PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN, PREFERENSI MEREK TERHADAP MINAT BELI ULANG PADA MINYAK GORENG FILMA.
PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN, PREFERENSI
MEREK TERHADAP MINAT BELI ULANG
PADA MINYAK GORENG FILMA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
MOCH.BASUKI.KURNIAWAN
0712010226 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
SKRIPSI
PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN, PREFERENSI
MEREK TERHADAP PEMBELIAN ULANG
PADA MINYAK GORENG FILMA
Yang diajukan
MOCH.BASUKI.KURNIAWAN
0712010226 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Yuniningsih, SE, M.Si Tanggal :………..
Mengetahui Wakil Dekan I
Drs. Rahman A. Suwaidi, MS NIP. 19600330 198603 1001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(3)
SKRIPSI
PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN, PREFERENSI
MEREK TERHADAP MINAT BELI ULANG
PADA MINYAK GORENG FILMA
Disusun Oleh:
MOCH.BASUKI.KURNIAWAN
0712010226 / EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 9 Desember 2012
Pembimbing Utama : Tim Pengguji : Ketua
`
Yuniningsih, SE, M.Si Dr. Eko Purwanto , M.Si Sekretaris
Dra. Ec. Nurjayanti, M.Si
Anggota
Yuniningsih, SE, M.Si
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 19309241989031001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS
KONSUMEN MINYAK GORENG FILMA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Yuniningsih, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(5)
ii
5.
Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7.
Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Oktober 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 5
1.3.
Tujuan Penelitian ... 5
1.4.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 8
2.2.1. Tinjauan Terhadap Pemasaran ... 9
2.2.2. Pengaruh Produk Terhadap Keputusan Pembelian ... 10
2.2.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 11
2.2.4. Kepuasan Konsumen ... 12
2.2.5. Preferensi Merek... 16
2.2.6. Pembelian Ulang... 18
2.2.7. Pengaruh Kepuasan pelanggan Terhadap Preferensi merek .... 20
2.2.8. Pengaruh Kepuasan pelanggan Terhadap Pembelian Ulang .... 20
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(7)
ii
2.2.9. Pengaruh preferensi merek terhadap Pembelian Ulang... 21
2.3 Kerangka Model Penelitian ... 23
2.4. Hipotesis ... 23
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi
Operasional
dan Pengukuran Variabel ...
24
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ...
26
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ...
27
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...
28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...
34
4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan...
34
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...
39
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ...
39
4.2.2. Uji Outlier Multivariate ...
40
4.2.3. Uji Reliabilitas
...
40
4.2.4. Uji Validitas
...
41
4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ...
42
4.2.6. Uji Normalitas
...
43
4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM ...
44
4.2.8. Uji Kausalitas
...
46
4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis ... 47
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(8)
iii
4.4. Pembahasan... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
5.1. Kesimpulan ... 50
5.2. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(9)
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Top Brand Index Minyak Goreng Tahun 2008 – 2010...3
Tabel 2. Brand Value Minyak Goreng Tahun 2008 – 2010...3
Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...40
Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Jenis Pekerjaan...40
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate ...40
Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...41
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas...41
Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated ...42
Tabel 4.7. Assessment of Normality ...43
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...45
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...45
Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas ...46
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(10)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...54
Gambar 4.2: Model Pengukuran dan Struktural ...55
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(11)
i
PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN, PREFERENSI MEREK
TERHADAP MINAT BELI ULANG
PADA MINYAK GORENG FILMA
Moch.Basuki.Kurniawan
ABSTRAK
Konsumen yang mengalami kepuasan setelah melakukan pembelian
mempunyai kemungkinan tidak akan merubah pilihannya dengan tidak mencari
alternative merek lain pada pembelian berikutnya. Tantangan dalam preferensi
merek adalah mengembangkan satu pengumpulan makna yang lebih dalam
terhadap merek tersebut. Dalam jangka panjang, preferensi merek yang paling
tahan lama adalah nilai yang tercermin dari merek tersebut. Hal-hal tersebut
menentukan inti dari sebuah preferensi merek sehingga preferensi merek menjadi
sangat strategis untuk mendukung strategi eksistensi merek yang nantinya tercipta
Pembelian Ulang. Preferensi yang kuat mempunyai derajat kesukaan konsumen
yang kuat terhadap suatu merek. Perusahaan yang mampu mengembangkan
preferensi merek akan mampu mempertahankan serangan dari para pesaing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Kepuasan
Pelanggan, Preferensi Merek Terhadap Pembelian Ulang Pada Minyak Goreng
Filma.
Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling
dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang
sudah ditetapkan oleh peneliti.. Sampel pada penelitian ini 120 pelanggan. Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation
Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Faktor
Customer Satisfaction berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Preference,
dapat diterima. Faktor Brand Preference berpengaruh positif terhadap Faktor
Repurcahse, dapat diterima. Faktor Customer Satisfaction berpengaruh positif
terhadap Faktor Repurcahse, dapat diterima.
Keywords :
kepuasan pelanggan, preferensi merek dan pembelian ulangHak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(12)
1 1.1. Latar Belakang
Merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah produk, dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam produk tersebut (Kotler, 2004 : 285). Karena itu merek merupakan aset penting dalam sebuah bisnis. Meskipun merek bersifat intangible, tapi nilai sebuah merek lebih dari pada sesuatu yang tangible.
Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan system perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk mencapai hal itu adalah produk yang dewasa ini berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang konpetitif preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Dengan demikian, pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(13)
Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek dan memahami perilaku merek. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang kuat. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk maka semakin kuat daya tariknya untuk mengiring konsumen mengkonsumsi produk tersebut. Itu berarti akan menghantarkan perusahaan meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Karena merek aset amat penting dan bernilai. Maka hal itu merupakan Visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan. Sehingga akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki pabrik. Dan satu-satunya cara untuk memiliki pasar adalah memiliki yang dominan (Aeker,1997).
Karena Merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah produk, dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam produk tersebut (Kotler, 2004, p. 285).
Karena itu merek merupakan aset penting dalam sebuah bisnis. Meskipun merek bersifat intangible, tapi nilai sebuah merek lebih dari pada sesuatu yang tangible. Merek tidak berkembang terbatas pada produk barang saja, tetapi juga produk jasa dan juga bisnis yang menghasilkan produk barang sekaligus jasa.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(14)
Berikut ini akan disajikan hasil penjualan produk produk minyak goreng Filma menurut Indonesian Best Brand mulai Tahun 2007 – Tahun 2010.
Tabel 1. Top Brand Index Minyak Goreng Tahun 2007 - 2010 Merek Minyak Goreng TBI 2007 TBI 2008 TBI 2009 TBI 2010
Bimoli 60.28 63.9 59.6 59.4
Filma 16.7 13.0 15.7 12.4
Sania 5.69 4.9 6.1 8.3
Tropical 6.67 9.0 6.3 7.4
Sumber : SWA (2010)
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir dari tahun 2007 - 2010, telah terjadi penurunan TBI pada produk minyak goreng Filma. Terjadinya penurunan TBI, dimana dari tahun 2007-2008 terjadinya penurunan 2,3 pada tahun 2008-2009 terjadi kenaikan sebesar 2,7, tapi pada tahun 2009 – 2010. Terjadi penurunan sebesar 3,3, ( -2,3 + 2,7 – 3,3 = -2,9). Penurunan TBI tersebut juga diikuti penurunan Brand Value, hal ini bisa dilihat pada tabel 2. dibawah ini
Tabel 2. Brand Value Minyak Goreng Tahun 2008 - 2010 Merek Minyak Goreng Brand Value 2008 Brand Value 2009 Brand Value 2010
Bimoli 228.4 53.6 68.1
Filma 97.4 40.8 18.7
Sania 57.6 7.6 36.7
Tropical 37.1 5.4 37.1
Sumber : SWA (2010)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(15)
Brand value merupakan nilai suatu merek, yang biasanya dijadikan
panduan atau tolak ukur oleh para pemasar dan pemilik merek. Dengan demikian nilai merek tersebut diharapkan dapat menjadi ukuran suatu merek. Brand value bukan juga bisa mengikuti naik turunnya kekuatan dan kinerja merek mereka dari tahun ke tahun. Oleh karena itu brand value juga menunjukkan preferensi merek dan minat beli konsumen
Preferensi merek, merupakan tingkatan dimana konsumen menghendaki jasa yang diberikan oleh perusahaan sekarang ini, sebagai perbandingan pada jasa yang disediakan oleh perusahaan lain . Menurut Keegan dalam Ardhiani (2008 : 61) merek merupakan sekumpulan imajinasi, janji dan pengalaman positif serta kepuasan dalam benak konsumen yang mewakili suatu produk. Jadi brand preference dapat diartikan sebagai target konsumen yang biasanya lebih memilih suatu merek tersebut dibandingkan merek lain, mungkin diakibatkan karena pengalaman masa lalu dan perasaan puas dengan produk tersebut.
Tantangan dalam preferensi merek adalah mengembangkan satu pengumpulan makna yang lebih dalam terhadap merek tersebut. Dalam jangka panjang, preferensi merek yang paling tahan lama adalah nilai yang tercermin dari merek tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti dari sebuah preferensi merek sehingga preferensi merek menjadi sangat strategis untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(16)
mendukung strategi eksistensi merek yang nantinya tercipta minat beli ulang. Preferensi yang kuat mempunyai derajat kesukaan konsumen yang kuat terhadap suatu merek. Perusahaan yang mampu mengembangkan preferensi merek akan mampu mempertahankan serangan dari para pesaing. (Ardhiani, 2008 : 59)
Dari penjelasan diatas, peneliti ingin meneliti dengan judul : PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN, PREFERENSI MEREK TERHADAP MINAT BELI ULANG PADA MINYAK GORENG FILMA
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran pada latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu :
1. “Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap preferensi merek?” 2. “Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap minat beli ulang?” 3. “Apakah preferensi merek berpengaruh terhadap minat beli ulang?”
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap preferensi merek pada minyak goreng Filma
2. Untuk menganalisis apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap minat beli ulang pada minyak goreng Filma
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(17)
3. Untuk menganalisis apakah preferensi merek berpengaruh terhadap minat beli ulang pada minyak goreng Filma
1.4.Manfaat Penelitian
1. Dengan adanya penelitian ini dapat membarikan masukan bagi perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. 2. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada
penulis untuk membahas mengenai ilmu-ilmu yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain apabila akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan bauran pemasaran adalah sebagai berikut :
Johanna (2008), Judul Penelitian : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI ULANG (Studi Kasus Konsumen pada Mandala Airline - Semarang)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor-faktor yang diperlukan guna mempertahankan minat beli ulang konsumen. Masalah penelitian diajukan untuk mengetahui bagaimana mempertahankan minat beli ulang konsumen dilihat dari sisi perceived quality of a service, perceived price,
perceived value dan preferensi merek. Atas dasar ini diajukan model teoritis
dengan 5 hipotesis untuk diuji dengan metode SEM. Sampel penelitian ini adalah 104 responden yang pernah memanfaatkan jasa penerbangan Mandala Airline untuk rute Semarang – Jakarta lebih dari satu kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat beli ulang konsumen dapat dipertahankan melalui preferensi merek dan perceived value. Faktor yang mempengaruhi perceived value adalah perceived quality of a service dan
(19)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Tinjauan Terhadap Pemasaran 2.2.1.1. Definisi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar.
Menurut The American Marketing Association, Swasta (1979: 7) pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen atau pemakai.
Menurut Kotler (2000:9) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Mowen (2002) Pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Dari definisi ini orang dapat mengasumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan akan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran adalah
(20)
untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan. Idealnya pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli.
Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa marketing atau pemasaran adalah keseluruhan kegiatan-kegiatan bisnis yang dilakukan pengusaha untuk mempertahankan kehidupan usaha yang bertujuan mencari laba dengan menentukan harga, promosi dengan menyalurkan barang dan jasa, selain itu bisa ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan proses sosial yang mana didalamnya ada saling keterikatan pemasar dan konsumen untuk saling memenuhi dan memuaskan kebutuhannya melalui proses pertukaran.
2.2.1.2. Definisi Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997:17), konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan keputusan yang diharapkan serta lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
Konsep pemasaran bersandar ada empat tiang utama, yaitu fokus pasar, orientasi kepada pelanggan, pemasaran yang terkoordinasi, kemampuan laba. Konsep ini diawali dengan pasar yang didefinisikan secara jelas, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelanggan dan menghasilkan laba melalui kepuasan pelanggan. Ringkasnya konsep pemasaran adalah
(21)
upaya pemasaran terkoordinasi yang berfokus pasar dan berorientasi kepada pelanggan dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai kunci untuk mencapai tujuan organisasi.
2.2.2. Pengaruh Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Pengaruh produk Menurut Tjiptono (2000 : 103) Produk mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian, Karena artribut produk merupakan unsur – unsur yang dipandang penting oleh konsumen.
Menurut Basu Swastha (1984 : 121) Produk meliputi kualitas, merek, kemasan dan tingkat pelayanan.
Disamping kelengkapan produk dan banyaknya barang yang dijual. Kualitas produk haruslah dijamin karena para pembeli tertarik tidak hanya pada jajaran pilihan yang tersedia tetapi juga kualitas produk.
Definisi produk menurut Basu Swastha (1984 : 165) bahwa produk merupakan suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.
Menurut definisi tersebut, konsumen membeli sekumpulan sifat fisik dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan. Setiap kombinasi dari sifat – sifat tersebut merupakan produk tersendiri sebab setiap kombinasi akan memberikan kepuasan yang berbeda – beda.
(22)
2.2.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian.
Menurut Kotler (1997) proses pengambilan keputusan pembelian merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari lima tahap yaitu:
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian diawali dengan kesadaran pembeli adanya masalah kebutuhan timbul karena adanya perbedaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diinginkan. Dengan mengenali kebutuhan konsumen, maka dapat diprediksikan perilakunya, karena konsumen tidak akan membeli produk kalau tidak memuaskan kebutuhannya.
2. Pencarian Informasi
Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok:
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan. c. Sumber public : media massa, organisasi.
d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.
3. Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar akan membantu kita dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu
(23)
kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan ini.
4. Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi terhadap produk dan merek yang menjadi pilihannya. Namun demikian apakah konsumen nantinya membeli produk atau tidak, dipengaruhi oleh orang lain dan faktor keadaan yang tak terduga.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen akan merasa puas jika produk yang dibelinya sesuai dengan harapannya, tetapi jika produk yang dibeli tidak sesuai maka konsumen akan kecewa atau tidak puas, sehingga konsumen akan beralih merek. Konsumen juga akan melakukan beberapa kegiatan setelah membeli suatu produk yang aka menarik bagi pasar.
2.2.4. Kepuasan Konsumen
Shermerhorn ( 1993 ) berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pelanggannya. Dengan kata lain perusahaan berusaha untuk menciptakan pelanggan yang merasa puas, manajemen
(24)
perusahaan harus mengetahui hal – hal yang menyebabkan terciptanya kepuasan pelanggan.
Tse dan Wilton ( dikutip oleh nasution; 2004 : 104 ) menyatakan, bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respons pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskormasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Engel, et al. ( dikutip oleh Nasution; 2004 : 104 ) mengungkapkan, bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli, dimana alternatif yang dipilih sekurang – kurangnya memberikan hasil ( outcome ) sama atau melampaui Kepuasaan Pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi Kepuasaan Pelanggan.
Tjiptono ( 1995 : 28 ) Konsep kepuasan pelanggan pada dasarnya menyangkut komponen dari kepuasan pelanggan tersebut, antara lain adalah harapan dan kinerja / hasil yang dirasakan. Umumnya Kepuasaan Pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa).Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.
Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang akan dipuaskan bukanlah hal yang mudah, hal ini disebabkan karena kebutuhan dan keinginan pelanggan selalu mengalami perubahan dari
(25)
waktu ke waktu. Jika pelanggan merasa puas, maka ada kecenderungan untuk melakukan pembelian ulang.
Kurtz and Boone (1995), .kepuasan pelangganis the ability of
goods or services to meet or exceed buyer need and expectations. (p. 46).
Jika saat pelanggan membeli dan menggunakan suatu produk, dan mampu memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan harapannya, maka akan terjadi kepuasan. Kotler (2000), .kepuasan pelanggan is a person’s
feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a
product perceived performances (or outcome) in relation to his or her
expectations. (p. 36). Kepuasan pelanggan atau pelanggan dapat diartikan
sebagai perasaan senang atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah membandingkan kinerja (performance) produk dengan apa yang diharapkan (expectation).
Menurut Hawkins dan Lonney ( 1997 : 31 ), atribut – atribut pembentuk Kepuasan pelanggan dikenal dengan “ The Big Eight “ yang terdiri dari :
1. Value to Price Relationshis.
Yaitu bahwa hubungan antara harga dan nilai produk ditentukan oleh perbedaaan antara nilai yang diterima pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha.
2. Product Quality.
Merupakan mutu dari semua komponen – komponen yang membentuk produk sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
(26)
3. Product Features.
Merupakan komponen – komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan.
2.2.4.1. Indikator Kepuasan Konsumen
Kepuasan Konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya yang diindikatori (Ardhanari, 2008 : 63) :
a) Hubungan harga dengan nilai adalah manfaat yang diperoleh dari produk tersebut sesuai dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen.
b) Mutu produk adalah kualitas produk tersebut yang membuat produk tersebut mempunyai nilai lebih
c) ciri-ciri produk adalah desain kemasan produk yang praktis, dan elegan.
d) macam produk adalah variasi dari produk tersebut.
e) Manfaat produk adalah kegunaan produk tersebut dapat memberikan keuntungan bagi konsumen.
f) Reputasi perusahaan adalah citra perusahaan tersebut di pandangan masyarakat.
(27)
2.2.5. Preferensi Merek
Preferensi merek dikatakan sebagai kecenderungan terhadap suatu merek yang didasarkan pada kepercayaan pelanggan yangkuat (menonjol) pada saat tertentu (Fishbein and Ajzen, 1975; Mitchell and Olson, 1981 in D’Souza and Rao, 1995: 33). Preferensi merek yang mempengaruhi proses pemilihan terhadap suatu merek dibedakan berdasarkan dua hal yakni: preferensi berdasarkan atribut dan preferensi berdasarkan attitude, di mana proses preferensi berdasarkan atribut merupakan suatu proses preferensi yang membutuhkan suatu pengetahuan dan kegunaan dari suatu atribut spesifik pada saat melakukan pengambilan keputusan dengan melakukan perbandingan atribut demi atribut terhadap suatu merek (Mantel and Kardes, 1999: 336).
Dalam proses preferensi berdasarkan atribut ini, banyak penelitian (Houston and Sherman 1995; Houston, Sherman, and Baker 1989, 1991; Kardes and Sanbonmatsu 1993; Sanbonmatsu, Kardes and Gibson, 1991) yang menyebutkan bahwa nama merek yang disebutkan terakhir merupakan merek utama yang digunakan sebagai subjek perbandingan dan merek yang disebutkan lebih dulu sebagai merek pilihan. Selain itu, keunikan dari atribut juga mempengaruhi proses pemilian/perbandingan merek ini. Atribut dibedakan jadi dua yakni atribut unik (unique attribute) dan juga atribut umum (shared attribute) (Tversky, 1977 in Mantel and Kardes, 1999: 336). Atribut umum
(28)
digunakan untuk menggambarkan atribut yang dimiliki oleh kedua merek yang dibandingkan, sedangkan atribut unik digunakan untuk menggambarkan perbandingan antara merek yang satu dengan merek yang lainnya. Atribut yang unik akan menjadi pokok perbandingan secara langsung dan memberikan bobot yang lebih di dalam proses perbandingan antara dua merek (Mantel and Kardes, 1999: 336). Dalam preferensi berdasarkan atribut ini, merek yang disebutkan terakhir adalah sebagai subjek perbandingan. Contohnya, seseorang dalam membeli sebuah kalkulator mungkin akan mempertimbangkan untuk dua merekyang memiliki nilai sama, di mana kedua kalkulator ini dijual oleh dua toko yang berbeda. Merek kalkulator yang ada di toko kedua yang dikunjunginya akan menjadi subjek perbandingan, karena proses perbandingan merek akan terjadi jika sedikitnya ada dua merek yang ditemukan dan perbandingan merek tersebut diasumsikan dari memori mereka. Setelah orang tersebut meninggalkan toko itu, dia mulai menggunakan memorinya untuk membuat keputusan. Memori menghubungkan dengan merek yang kedua dan membandingkannya dengan yang pertama, sehingga disini atribut dari merek yang kedua dirasakan lebih mudah untuk diperoleh kembali (diingat kembali) oleh memori. Karena itu maka dalam perbandingan suatu merek, merek yang disebutkan kedua akan menjadi merek utama (Mantel and Kardes, 1999: 336).
(29)
Preferensi berdasarkan attitude merupakan preferensi yang merupakan gabungan dari kepercayaan, perasaan serta intention perilaku konsumen terhadap suatu objek, sehingga di sini lebih melibatkan preferensi dari general attitude, ringkasan kesan, intuisi atau heuristik (Sanbonmatsu and Fazio, 1990; Sanbonmatsu, Kardes and Gibson, 1991 in Mantel and Kardes, 1999: 336).
2.2.5.1. Indikator Preferensi Merek
Preferensi merek dikatakan sebagai kecenderungan terhadap suatu merek yang didasarkan pada kepercayaan pelanggan yang kuat (menonjol) pada saat tertentu, yang indikator (Johanna, 2007:11) :
a) Ketertarikan terhadap merek adalah rasa tertarik pelanggan terhadap merek produk tersebut
b) Ketertarikan untuk mencoba adalah rasa tertarik pelanggan untuk mencoba produk tersebut
c) Kecenderungan untuk beralih dimasa depan adalah beralih produk pada masa yang akan datang.
2.2.6. Minat beli ulang
Tujuan pembelian ulang merupakan suatu tingkat motivasional seorang konsumen untuk mengulangi perilaku pembelian suatu produk, yang salah satunya ditunjukkan dengan penggunaan brand suatu produk secara berkelanjutan (Chang & Wildt, 1994; Petrick, Backman & Bixler, 1999; Woodruff, 1997). Pada saat konsumenmemiliki tujuan pembelian ulang
(30)
terhadap suatu produk dengan brand tertentu, maka pada saat itu pula secara tidak langsung konsumen tersebut juga telah memiliki perilaku loyal serta rasa puas terhadap brand itu, sehingga pada saat konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk dengan brand yang sama itu, sebenarnya
brand tersebut dari sisi konsumen sudah memiliki nilai beli brand, atau
dengan kata lain, ada perceived value yang diterima oleh konsumen.
Secara tidak langsung didalam pembelian ulang telah terkandung unsur loyal terhadap suatu brand product, sehingga Mowen & Minor (1998) diambil dari Isnandar (2002) menggunakan definisi loyalitas merk dalam kondisi dimana konsumen mempunyai perilaku positif terhadap suatu merk, mempunyai komitmen pada merk tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya pada masa yang akan datang.
2.2.6.1. Indikator Minat beli ulang
Minat beli ulang adalah suatu tingkat motivasional seorang konsumen untuk mengulangi perilaku pembelian suatu produk, yang salah satunya ditunjukkan dengan penggunaan brand suatu produk secara berkelanjutan, yang indikatori (Johanna, 2007:11) :
a) Minat membeli dengan jumlah yang sama adalah membeli produk dengan kuantitatif yang sama.
b) Minat membeli dengan menambah jumlah adalah membeli produk dengan menambah jumlah pembelian
c) Minat membeli dengan penambahan frekuensi adalah membeli produk dengan menambah intensitas pembelian
(31)
2.2.7. Pengaruh Kepuasan pelanggan Terhadap Preferensi merek
Strorbacka (1994) menyatakan bahwa kepuasan adalah level keseluruhan kesenangan konsumen dan kebahagiaan yang dihasilkan dari pengalaman dengan layanan. Dalam pasar yang tingkat persaingan cukup tinggi, kepuasan pelanggan dan preferensi merek sangat berhubungan. Hal ini disebabkan karena dalam kondisi ini banyak badan usahan yang menawarkan produk sehingga konsumen memiliki banyak pilihan produk pengganti, dan konsumen menghendaki jasa yang diberikan oleh perusahaan sekarang ini, sebagai perbandingan pada jasa yang disediakan oleh perusahaan lain. Karena tujuan preferensi merek adalah keputusan akhir untuk dapat dinikmati konsumen, sehingga dapat mencapai kepuasan dari berbagai pilihan merek.
Jadi dengan kepuasan yang tinggi maka brand preference juga akan terpenuhi oleh konsumen.
2.2.8. Pengaruh Kepuasan pelanggan Terhadap Minat beli ulang
Mowen & Minor (1998) menyatakan bahwa setelah konsumen menerima, merasakan manfaat dan merasa puas ataupun nilai dari suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki perilaku loyal dan komitmen terhadap produk itu, dimana pada akhirnya dapat menimbulkan tujuan untuk membeli ulang produk itu dimasa yang akan datang.
(32)
Tujuan pembelian ulang merupakan suatu tingkat motivasional seorang konsumen untuk mengulangi perilaku pembelian pada suatu produk dikarenakan mengalami kepuasan, yang salah satunya ditunjukkan dengan penggunaan merk dari suatu produk secara berkelanjutan (Chang & Wildt, 1994; Petrick, Backman & Bixler, 1999; Woodruff, 1997 diambil dari Shu-pei Tsai, 2005).
Menurut Keegan dalam (Ardhiani, 2008 : 61) merek merupakan sekumpulan imajinasi, janji dan pengalaman positif serta kepuasan dalam benak konsumen yang mewakili suatu produk. Jadi branf preference dapat diartikan sebagai target konsumen yang biasanya lebih memilih suatu merek dibandingkan merek lain, mungkin diakibatkan karena pengalaman masa lalu dan perasaan puas dengan produk tersebut.
2.2.9. Pengaruh preferensi merek terhadap minat beli ulang
Menurut Dodds et al., (1991:34) menyatakan bahwa pengaruh dari preferensi merek pada keinginan untuk membeli (ulang) jarang diuji. Pendekatan-pendekatan yang lebih tepat untuk mengetahui perilaku pilihan konsumen terhadap suatu brand yaitu dengan mengembangkan serangkaian teori pertimbangan (Kardes et al., 1993; Roberts & Latin, 1991, 1997; Shocker et al., 1991). Penelitian untuk mengetahui pengaruh preference konsumen dan pembelian ulang (repurchase) dengan menggunakan structural model dilakukan oleh Andreassen & Lindestad (1998), Erdem & Swait (1998), Pritchard et al.
(33)
(1999) dan Roest & Pieters (1997); dari sinilah yang menyatakan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara preferensi merek dengan keinginan konsumen untuk membeli lagi dari produk yang sama.
Tantangan dalam preferensi merek adalah mengembangkan satu pengumpulan makna yang lebih dalam terhadap merek tersebut. Dalam jangka panjang, preferensi merek yang paling tahan lama adalah nilai yang tercermin dari merek tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti dari sebuah preferensi merek sehingga preferensi merek menjadi sangat strategis untuk mendukung strategi eksistensi merek yang nantinya tercipta minat beli ulang. Preferensi yang kuat mempunyai derajat kesukaan konsumen yang kuat terhadap suatu merek. Perusahaan yang mampu mengembangkan preferensi merek akan mampu mempertahankan serangan dari para pesaing. (Ardhiani, 2008 : 59)
(34)
Kepuasan pelanggan
(X1)
Minat beli ulang
(Y)
2.3.Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
1. Diduga kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap preferensi
merek
2. Diduga kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap minat beli
ulang
3. Diduga preferensi merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang Preferensi
merek (X2)
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah pengertian dan menghindari kesalahan persepsi maka penulis perlu menguraikan dimensi operasional dalam penelitian ini, yaitu:
a) Kepuasan pelanggan (X1)
Kepuasan Konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya yang diindikatori :
X1.1 = Hubungan harga dengan nilai adalah manfaat yang diperoleh
dari produk tersebut sesuai dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen.
X12 = Mutu produk adalah kualitas produk tersebut yang membuat
produk tersebut mempunyai nilai lebih
X1.3 = ciri-ciri produk adalah desain kemasan produk yang praktis, dan
elegan.
X1.4 = macam produk adalah variasi dari produk tersebut.
X1.5 = Manfaat produk adalah kegunaan produk tersebut dapat
memberikan keuntungan bagi konsumen.
X1.6 = Reputasi perusahaan adalah citra perusahaan tersebut di
(36)
b) Preferensi Merek (X2)
Preferensi merek dikatakan sebagai kecenderungan terhadap suatu merek yang didasarkan pada kepercayaan pelanggan yang kuat (menonjol) pada saat tertentu, yang indikator :
X2.1 = Ketertarikan terhadap merek adalah ketertarikan pelanggan
terhadap merek produk tersebut
X2.2 = Ketertarikan untuk mencoba adalah rasa tertarik pelanggan
untuk mencoba produk tersebut
X2.3 = Kecenderungan untuk beralih dimasa depan adalah beralih
produk pada masa yang akan datang.
c) Minat beli ulang (Y)
Suatu tingkat motivasional seorang konsumen untuk mengulangi perilaku pembelian suatu produk, yang salah satunya ditunjukkan dengan penggunaan
brand suatu produk secara berkelanjutan, yang indikatori :
Y1 = Minat membeli dengan jumlah yang sama adalah membeli
produk dengan kuantitatif yang sama.
Y2 = Minat membeli dengan menambah jumlah adalah membeli
produk dengan mena mbah jumlah pembelian
Y3 = Minat membeli dengan penambahan frekuensi adalah membeli
(37)
3.1.1. Pengukuran Variabel
Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial. Skala ini disusun dalam satu garis kontinue dengan jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri.
1 7
Sangat Tidak Baik Sangat Baik
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rating nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pemakai Minyak goreng Filma Di Surabaya Timur.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain :
(38)
- Merupakan pembeli dan pemakai Minyak goreng Filma - Membeli lebih dari dua kali Minyak goreng Filma
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari pelanggan yang berada pada Minyak goreng Filma di Surabaya Timur, dengan jumlah minimal 12 indikator x 10 = 120 pelanggan.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua macam: a. Data Primer
Data primer adalah yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden, baik secara langsung maupun menggunakan kuisioner berupa daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan diberikan pada responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data berupa dukumen yang terdapat pada instansi yaitu dari Minyak goreng Filma dan bagian bagian lain yang terkait untuk mendukung palaksanaan penelitian.
(39)
3.4. Metode Pengumpulan Data
a. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari tanggapan responden. Dan data sekunder adalah data tentang Minyak goreng Filma yang meliputi data sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur perusahaan serta uraian tugas dan lain sebagainya.
b. Sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu memberikan angket daftar pertanyaan kepada responden.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan antara variabel dalam penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang diperoleh dan dipergunakan dalam penelitian tersebut (Ancok, 1991:63). Kualitas data yang diperoleh sangat ditentukan oleh kesungguhan responden dalam menjawab semua pertanyaan penelitian, alat pengukuran (berupa kuisioner) yang dipergunakan mengumpulkan data tersebut, apakah memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan skala pengukuran yang dipakai dan kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka untuk mengetahui sejauh mana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur dengan AMOS 4.0, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis konfirmatori.
(40)
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Penaksiran pengaruh masing-masing variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
1. Asumsi Model (Structural Equation Modelling) a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1 Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.
2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart errornya dan skewnwss value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif, dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z_value. Pada tingkat signifikan 1% jika Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
3. Normal Probabilitas Plot (SPSS 10.1).
4. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
b. Evaluasi Atas Outlier
1. Mengamati nilai Z score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier. 2. Multivariate outlier diuji dengan criteria jarak mahalonobis pada
tingkat P < 0,001. Jarak diuji dengan chi_square [X2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila mahalonobis >
(41)
dari nilai X2 adalah multivariate outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair, 1998).
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinan Matriks Covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matriks mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998).
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indicator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu mengindikasikan senuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/konstruk akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variabel dan latent variabel. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construc reliability dan variance extracted dihitung dengan rumus berikut :
(42)
Construct Reliability
j ding dardizeloa s ding dardizeloa s 2 2 tan tanVariance Extracted =
s
dardizeloading
j ding dardizeloa s 2 2 tan tanSementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 –
[standardize loading]2 secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5 (Hair et.al., 1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3. Pengujian Model dengan One – Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (One Step Approach to SEM). One Step Approach to SEM digunakan apabila
(43)
model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, 1998)
4. Evaluasi Model
Hair et.al.,1998, menjelaskan bahwa pada “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model-model “good fit” atau “poor fit”. Jadi ,”good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai criteria goodness of fit, yakni chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, Cmin / DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
(44)
Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices Goodness of
Fit Index
Keterangan Cut-Off Value
X2 chi
square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample [apakah model sesuai dengan data]
Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi
square pada sampel besar
≤ 0,08 GFI Menghitung proporsi tertimbang
varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda]
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90 C min / DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Perbandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model
≥ 0,95 CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model
≥ 0,94
(45)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan
Sinar Mas adalah salah satu perusahaan konglomerat terbesar di
Indonesia . Didirikan pada tahun 1962. Sinar Mas Group didirikan oleh
seorang konglomerat Cina Eka Tjipta Widjaja yang sekarang tercatat
pengusaha terkaya ke-2 di Indonesia di majalah GLOBE edisi tahun 2010.
Bisnis utamanya adalah: Pulp dan Paper, SMART Tbk, Smart Telecom,
Properti, Asuransi, Bank atau Jasa Keuangan. Eka Tjipta Widjaja datang
ke Indonesia pada usia 9 tahun dengan orangtuanya selama situasi yang
sulit di negara asal mereka. Beliau telah mendirikan anak perusahaan di
India pada 1990-an, tapi menjualnya kepada Ballarpur Industries Limited
pada tahun 2001. Sinar Mas saat ini memiliki perusahaan seperti:
1.
Sinar Mas Agro Resources and Technology (PT SMART Tbk)
Merupakan cabang dari Golden Agri Resources yang berada di
Singapura. Dicatatkan di Bursa Efek Singapura Limited ("SGX-ST")
pada tahun 1999, Golden Agri-Resources Ltd ("GAR") merupakan
salah satu perusahaan minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Dengan
total luas tanaman 430.000 hektar yang berlokasi di Indonesia, GAR
mengoperasikan 34 pabrik pengolahan minyak kelapa, tiga kilang dan
(46)
enam pabrik pengolahan minyak inti sawit. Kegiatan utama
Perusahaan meliputi penanaman dan pemanenan minyak kelapa
sawit; pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah
("CPO") dan minyak inti sawit dan penyulingan CPO menjadi produk
bernilai tambah seperti minyak goreng, margarin dan shortening.
GAR juga beroperasi di China melalui pelabuhan laut terpadu dalam,
penyimpanan, minyak biji menghancurkan sarana dan fasilitas kilang
di Ningbo dan Zhuhai.
2.
Melalui PT Sinarmas Agro Resources and Technology (SMART),
grup ini tercatat sebagai salah satu konglomerasi perkebunan minyak
kelapa sawit terbesar dan terluas di Indonesia. Sinarmas juga menjadi
satu-satunya grup yang terintegrasi paling luas, mulai dari pabrik
minyak sawit sampai pabrik sabun. Menurut Gandhi, bisnis SMART
akan tetap menjadi bisnis utama Sinarmas. Perusahaan ini juga
tercatat sebagai perusahan minyak kelapa sawit yang lahan terluas
dan terbesar di banding perusahaan minyak sawit yang lainnya di
wilayah Indonesia. Selain itu PT Smart Tbk juga memiliki anak
perusahaan sendiri yang cukup banyak.
Hasil olahan:
a. Cooking oil ( Filma, Kunci Mas, Mitra, Masku, BissOil(Arab) )
b. Margarine (Filma, Palmboom, Palmvita, Menara, Mitra Spesial,
Pusaka)
(47)
c. Shortening (Palmvita, Palmvita Gold, Pusaka, Mitra, Menara,
Delicio)
d. Specialty Fats (Delicio, Delicoa)
e. Frying Fats (Good Fry)
f. Frying Fats Butter Oil Substitute (Good Fry Palmboom, Palmvita
Gold)
3.
Smart Telecom (Smart seluler,FREN/Smartfren)
Smart Telecom merupakan anak perusahan Sinar Mas yang bekerja di
bidang telekomunikasi telepon seluler yang belum lama ini secara
resmi membeli saham telepon seluler FREN (PT mobile 8). Industri
ini diyakini membawa keuntungan karena perkembangan teknologi
telekomunikasi terbilang cepat. Sebagai ilustrasi, harga komputer
sekarang hanya 50% dari harga beberapa tahun lalu, artinya investasi
dan operation cost makin lama makin rendah sehingga harga yang
ditawarkan akan lebih ekonomis. Hal ini merupakan salah satu
winning point bagi Smart Telecom dibandingkan kompetitor yang
sudah berinvestasi saat infrastruktur masih mahal.
4.
Sinarmas Asia Pulp & Paper
Sinar Mas Pulp & Paper Products adalah salah satu unit usaha dalam
industri pulp dan paper yang terkemuka di dunia. Sejarah Sinar Mas
Pulp & Paper Products dimulai dengan pendirian Tjiwi Kimia.
Dengan kapasitas produksi pulp dan paper sebesar 6,9 juta ton di
(48)
Indonesia, perusahaan ini menduduki peringkat lima dunia. Saat ini,
Sinar Mas Pulp & Paper Products memiliki fasilitas manufacturing di
beberapa lokasi di Indonesia dan memasarkan produk-produknya ke
lebih dari 65 negara di enam benua, sejalan dengan visinya yaitu “To
become the 21st century’s number one international-standard pulp
and paper manufacturer, dedicated to providing superior value to
customers, shareholders, employees and the community”. Sebagian
besar perusahaan dibawa bendera Sinar Mas Pulp & Paper Products
telah mendapat sertifkat ISO 14001 dan ISO 9002 untuk
kepeduliannya terhadap lingkungan dan manajemen kualitas.
Hasil Produk : Kertas Sinar Dunia,Paperline Gold,Bola
Dunia,Mirage,Office Print,Tisue Passeo,dll.
5.
Bank Sinar Mas Multiartha
Sinar Mas Multiartha adalah subsidiary holding dari Sinar Mas
Financial Services. Perusahaan ini merupakan induk dari
perusahaan-perusahaan Sinar Mas yang memfokuskan usahanya pada sektor jasa
keuangan administrasi saham, security company, perdagangan dan
industri serta teknologi informasi. Sinar Mas Multiartha telah
melakukan berbagai terobosan baru dalam perkembangan usaha
seiring dengan perkembangan perekonomian untuk menyongsong
tantangan di masa depan dan guna mewujudkan visi perusahaan
sebagai “one stop integrated fnancial services”. Asuransi Sinar Mas
adalah anak perusahaan Sinar Mas Multiartha yang bergerak di
(49)
bidang asuransi kerugian. Salah satu produk barunya adalah Simas
Cancer Insurance. Sedangkan layanan yang juga terbilang baru
adalah M Simas, hasil kerjasama Asuransi Sinar Mas dengan Indosat.
6.
Duta Pertiwi sebagai salah satu unit usaha dari Sinar Mas Developer
and Real Estate mengerjakan sejumlah proyek yang terdiri dari
apartemen, hotel, perumahan, mal / pusat perbelanjaan, perkantoran,
serta ruko / rukan. Duta Pertiwi dikenal dengan kesuksesan
mengembangkan pusat perbelanjaan komersial ITC, dan inovasinya
menggabungkan fungsi bisnis seperti hotel, apartemen, perkantoran,
perbelanjaan dalam satu gedung, yang disebut Superblock. Kota
Wisata, Legenda Wisata, dan Grand Wisata merupakan sebagian
kecil produk pemukiman dari Duta Pertiwi.Sedangkan Plaza
Indonesia Realty memfokuskan diri pada pengembangan sebuah
properti prima terpadu yang terletak di jantung pusat bisnis Jakarta.
7.
Sinarmas Energy and Mining
adalah anak perusahaan tambang batubara Sinarmas - sebuah Energi
dan Infrastruktur perusahaan. Saat ini kami suplai 4-5.000.000 ton
batu bara per tahun untuk Batubara Powerplants dan Industri seperti
semen dan kertas baik lokal dan internasional.
(50)
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1.
Analisis Statistik Deskriptif
a.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 120 responden 90 responden (81,8%)
adalah laki-laki, 20 responden (18,2%) perempuan.
Tabel 4.1
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-Laki 20 18.2
Perempuan 100
81.8
Total 120 100
Sumber : Lampiran.
b.
Deskripsi responden berdasarkan kelompok umur
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden adalah yang berumur sekitar
25–35 tahun sejumlah 30 orang (25%), selanjutnya responden yang berusia
36–45 tahun sejumlah 44 orang (37%), selanjutnya responden yang berusia
lebih dari 46-55 tahun sejumlah 26 orang (22%) dan yang terakhir adalah
responden yang berusia 55 tahun sebanyak 20 orang (17%).
Tabel 4.2
Identitas Responden Menurut Umur
No Umur Jumlah
(orang)
Persentase (%)
1. 25 – 35 tahun
30
25
2. 36 – 45 tahun
44
37
3. 46 – 55 tahun
26
22
4. > 55 tahun
20
17
Total
120
100
(51)
4.2.2. Uji Outlier Multivariate
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N
Predicted Value 28.058 114.116 60.500 15.785 120
Std. Predicted Value -2.055 3.397 0.000 1.000 120
Standard Error of Predicted
Value 5.426 16.868 9.599 2.014 120
Adjusted Predicted Value 23.799 112.750 60.355 15.740 120
Residual -66.306 65.866 0.000 30.997 120
Std. Residual -2.047 2.034 0.000 0.957 120
Stud. Residual -2.158 2.120 0.002 1.005 120
Deleted Residual -73.657 71.590 0.145 34.241 120
Stud. Deleted Residual -2.195 2.155 0.002 1.010 120
Mahalanobis Distance [MD] 2.348 31.285 9.917 4.985 120
Cook's Distance 0.000 0.060 0.010 0.011 120
Centered Leverage Value 0.020 0.263 0.083 0.042 120
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan
bahwa terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum
31,285
≥
29,588
4.2.3. Uji Reliabilitas
Koefisien cronbach’s alpha dihitung untuk mengestimasi
reliabilitas setiap skala. Sementara itu item to total correlation digunakan
untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yang
kehadirannya akan memperkecil koefisien cronbach’s alpha yang dihasilkan.
(52)
Konstrak Indikator Item to Total Correlation Koefisien Cronbach's Alpha X11 0.743 X12 0.835 X13 0.843 X14 0.721 Customer Satisfaction X15 0.069 0.825 X21 0.853 Brand
Preference X22 0.825 0.579
Y1 0.652 Y2 0.744 Repurchase
Y3 0.759
0.529
Sumber : Lampiran
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena
nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya
≥
0,5. Indikator
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap
construct di atas menunjukkan cukup baik dimana koefisien Cronbach’s
Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang
disyaratkan yaitu
≥
0,7 [Hair et.al.,1998].
4.2.4. Uji Validitas
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X11 0.616
X12 0.753
X13 0.903
Customer Satisfaction
X14 0.646
X21 0.114
Brand Preference
X22 -0.181
Y1 0.373
Y2 0.689
Repurchase
Y3 0.627
(53)
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa
factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct belum seluruhnya
≥
0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap
konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha,
perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted.
Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan
memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated
Konstrak Indikator Standardize
Factor Loading
SFL
Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated
X11 0.616 0.379 0.621
X12 0.753 0.567 0.433
X13 0.903 0.815 0.185
Customer Satisfaction
X14 0.646 0.417 0.583
0.824 0.545
X21 0.114 0.013 0.987
Brand Preference
X22 -0.181 0.033 0.967 0.002 0.023
Y1 0.373 0.139 0.861
Y2 0.689 0.475 0.525
Repurchase
Y3 0.627 0.393 0.607
0.589 0.336
Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber : Lampiran
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya
≥
0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70
(54)
pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang
terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan
pada tingkat 0,50.
4.2.6. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z
lebih besar dari nilai kritis maka distribusi data adalah tidak normal.
Tabel 4.7. Assessment of Normality
Variable min max kurtosis c.r.
X11 3 7 0.378 0.845
X12 3 7 0.239 0.534
X13 3 7 0.159 0.354
X14 4 6 -0.682 -1.525
X21 4 7 -0.229 -0.512
X22 4 7 -0.248 -0.556
Y1 4 7 -0.327 -0.732
Y2 4 7 -0.609 -1.361
Y3 4 7 -0.253 -0.565
Multivariate 4.244 1.652
Batas Normal ± 2,58
Sumber : Lampiran
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih
besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
[1%] yaitu sebesar ± 2,58.
(55)
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di luar ±
2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak
menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa
jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood
estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat
menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam
estimasi selanjutnya.
4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan
structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach
to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori
yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, et,al, 1998).
Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Customer Satisfaction, Brand Preference, & Repurchase
Model Specification : One Step Approach - Base Model
1 Customer Satisfaction Repurchase Brand Preference 0,005 d_bp 1 X11 er_1 1 Y1
er_6 1 1
X12 er_2 1 X21 er_9 1 1 X13 er_3 1 Y2 er_7 1 Y3 er_8 1 0,005 d_rp 1
X22 1er_10
X14
er_4 1
X15
(56)
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi
Model
Cmin/DF 3.637 ≤ 2,00 kurang baik
Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik
RMSEA 0.149 ≤ 0,08 kurang baik
GFI 0.830 ≥ 0,90 kurang baik
AGFI 0.726 ≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.604 ≥ 0,95 kurang baik
CFI 0.700 ≥ 0,94 kurang baik
Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata
dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya
menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai
dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi
oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.
Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Customer Satisfaction, Brand Preference, & Repurchase
Unstandardized estimates : One Step Approach - Elimination Modification Model
1 Customer Satisfaction Repurchase Brand Preference 0,005 d_bp 1 X11 er_1 1 Y1
er_6 1 1
X12
er_2 1 1 X21 1 er_9
X13 er_3 1 Y2 er_7 1 Y3 er_8 1 0,005 d_rp 1
X22 1er_10 X14
er_4 1
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi
Model
Cmin/DF 1.186 ≤ 2,00 baik
Probability 0.241 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.039 ≤ 0,08 baik
GFI 0.950 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.906 ≥ 0,90 baik
TLI 0.972 ≥ 0,95 baik
(57)
4.2.8. Uji Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix :
80.345 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity
dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran
koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat
pada uji kausalitas di bawah ini.
Tabel 4.8. Data Uji Kausalitas
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob.
Brand_Preference Customer_Satisfaction 0.028 0.363 0.080
Repurchase Brand_Preference 2.969 0.976 0.003
Repurchase Customer_Satisfaction 0.147 0.636 0.029
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran
4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis
yang menyatakan bahwa :
a)
Faktor kepuasan pelangan berpengaruh positif terhadap Faktor
preferensi merek, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,038
≤
0,10
[signifikan [positif].
b)
Faktor preferensi merek berpengaruh positif terhadap Faktor minat
beli ulang, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,003
≤
0,10 [signifikan
[positif].
c)
Faktor kepuasan pelangan berpengaruh positif terhadap Faktor minat
beli ulang, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,029
≤
0,10 [signifikan
(58)
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
variabel kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap preferensi merek pada
minyak goreng Filma, kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap Pembelian
Ulang pada minyak goreng Filma dan preferensi merek berpengaruh terhadap
Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma
4.4.1.
Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Preferensi merek
Untuk hipotesis pertama kepuasan pelanggan berpengaruh
terhadap preferensi merek pada minyak goreng Filma. Hasil ini
menunjukkan bahwa minyak goreng Filma sudah menerapkan strategi
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, hal ini sesuai dengan teori
Strorbacka (1994) menyatakan bahwa kepuasan adalah level keseluruhan
kesenangan konsumen dan kebahagiaan yang dihasilkan dari pengalaman
dengan layanan. Dalam pasar yang tingkat persaingan cukup tinggi,
kepuasan pelanggan dan preferensi merek sangat berhubungan. Hal ini
disebabkan karena dalam kondisi ini banyak badan usahan yang
menawarkan produk sehingga konsumen memiliki banyak pilihan produk
pengganti, dan konsumen menghendaki jasa yang diberikan oleh
perusahaan sekarang ini, sebagai perbandingan pada jasa yang disediakan
oleh perusahaan lain. Karena tujuan preferensi merek adalah keputusan
akhir untuk dapat dinikmati konsumen, sehingga dapat mencapai
kepuasan dari berbagai pilihan merek
(59)
4.4.2.
Pengaruh Kepuasan pelanggan Terhadap Pembelian Ulang
Untuk hipotesis kedua kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap
Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan
bahwa konsumen minyak goreng Filma mengulangi perilaku pembelian
pada minyak goreng Filma dikarenakan mengalami kepuasan, yang salah
satunya ditunjukkan dengan penggunaan merk dari suatu produk secara
berkelanjutan. Hasil ini sesuai teori Mowen & Minor (1998) menyatakan
bahwa setelah konsumen menerima, merasakan manfaat dan merasa
puas ataupun nilai dari suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki
perilaku loyal dan komitmen terhadap produk itu, dimana pada akhirnya
dapat menimbulkan tujuan untuk membeli ulang produk itu dimasa yang
akan datang. Menurut Keegan dalam (Ardhiani, 2008 : 61) merek
merupakan sekumpulan imajinasi, janji dan pengalaman positif serta
kepuasan dalam benak konsumen yang mewakili suatu produk. Jadi branf
preference dapat diartikan sebagai target konsumen yang biasanya lebih
memilih suatu merek dibandingkan merek lain, mungkin diakibatkan
karena pengalaman masa lalu dan perasaan puas dengan produk tersebut.
4.4.3.
Pengaruh Preferensi Merek Terhadap Pembelian Ulang
Untuk hipotesis ketiga preferensi merek berpengaruh terhadap
Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan
bahwa minyak goreng Filma telah berhasil mengembangkan makna yang
lebih dalam terhadap merek tersebut. Dalam jangka panjang, preferensi
(60)
merek yang paling tahan lama adalah nilai yang tercermin dari merek
tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti dari sebuah preferensi merek
sehingga preferensi merek menjadi sangat strategis untuk mendukung
strategi eksistensi merek yang nantinya tercipta Pembelian Ulang.. Hasil
ini sesuai teori Menurut Dodds et al., (1991:34) menyatakan bahwa
pengaruh dari
preferensi merek
pada keinginan untuk membeli (ulang)
jarang diuji. Pendekatan-pendekatan yang lebih tepat untuk mengetahui
perilaku pilihan konsumen terhadap suatu
brand
yaitu dengan
mengembangkan serangkaian teori pertimbangan (Kardes et al., 1993;
Roberts & Latin, 1991, 1997; Shocker et al., 1991). Penelitian untuk
mengetahui pengaruh
preference
konsumen dan pembelian ulang
(
repurchase
) dengan menggunakan
structural model
dilakukan oleh
Andreassen & Lindestad (1998), Erdem & Swait (1998), Pritchard et al.
(1999) dan Roest & Pieters (1997); dari sinilah yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan kausalitas antara
preferensi merek
dengan keinginan
(61)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural
Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan
sebagai berikut :
a.
kepuasan pelanggan memberikan kontribusi terhadap preferensi merek
pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak goreng
Filma sudah menerapkan strategi untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan.
b.
kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap Pembelian Ulang pada
minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa konsumen minyak
goreng Filma mengulangi perilaku pembelian pada minyak goreng Filma
dikarenakan mengalami kepuasan.
c.
preferensi merek berpengaruh terhadap Pembelian Ulang pada minyak
goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak goreng Filma telah
berhasil mengembangkan makna yang lebih dalam terhadap merek
tersebut.
(62)
5.2
Saran
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain :
a.
Minyak goreng Filma hendaknya lebih meningkatkan preferensi
merek dengan lebih banyak memberikan potongan harga atau diskon
dan promosi yang lebih intensif.
b.
Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga
mempunyai hubungan dengan minat beli ulang.
(63)
Ferdinand, Agusty, 2002, Structural Equation Modeling dalam penelitian
Manajemen, Edisi kedua, BP Undip Semarang.
Ghozali. (2001). Metode Penelitian Riset. Gramedia: Jakarta.
Griffin. (1996). Behavioral intention. New York: America Management
Association.
Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall
International, Inc., New Jersey.
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of
Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of
Marketing. 60 (4) : 52-70.
Johanna, 2008, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang (Studi
Kasus Konsumen pada Mandala Airline - Semarang), Jurnal
Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Kotler, Philip. Marketing Management: Analysis, Planing, Implementation and
control, The Millenium Edition, Prectice Hall International, Inc.
New Jersey, 2000.
Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry, L.L., 1985. A. Conceptual Model of
Service Quality, Journal of Retailing, 67, hal 420-450.
Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal, and L.L. Berry. 1998, SERVQUAL: A
Multiple Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of service
Quality. Journal or Retailing, Vol 64 (1), pp 12-40.
Robbins, Stephen P., Organization Behavior: Concepts, Controversies Aplication,
Seventh Edition, Pretice Hall, Inc., New Jersey, 1996.
--- and Mary Jo Bitner. 1996, Services Marketing, 2
ndEdition, Irwin –
McGraw – Hill Inc., New York.
Schiffman, Leon G., and Lealie Lazar Kanuk, Consumee Behavior, Seventh
Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 2000.
Stamatis, D.H., 1996 Total Quality Service, St. Lucie Press, U.S.A.
Supranto, J. 2002, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk menaikkan
Pangsa Pasar, Cetakan Ketiga, Rineka Cipta, Jakarta.
(64)
Tjiptono, Fandi. 2000, Manajemen Jasa, Edisi Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy 1998, Prinsip – Prinsip total Quality service, Edisi pertama,
Penerbit Andi, Jogjakarta.
Zeithaml, A.V., Berry L.L., dan Parasuraman, A. 1993, The Nature and
Determinants of Customer Expectations of Service, Journal of
Academy Marketing Science.
(1)
48
4.4.2. Pengaruh Kepuasan pelanggan Terhadap Pembelian Ulang
Untuk hipotesis kedua kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa konsumen minyak goreng Filma mengulangi perilaku pembelian pada minyak goreng Filma dikarenakan mengalami kepuasan, yang salah satunya ditunjukkan dengan penggunaan merk dari suatu produk secara berkelanjutan. Hasil ini sesuai teori Mowen & Minor (1998) menyatakan bahwa setelah konsumen menerima, merasakan manfaat dan merasa puas ataupun nilai dari suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki perilaku loyal dan komitmen terhadap produk itu, dimana pada akhirnya dapat menimbulkan tujuan untuk membeli ulang produk itu dimasa yang akan datang. Menurut Keegan dalam (Ardhiani, 2008 : 61) merek merupakan sekumpulan imajinasi, janji dan pengalaman positif serta kepuasan dalam benak konsumen yang mewakili suatu produk. Jadi branf preference dapat diartikan sebagai target konsumen yang biasanya lebih memilih suatu merek dibandingkan merek lain, mungkin diakibatkan karena pengalaman masa lalu dan perasaan puas dengan produk tersebut.
4.4.3. Pengaruh Preferensi Merek Terhadap Pembelian Ulang
Untuk hipotesis ketiga preferensi merek berpengaruh terhadap Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak goreng Filma telah berhasil mengembangkan makna yang lebih dalam terhadap merek tersebut. Dalam jangka panjang, preferensi
(2)
49
merek yang paling tahan lama adalah nilai yang tercermin dari merek tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti dari sebuah preferensi merek sehingga preferensi merek menjadi sangat strategis untuk mendukung strategi eksistensi merek yang nantinya tercipta Pembelian Ulang.. Hasil ini sesuai teori Menurut Dodds et al., (1991:34) menyatakan bahwa pengaruh dari preferensi merek pada keinginan untuk membeli (ulang) jarang diuji. Pendekatan-pendekatan yang lebih tepat untuk mengetahui perilaku pilihan konsumen terhadap suatu brand yaitu dengan mengembangkan serangkaian teori pertimbangan (Kardes et al., 1993; Roberts & Latin, 1991, 1997; Shocker et al., 1991). Penelitian untuk mengetahui pengaruh preference konsumen dan pembelian ulang (repurchase) dengan menggunakan structural model dilakukan oleh Andreassen & Lindestad (1998), Erdem & Swait (1998), Pritchard et al. (1999) dan Roest & Pieters (1997); dari sinilah yang menyatakan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara preferensi merek dengan keinginan konsumen untuk membeli lagi dari produk yang sama.
(3)
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :
a. kepuasan pelanggan memberikan kontribusi terhadap preferensi merek pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak goreng Filma sudah menerapkan strategi untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
b. kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa konsumen minyak goreng Filma mengulangi perilaku pembelian pada minyak goreng Filma dikarenakan mengalami kepuasan.
c. preferensi merek berpengaruh terhadap Pembelian Ulang pada minyak goreng Filma. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak goreng Filma telah berhasil mengembangkan makna yang lebih dalam terhadap merek tersebut.
(4)
51
5.2 Saran
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat, antara lain :
a. Minyak goreng Filma hendaknya lebih meningkatkan preferensi merek dengan lebih banyak memberikan potongan harga atau diskon dan promosi yang lebih intensif.
b. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga mempunyai hubungan dengan minat beli ulang.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, Agusty, 2002, Structural Equation Modeling dalam penelitian
Manajemen, Edisi kedua, BP Undip Semarang.
Ghozali. (2001). Metode Penelitian Riset. Gramedia: Jakarta.
Griffin. (1996). Behavioral intention. New York: America Management Association.
Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of
Marketing. 60 (4) : 52-70.
Johanna, 2008, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang (Studi Kasus Konsumen pada Mandala Airline - Semarang), Jurnal
Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Kotler, Philip. Marketing Management: Analysis, Planing, Implementation and
control, The Millenium Edition, Prectice Hall International, Inc.
New Jersey, 2000.
Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry, L.L., 1985. A. Conceptual Model of
Service Quality, Journal of Retailing, 67, hal 420-450.
Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal, and L.L. Berry. 1998, SERVQUAL: A
Multiple Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of service Quality. Journal or Retailing, Vol 64 (1), pp 12-40.
Robbins, Stephen P., Organization Behavior: Concepts, Controversies Aplication,
Seventh Edition, Pretice Hall, Inc., New Jersey, 1996.
--- and Mary Jo Bitner. 1996, Services Marketing, 2nd Edition, Irwin –
McGraw – Hill Inc., New York.
Schiffman, Leon G., and Lealie Lazar Kanuk, Consumee Behavior, Seventh Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 2000.
Stamatis, D.H., 1996 Total Quality Service, St. Lucie Press, U.S.A.
Supranto, J. 2002, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk menaikkan
(6)
Tjiptono, Fandi. 2000, Manajemen Jasa, Edisi Pertama, Andi Offset, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy 1998, Prinsip – Prinsip total Quality service, Edisi pertama,
Penerbit Andi, Jogjakarta.
Zeithaml, A.V., Berry L.L., dan Parasuraman, A. 1993, The Nature and
Determinants of Customer Expectations of Service, Journal of