POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA

POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA

Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya ikan di
dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan
jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World Resources
Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial
Indonesia sebesar 7,1 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang
dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan
non hayati kelautan terbesar.

Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di perairan
umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun. Budidaya laut terdiri
dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan,
mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi
lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri dari
perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah,
serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti
industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta
industri bahan pangan. Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000
triliun per tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar
7,5% saja.


Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki prospek
yang baik. Pengembangan usaha kelautan dan perikanan dapat digunakan untuk mendorong
pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar US$82 miliar per tahun.Indonesia memiliki
kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena kontribusi
perikanan pada 2004-2009 terus mengalami kenaikan. Disamping itu potensi-potensi lainnya
mulai perlu dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, agar dapat memberikan
kontribusi yang nyata bagi pembangunan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover
pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam
pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi
serta iklim sosial yang kondusif.

Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di perairan umum
seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari
budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan,
mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi
lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri dari
perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah,
serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti

industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta
industri bahan pangan. Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000
triliun per tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar
7,5% saja.

Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki prospek
yang baik. Pengembangan usaha kelautan dan perikanan dapat digunakan untuk mendorong
pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar US$82 miliar per tahun.Indonesia memiliki
kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena kontribusi
perikanan pada 2004-2009 terus mengalami kenaikan. Disamping itu potensi-potensi lainnya
mulai perlu dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, agar dapat memberikan
kontribusi yang nyata bagi pembangunan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover
pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam
pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi
serta iklim sosial yang kondusif.

Perubahan Pola Pikir
Pemerintah Indonesia telah melakukan perubahan dalam paradigma pengelolaan kelautan
dengan melakukan perubahan pola pikir dari continental approach ke marine approach. Akan

tetapi, dalam pemanfaatan sumberdaya alamnya sampai saat ini belum terlaksana secara
optimal dan masih jauh dari tahap untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengalaman pembangunan laut oleh bangsa kita sendiri selama kurun waktu yang panjang ini
telah menunjukkan, bahwa paradigma (pola) pembangunan yang kita lakukan masih
berorientasi pada pengejaran pertumbuhan ekonomi semata dan masih kurang
memperhatikan aspek pelestarian, pemerataan dan kesesuaian sosial-budaya secara
proporsional, yang pada akhirnya sering menciptakan kegagalan.

Dewasa ini, terdapat beberapa gejala penyusutan kuantitas dan kualitas laut Indonesia yang
disebabkan antara lain oleh kegiatan pencurian, over fishing, perusakan terumbu karang,
penggunaan racun atau bom ikan, serta munculnya sikap ketidakpedulian masyarakat
terhadap laut. Padahal, budaya mengajarkan bagaimana caranya kita bersikap kepada alam.
Keselarasan antara budaya dan alam mutlak diperlukan dalam keberlangsungan kehidupan
umat manusia. Laut yang merupakan bagian dari alam juga berperan penting karena laut
adalah objek wisata, penghubung antar pulau, sumber bahan baku, bahan pangan, dan bahan

obat-obatan. Selain itu, laut sangat erat kaitannya dengan konsep kosmologis pada etnik
masyarakat Indonesia.

Kini, sudah saatnya kita perlu merencanakan program-program yang dapat diarahkan untuk

pengembangan ilmu dan pemanfaatan laut dengan tujuan meningkatkan kesadaran
masyarakat dan perekonomian bangsa. Selain itu program-program tersebut diharapkan
dapat menjadi sebuah terobosan baru demi terciptanya keselarasan antara laut dan
kebudayaan. Dengan demikian, masyarakat dan generasi muda Indonesia harus memiliki
wawasan dan bekal di masa depan bagaimana cara memperlakukan laut dan alam secara
wajar mengingat budaya telah mengajari mereka. Hal inilah yang akan kita wujudkan dalam
Kabinet Kerja Jokowi-JK guna mewujudkan Poros Maritim Dunia dan Revousi Mental yang
keduanya sangat terkait dengan Judul Buku yaitu Laut dan Kebudayaan.

Peran Ilmu pengetahuan dan Teknologi Kelautan sangat Penting
Pembangunan kelautan di masa datang diharapkan menjadi sektor andalan dalam menopang
perekonomian negara dalam pemberdayaan masyarakat yang bergerak di sektor kelautan.
Menyadari hal tersebut, maka peran ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan menjadi sangat
penting dan perlu dioptimalkan serta diarahkan agar mampu diaplikasikan oleh masyarakat
luas terutama oleh para pelaku industri dan masyarakat pesisir pada umumnya.

Penyadaran dan peningkatan pengetahuan akan fungsi dan manfaat laut sebagai pendukung
ungkapan budaya itu yang terdapat pada berbagai suku bangsa di Indonesia perlu dilakukan
secara terintegrasi dan terencana. Salah satu bahannya yaitu adalah melalui Buku Laut dan
Kebudayaan ini yang didalamnya cukup komprehensif dalam menjawab permasalahan yang

ada seperti: perspektif sastra dalam pengelolaan laut, histori dan mitologi, antropologi
pengelolaan laut, iptek kelautan, jiwa bahari dan pemberdayaan masyarakayat dalam
perspektif ekonomi baru.

Potensi sumber daya kelautan kita sebenarnya mampu dipergunakan sebagai penggerak
utama perekonomian Indonesia yang saat ini masih berjalan tersendat-sendat, sehingga kita
dapat mengejar ketertinggalan kita dengan Negara-negara seperti : Swedia, Thailand, Filipina
yang porsi terbesar kue ekonominya cukup besar berasal dari kelautan. Dalam kaitan dengan
otonomi daerah, potensi ini akan memberikan masukan dalam pendapatan asli daerah. Untuk
itu diperlukan juga dukungan penuh dari semua pihak yang terkait dalam pengelolaan
sumberdaya laut. Setiap usaha yang dilakukan oleh stakeholders (pemerintah, masyarakat,
kalangan bisnis, mahasiswa dan peneliti) harus terintegrasi secara sempurna.

Penguatan Jati Diri bangsa
Pada saat ini, kita melakukan suatu pertemuan penting guna mendapatkan suatu pemahaman
yang utuh tentang kaitan antara laut dan kebudayaan dalam pengelolaan laut dan kebudayaan
guna mewujudkan predikat yang pernah kita raih pada masa lalu.

Indonesia memiliki banyak wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang luas dan bermakna
strategis sebagai pilar pembangunan ekonomi nasional. Selain memiliki nilai ekonomis, sumber daya

kelautan juga mempunyai nilai ekologis, di samping itu, kondisi geografis Indonesia terletak pada
geopolitis yang strategis, yakni antara lautan Pasifik dan lautan Hindia yang merupakan kawasan
paling dinamis dalam arus percaturan politik, pertahanan, dan kemanan dunia. Kondisi geo-ekonomi
dan geo-politik tersebut menjadikan sektor kelautan sebagai sektor yang penting dalam pembangunan
nasional.

Khusus untuk perikanan tangkap potensi Indonesia sangat melimpah sehingga dapat diharapkan
menjadi sektor unggulan perekonomian nasional. Untuk itu potensi tersebut harus dimanfaatkan
secara optimal dan lestari, tugas ini merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan
pengusaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan negara yang mengarah pada
kesejahteraan rakyat.

DataFood Agriculture Organization (FAO) mengungkapkan bahwa pada tahun 2009, populasi
penduduk dunia diperkirakan mencapai 6,8 miliar jiwa dengan tingkat penyediaan ikan untuk
konsumsi sebesar 17,2 kg/kapita/tahun. Pada tahun yang sama, tingkat penyediaan ikan untuk
konsumsi Indonesia jauh melebihi angka masyarakat dunia, yaitu sebesar 30kg/kapita/tahun
(KKP,2009). Perlu diketahui bahwa tren laju pertumbuhan penduduk dunia menuntut peningkatan
produksi ikan.

Peluang pengembangan usaha perikanan Indonesia memiliki prospek yang sangat tinggi. Potensi

ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai USD 82 miliar per tahun.

Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia sebesar 6,5 %

Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun tersebar di
perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang
terbagi dalam sembilan wilayah perairan utama Indonesia. Dari seluruh potensi sumber daya
tersebut, guna menjaga keberlanjutan stok ikan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
sebesar 5,12 juta ton per tahun.

Volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dari tahun
2010-2014 mengalami kenaikan, terdiri dari: (1) Udang mengalami kenaikan rata-rata per
tahun sebesar 14,03%; (2) Kerapu mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 9,61%; (3)
Bandeng mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 10,45%; (4) Patin mengalami
kenaikan rata-rata per tahun sebesar 30,73%; (5) Nila mengalami kenaikan rata-rata per tahun
sebesar 19,03%; (6) Ikan Mas mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 14,44%; (7)
Lele mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 26,43%; (8) Gurame mengalami
kenaikan rata-rata per tahun sebesar 17,70%; dan (9) Rumput Laut mengalami kenaikan ratarata per tahun sebesar 27,72%.


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019,pembangunan
dilaksanakan dengan mengedepankan peran ekonomi kelautan dan sinergitas pembangunan
kelautan nasional dengan sasaran:
1. Termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir;
2. Terwujudnya TOL LAUT dalam upaya meningkatkan pelayanan angkutan laut serta
meningkatkan konektivitas laut;
3. Terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya hayati laut; dan
4. Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) kelautan yang berkualitas dan meningkatnya wawasan dan budidaya bahari,
terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau dan
kepulauan Indonesia.

Sebagai pelaksanaan dari sasaran RPJMN tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan
dalam Renstranya tahun 2015-2019 menyebutkan bahwa tercapainya kesuksesan
pembangunan Indonesia sebagai negara maritim tercermin pada:
1. Optimalnya pengelolaan ruang laut, konservasi, dan keanekaragaman hayati laut.
2. Meningkatnya keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya.
3. Meningkatnya daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan.
4. Meningkatnya pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

5. Meningkatnya kapasitas SDM, pemberdayaan masyarakat, dan inovasi IPTEK
kelautan dan perikanan.
6. Berkembangnya sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan.

Disamping itu, untuk optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan terutama perikanan
tangkap agar tetap lestari, beberapa kebijakan telah dikeluarkan yaitu:
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen-KP) Nomor 10 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
56/Permen-KP/2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha
Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara Republik
Indonesia;
2. Permen KP Nomor 04 Tahun 2015 tentang Larangan Penangkapan Ikan di WPP 714
(Laut Belanda);
3. Permen KP Nomor 02 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan
Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di WPP Negara Republik
Indonesia;
4. Permen KP Nomor 01 Tahun 2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp),
Kepiting (Scylla spp), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp);
5. Permen KP Nomor 57 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor Per.30/Men/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap
di WPP Negara Republik Indonesia;
6. Permen KP Nomor 56 Tahun 2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium)
Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP Negara Republik Indonesia;
7. Surat Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor B.622.MEN/KP/XI/2014 tentang
Permohonan Kepada Seluruh Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengelola
sumberdaya secara berkelanjutan; dan
8. Pemerintah Daerah telah menerbitkan peraturan tentang pemanfaatan sumberdaya
perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan;

Dari kebijakan yang telah dikeluarkan tersebut memberikan dampak positif sebagai berikut:
1. Di beberapa daerah, terjadi peningkatan jumlah perjalanan melaut dari 2-3
perjalanan/minggu menjadi 7 perjalanan/minggu (berkurangnya jarak fishing ground
dari 4 mil menjadi 2 mil). Selain itu produksi di Pelabuhan Perikanan Samudera naik
5,16% dan di Pelabuhan Perikanan naik 11,48%;
2. Produktivitas meningkat untuk ukuran kapal