PEMILU SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI DI I

Fauziyah Hanifah
F1A015059

PEMILU SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Baik secara langsung atau yang
disebut demokrasi langsung dan melalui perwakilan atau yang disebut demokrasi perwakilan.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani dēmokratía “kekuasaan rakyat”. Istilah demokrasi
diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu
pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak (rakyat).
Ada tiga alasan untuk menyatakan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Pertama,
Indonesia telah memiliki lembaga pelaksana pemilu yang independent. Kedua, pemilihan
umum berlangsung secara jujur dan adil. Ketiga, Indonesia memiliki suatu peradilan yang
khusus menangani sengketa hasil pemilihan umum.
Pemilu adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari
Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks
yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS
atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata ‘pemilihan’ lebih sering digunakan. Sistem pemilu
digunakan adalah asas luber dan jurdil. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga
disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan

program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah
ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses
penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan
pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih.
Pelaksanaan pemilu di Indonesia didasarkan pada pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, antara lain, menyatakan bahwa, “…
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat…”. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (2) mengatakan bahwa “kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Perubahan tersebut bermakna bahwa
kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, tetapi dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Alasan pelaksanaan Pemilu :
1.Pemilu merupakan alat atau sarana pergantian kekuasaan yang paling demokratis.
2. Pemilu merupakan alat kontrol bagi kualitas kepemimpinan politik suatu pemerintahan.
Rakyat dapat memberikan apresiasi dan penghukuman pemimpin daerah yang berkuasa dapat
berlanjut atau tergantikan sesuai kinerjanya ketika berkuasa.

3.Pemilu menjadi pilihan paling demokratis untuk menguji kualitas kedekatan calon

pemimpin dengan masyarakatnya.
4.Pemilu mampu mencerminkan arus harapan yang muncul dalam masyarakat tentang apa
yang mereka inginkan dari pemerintahannya.
5.pemilu merupakan sarana mendapatkan informasi mengenai calon kepala daerah sebelum
publik menentukan pilihannya secara rasional.
6.Aspek jangkauan partisipasi, Pemilu juga menyediakan ruang partisipasi yang memadai
bagi dihimpunnya aspirasi publik.
7.Pemilu menjadi sarana menghukum pemimpin yang lalai terhadap rakyat dengan cara tidak
dipilih lagi dalam Pemilu.
Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 1953 yang
diundangkan 4 April 1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota
bikameral: Anggota DPR dan Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah
proporsional. Menurut UU nomor 7 tahun 1953 tersebut, terdapat perbedaan sistem bilangan
pembagi pemilih (BPP) untuk anggota konstituante dan anggota parlemen.
Pemilu 1971 diadakan tanggal 3 Juli 1971. Pemilu ini dilakukan berdasarkan Undangundang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang-undang Nomor 16 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
Dasar hukum Pemilu 1977 adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1975. Pemilu ini
diadakan setelah fusi partai politik dilakukan pada tahun 1973. Sistem yang digunakan pada
pemilu 1977 serupa dengan pada pemilu 1971 yaitu sistem proporsional dengan daftar
tertutup.

Pemilu 1982 diadakan tanggal 4 Mei 1982. Tujuannya sama seperti Pemilu 1977 di
mana hendak memilih anggota DPR (parlemen). Hanya saja, komposisinya sedikit berbeda.
Sebanyak 364 anggota dipilih langsung oleh rakyat, sementara 96 orang diangkat oleh
presiden. Pemilu ini dilakukan berdasarkan Undang-undang No. 2 tahun 1980.
Pada pemilu 2004, mekanisme pengaturan pemilihan anggota parlemen ini ada di
dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2003. Untuk kursi DPR, dijatahkan 550 kursi.
Daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi atau bagian-bagian provinsi.
Pemilu 2009 dilaksanakan menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2008. Jumlah
kursi DPR ditetapkan sebesar 560 di mana daerah dapil anggota DPR adalah provinsi atau
bagian provinsi. Jumlah kursi di tiap dapil yang diperebutkan minimal tiga dan maksimal
sepuluh kursi. Ketentuan ini berbeda dengan Pemilu 2004.
Dengan landasan hukum yang begitu jelas dan kuat tentang pemilu, seharusnya
pemilu yang dilaksanakan di Indonesia jauh dari kecurangan. Namun paa kenyataannya
banyak terjadi kasus pelanggaran pemilu di negara demokrasi ini. Contohnya saja pada
pemilu legislatif pada tahun 2014 tahun lalu, banyak sekali kasus yang mencuat karena

pemilu. Seperti kasus Sutiyos o -yang pernah menjadi gubernur Jakarta- melakukan
kampanye di luar jadwal, dalam acara yang digelar di Lapangan Sabrangan pada hari Minggu
1 September 2013. Padahal sesuai jadwal tahapan pemilu, kampanye dalam bentuk rapat
umum di tempat terbuka baru bisa dilaksanakan mulai 16 Maret 2014 hingga 5 April 2014.

Itu adalah salah satu kasus pelanggaran yang pertama kali dicatat sebagai pelanggaran dalam
pemilu 2014. Dan maih banyak kasus lain yang sangat ramai diberita namun hanya sekilas
berita saja. Banyak dari pelanggaran pemilu itu didiamkan saja karena terlalu banyak kasus
yang terjadi.
Seharusnya negara Indonesia bisa melakukan demokrasi yang bersih. Namun masih
banyak orang yang kurang sadar akan pentingnya hal itu. Padahal apabila dalam pelaksanaan
pemilu saja negara ini sudah tertib, maka pemerintahan juga akan berjalan dengan baik. Kita
sebagai mahasiswa juga bisa melakukan perbaikan, yaitu dengan lebih peuli dengan adanya
pemilu yang diselenggarakan. Contohnya saja dengan tidak golput dengan alasan apapun.
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh
negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsipprinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi
aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.