STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA

STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS PADA SISWA SD KUMPULREJO 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20092010) SKRIPSI

  Oleh MUDZAKIR NIM. 11408025 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010

KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433

  Salatiga 50721

  Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasistainsalatiga.ac.id

NOTA PEMBIMBING

  : Naskah Skripsi

  Saudara Mudzakir

  Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga

ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama

  : Tarbiyah Pendidikan Agama Islam

  Judul

  : STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN

MEMBACA AL QUR'AN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS PADA SISWA SD KUMPULREJO 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20092010)

  Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB

  Pembimbing

  Drs. H. M. Zulfa, M.Ag

  NIP 19520430 197703 1 001

KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433

  Salatiga 50721

  Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasistainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

  Skripsi Saudara : MUDZAKIR dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408025 yang berjudul: STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS PADA SISWA SD KUMPULREJO 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20092010) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  25 September 2010 M

  Salatiga,

  Syawal 1431 H

  Panitia Ujian

  Ketua Sidang Sekretaris Sidang

  Dr. Imam Sutomo, M.Ag

  Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd

  NIP. 19580827 198303 1 002

  NIP. 19670112 199203 1 005

  Penguji I

  Penguji II

  Drs. Abdul Syukur, M.Si Peni Susapti, M.Si

  Drs. H.M. Zulfa, M.Ag

  NIP. 19520430 197703 1 001

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

  Judul Skripsi

  : STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN

MEMBACA AL QUR'AN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS PADA SISWA SD KUMPULREJO 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20092010)

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

  Salatiga, 25 September 2010 Yang Menyatakan

MUDZAKIR

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

              …..   

  “…..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa Derajat. Dan Allah Maha

  Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q. S. Al-Mujaadilah: 11)

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ibundaku, yang selalu membimbing, mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studiku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

2. Keluarga besar SDN Kumpulrejo 03

3. Guru-guru Agama Islam se Kota Salatiga

4. Rekan-rekan di Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

  Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah

  merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS PADA SISWA SD KUMPULREJO 03 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20092010). Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada :

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi.

  3. Bapak Drs. H. Zulfa, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

  4. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

  Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

  Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik

  

  Amin – amin yarobbal ‘alamin

  Salatiga, Agustus 2010 Penulis

  Mudzakir

DAFTAR TABEL

  TABEL I

  DAFTAR GURU SD N BUGEL 02

  TABEL II

  JUMLAH SISWA SD N BUGEL 02

  TABEL III

  DAFTAR NAMA RESPONDEN

  TABEL IV

  JAWABAN ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA

  TABEL V

  DAFTAR HASIL BELAJAR SISWA

  TABEL VI

  NILAI ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA

  TABEL VII

  INTERVAL NILAI KEHARMONISAN KELUARGA

  TABEL VII

  NOMINASI KEHARMONISAN KELUARGA

  TABEL IX

  KLASIFIKASI KEHARMONISAN KELUARGA

  TABEL X

  DATA PRESTASI BELAJAR SISWA

  TABEL XI

  INTERVAL NILAI SISWA

  TABEL XII

  NILAI NOMINASI NILAI SISWA

  TABEL XIII INTERVAL NILAI SISWA TABEL XIV TABEL KORELASI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Al Qur’an sebagai kalam Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia itu memiliki keistimewaan terutama pada susunan bahasanya yang unik dan kandungan maknanya yang mendalam.

  Al Qur’an merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW membacanya adalah ibadah 1 . Keutamaan mukjizat Al

  Qur’an bukan hanya ditujukan kepada bangsa arab, namun Al Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam 2 .

  Maka dari itu mempelajari Al Qur’an merupakan kewajiban mutlak bagi setiap yang beragama Islam, sebab semua ajaran Islam bersumber pada Al Qur’an, bahkan Al Qur’an itu sendiri merupakan induk atau pusatnya segala ilmu pengetahuan, yang berisi tentang hukum-hukum dan aqidah. Firman Allah dalam surat Yusuf ayat 2:

        

  Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” 3

  1 Al Qur’an dan Terjemahnya, Sejarah Al Qur’an, Departemen Agama, Jakarta, 1991, hlm. 23 2 Akhmad Syadali, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 10 3 Ibid, hlm. 674

  Dan Al Qur’an sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk, ia merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW. Disamping

  merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Selain itu ia juga hujjah yang akan tetap tegak sampai pada hari kiamat 4 .

  Berkaitan dengan masalah tersebut, pendidikan agama Islam dan membaca Al Qur’an di sekolah mulai di tingkat dasar tidak kalah pentingnya, disamping siswa diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti baik, rajin beribadah dan kuat imannya, maka tidak ada suatu alas an melainkan anak harus ditekan untuk belajar membaca Al Qur’an. Apalagi menghadapi keluhan dari pihak orang tua atau wali murid yang mengatakan, bahwa murid-murid tamatan sekolah dasar banyak yang belum dapat membaca dan menulis huruf Al Qur’an. Sehingga dengan penekanan belajar membaca Al Qur’an diharapkan murid-murid sekolah dasar dapat membaca dan menulis huruf Al Qur’an sebagai penghayatan terhadap sumber agama Islam, yaitu Al Qur’an.

  Bagi murid-murid tamatan sekolah dasar yang akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama diharapkan sudah mampu membaca dan menulis huruf Al Qur’an sehingga tidak menyulitkan bagi guru agama yang mengajar pada tingkat tersebut demikian pula pada tingkat selanjutnya 5 .

  Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar (SD) tahun 1975 yang telah dibakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

  Syeh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an, Pustaka Amani, Jakarta, 1981, hlm. 3-4

  5 H.MT. Fatahudin, Pedoman Membaca dan Menulis Huruf Al Qur’an, CV. Serajaya, Jakarta, 1981, hlm. 1 5 H.MT. Fatahudin, Pedoman Membaca dan Menulis Huruf Al Qur’an, CV. Serajaya, Jakarta, 1981, hlm. 1

  lulusan sekolah dasar harus mampu membaca Al Qur’an dengan baik 6 .

  Namun kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan ternyata pembelajaran membaca dan menulis huruf Al Qur’an tingkat sekolah dasar

  ini kurang menarik dan para siswa mengalami kesulitan, maka dengan demikian pembelajaran ini kurang berhasil. Pengaruh perkembangan zaman dan teknologi telah banyak mempengaruhi kemampuan siswa, termasuk dalam membaca Al Qur'an. Banyak siswa yang lebih suka menonton televisi daripada ikut belajar di TPA TPQ. Dan akibatnya kemampuan membaca Al Qur'annya menjadi rendah. Akibatnya prestasi belajar PAI juga mengalami pengaruh.

  Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor intern yang berpengaruh adalah motivasi dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Semua faktor tersebut dapat memberikan dampak terhadap prestasi belajar siswa.

  Kehidupan anak di lingkungan perkotaan sebagaimana di Kota Salatiga menjadikan anak banyak terpengaruh oleh kondisi lingkungan. Dampaknya kegiatan mengaji dan belajar di TPATPQ menjadi kalah oleh permainan-permainan game komputer ataupun pengaruh lingkungan yang

  6 Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam, Kurikulum 1975, Departemen Agama RI, Jakarta, 1981, hlm. 4 6 Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam, Kurikulum 1975, Departemen Agama RI, Jakarta, 1981, hlm. 4

B. Penjelasan Istilah

  1. Korelasi

  Korelasi diartikan sebagai suatu hubungan antara suatu hal dengan hal lain 7 .

  2. Kemampuan

  Mampu adalah kuasa atau sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya 8 .

  3. Membaca

  Membaca yaitu memperhatikan, melihat, mendengarkan dan mengucapkan secara terus menerus untuk memperbaharui pengetahuan

  dan ketrampilan 9 .

  4. Al Qur’an Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Menurut istilah : Al Qur’an adalah Kalam Allah yang bernilai mu’jizat yang diturunkan kepada pungkasan (penutup) para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita dengan

  WJS Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1991, hlm. 1642 8 Ibid, hlm. 344

  9 Lukman Ali, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Bina Pustaka, 1998, hlm. 472 9 Lukman Ali, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Bina Pustaka, 1998, hlm. 472

  5. Prestasi Belajar

  Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi. Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah menerima pelajaran, seperti yang dikemukakan oleh

  Sudjana 11

  Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar memuat kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Pengalaman belajar adalah semua kegiatan fisik dan mental yang dialami siswa selama proses belajar mengajar.

  Prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prestasi belajar mempunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai atau diserap oleh anak didik dan sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan atau sebagai timbal balik bagi kemajuan mutu pendidikan

  Syekh Muhammad Ali Ash Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an, Jakarta, Pustaka Amani, hlm. 3

  11 Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 27

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitiannya sebagai berikut:

  1. Bagaimana kemampuan membaca Al Qur'an siswa SD N Kumpulrejo 03 Salatiga Tahun Pelajaran 20092010?

  2. Bagaimana prestasi belajar PAI SD N Kumpulrejo 03 Salatiga Tahun

  Pelajaran 20092010?

  3. Adakah korelasi antara kemampuan membaca al qur'an dengan prestasi

  belajar PAI SD N Kumpulrejo 03 Salatiga Tahun Pelajaran 20092010?

D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui kemampuan membaca Al Qur'an siswa SD N Kumpulrejo 03 Salatiga Tahun Pelajaran 20092010.

  2. Untuk mengetahui prestasi belajar PAI SD N Kumpulrejo 03 Salatiga

  Tahun Pelajaran 20092010.

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kemampuan membaca al

  qur'an dengan prestasi belajar PAI SD N Kumpulrejo 03 Salatiga Tahun Pelajaran 20092010.

E. Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "ada korelasi antara kemampuan membaca al qur'an dengan prestasi belajar PAI SD N Kumpulrejo 03 Salatiga Tahun Pelajaran 20092010"

F. Definisi Operasional

  Berdasarkan penjelasan istilah di atas maka dapat dirumuskan definisi operasional dari masing-masing variabel sebagai berikut:

  1. Kemampuan Membaca Al Qur'an

  Adapun indikator kemampuan membaca Al Qur'an adalah sebagai berikut:

  1. Anak dapat

  huruf Al Qur'an

  dengan

  benar

  dengan baik,

  dengan baik dan

  hukum bacaan

  lancar dan jelas

  benar

  nun sukun dan

  2. Anak dapat

  2. Anak

  dapat

  mim sukun

  merangkai kata

  perkata dalam

  ayat Al Qur'an

  dengan baik dan

  1. Anak dapat

  dapat

  mengenal secara

  membaca tetapi membaca tetapi

  lengkap bacaan

  tidak lancar

  2. Anak sedikit

  sifat

  huruf

  sukun dan mim

  mengalami

  dengan tepat

  sukun

  kesulitan dalam

  merangkai kata

  bisa

  mengenal secara

  perkata dari

  membedakan

  lengkap bacaan

  ayat Al Qur'an

  denga baik

  Rendah

  1. Anak tidak 1. Anak tidak 1. Anak tidak

  dapat

  mengerti bacaan dapat membaca al

  mengucapkan

  nun sukun dan qur'an

  dengan

  huruf

  hijaiyah mim

  sukun benar dan tidak

  dengan benar

  bertemu dengan

  lancar

  2. Anak tidak

  2. Anak tidak tahu

  2. Anak tidak bisa

  dapat

  hukum

  bacaan merangkai kata

  membedakan

  mad

  perkata dari ayat

  suara

  huruf

  al qur'an

  hijaiyah

  yang

  hampir sama

  2. Prestasi Belajar

  Sedangkan prestasi belajar pendidikan agama Islam dapat diketahui dari indikator:

  a. Nilai ulangan harian

  b. Nilai Tugas

  c. Nilai Semester

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat

  serta menguji hipotesis yang diajukan 12

2. Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD N Kumpulrejo 03 Kota Salatiga.Ppenelitian dimulai bulan Mei 2010 sampai dengan selesai

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

  Populasi merupakan kumpulan individu atau orang dalam suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu 13 . Dalam penelitian ini

  populasinya adalah seluruh siswa kelas VI SD N Kumpulrejo 03 sebanyak 20 orang siswa.

b. Sampel

  Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian. Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian sehingga penelitiannya adalah

  penelitian populasi 14 .

  Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta, 2008, hlm. 56 13 Ibid, hlm. 6

  14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, hlm. 134

4. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes untuk mengetahui. kemampuan membaca al qur'an. Sedangkan untuk prestasi belajar PAI penulis mengambil data dokumentasi, yaitu data nilai hasil tes semester dua.

5. Analisis Data

  Analisis data untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus Koefisien Kontiengensi (KK) sebagai berikut:

  keterangan: KK

  : Koefisien Kontingensi

  X 2 : Nilai Chi Square

  N

  : Sampel

  Sedangkan nilai chi square diperoleh hasil sebagai berikut:

  X 2 : Nilai Chi Square

  fo

  : frekuensi yang diperoleh

  fh : frekuensi yang diharapkan

G. Sistematika Penulisan

  Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman persetujuan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  Sedangkan bagian inti terdiri dari:

  Bab I

  Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II

  Kajian Pustaka, berisi tentang landasan teori tentang kemampuan membaca al qur'an, belajar dan pembelajaran, hasil belajar dan prestasi belajar.

  Bab III

  Laporan pelaksanaan Penelitian, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan subjek penelitian serta penyajian data.

  Bab IV

  Analisis Data, berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan pembahasan.

  Bab V

  Penutup, berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca Al Qur’an

  Al Qur'an secara etimologi merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qara-‟a (أرق) yang bermakna Talaa (لات) [keduanya berarti:

  membaca atau bermakna Jama‟a (mengumpulkan, mengoleksi) 1 . Atau dapat dikatakan Qara-‟a Qar‟an Wa Qur‟aanan ( انآرقو اءرق أرق) sama seperti

  mengucapkan, Ghafaro Ghafran Wa Qhufroonan ( انارفغو ارفغ رفغ). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah kata benda yang semakna dengan Ism Maf‟uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama‟a) maka ia adalah kata benda dari Ism Faa‟il, artinya Jaami‟ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkanmengoleksi berita-berita dan hukum-hukum 2 .

  Secara terminologi (syari’at) Al qur'an adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad

  SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas 3 . Allah ta’ala berfirman dalam QS Al Isra’ ayat 106

           

  1 Depag RI, Bimbingan Membaca Al Qur‟an, Depag RI, Jakarta, 1996, hlm. 12 2 Ibid, hlm. 12 3 Ibid, hlm. 14

  Artinya:

  Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami

  menurunkannya bagian demi bagian.” 4

  Dan firman-Nya dalam Surat Yusuf ayat 2

        

  Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur‟an dengan berbahasa

  Arab, agar kamu memahaminya.” 5 Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah,

  menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Allah telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya. Membaca diartikan sebagai mengeja huruf per huruf dalam suatu suku kata. Membaca juga diartikan sebagai sebuah tahapan dimana seseorang mengeja huruf sehingga menjadi suatu kata atau kalimat yang dapat dipahami. Firman Allah dalam Surat Al Furqan ayat 32:

                   

  Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami

  perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil 6 .

  4 Depag RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1976 5 Ibid, hlm. 674

  6 Depag RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta, Depag RI, 2005, hlm. 782.

  Membaca Al Qur’an dengan tartil bertujuan agar dapat membaca Al Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dengan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah, maka dalam kegiatan beribadah, terutama ibadah wajib maka akan dapat melafalkan ayat-ayat Al

  Qur’an dengan fasih sehingga ibadahnya menjadi lebih baik dan khusyuk. 7 Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al A’raf ayat 204:

          

  Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat 8 .

  Tujuan lain yang dapat dicapai dengan pembelajaran Al Qur’an dengan metode iqro’ adalah mampu menghafal surat-surat pendek Al Qur’an, ayat-ayat pilihan serta do’a dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dengan metode iqro’ dalam pembelajaran Al Qur’an banyak sekali faedah dan kegunaannya yang berhubungan dengan ibadah yang dilaksanakan sehari-hari. Selain itu metode tersebut juga melatih agar terampil dalam menulis huruf-huruf hijaiyah.

  Kebenaran menurut akal pikiran bersifat nisbi sulitlah menentukan ukuran dan takaran, antara kebenaran dan kebatilan. Masing-masing mengukur dengan ruang lingkup dimana mereka berada dan hawa nafsu

  7 Depag RI, Metode Belajar Membaca Al Qur‟an, Jakarta, Depag RI, 2000, hlm. 6. 8 Depag RI, Op.cit, hlm. 386.

  yang sedang berkuasa. 9 Tuhan kemudian menurunkan pedoman, sebagai penerang penunjuk jalan. Pedoman tersebut adalah Al Qur’an yang

  diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurnaan kita-kita suci terdahulu.

  Karena Al Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai pedoman dalam kehidupannya, maka manusia diperintahkan untuk mengkajinya secara keseluruhan, bahkan perintah untuk mengkajinya merupakan kewajiban yang bersifat fardhu kifayah. Untuk mengkajinya seorang muslim harus dapat membaca dan mengetahui maksud yang terkandung didalamnya.

  Di dalam Asy-Syiasyahnya Ibnu Sina, menasehati agar kita mengajari anak-anak mulai mengajarkan Al Qur’an. Segenap potensi anak, baik jasmani maupun akalnya, hendaknya dicurahkan untuk menerima pelajaran ini, agar anak mendapat bahasa asli dan agar aqidah dapat mengalir tertanam kokoh dalam kalbunya Dalam muqoddimah Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina dapat menunjukkan betapa pentingnya mengajarkan dan menghafal Al Qur’an kepada anak-anak. Ia menjelaskan bahwa pelajaran Al Qur’an merupakan pondasi pengajaran bagi seluruh kurikulum, sebab Al Qur’an merupakan syiar addin yang menggunakan aqidah dan mengkokohkan keimanan.

  9 Abu Ahmadi, Belajar Membaca Al Qur‟an, Semarang, Thoha Putra, 2000, hlm. 14.

  Setelah mampu membaca Al Qur’an hendaknya dibarengi dengan kemampuan memahami ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Upaya yang

  dapat dilakukan dalam memahami ayat adalah sebagai berikut: 10

1. Memahami ayat dengan ayat

  Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat Qur’an itu yang menafsirkan (baca, menerangkan) makna ayat-ayat yang lain.

2. Memahami ayat Al-Qur’an dengan Hadits Shahih

  Menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan hadits shahih sangatlah urgen, bahkan harus. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam. Tidak lain supaya diterangkan maksudnya kepada semua manusia.

3. Memahami ayat dengan pemahaman sahabat

  Merujuk kepada penafsiran para sahabat terhadap ayat-ayat Qur’an seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat. Karena, di samping senantiasa menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung dari beliau.

4. Harus mengetahui gramatika Bahasa Arab

  Tidak diragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsiri ayat- ayat Qur’an, mengetahui gramatika bahasa Arab sangatlah urgen. Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

  10 Ibid, hlm. 18

  Tanpa mengetahui bahasa Arab, tak mungkin bisa memahami makna ayat-ayat Qur’an. Sebagai contoh ayat: “tsummastawaa ilas samaa‟i”. Makna istawaa ini banyak diperselisihkan. Kaum Mu’tazilah mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran yang salah. Tidak sesuai dengan bahasa Arab. Yang benar, menurut pendapat ahli sunnah wal jamaah, istawaa artinya „ala wa irtafa‟a (meninggi dan naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan Al-‟Ali (Maha Tinggi).

  Anehnya, banyak orang penganut faham Mu’tazilah yang menafsiri lafadz istawa dengan istaula. Pemaknaan seperti ini banyak tersebar di dalam kitab-kitab tafsir, tauhid, dan ucapan-ucapan orang. Mereka jelas mengingkari ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, perkataan para sahabat dan para tabi’in, Mereka mengingkari bahasa Arab di mana Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa itu. Ibnu Qayyim berkata, Allah memerintahkan orang-orang Yahudi supaya mengucapkan “hitthotun” (bebaskan kami dari dosa), tapi mereka pelesetkan atau rubah menjadi “hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum Mu’tazilah yang mengartikan istawa dengan arti istaula

5. Memahami Nash Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul

  Mengetahui sababun nuzul (peristiwa yang melatari turunnya ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Al-Qur’an dengan benar.

B. Belajar dan Pembelajaran

  1. Definisi Belajar

  Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli

  pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach 11

  Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

  lingkungan 12 .

  Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh sehingga dapat dikatakan belajar sebagai suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap

  11 M Ngalim Purwanto, Belajar dan Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal. 12 12 Ibid., hlm. 13 11 M Ngalim Purwanto, Belajar dan Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal. 12 12 Ibid., hlm. 13

  

  tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah, lingkungan rumah atau keluarga. Belajar mempunyai pengertian yang sangat kompleks, sehingga banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda-beda.

  Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO,

  yaitu 14 :

  a. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.

  b. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik

  c. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.

  d. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk

  13 Oemar Hamalik, Belajar dan Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 16 14 Nurhadi dan Senduk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Graha Ilmu, Jakarta, 2004, hlm.

  62

  mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).

  Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan.

  2. Ciri-ciri Pembelajaran

  Menurut Darsono dkk, ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut: 15

  a Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara

  sistematis.

  b Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa

  dalam belajar.

  15 Darsono dkk, Psikologi Pendidikan, Bina Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 25 15 Darsono dkk, Psikologi Pendidikan, Bina Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 25

  menantang bagi siswa.

  d Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat

  dan menarik.

  e Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

  menyenangkan bagi siswa.

  f Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

  3. Belajar Mengajar

  Belajar di bidang pendidikan berhubungan dengan kegiatan mengajar. Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.

  Menurut Nasution mengajar adalah suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Teaching is the guidance of learning, artinya dalam mengajar yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar dan guru hanya membimbing dan

  menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa 16 .

  16 Nasution, Kurikulum dalam Pengajaran, Rajawali, Jakarta, 1999, hlm. 14

  Menurut Rusyan ada tiga pandangan mengajar, yaitu 17 : 1) mengajar adalah menyampaikan pengetahuan dari seseorang kepada

  kelompok; 2) mengajar adalah membimbing peserta didik untuk belajar; 3) mengajar adalah mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar mengajar yang baik. Sedangkan menurut Hasibuan dan Moedjiono berpendapat bahwa mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Lebih lanjut dikatakan bahwa mengajar adalah melatih ketrampilan, menyampaikan pengetahuan, membentuk sikap dan memindahkan

  nilai-nilai 18 .

  Mengajar adalah kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu atau membimbing siswa untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill (keahlian), tingkah laku dan pengetahuan dengan cara penyajian konsep secara bertahap sehingga terjadi proses belajar. Mengajar menurut Sardiman dalam Hasibuan, adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Mengajar diartikan sebagai aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi

  proses belajar 19 .

  Menurut Joni dalam Sumantri dan Permana bahwa mengajar sebagai pencipta dan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan

  17 Rusyan, Teknik Belajar Mengajar, Alfabeta, Bandung, 1994, hlm. 27 18 Hasibuan dan Moedjiono, Konsep dan Strategi Belajar Mengajar, Studia Press, Jakarta, 2004,

  hlm. 47

  19 Ibid., hlm. 47 19 Ibid., hlm. 47

  belajar mengajar yang tersedia 20 .

  yaitu mengatur,

  mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga dapat menimbulkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas tetapi juga meliputi guru, alat perpustakaan, laboratorium, metode mengajar dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Guru hanya berperan sebagai pemimpin belajar dan fasilitator belajar, sedangkan yang berperan membelajarkan adalah siswa.

  Proses belajar mengajar menurut Syah dalam Sumantri dan Permana adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh) dan terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai

  pengajar yang sedang mengajar 21 . Rusyan, dkk berpendapat bahwa proses belajar mengajar memiliki empat komponen yaitu tujuan,

  bahan, metode dan alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling berhubungan dan saling

  20 Sumantri dan Permana, Metode Belajar Mengajar, Graha Ilmu, Jakarta, 2004, hlm. 62 21 Ibid., hlm. 64 20 Sumantri dan Permana, Metode Belajar Mengajar, Graha Ilmu, Jakarta, 2004, hlm. 62 21 Ibid., hlm. 64

  Tujuan

  Bahan Metode dan alat

  Penilaian

  Gambar 1. Komponen Proses Belajar Mengajar

  Makmum dalam Rusyan menyatakan bahwa proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Proses belajar mengajar adalah suatu interaksi antara guru dengan siswa yang saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar untuk

  mencapai tujuan tertentu 23 .

  Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar). Menurut Slameto faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga,

  faktor sekolah dan faktor masyarakat 24 . Faktor sekolah antara lain

  22 Rusyan, opcit., hlm. 29 23 Ibid., hlm. 29 24 Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 54 22 Rusyan, opcit., hlm. 29 23 Ibid., hlm. 29 24 Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 54

  Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan terhadap anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. Faktor guru sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Guru yang dapat mengembangkan metode mengajar dan media pembelajaran sangat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran sehingga prestasi belajarpun meningkat. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan apabila guru

  mengetahui faktor-faktor yang

  mempengaruhi proses belajar mengajar.

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

  Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam

  tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di

  luar individu 26 .

  a. Faktor intern

  1) Kesehatan

  Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

  2) Inteligensi dan bakat

  Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteleginsi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingakat

  25 Suharsimi Arikunto, Disiplin dalam Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm.

  26 Slameto, Op.cit, hlm. 84.

  inteleginsi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteleginsi yang rendah. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Seperti juga inteleginsi, bakat juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan lebih baik.

  3) Minat dan motivasi

  Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.

  Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi

  ekstrinsik) 27 . Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan

  hasil belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus

  27 S. Nasution, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hlm. 14.

  diberikan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan berhasil optimal.

  Sardiman menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,

  hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui 28 .

  4) Kematangan dan kesiapan

  Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut.

  b. Faktor ekstern 1). Keluarga

  Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan orang tua, suasana rumah, dan latar belakang budaya (pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.

  28 Sardiman, Op.cit, hlm. 48.

  2). Sekolah

  Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarpun terpengaruh.

  3). Masyarakat

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentu kehidupan masyarakat.

C. Hasil Belajar

  Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang biasanya disebut sebagai hasil belajar.

  Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami

  1. Penilaian Hasil Belajar

  Nana Syaodih dalam Sardiman menjelaskan bahwa, “Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil- hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau tulisan. Adapun waktu pengambilan nilai sebagai hasil belajar dibedakan menjadi enam:

  1) tes akhir pertemuan; 2) tes akhir pokok bahasan; 3) tes mingguan; 4) tes tengah catur wulan atau tengah semester; 5) tes akhir catur wulan atau akhir semester; 6) ujian akhir pendidikan (satu jenjang pendidikan). Tes hasil belajar tersebut juga dibedakan berdasarkan materi yang diukur sesuai dengan nama mata pelajaran, misalnya biologi.

  Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme tertentu yang berupa penilaian hasil belajar. Dalam hal ini Nana Sudjana

  menjelaskan bahwa 30 : Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria

  tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku-tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu

  29 Ibid, hlm. 6. 30 Ibid, hlm. 7.

  dalam penulisan hasil belajar, peran tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

  Menurut Nana Sudjana “Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Ketiga ranah inilah yang digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.

  Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya adalah kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni (a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan

  keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. 31

  31 Ibid, hlm. 22.

  Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas (Mastery Learning). Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan harian dan ujian. Aspek psikomotoris dilakukan melalui ujian praktikum atau menggunakan penilaian unjuk kerja pada pembelajaran berlangsung. Aspek afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan dan kuesioner.

  Kualitas hasil belajar dari seorang siswa dapat diketahui setelah siswa menerima suatu materi pelajaran dari pokok bahasan tertentu. Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh seorang siswa setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu, hal ini bisa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Jadi dengan kata lain hasil belajar seorang siswa merupakan bagian dari prestasi belajarnya.

  Suharno dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran II (1995: 78-80), menyatakan bahwa sasaran evaluasi hasil belajar pada hakekatnya adalah sama dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat dicapai. Oleh karena itu maka sasaran evaluasi adalah meliputi semua tujuan pembelajaran yang oleh Bloom (1956) dibagi menjadi (1) Ranah kognitif, (2) Ranah Afektif, dan (3) Ranah psikomotor.

  Bloom (1956) membagi ranah kognitif ini menjadi dua bagian yaitu: (1) Kemampuan mengingat informasi, dan (2) kemampuan intelektual. Kemampuan mengingat informasi merupakan kategori tujuan belajar yang paling rendah yaitu pengetahuan (knowledge), sedangkan kemampuan intelektual, secara hirarkis sebagai berikut: (a) kemampuan; (b) menerapkan; (c) menganganalisis; (d) mensintesis; dan (e) kemampuan mengevaluasi. Secara rinci sasaran evaluasi ranah kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut:

  a. Kemampuan pengetahuan (knowledge = C1), untuk mengukur hasil

  belajar ini guru dapat memulai pertanyaan dengan kata-kata: operasional, definisikan, tuliskan, sebutkan, dsb.

  b. Kemampuan pemahaman (coprehension = C2), untuk mengevaluasi

  sasaran ini guru dapat menggunakan kata-kata: bedakan, simpulkan, berilah contoh, rangkumlah, dsb.

  c. Kemampuan menerapkan (application = C3), sasaran ini dapat

  dievaluasi dengan menggunakan kata-kata: gunakan teori, konsep, rumus, dan prinsip-prinsip.

  d. Kemampuan menganalisa (analizing = C4), kata-kata yang dapat

  digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ini antara lain: uraikan, membedakan, memisahkan, menjabarkan, dan menurunkan.

  e. Kemampuan mensintesis (synthesis = C5), tingkah laku yang

  menggambarkan kemampuan mensintesis ini antara lain: menggambarkan kemampuan mensintesis ini antara lain:

  f. Kemampuan mengevaluasi (evaluation = C6), kata – kata atau

  istilah yang menggambarkan kemampuan ini adalah menghargai, mengkritik, memutuskan, dan menilai hasil karya.

  Sasaran evaluasi hasil belajar yang lain adalah ranah afektif yang berupa nilai dan sikap siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Berbeda dengan hasil belajar ranah kognitif, maka evaluasi hasil belajar afektif dapat diukur dengan tes sikap, dimana dalam hal ini tidak ada jawaban benar maupun salah. Sebagaimana kemampuan kognitif maka ranah afektif juga terbagi dari beberapa tingkatan yaitu:

  a. Penerimaan (receiving), kata-kata yang mengandung aspek ini

  antara lain: memilih, mendeskripsikan, mengikuti, menunjuk, merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap dengan kata-kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan, memilih.

  b. Merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap

  dengan kata – kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan, memilih.

  c. Menilai (valuting), kata-kata yang mengandung aspek ini antara

  lain: melengkapi, menggambarkan, membedakan, memilih, dan mempelajari.

  d. Organisasi (organization), tingkatan ranah ini dapat diungkap

  dengan kata-kata antara lain: mengatur, merubah, melengkapi, menyimpulkan, menerangkan.

  e. Karakterisasi (characterization), kata-kata yang releven dengan

  aspek ini antara lain: menerapkan, mengusulkan, mempengaruhi, mendemonstrasikan, dan menggunakan.