PERBEDAAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK DIKELAS VIII SMP NEGERI 1 DOLOK PANRIBUAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

(1)

PERBEDAAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI

DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK

DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 DOLOK PANRIBUAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh :

Seprina Renata Simbolon NIM 409111076

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2013


(2)

Judul Skripsi : Perbedaan Komunikasi Matematika Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan Tahun Ajaran 2013/2014

Nama Mahasiswa : Seprina Renata Simbolon

Nim : 409111076

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

Menyetujui :

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. H. Banjarnahor, M.Pd NIP. 19580513 198803 1 002

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D Drs. Syafari, M.Pd

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19540929 198903 1 001


(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Komunikasi Matematika Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok Dikelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan Tahun Ajaran 2013/2014” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan proposal penelitian, sampai kepada penyusunan skripsi ini antara lain kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. J. Ambarita, M.Pd, Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd dan Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si, yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Epen Damanik, S.Pd. M.M) dan Ibu guru matematika (Ibu M. Lumbanraja, S.Pd) di SMP Negeri 1 Dolok Panribuan yang telah banyak membantu selama penelitian ini.


(4)

v

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda A.R Simbolon dan Ibunda K. Simamora yang telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Buat adik-adikku (Monalisa, Cicilia, Ejelina dan Frans Immanuel Simbolon) dan Abangku (Brevi S. Simbolon) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Sahabat-sahabat yang mendampingi penulis di “kampus hijau” ini („Nyak‟ Lily Hariati dan Hotlina) dan teman-teman stambuk 2009 khususnya kelas Reguler A.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Agustus 2013

Seprina Renata Simbolon NIM.409111076


(5)

iii

PERBEDAAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI

DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK

DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 DOLOK PANRIBUAN TAHUN AJARAN 2013/2014

SEPRINA RENATA SIMBOLON (NIM. 409111076) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran elaborasi lebih baik dari pada komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan tahun ajaran 2013/2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan Tahun Ajaran 2013/2014. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VIII-2 dan kelas VIII-3. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan 2 jenis test uraian yaitu untuk melihat tingkat komunikasi matematika siswa.

Dari analisa data tes komunikasi akhir dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 diperoleh thitung > ttabel yaitu 9,373 > 1,668, sehingga disimpulkan bahwa komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran elaborasi lebih baik dari pada komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan tahun ajaran 2013/2014


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Komunikasi 9

2.1.2 Komunikasi Matematika 10

2.1.3 Model Pembelajaran 15

2.1.3.1 Model Elaborasi 15

2.1.3.1.1 Model Pembelajaran Elaborasi 15

2.1.3.1.2 Komponen Teori Elaborasi 16

2.1.3.2 Model Student Team Achievement Divisions (STAD) 22 2.1.3.2.1 Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) 22 2.1.3.2.2 Komponen Teori Student Team Achievement Divisions (STAD) 24 2.1.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Model Elaborasi dan Model Student

Team Achievement Divisions (STAD) 28

2.1.4 Materi Pokok 29

2.1.4.1 Bangun Ruang Kubus 29

2.1.4.2 Bangun Ruang Balok 32

2.1.5 Penelitian yang Relevan 35

2.2 Kerangka Konseptual 37

2.3 Hipotesis Penelitian 39

BAB III METODE PENELITIAN 40


(7)

vii

3.1.1 Lokasi Penelitian 40

3.1.2 Waktu Penelitian 40

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 40

3.2.1 Populasi Penelitian 40

3.2.2 Sampel Penelitian 40

3.3 Variabel Penelitian 41

3.3.1 Variabel Bebas (X) 41

3.3.2 Variabel Terikat (Y) 41

3.4 Defenisi Operasional 41

3.5 Instrument Penelitian 42

3.6 Prosedur Penelitian 42

3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian 42

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian 42

3.7 Analisis Data 43

3.7.1 Uji Normalitas 44

3.7.2 Uji Homogenitas 44

3.7.3 Uji Hipotesis 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 47

4.1.1 Nilai Tes Komunikasi Awal Matematika Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 47

4.1.2 Nilai Tes Komunikasi Akhir Matematika Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 49

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 51

4.2.1 Uji Normalitas Data 51

4.2.2 Uji Homogenitas 52

4.2.3 Pengujian Hipotesis 53

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 53

4.3.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Elaborasi dan

Student Team Achievement Divisions (STAD) 53

4.3.2 Kemampuan Komunikasi Matematika 54

4.3.3 Hubungan Model Pembelajaran Elaborasi dan Student Team

Achievement Divisions (STAD) dengan Aspek Komunikasi

Matematika 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 58

5.1 Kesimpulan 58

5.2 Saran 58


(8)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Data Tes Komunikasi Awal Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 48

Diagram 4.2 Data Tes Komunikasi Akhir Kelas Eksperimen dna Kelas

Kontrol 50

Diagram 4.3 Ringkasan Data Tes Komunikasi Awal dan Akhir Kelas


(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen 61 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen 64 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Kontrol 67 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Kontrol 70

Lampiran 5. Test Prasyarat 73

Lampiran 6. Kunci Jawaban Test Prasyarat 74

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa I (LKS I) 75

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa II (KLS II) 77

Lampiran 9. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa I 80

Lampiran 10. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa II 82

Lampiran 11. Kisi-Kisi Test Komunikasi Awal 85

Lampiran 12. Kisi-Kisi Test Komunikasi Akhir 86

Lampiran 13. Lembar Validitas Test Komunikasi Awal 87 Lampiran 14. Lembar Validitas Test Komunikasi Akhir 90

Lampiran 15. Test Komunikasi Awal 93

Lampiran 16. Test Komunikasi Akhir 95

Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Test Komunikasi Awal 96 Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Test Komunikasi Akhir 98 Lampiran 19. Pedoman Pensekoran Test Komunikasi Awal 100 Lampiran 20. Pedoman Pensekoran Test Komunikasi Akhir 102 Lampiran 21. Lembar Observasi Guru Model Pembelajaran Elaborasi 104 Lampiran 22. Lembar Observasi Guru Model Pembelajaran STAD 108 Lampiran 23. Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Tes

Komunikasi Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 112

Lampiran 24. Perhitungan Uji Normalitas Data Tes Komunikasi Matematika 114 Lampiran 25. Perhitungan Uji Homogenitas Data Tes Komunikasi

Matematika 117

Lampiran 26. Perhitungan Uji Hipotesis Tes Komunikasi Matematika 119 Lampiran 27. Tabulasi Data Tes Komunikasi Awal Kelas Eksperimen dan

Kontrol 121

Lampiran 28. Tabulasi Data Tes Komunikasi Akhir Kelas Eksperimen dan


(10)

xii

Lampiran 29. Tes Komunikasi Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan

Kontrol 123

Lampiran 30. Dokumentasi Lokasi Penelitian 127

Lampiran 31. Dokumentasi Kelas Eksperimen (VIII-2) 128

Lampiran 32. Dokumentasi Kelas Kontrol (VIII-3) 130

Lampiran 33. Dokumentasi Akhir 132

Lampiran 34. Tabel Product Moment (r) 133

Lampiran 35. Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors 134

Lampiran 36. Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 135

Lampiran 37. Nilai – Nilai Untuk Distribusi F 137


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai figur sentral dalam proses pendidikan di sekolah, guru merupakan komponen ataupun unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan itu sendiri. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Begitu pentingnya peran guru dalam proses pendidikan, maka seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya sebagai tenaga yang bermartabat dan profesional. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Berbagai upaya peningkatan kualitas guru telah dilakukan. Seperti peningkatan kemampuan/penguasaan tentang berbagai macam strategi ataupun metode pembelajaran.

Hilbert (Rochmad 2008:2) memberi contoh:

“Pelaksanaan pembelajaran matematika yang berpusat pada guru bahwa selama berlangsungnya pembelajaran matematika guru hanya memberi sedikit perhatian dalam membantu siswa mengembangkan ide-ide konseptual dan sedikit perhatian pada hubungan antara prosedur-prosedur yang dipelajari dan konsep yang menjadikan prosedur itu dapat dikerjakan”.

Pembelajaran matematika di Indonesia selama ini hanya berpusat pada guru, banyak guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas kurang menekankan pada aspek kemampuan siswa dalam menemukan kembali konsep-konsep dan


(12)

2

struktur-struktur matematika berdasar pengalaman siswa sendiri dan menurut pemahaman mereka. Pembelajaran matematika di Indonesia bersifat berulang dengan penekanan transfer pengetahuan dan pengerjaan soal-soal latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan, kurang memperhatikan aktivitas siswa, interaksi siswa dan konstruksi pengetahuan. Ketidaktepatan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu faktor penyebab prestasi belajar matematika siswa rendah. Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika di sekolah disamping diakibatkan oleh sifat abstrak matematika itu sendiri juga disebabkan oleh guru yang kurang tepat dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika dikelas.

Menurut Usman (2007:9) bahwa: “Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal”. Seperti yang dikemukan oleh Slameto

(2003:65) yaitu: “Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mangajar

harus dapat diusahakan setepat, seefisien, dan seefektif mungkin”. Dikatakan efektif metode mengajar tersebut menghasilkan sesuatu dengan yang diterapkan relatif menggunakan tenaga, usaha, biaya dan waktu yang sedikit mungkin maka semakin efisien metode tersebut.

Ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia Noor (Kompas, 2012) (http://www.nasional.kompas.com/read/2012/1212/15/03164030/Mendesak.Perba ikan.Pengajaran.Sains/) menyatakan bahwa:

“Berdasarkan hasil Trends in International Mathematics and Science Study yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011, prestasi sains dan matematika Indonesia menurun. Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.”

Depdiknas (Trianto, 2010:214) menyatakan bahwa:

“Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.”


(13)

3

Selanjutnya hasil wawancara pada tanggal 16 Februari 2013 dengan Ibu Rusminah Sihombing salah seorang guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan, diperoleh bahwa untuk mata pelajaran matematika siswa pada kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan tahun ajaran 2011/2012, diperoleh 50% siswa mendapat nilai 65, dan sebanyak 30% siswa memperoleh nilai kurang dari 65 (dengan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40) pada materi kubus dan balok. Dari data tersebut berarti hanya sebesar 70% siswa telah tuntas belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pelajaran matematika, kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan belum mencapai ketuntasan belajar. Namun permasalahan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar adalah ketidakaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran di dalam kelas masih lebih didominasi oleh guru.

Seperti yang dikemukakan oleh Arcanawa (2008:3) dalam http://one.indoskripsi.com/node/7009):

“Guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional yang

pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsep yang dipelajari siswa cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang bahkan kadang-kadang siswa tidak mengerti atau tidak memahami konsep yang sedang dipelajari.”

Auliyawati (http://www.one.indoskripsi.com/) menyatakan bahwa:

“Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode/model yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Pada kenyataannya, dalam pembelajaran masih menggunakan metode konvensional, sehingga siswa kurang aktif dalam prestasi belajar yang maksimal bila seorang guru tepat dalam menerapkan metode mengajar. Untuk itu diperlukan metode/model pembelajaran yang inovatif dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.”

Keaktifan yang dimaksud adalah kegiatan siswa, terutama dalam hal proses pemecahan masalah. Dalam hal ini siswa hendaknya dapat mengeluarkan ide-ide cemerlang mereka. Siswa punya keberanian untuk bertanya kepada guru dan dapat saling mengemukakan ide-ide antarsesama siswa atau dengan kata lain terdapat interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kegiatan beajar mengajar yang monoton akan membuat siswa merasa bosan,


(14)

4

sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Selain itu rendahnya hasil belajar siswa dapat juga diakibatkan oleh strategi pembelajaran terkesan sulit, sehingga siswa lebih dulu merasa jenuh sebelum mempelajarinya. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar tidak tepat dan metode yang digunakan guru cenderung membatasi siswa untuk berkreasi mengungkapkan pemikirannya saat belajar sehingga siswa kurang berminat belajar matematika dan hasil belajar kurang optimal.

Dari semua penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru tidak lain merupakan penyampaian informasi dengan lebih mengaktifkan guru sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin sesekali, guru bertanya dan siswa menjawab sesekali., guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya nalar kemudian guru memberikan penilaian. Yang akhirnya terjadilah proses penghafalan konsep atau prosedur, pemahaman konsep matematika rendah dan tidak dapat menggunakannya jika diberikan permasalahan yang agak kompleks siswa menjadi bosan yang harus mengikuti aturan atau prosedur yang berlaku dan jadilah pembelajaran mekanistik akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak terjadi. Tidak heran apabila belajar dengan cara mengahafal tersebut membuat tingkat kemampuan kognitif anak yang terbentuk batasan tingkat yang rendah. Kecenderungan anak yang terperangkap dalam pemikiran mengahafal karena iklim yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.

Dari pernyataan di atas jelas bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Ruseffendi (Ansari, 2009:2) :

“Bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif (product oriented education)”.


(15)

5

Kemampuan komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Hal ini berarti guru harus berusaha untuk mendorong siswanya agar mampu berkomunikasi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah. Sebagaimana yang terdapat dalam http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf :

“Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi Rohaeti (2003) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa beradda dalam kualifikasi kurang. Demikian juga Purniati (2003) menyebutkan bahwa respons siswa terhadap soal-soal komunikasi metematis umumnya kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaiakannya.”

Menyadari hal tersebut perlu adanya suatu pembaharuan dalam pembelajaran untuk memungkinkan siswa dapat mempelajari matematika lebih mudah, lebih bermakna dan menyenangkan. Diantaranya dengan menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuan siswa seperti model elaborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD).

Dimana model elaborasi dapat mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin. Anak-anak menggunakan prior knowledge-nya sehingga ide baru dapat meluas, dengan demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya. Menurut Reigeluth (http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/02/teori-belajar-elaborasi.html) :

“Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi”.


(16)

6

Model elaborasi merupakan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan dari umum ke rinci yang dimulai dengan menampilkan struktur isi bidang studi yang akan dipelajari di awal pembelajaran. Pengertian pembelajaran elaborasi seperti yang dikemukakan oleh Jeanne Ellis Ormrod (http://okeeducation.blogspot.com/2008/10/pembelajaran-elaborasi.html) bahwa “Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya”. Pembelajaran model elaborasi merupakan pembelajaran yang menggunakan penstrukturan isi pelajaran yang akan disajikan. Penstrukturan suatu materi pelajaran matematika membutuhkan suatu model. Melalui model pengorganisasian dan penyampaian pelajaran yang optimal akan memberikan daya tarik siswa untuk mempelajari suatu bidang studi, sehingga akan tercapai tujuan pengajaran yang diinginkan.

Sedangkan model Student Team Achievement Divisions (STAD) salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajarkan oleh sesama siswa yang menjadi bagian penting dalam proses belajar.

Slavin (Trianto, 2011:68) menyatakan bahwa:

“Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok secara heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan dalam satu kelompok, siswa menggunakan lembar kerja akademik, kemudian siswa saling membantu untuk menguasai pelajaran melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.”

Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran, selanjutnya siswa mengerjakan kuis tim untuk mendapatkan skor tim serta yang terakhir siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri dan tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Dalam kelompok-kelompok kecil siswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan anggota kelompoknya. Melalui model pembelajaran elaborasi dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat membuat siswa lebih aktif.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Komunikasi Matematika Siswa


(17)

7

yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok Dikelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka beberapa masalah dapat di defenisikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru. 2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

3. Kemampuan siswa terhadap materi Bangun Ruang Kubus dan Balok masih rendah.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru matematika dalam menyampaikan materi belum sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 5. Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Dolok Panribuan masih rendah.

1.3 Batasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan diatas, terdapat banyak masalah yang teridentifikasi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka pernasalahan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada komunikasi matematika tertulis model pembelajaran elaborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model elaborasi lebih baik dibandingkan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok?


(18)

8

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model elaborasi lebih baik dibandingkan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran dengan model eleborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat mengetahui peningkatan dan komunikasi matematika siswa dan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

2. Bagi siswa, melalui penerapan pembelajaran dengan model elaborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD) diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika.

3. Pihak sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dan membantu pihak sekolah menjalin komunikasi yang positif dengan siswa.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai caon tenaga pengajaran di masa akan datang.

5. Bagi penelitian sejenisnya, sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang berkaitan.


(19)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data diperoleh kesimpulan, yaitu : Komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran elaborasi lebih baik dari pada komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan tahun ajaran 2013/2014. Pada model pembelajaran elaborasi, dari ketiga aspek komunikasi yang meningkat aspek komunikasi yang lebih dominan adalah aspek penjelasan matematika dan ekspresi matematika sedangkan pada model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD), aspek komunikasi yang lebih dominan adalah aspek mengambar matematika.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran elaborasi

ataupun model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran elaborasi sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) sebaiknya memperhatikan komunikasi anggota tiap kelompok karena banyak anggota kelompok yang tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

4. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi ataupun tingkatan yang berbeda.


(20)

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Pena, Banda Aceh.

Arikunto, Suharsimi., (2010), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

_______., (2006), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Degeng., (2008), Pembelajaran Elaborasi:

(http:okneeducation.blogspot.com/2008/10/pembelajaran-elaborasi.html) (accessed 2 Mei 2013)

Dimyati dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Ellis, Jeanne., (2008), Pembelajaran Elaborasi:

(http://okeeducation.blogspot.com/2008/10/pembelajaran-elaborasi.html) (accessed 27 Februari 2013)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan, FMIPA Unimed

Istarani., (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. Kompas., (2012), Mendesak Perbaikan Pengajaran Sains:

(http://www.nasional.kompas.com/read/2012/1212/15/03164030/Mendes ak.Perbaikan.Pengajaran.Sains/)

(accesed 2 Mei 2013)

Nurhadi., (2004), Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban), Grasindo, Jakarta. Nurhani dan Wahyuni., (2009), Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas

VIII SMP dan MTs 2, Erlangga, Jakarta.

Riduwan dan Akdon., (2010), Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Alfabeta, Bandung.

Rochmad., (2008), Penggunaan Pola Pikir Inovatif-Dedukatif dalam Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruksivisme:

(http://rochmad-unnes.Blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-dedutif/)


(21)

60

Sanjaya, Wina., (2010), Perencanaan dan Desain Sisitem Pembelajaran, Kencana, Jakarta

Slameto., (2010) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana., (1995), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Uno, Hamzah., (2011), Model Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Usman., (2003), Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Wena, Made., (2011), Stategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,


(1)

Model elaborasi merupakan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan dari umum ke rinci yang dimulai dengan menampilkan struktur isi bidang studi yang akan dipelajari di awal pembelajaran. Pengertian pembelajaran elaborasi seperti yang dikemukakan oleh Jeanne Ellis Ormrod (http://okeeducation.blogspot.com/2008/10/pembelajaran-elaborasi.html) bahwa “Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya”. Pembelajaran model elaborasi merupakan pembelajaran yang menggunakan penstrukturan isi pelajaran yang akan disajikan. Penstrukturan suatu materi pelajaran matematika membutuhkan suatu model. Melalui model pengorganisasian dan penyampaian pelajaran yang optimal akan memberikan daya tarik siswa untuk mempelajari suatu bidang studi, sehingga akan tercapai tujuan pengajaran yang diinginkan.

Sedangkan model Student Team Achievement Divisions (STAD) salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajarkan oleh sesama siswa yang menjadi bagian penting dalam proses belajar.

Slavin (Trianto, 2011:68) menyatakan bahwa:

“Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok secara heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan dalam satu kelompok, siswa menggunakan lembar kerja akademik, kemudian siswa saling membantu untuk menguasai pelajaran melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.”

Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran, selanjutnya siswa mengerjakan kuis tim untuk mendapatkan skor tim serta yang terakhir siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri dan tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Dalam kelompok-kelompok kecil siswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan anggota kelompoknya. Melalui model pembelajaran elaborasi dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat membuat siswa lebih aktif.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Komunikasi Matematika Siswa


(2)

yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok

Dikelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka beberapa masalah dapat di defenisikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru. 2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

3. Kemampuan siswa terhadap materi Bangun Ruang Kubus dan Balok masih rendah.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru matematika dalam menyampaikan materi belum sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 5. Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Dolok Panribuan masih rendah.

1.3 Batasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan diatas, terdapat banyak masalah yang teridentifikasi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka pernasalahan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada komunikasi matematika tertulis model pembelajaran elaborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model elaborasi lebih baik dibandingkan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok?


(3)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model elaborasi lebih baik dibandingkan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran dengan model eleborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat mengetahui peningkatan dan komunikasi matematika siswa dan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

2. Bagi siswa, melalui penerapan pembelajaran dengan model elaborasi dan model Student Team Achievement Divisions (STAD) diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika.

3. Pihak sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dan membantu pihak sekolah menjalin komunikasi yang positif dengan siswa.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai caon tenaga pengajaran di masa akan datang.

5. Bagi penelitian sejenisnya, sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang berkaitan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data diperoleh kesimpulan, yaitu : Komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran elaborasi lebih baik dari pada komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan tahun ajaran 2013/2014. Pada model pembelajaran elaborasi, dari ketiga aspek komunikasi yang meningkat aspek komunikasi yang lebih dominan adalah aspek penjelasan matematika dan ekspresi matematika sedangkan pada model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD), aspek komunikasi yang lebih dominan adalah aspek mengambar matematika.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran elaborasi

ataupun model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran elaborasi sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) sebaiknya memperhatikan komunikasi anggota tiap kelompok karena banyak anggota kelompok yang tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

4. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada materi ataupun tingkatan yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Pena, Banda Aceh.

Arikunto, Suharsimi., (2010), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

_______., (2006), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Degeng., (2008), Pembelajaran Elaborasi:

(http:okneeducation.blogspot.com/2008/10/pembelajaran-elaborasi.html) (accessed 2 Mei 2013)

Dimyati dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Ellis, Jeanne., (2008), Pembelajaran Elaborasi:

(http://okeeducation.blogspot.com/2008/10/pembelajaran-elaborasi.html) (accessed 27 Februari 2013)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan, FMIPA Unimed

Istarani., (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. Kompas., (2012), Mendesak Perbaikan Pengajaran Sains:

(http://www.nasional.kompas.com/read/2012/1212/15/03164030/Mendes ak.Perbaikan.Pengajaran.Sains/)

(accesed 2 Mei 2013)

Nurhadi., (2004), Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban), Grasindo, Jakarta. Nurhani dan Wahyuni., (2009), Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas

VIII SMP dan MTs 2, Erlangga, Jakarta.

Riduwan dan Akdon., (2010), Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Alfabeta, Bandung.

Rochmad., (2008), Penggunaan Pola Pikir Inovatif-Dedukatif dalam Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruksivisme:

(http://rochmad-unnes.Blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-dedutif/)


(6)

Sanjaya, Wina., (2010), Perencanaan dan Desain Sisitem Pembelajaran, Kencana, Jakarta

Slameto., (2010) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana., (1995), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Uno, Hamzah., (2011), Model Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Usman., (2003), Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Wena, Made., (2011), Stategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV MATERI BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR DI SDN KEBAKALAN PORONG-SIDOARJO

0 7 20

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 60

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VIRUS

3 7 66

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP KELAS VII2 SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIANDA

0 12 116

STUDI PERBANDINGAN MORALITAS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS

0 7 123

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP MATERI KUBUS DAN BALOK

0 1 8

KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SISWA SMP

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 1 KALIBAWANG

1 1 6

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN TEAM ACCELERATED INSTRUCTION TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSARI

0 0 8