Pendidikan di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 1975-2000

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sabungan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sungai
Kanan, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan
Sungai Kanan terdiri dari 8 desa yaitu Desa Batang Nadinggan, Desa Hajaran,
Desa Langga Payung, Desa Marsonja, Desa Parimbunan, Desa Sabungan, Desa
Sampean, dan Desa Ujung Gading. Kecamatan Sei Kanan memiliki luas 484,35
km² dan memiliki jumlah penduduk 34.462 jiwa. Dengan kepadatan 71 jiwa/km²
dan Kecamatan ini memiliki total 9 Desa/Kelurahan. Desa Sabungan adalah salah
satu desa yang berada di Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu. 1
Seperti pada umumnya desa, Desa Sabungan juga memiliki sarana dan prasarana
di dalamnya. Namun desa ini cukup tertinggal jauh dengan desa-desa yang berada
di sekitarnya. Karena desa ini memiliki keunikan tersendiri yaitu mayoritas
penduduknya tidak mengenyam pendidikan dan jauh dari kata desa modern.
Pendidikan merupakan suatu yang penting dalam

perkembangan

masyarakat dewasa ini. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada
masyarakat modern, baik di pedesaan maupun di kota-kota Indonesia. Dengan

perkembangan pendidikan yang baik maka suatu masyarakat, desa, kota, ataupun
negara akan mengalami kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan
1

Data umum Desa Sabungan, Tahun 2000.

14
Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu pengaruh dari proses usaha pengajaran, pelatihan, transfer
pengetahuan dan perubahan sikap dalam mengembangkan atau mendewasakan
sikap seseorangsehingga ia mampu melaksanakan kewajiban hidupnya dan juga
memberi manfaat bagi lingkungannya. 2
Pendidikan juga berkenaan dengan perkembangan dan perubahan karakter
anak didik, pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek karakter lainnya kepada generasi
muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar terhadap pola kelakuan
manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Tentunya pendidikan
merupakan faktor yang sangat penting terhadap masyarakat dalam menjamin
kelangsungan hidupnya, hal ini jelas bahwa pendidikan tidak bisa lepas begitu saja

terhadap hubungannya dengan masyarakat. Tiap masyarakat meneruskan
kebudayaanya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui
pendidikan, melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan
sebagai sosialisasi.3
Tingkat pendidikan dalam suatu daerah sebenarnya ditentukan dari bentuk
daerah atau desa tersebut. Dimana bentuk daerah mencakup tentang pola,
pengaturan atau organisasi dan tata letak pemukiman yang berbeda dari satu
daerah ke daerah lain. Oleh karena bentuk desa sangat berpengaruh atau
menentukan tingkat perkembangan pendidikan. Sering pula suatu bentuk desa
2

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2011, hal

3

S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 , hal.10.

50.

15

Universitas Sumatera Utara

berkaitan erat dengan karakteristik sosial dan budaya yang dominan pada daerah
tersebut. Sehingga kebutuhan viral, tingkat pengetahuan, dan tingkat teknologi
yang dimiliki para pedesa sering berperan dalam membentuk dan menentukan tata
letak (ruang) suatu desa.4
Padahal pendidikan diberikan kepada anak-anak juga untuk menyiapkan
rasa kebebasan dan tanggung jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan
tanggung jawab, dan menjadi orang yang serasi, terikat erat dengan milik
kebudayaan sendiri dan dengan demikian terhindar dari pengaruh yang tidak baik
tekanan hubungan kolonial. Seperti umpamanya rasa rendah diri, ketakutan,
kebencian, keseganan, dan tiruan yang membuta. Selain itu anak di didik, untuk
menjadi putra tanah air yang setia dan semangat, dan dengan patriotisme
Indonesia memiliki asa pengabdian tinggi bagi Nusa dan Bangsa. 5
Dan tidak adanya sekolah dasar di desa inikemungkinan menyebabkan desa
ini tertinggal jauh. Faktor yang menyebabkan kurangnya minat pendidikan di
desa karena tidak adanya biaya, lebih mencintai seni, adanya kebiasaan setempat
yang menginjinkan anak-anaknya untuk nikah muda, adanya sekolah tradisional,
dan kurangnya kesadaran orangtua akan pendidikan. Pemerintah beranggapan
kehidupan masyarakat menjadi seperti itu terjadi karena sekolah dan tenaga

pendidik tidak ada. Untuk mengantisipasi dan mengurangi kegiatan yang tidak

4

Sugihen, Bahrein T, Sosiologi Pedesaan, Jakarta : Grafindo Persada, 1996, hal. 75.
Abdurachman Surjomihardjo, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah
Indonesia Modern, Sinar Harapan, 1986, hal.94.
5

16
Universitas Sumatera Utara

produktif di desa ini pemerintah membangun sekolah dengan harapan adanya
perubahan kearah yang lebih baik.
Masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap
berlangsungnya proses pendidikan dalam suatu lembaga. Sekolah yang dapat
bertahan dan berkembang menunjukkan masyarakat yang ada disekitarnya
mempunyai tingkat kepedulian dan kesadaran yang tinggi akan pentingnya
pendidikan, atau dengan kata lain pandangan masyarakat tentang pendidikan itu
berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu proses pendidikan. Sedangkan

pandangan masyarakat itu tidak terlepas dari kultur budaya, sosial keagamaan,
sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan masyarakat tersebut terlihat
akan kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan,
dimana keberadaan sekolah itu tergantung pada pandangan masyarakat yang ada
disekitarnya. Tidak semua orangtua mempunyai semangat atau keinginan dalam
mendidik anak-anaknya supaya menjadi manusia yang berpengetahuan luas dan
berketerampilan banyak, karena keadaan ekonomi atau kesadaran orangtua rendah
dalam mendidik anak. Padahal lingkungan keluarga adalah segala yang ada
disekitar anak, baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi,
maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat

17
Universitas Sumatera Utara

kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan dimana
anak-anakmengadakan pergaulan sehari-hari.6
Orangtua juga seharusnya memberikan motivasi kepada anak-anaknya.
Karena dengan adanya motivasi dari orangtua anak-anak merasakan dorongan
mental yang berupa perhatian, kemauan atau cita-cita. Motivasi adalah suatu

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan. 7 Jika kita berbicara mengenai desa, makayang
segera tampak adalah bahwa sebagian besar penghuni desa-desa kita adalah
masyarakat yang kurang mampu (miskin) dan terbelakang, disamping itu masih
banyak yang berfikir feodalistik, dimana desa merupakan tempat tinggal
penduduk yang mata pencahariannya pada umumnya bertumpu pada bidang
pertanian/perkebunan.8
Faktor yang menyebabkan kurangnya pendidikan di desa ini adalah akibat
kendala biaya, mereka berpikir jika pendidikan ada di desa maka akan menambah
beban pengeluaran mereka. Mereka berpikir lebih baik jika uang yang mereka
peroleh diputar kembali untuk modal usaha dagang atau untuk keperluan mereka
sehari-hari. Selain itu, ada juga anggapan orangtua yang mengatakan bahwa jika
anak mereka pergi ke sekolah maka tidak ada lagi yang akan membantu pekerjaan
orang tua dirumah. Dan sebagian besar penghasilan masyarakat pedesaaan di
6

Sondang, Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada
Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Simalungun, Medan: Skripsi UNIMED, 2006.
7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 121.

8
Peter Hagul, Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyaraka, Jakarta : Rajawali,
1992, hal.1 .

18
Universitas Sumatera Utara

Desa Sabungan adalah dari hasil perkebunan. Dari hasil perkebunan tersebut
harus dikembalikan lagi sebagian ke kebun untuk pembiayaan pupuk dan
sebagian lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka, selain itu harga
dari hasil perkebunan juga tidak selalu tetap. Namun terdapat warga yang
berpendapatan tinggi namun mereka enggan menyekolahkan putra-putrinya.
Masyarakat pedesaan di Desa Sabungan pada umumnya selain mengajari
kesenian mereka juga mengajari anak-anak mereka dengan kemampuan mereka
sendiri sehingga anak mereka setelah dewasa mengerti cara menderes getah karet
dan mendodos hasil kelapa sawit (panen). Sedangkan orientasi masyarakat di
pedesaan ini mayoritas terhadap pendidikan masih sangat minim karena orientasi
mereka hanya pada pekerjaan. Namun meski dalam lingkungan masyarakat
pedesaan semuanya tergantung pada latar sosial keluarga masing-masing, karena
tidak semua warga pedesaan menggangap pendidikan tidak penting.

Dengan tekat kuat pemerintah dalam mengubah pola pikir masyarakat
tentang pendidikan dan membangun desa maka dibangunlah sekolah dasar yang
pertama pada tahun 1975. Pada kesempatan ini didatangkanlah dua orang guru
dengan harapan berubahnya sistem pendidikan dari informal ke pendidikan yang
formal. Karena pada awal masyarakat menentang adanya pendidikan di desa
sabungan ini maka untuk mengatasi hal itu, para guru yang datang pada saat itu
dengan bantuan pemerintah setempat berusaha mengambil simpati masyarakat
dengan cara ikut mengambil bagian dalam program yang dilaksanakan oleh
pemerintah desa, seperti gotong royong. Di samping itu mereka juga datang ke
19
Universitas Sumatera Utara

rumah rumah warga untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan dan kadang
para guru ikut membantu warga bekerja di kebun. Tidak hanya itu mereka juga
ikut membantu dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang dilanda (penasehat
keuangan). Selain itu para guru juga menjadi mediator bagi warga yang sedang
mengalami masalah contohnya konflik tanah, pertengkaran dalam rumah tangga
dan masalah yang terjadi diantara warga itu sendiri. Namun hal ini mereka
lakukan karena semata-mata demi adanya pendidikan dan berubahnya pola pikir
masyarakat itu sendiri dan pastinya dengan bantuan pemerintah setempat.

Dengan adanya pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Desa Sabungan maka diharapkan akan terbentuk identitas karakter budaya lokal
di desa ini dan masyarakat juga diharapkan memiliki jati diri (kepribadian)
kedaerahan tersendiri dan tentunya berbeda dengan daerah lain. Indentitas
tersebut diharapkan menjadi kebanggaan tersendiri bahwa masyarakat tersebut
adalah masyarakat yang berbudaya dan menjaga budayanya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan ditambah dengan usaha yang
dilakukan para guru untuk mengambil hati warga maka para orangtua
mengijinkan anaknya bersekolah. Anak-anak yang awalnya bersekolah diluar
desa dan diluar kota akhirnya dipindahkan ke sekolah yang baru. Memang pada
awal sekolah dibangun murid yang ada sekitar 20 orang itupun sudah total murid
dari semua ruangan yaitu murid dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Walau sudah
dilakukan pendekatan namun masih banyak juga warga yang enggan untuk
menyekolahkan anaknya. Perjuangan pun terus dilakukan para guru dan
20
Universitas Sumatera Utara

pemerintah desa agar anak-anak yang berada di Desa Sabungan mendapat
pendidikan yang layak.
Dari uraian di atas, penelitian ini berjudul “PENDIDIKAN DI DESA

SABUNGAN KECAMATAN SEI KANAN KABUPATEN LABUHANBATU
SELATAN 1975-2000”. Penelitian ini di awali tahun 1975 karena pada periode
tersebut awalnya sekolah dibangun di desa ini dan pada tahun ini juga pertama
kalinya diajarkan pendidikan formal pada anak anak di Desa tersebut. Tahun ini
juga pendidikan formal sudah mulai dikenalkan kepada orangtua khususnya
kepada anak-anak karena selama ini mereka menganggap tidak pentingnya
mengenyam pendidikan.
Batasan akhir penelitian ini adalah pada tahun 2000, hal ini dikarenakan
pada tahun tersebut sudah nampak jelas perubahan yang terjadi di Desa Sabungan
dalam bidang pendidikan. Dan sudah semakin banyak sekolah yang dibangun.
Para warga juga sudah mulai menyekolahkan anaknya dan tidak ada lagi anak
anak yang tidak bersekolah. Para warga juga sudah mulai mempercayai tenaga
pendidik yang ada dan sudah menerima pendidikan formal di desa mereka.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam sebuah penulisan karya ilmiah, dibutuhkan sebuah rumusan
masalah, hal ini dimaksudkan agar penulisan yang dilakukan menjadi lebih terarah
dan tepat sasaran sesuai dengan objek yang telah ditentukan. Sesuai dengan latar
belakang diatas, maka ditentuka beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
21

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana kondisi masyarakat di Desa Sabungan sebelum tahun 1975 ?
2. Bagaimna awal masuknya pendidikan di Desa Sabungan ?
3. Bagaimana dampak masuknya pendidikan di Desa Sabungan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat dari penelitian
yang dilakukan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab permasalahan
yang sudah terlebih dahulu dirumuskan kedalam rumusan masalah. Dengan demikian
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan kondisi masyarakat di Desa Sabungan sebelum tahun 1975.
2. Menjelaskan awal masuknya pendidikan di Desa Sabungan.
3. Menjelaskan dampak masuknya pendidikan di Desa Sabungan.
Adapun manfaat penelitian proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah perbendaharaan referensi khasanah penelitian sejarah lokal
Sumatera Utara.
2. Menambah wawasan pembaca mengenai awal masuknya pendidikan di
Desa Sabungan.
3. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat
dalam menyelenggarakan proses pembangunan sarana dan prasarana
dibidang pendidikan.

1.4 Tinjauan Pustaka
22
Universitas Sumatera Utara

Dalam penulisan karya ilmiah memerlukan pembahasan dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mendukung penelitian tersebut.
Dalam hal ini penulis memakai beberapa buku dari disiplin ilmu yang menurut
penulis yang berkaitan langsung dengan permasalahan.
Adapun buku yang dipakai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah buku
karya S. Nasution dalam “Sosiologi Pendidikan” menjelaskan bagaimana pendidikan
itu sangat penting bagi kehidupan kita dimana pendidikan dapat mengubah pola pikir
kita dan dapat mengubah pola pikir dan masa depan kita. Dan pendidikan juga
berguna sebagai sosialisasi. Buku ini kaitannya dengan penelitian saya adalah
membandingkan bagaimana pendidikan ternyata pendidikan membawa dampak yang
sangat besar bagi pola pikir kita.
Ada juga buku tentang Bahrein Sugihen dalam “Sosiologi Pedesaan”
menceritakan bagaimana desa sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan itu
sendiri. Semakin maju desanya maka akan semakin maju pulalah pendidikan di desa
tersebut. Buku ini kaitannya dengan penelitian saya adalah untuk mengetahui
bagaimana desa-desa yang ada di Indonesia ternyata belum semua yang tersentuh
pendidikan sama seperti desa yang penulis teliti.
Selanjutnya adalah buku karya Abdurachman Surjomihardjo dalam “Ki
Hajar Dewantara dan TamanSiswa dalam Sejarah Indonesia Modern” banyak
menceritakan tentang bagaimana pendidikan yang baik dan yang seharusnya
diajarkan kepada peserta didik. Dan bagaimana seharusnya para guru menghadapi

23
Universitas Sumatera Utara

berbagai masalah kepada muridnya. Buku ini kaitannya dengan penelitian saya adalah
untuk mengetahui bagaimana pendidikan yang baik seharusnya diterapakan di desa.
Agar warga desa lebih mudah menerima pendidikan formal.
Selanjutnya

adalah

tulisan

Oemar

Hamalik

dalam

“Kurikulum

Pembelajaran” menceritakan tentang pentingnya peran dari motivasi orangtua
terhadap proses pembelajaran anak-anak. Dan bagaimana motivasi dapat menjadi
penyemangat anak-anak dalam menggapai cita-citanya. Buku ini kaitannya dengan
penelitian saya adalah untuk menerapkan pengetahuan kepada orangtua di desa
bahwa dengan motivasi mereka dapat mensukseskan dan menimbulkan kepercayaan
anak-anak mereka.
Dan yang terakhir adalah Sondang dalam skripsinya “Pengaruh
Lingkungan Keluarga terhadaphasil belajar sisiwa kelas XI pada mata pelajaran
Geografi di SMA Negeri Simalungun”. Menjelaskan bagaimana lingkungan
merupakansalah satu faktor terpenting dalam hasil belajar siswa. Skripsi ini menjadi
pembanding dengan skripsi penulis. Karena di skripsi ini menjelaskan bagaimana
lingkungan keluarga ternyata sangat penting dalam mengubah persepsi anak-anak
terhadap pendidikan dan prestasi belajar dan dengan skripsi ini penulis menyadari
bahwa di Desa Sabungan salah satu faktor penghambat majunya pendidikan yaitu
lingkungan keluarga.
1.5 Metode Penelitian

24
Universitas Sumatera Utara

Dalam metode penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun langkahlangkah yang akan terlebih dahulu dilakukan oleh penulis sebelum merampungkan
tulisan yang akan dibuatnya. Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah
sebagai berikut:
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau
pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan
tentang bagaimana awal pendidikan di Desa Sabungan.

Pengumpulan data ini

dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi
pustaka dilakukan untuk pengumpulan sumber-sumber tertulis seperti, buku, skripsi
yang dapat memberikan keterangan tentang pendidikan di Desa Sabungan. Untuk
mengumpulkan data-data tentang awal masuknya pendidikan dan bagaimana
kehidupan masyarakat di Desa Sabungan penulis telah mengunjungi kantor kepala
desa Sabungan, rumah warga yang bekerja sebagai guru, rumah warga yang bekerja
sebagai pendodos dan rumah warga yang dulunya menganut kepercayaan ilmu hitam
(peracun), Perpustakaan Unimed dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Metode selanjutnya digunakan adalah metode wawancara dan observasi. Wawancara
dilakukan kepada Nimrot Simanjuntak, Reslina Nainggolan, Rim Dorlia Pasaribu,
Marhusa Tampubolon, Juliana Simanjuntak, Sariyem yang telah lama bekerja sebagai
guru dan warga di Desa Sabungan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara
dengan Gulmat Rambe(Kepala Desa), Netty Harahap (Sekretaris Desa) Sabungan.
Wawancara juga dilakukan kepada masyarakat sekitar desa yang melakukan proses

25
Universitas Sumatera Utara

pendidikan di Desa Sabungan. Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap
sumber. Untuk memeriksa keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan
untuk memperoleh fakta yang jelas dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan
dalam sumber tertulis dan kritik ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan
cara meneliti asli atau tidaknya sumber tersebut. 9
Sesudah melakukan langkah pertama dan langkah kedua berupa heuristik
dan kritik sumber, langkah

selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah

ini

merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan fakta-fakta yang sudah
diseleksi dan menghasilkan data yang valid.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah
metode penulisan sejarah atau historiografi.Langkah ini penulis menjabarkan data
hasil penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa
tulisan dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah
sejarah.Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu
wawancara dengan informan yang mengetahui mengenai pendidikan di Desa
Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

9

Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1995, Hal.

100-101.

26
Universitas Sumatera Utara