Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Sanksi dalam Hukum T2 322014001 BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Ilmu Hukum pada hakekatnya adalah preskriptif
atau mengharuskan. Karena mengharuskan maka sifat
hukum adalah normatif. Sifat normatifitas dari tidak
bergantung pada bentuk formal, kekuasaan dan sanksi,
akan tetapi dari koherensinya dengan kaidah dan
prinsip yang bersumber dari moral yaitu Keadilan dan
Kebenaran.
Hukum adalah Norma, dalam tindakan reason for
action. Sanction not constitutif law. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Sanksi bukan unsur utama
dari hukum.Sanksi ada akibat tuntutan kepastian
hukum dalam paradigma positivisme hukum, yang
memandang ilmu hukum sebagai ilmu empirik aturanaturan tingkahlaku yang mengatur perbuatan manusia
secara lahiriah belaka. Dimana hukum dituntut untuk
berkorespondensi

dengan


fakta.

Dalam

penerapan

hukum agar hukum dapat diterapkan hukum harus
dipaksakan.

Dengan

demikian

kedudukan

sanksi

dalam hukum adalah sanksi ada pada penerapan
hukum.


103

104

B. Saran
Sanksi tidak boleh mendegradasikan nilai hukum,
menderitakan

tidak

diperbolehkan

merendahkan

martabat manusia. Dalam hal hukum memberi nilai
penghormatan atas kehidupan manusia sanksi sama
sekali tidak boleh melanggar nilai tersebut maka dari
itu sanksi pidana mati jelas tidak dibolehkan, karena
hal tersebut juga pelanggaran hukum.

Hukum memberi nilai penghormatan atas hak
milik sehingga kaidah hukum melarang pencurian
maka sanksi yang mengambil melebihi hak pelaku
pencurian adalah tidak dibenarkan sehingga sanksi
yang

memiskinkan

seorang

koruptor

juga

adalah

pelanggaran hukum.
Sanksi harus ditujukan untuk mengabdi pada
hukum


bukan

sebaliknya,

apabila

hukum

menghendaki untuk manusia tidak membunuh maka
sanksi sebagai penegak larangan tersebut tidak boleh
menghilangkan nyawa manusia.