas pada teacher oriented.

Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai macam model, metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Nurhadi, dkk (2003:11) menyatakan bahwa : “belajar akan lebih bermakna


(7)

apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Pembelajaran kontekstual ini merupakan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri.

Nurhadi, dkk (2003:13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.

Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut pendekatan kontekstual memang sangat relevan untuk mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai macam strategi di dalamnya. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dipandang cocok untuk menghadirkan suasana nyata di dalam proses pembelajaran. Secara kontekstual, permasalahan pembelajaran mata pelajaran produktif perternakan sangat dekat dengan realitas permasalahan-permasalahan para peternak yang terjadi di masyarakat.

Nurhadi, dkk (2004:56) mendefinisikan Pembelajaran berbasis masalah ( Problem-Based Learning) adalah: Suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

SMK Pertanian merupakan salah satu sistem pendidikan yang mulai dikembangkan di Negara Indonesia, akan tetapi minat terhadap pembelajaran pertanian di masyarakat sangat minim. Dengan mengubah cara pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran


(8)

yang lebih bermakna dan menyenangkan akan meningkatkan pemahaman dan minat siswa dan masyarakat terhadap pendidikan pertanian.

Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN 2 Cilaku Cianjur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun identifikasi masalah dari judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher oriented) dan siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap Standar Kompetensi Penanganan Hasil Panen masih sangat kurang karena masih banyak yang belum memenuhi angka KKM yang ditetapkan sekolah

3. Usaha untuk meningkatkan hasil belajar dan Aktivitas belajar siswa masih kurang optimal, karena banyak siswa malu bertanya atau tampil kedepan kelas.

4. Siswa hanya terfokus dengan permasalahan sederhana yang diciptakan oleh guru, sehingga kurang memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat yang lebih komplek dan kritis.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(9)

2. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan model pembelajaran pengajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk kelas eksperimen. 3. Hasil belajar dan Aktivitas belajar meliputi pada aspek penguasaan materi

(kognitif) yaitu nilai pretest-posttest dan sikap (Afektif) selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Model pembelajaran Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dan model pembelajaran konvensional.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan diterapkan Model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan diterapkan Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) pada kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?

3. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara yang menerapkan model pembelajaran Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?

4. Bagaimana aktivitas siswa pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku


(10)

Cianjur dengan adanya penerapan Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) ?

E. Tujuan

Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk memberikan sebuah alternatif pada pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMKN 2 Cilaku. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara yang menerapkan Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)

dan model pembelajar Konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur

4. Mengetahui aktivitas siswa kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur dengan adanya penerapan Model pembelajaran berbasis masalah ( Problem-Based Learning)


(11)

Berdasarkan dari tujuan yang dikemukakan diatas, maka setelah selesai penelitian dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Memberikan gambaran umum tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada standar kompetensi mengolah di SMK N 2 Cilaku Cianjur.

2. Praktis

a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru pengajar, jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan materi dalam pembelajaran mata pelajaran produktif.

b. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi pelajaran produktif terutama yang sangat berkaitan terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat.

c. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan keterampilan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan masalah-masalah yang tejadi dalam proses pembelajaran kompetensi dasar pengolaha hasil ternak. d. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan

masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa. G. Penjelasan Judul Penelitian

Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:


(12)

(13)

1. Penerapan

Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan (KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah mempraktikan pembelajaranberbasis masalah (Problem-Based Learning) dalam kegiatan belajar mengajar Mata pelajaran produktif.

2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk, 2004:56). Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah membahas permasalah yang terjadi di masyarakat yang relevan dengan kompetensi pada pembelajaran mata pelajaran produktif.

3. Aktifitas belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Erwin Ridha, 2007 : 37) menegaskan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Pada penelitian ini yang termasuk kedalam aktivitas belajar di dalam kelas adalah mengumpulkan informasi, melakukan diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa menjawab, membuat kesimpulan, mempresentasikan dan lain-lain.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana


(14)

(1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami pembelajaran pada pelajaran produktif.

H. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam proposal penelitian nanti terdapat kesinambungan dan sistematis, maka dalam penulisannya ini mencakup tiga bab berdasarkan pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Berisi tentang tinjauan pustaka mengenai belajar dan pembelajaran, pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pelajaran produktif ATU di SMKN 2 cianjur, hasil belajar dan aktivitas belajar. Selain berisi tinjauan pustaka, pada bab ini juga terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian 1. Metode penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre-experimental design. Pre- Experimental Designs (non designs) belum merupakan eksperimen sungguh – sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (sugiono, 2010:107). Metode ini dipilih karena harus dijalankan dengan menyelidiki suatu kelompok yang dibagi dua dan diberikan perlakuan. Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti juga membagi menjadi dua grup yaitu grup treatment dan grup kontrol (Sukardi, 2003:16).

Dalam penelitian ini kelas yang ada pada jurusan APTU di SMKN 2 Cilaku hanya satu kelas dan berjumlah 11 orang sehingga peneliti membagi dua kelompok menjadi 6 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 5 orang siswa untuk kelas kontrol atau kelas pembanding.

2. Design penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian

intact-group comparison design, yaitu pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi di bagi menjadi dua. Yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang di beri perlakuan) dan


(16)

setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma penelitian dapat digambarkan dengan pola seperti berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan

O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di beri perlakuan

Pengaruh perlakuan = O1– O2

B. Variabel dan Paradigma Penelitian 1. Variabel penelitian

Dari judul penelitian Eksperimen Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa maka terdapat 2 variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel penyebab yang saling tidak mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel–variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu:

X1 : Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

X2 : Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran konvesional. 2. Paradigma penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.

X O1


(17)

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Cilaku Kabupaten Cianjur

Pretest

Perlakuan dengan dengan Model Pembelajaran Konvesional

(Ceramah)

Post test Prestasi belajar Kelas XII ATU Kelas Kontrol Kelas XII Program

Keahlian Agribisnis Ternak Unggas (ATU)

(Standar kompetensi

pengolahan hasil ternak) Analisis Kesimpulan

Pretest

Perlakuan dengan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM)

Post test Prestasi belajar

Kelas XII ATU Kelas Eksperimen


(18)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

a. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur yang berjumlah 1 kelas dengan siswa 11 orang.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel total. Sehingga, sampel dalam penelitian ini diambil sebesar populasi yaitu seluruh siswa kelas XII ATU yang berjumlah 11 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok, dimana kelas eksperimen berjumlah 6 orang siswa laki-laki, Dan yang aktif mengikuti pembelajaran sampai akhir penelitian hanya 6 orang. Kelas eksperimen ini merupakan kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Sementara kelas kontrol yaitu berjumlah 5 orang siswa laki-laki dan yang aktif mengikuti pembelajaran sampai akhir penelitian 5


(19)

orang. Kelas kontrol ini merupakan kelas yang pembelajarannya menggunakan Metode Konvensional.

D. Prosedur Penelitian

Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, penulis melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat proposal penelitian;

b. Mengusulkan surat keputusan mengenai dosen pembimbing skripsi; c. Melaksanakan bimbingan kepada dosen pembimbing;

d. Melaksanakan seminar proposal penelitian;

e. Mengadakan perbaikan-perbaikan proposal penelitian berdasarkan hasil seminar dan arahan-arahan Pembimbing I dan Pembimbing II; dan

f. Mengajukan surat izin observasi dan penelitian di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan observasi tempat penelitian dan mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur., dan Wakasek Bidang Kurikulum terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;


(20)

b. Mengadakan konsultasi dengan guru mata diklat pengolahan hasil ternak terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

d. Melaksanakan penelitian di kelas XII Program Keahlian Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membagi kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

2) Memberikan pretest dengan menggunakan 20 butir soal pilihan ganda, setelah terlebih dahulu meminta lembar judgement (pernyataan) pada guru Mata Pelajaran Produktif SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur guna validasi soal-soal tersebut.

3) Memberikan perlakuan kepada kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

4) Memberikan postest pada akhir pertemuan.

e. Konsultasi pada Pembimbing I dan Pembimbing II mengenai hasil penelitian di lapangan


(21)

f. Melaksanakan perbaikan berdasarkan saran dari pembimbing I dan Pembimbing II;

3. Tahap Akhir

a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pretest dan postest yang telah dilaksanakan selama penelitian;

b. Pengolahan data dimaksudkan untuk menguji peningkatan (N-gain) dan menguji hipotesis;

c. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian. E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pedoman Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan teliti dan sistematis untuk tujuan tertentu.Pedoman obseravsi digunakan untuk mengamati tingkat aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar. Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang menginventariskan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data ini berupa format observasi.Teknik observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran dan juga aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.


(22)

a. Observasi keterlaksanaan model pembelajaran

Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana perlakuan, yang berupa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), diterapkan dalam pembelajaran. Instrumen observasi ini berupa lembar observasi yang memuat daftar check list

(√) tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan kolom komentar atau saran-saran. Teknik yang digunakan dalam pengisian lembar observasi tersebut adalah dengan memberikan skor 1 (satu) jika indikator pada fase pembelajaran muncul dan 0 (nol) jika tidak muncul.

b. Observasi aktivitas siswa

Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang dimaksud berupa aktivitas visual, aktivitas lisan, dan aktivitas motorik, yang masing-masing terdiri dari tiga aspek kegiatan yang diamati. Instrumen observasi ini memuat daftar persentase siswa yang aktif pada aspek-aspek aktivitas tersebut, dengan penilaian jumlah siswa aktif dibagi jumlah keseluruhan dikali 100%, yang sesuai dengan rubrik penilaian pada tiap aspek aktivitas.


(23)

2. Tes

Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah contoh perilaku.Tes yang diberikan ialah berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Tes ini digunakan untuk mengetahui nilai kognitif yang merupakan hasil belajar siswa.

Setelah dibuat instrument berupa tes, maka diadakan uji coba instrument, tujuannya untuk melihat validitas dan reabilitas instrumen sehingga ketika instrument itu diberikan pada kelas eksperimen, instrumen tersebut telah valid dan reliabel.

a. Analisis Validasi instrument

Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat evaluasi tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Pengujian validitas instrumen ini merupakan pengujian validitas setiap butir tes. Pengujian validitas setiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan teknis analisis point biserial,karena skor setiap soal untuk jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah adalah 0 yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini.

q p St

Mt Mp rpbis 

Dimana:

rpbis = indeks point biserial

Mp = mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee

(peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan


(24)

Mt = mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee

(peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

St = deviasi standar

P = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya

(Arikunto, 2012:93) perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada Lampiran B.3. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal yang dinyatakan valid. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 29. Semua soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk digunakan dalam penelitian ini.


(25)

b. Analisis Reliabilitas instrument

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda. Setelah dilakukan pengujian validitas semua instrumen, maka butir-butir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitasnya. Seperti yang diuraikan pada bagian uji validitas, didapat bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal yang dinyatakan valid. Oleh karena itu, yang dihitung koefisien reliabilitasnya adalah 24 soal tersebut.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR-20 yang ditunjukkan dengan rumus berikut ini.

             

2

2 11 1 St pq St k k r

(Arikunto, 2012 : 115) Dimana:

k = jumlah testee

p = proporsi jumlah testee yang menjawab benar

q = proporsi jumlah testee yang menjawab salah St² = Deviasi standar

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi Derajat Reliablitas

r11< 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang

0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi

0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi.

(Arikunto, 2007:93) Perhitungan nilai reliabilitas ini terdapat pada Lampiran B.3. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,837. Nilai ini termasuk kategori tinggi (r11>0,70) atau dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk di ujikan kepada siswa.

c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran suatu tes dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.

JS B P

(Arikunto, 2012:223) Dimana :

P = derajat kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa seluruh tes


(27)

Adapun klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Rentang

Tingkat Kesukaran Kategori

0,01 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012:225) Hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 30 soal terdapat 19 soal yang termasuk kategori sedang dan 11 termasuk kategori mudah. Dari 24 soal yang valid, semua soal memenuhi kriteria derajat kesukaran. Soal-soal tersebut adalah soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 29. Tingkat kesukaran yang diperoleh untuk tiap butir soal disajikan pada Lampiran.

d. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus.

Pb Pa Jb Bb Ja Ba

D   


(28)

D = Daya pembeda

Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = bayaknya peserta kelompok bawah

Ba = bayaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal dengan benar

Bb = banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawab soal dengan benar

Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2012:228) Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal Rentang

Daya Beda

Kategori

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

(Arikunto, 2012:232)

Hasil uji coba dengan menggunakan statistik menunjukkan bahwa 30 soal terdapat 5 soal yang termasuk kategori buruk, 0 soal termasuk kategori cukup, 15 soal termasuk kategori baik dan 10 soal termasuk kategori baik sekali. Jika ditinjau dari soal-soal valid dan memenuhi kriteria derajat kesukaran, maka dari 20 soal yang memenuhi kedua kriteria tersebut juga memenuhi kriteria daya


(29)

beda ini. Daya pembeda yang diperoleh untuk tiap butir soal disajikan pada Lampiran.

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 soal. Pemilihan 20 soal ini disamping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada keterwakilan semua indikator materi pembelajaran. soal-soal yang dipilih dianggap memiliki kriteria yang paling baik berdasarkan keempat kriteria yang disyaratkan. Disamping itu, 20 soal yang digunakan ini dianggap telah mewakili setiap indikator pembelajaran sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diukur dengan 20 soal ini.

F. Teknik Pengelohan data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes.

1. Observasi

Lembar observasi adalah instrumen non tes yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. lembar observasi ini digunakan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Setiap pernyataan pada lembar observasi untuk aktivitas siswa di ambil jumlah keseluruhan siswa yang aktif selanjutnya dibagi jumlah total semua siswa dikali 100%. Sedangkan untuk aktivitas guru


(30)

dimaksudkan untuk mengetahui apakah guru melaksanakan aktivitas yang disebutkan atau tidak.

Observasi/pengamatan digunakan untuk mengukur keterampilan praktik siswa dalam memahami Standar kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas (merawat ternak sakit). Data yang diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Pedoman observasi merupakan indikator penilaian aktivitas belajar siswa, yang dihitung menggunakan rumus:

P = (Arikunto, 2000:246)

P : Presentase F : frekuensi data

N : jumlah sampel yang diolah

Tabel 3.5 Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa No. Persentase (%) Klasifikasi

1 92 – 100 Baik sekali

2 75 – 91 Baik

3 50 – 74 Cukup baik

4 25 – 49 Kurang baik

5 0 – 24 Tidak baik

2. Pengolahan data hasil Tes a. Menghitung rentang kelas b. Menghitung banyaknya kelas c. Menghitung panjang kelas


(31)

d. Membuat tabel distribusi e. Mencari media

f. Mencari modus

g. Mencari rata-rata kelas dengan rumus

̅

Keterangan:

̅ = angka rata-rata

xi = nilai data

n = jumlah data 1. Diviasi standar

(Sudjana, 1984:66) 3. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu chi-kuadrat, dengan rumus:

Dengan dk = K-3 = 0,05

(Sudjana, 1984:270) Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukkan frekuensi observasi sedangkan simbol Ei menunjukkan frekuensi ekspektasi (harapan). Kriteria pengujian nilai chi-kuadrat adalah sebagai berikut: a. Jika X²hitung≤X²tabel, maka data berdistribusi normal


(32)

(33)

4. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki varian yang sama atau penguasaan yang homogen. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

Vb = varians (Sd) yang lebih besar Vk = varians (Sd) yang lebih kecil

(Sudjana, 1984:242) Kriteria pengujian nilai homogenitas adalah sebagai berikut:

c. Jika Fhitung≤ Ftabel, maka data berdistribusi normal

d. Jika Fhitung > Ftabel, maka data tidak berdistribusi normal

5. Uji Hipotesis

Bila hasil test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:

Keterangan:

X1 = Mean sampel kelompok eksperimen

X2 = Mean sampel kelompok kontrol


(34)

n1 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen n2 = jumlah anggota sampel kelas kontrol

(Arikunto, 2008:56)

6. Nilai Normal Gain

Gain adalah antara selisih anatara nilai pretest dan nilai posttest. Disamping itu, gain juga menunjukkan peningkatan pemahaman siswa atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan. Uji normal gain menurut Meltzer adalah:

dengan kategori perolehan: g tinggi : nilai (g) > 0,70 g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0,3 g rendah : nilai (g) < 0,3 G. Hasil Observasi

Data hasil observasi akan dianalisis secara deskriftif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas selama diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based-learning) pada masing-masing kelompok dan kontrol.


(35)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa untuk kelompok kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pretest sebesar 61 sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 78. interpretasi peningkatan N-Gain berada pada kategori “sedang” dengan nilai 0,45.

2. Hasil belajar siswa untuk kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dengan rata-rata pretest sebesar 65,83 sedangkan rata-rata nilai

posttest adalah 88,33. interpretasi peningkatan N-Gain berada pada

kategori “sedang” dengan nilai 0,69.

3. Pada analisis data menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) lebih baik dari pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.


(36)

4. Aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) lebih aktif dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.

1. Untuk Guru bidang studi kompetensi dasar hasil pengolahan ternak yang mengalami permasalahan hasil belajar dan aktivitas siswa disarankan agar dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

2. Untuk siswa diharapkan lebih aktif dan dapat lebih berfikir kritis dalam memecahkan masalah di ingkungan luar terutama permasalah didunia perternakan.

3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini lebih luas dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada bidang keilmuan lain.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2012). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta:

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Barrows, Howard. (2001). Problem Based Learning. [Online] tersedia: http://barrows.mountaincable.net [16 mei 2012]

Dasna, I Wayan dan Sutrisno. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning). Malang : jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka

Depdikbud. (2001).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : PN Persero Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Isjoni (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung. Alfabeta

Miftahul Huda.(2011). Cooperative Learning :Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rachminurrachmi, Ulfa. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Rasional dan prestasi Belajar Siswa. Skripsi S1 Prodi Pendidikan Fisika UPI Bandung : tidak diterbitkan


(38)

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Slavin, Robert, E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media

Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono.(2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Bandung: Univesity Press UPI

Warmada, I Wayan. Problem Based Learning (PBL) berbasis ICT. [Online] tersedia: http//elearning.unimus.ac.id/upload/materi/pbl-ict.pdf [16 mei 2012]


(1)

4. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki varian yang sama atau penguasaan yang homogen. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

Vb = varians (Sd) yang lebih besar Vk = varians (Sd) yang lebih kecil

(Sudjana, 1984:242) Kriteria pengujian nilai homogenitas adalah sebagai berikut:

c. Jika Fhitung≤ Ftabel, maka data berdistribusi normal d. Jika Fhitung > Ftabel, maka data tidak berdistribusi normal 5. Uji Hipotesis

Bila hasil test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:

Keterangan:

X1 = Mean sampel kelompok eksperimen X = Mean sampel kelompok kontrol


(2)

n1 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen

n2 = jumlah anggota sampel kelas kontrol

(Arikunto, 2008:56)

6. Nilai Normal Gain

Gain adalah antara selisih anatara nilai pretest dan nilai posttest. Disamping itu, gain juga menunjukkan peningkatan pemahaman siswa atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan. Uji normal gain menurut Meltzer adalah:

dengan kategori perolehan: g tinggi : nilai (g) > 0,70 g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0,3 g rendah : nilai (g) < 0,3

G. Hasil Observasi

Data hasil observasi akan dianalisis secara deskriftif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas selama diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based-learning) pada masing-masing kelompok dan kontrol.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa untuk kelompok kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pretest sebesar 61 sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 78. interpretasi peningkatan

N-Gain berada pada kategori “sedang” dengan nilai 0,45.

2. Hasil belajar siswa untuk kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dengan rata-rata pretest sebesar 65,83 sedangkan rata-rata nilai

posttest adalah 88,33. interpretasi peningkatan N-Gain berada pada

kategori “sedang” dengan nilai 0,69.

3. Pada analisis data menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) lebih baik dari pada kelas kontrol yang


(4)

4. Aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) lebih aktif dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.

1. Untuk Guru bidang studi kompetensi dasar hasil pengolahan ternak yang mengalami permasalahan hasil belajar dan aktivitas siswa disarankan agar dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

2. Untuk siswa diharapkan lebih aktif dan dapat lebih berfikir kritis dalam memecahkan masalah di ingkungan luar terutama permasalah didunia perternakan.

3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini lebih luas dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada bidang keilmuan lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2012). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta:

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Barrows, Howard. (2001). Problem Based Learning. [Online] tersedia: http://barrows.mountaincable.net [16 mei 2012]

Dasna, I Wayan dan Sutrisno. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning). Malang : jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka

Depdikbud. (2001).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : PN Persero Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Isjoni (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung. Alfabeta

Miftahul Huda.(2011). Cooperative Learning :Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rachminurrachmi, Ulfa. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Rasional dan prestasi


(6)

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Slavin, Robert, E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media

Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono.(2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Bandung: Univesity Press UPI

Warmada, I Wayan. Problem Based Learning (PBL) berbasis ICT. [Online] tersedia: http//elearning.unimus.ac.id/upload/materi/pbl-ict.pdf [16 mei 2012]