Analisis Gaya Bahasa pada Peribahasa Mandarin dalam Buku 50 Chinese Wisdoms

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini, pertama peneliti menguraikan dan menjelaskan konsepkonsep yang digunakan pada penelitian ini. Selanjutnya peneliti memaparkan teori
yang diaplikasikan dalam penelitian ini yang digunakan untuk menganalisis gaya
bahasa pada peribahasa bahasa Mandarin. Dan yang terakhir peneliti akan
mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peribahasa
bahasa mandarin pada umumnya dan yang berhubungan dengan gaya pada
peribahasa bahasa mandarin pada khususnya.

2.1 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada
diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,
2007:588). Jadi, konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.1.1 Gaya Bahasa
Gaya bahasa sering digunakan masyarakat dalam berkomunikasi baik
secara lisan maupun tulisan, gaya bahasa digunakan untuk menyampaikan
perasaan atau supaya lebih menarik bagi lawan bicara. Oleh sebab itu, tujuan gaya
bahasa adalah membuat percakapan atau tulisan menjadi bermakna sehingga tidak
terkesan datar dan membosankan. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa
dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 2007: 113).

7
Universitas Sumatera Utara

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal
lain yang lebih umum (Tarigan, 1985: 5). Menurut Huáng Bóróng dan Liào
Xùdōng (1997:208), menyatakan bahwa gaya bahasa memiliki tiga makna, yaitu:
(1) Gaya bahasa merupakan teknik, cara, dan aturan dalam menggunakan bahasa;
(2) Gaya bahasa pada saat berbicara dan menulis karya sastra berfungsi untuk
mengatur tingkah laku bahasa, dikenal sebagai kegiatan retoris; (3) Gaya bahasa
merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi dan perasaan penulis pada
hasil karya sastra. Dengan menggunakan gaya bahasa dalam karya sastra atau
kegiatan komunikasi akan menambah ketertarikan dari pembaca atau lawan bicara
kita dalam berkomunikasi.
Karena objek kajian dalam penelitian ini adalah gaya bahasa peribahasa
bahasa Mandarin, maka gaya bahasa yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah gaya bahasa Mandarin.


2.1.2

Gaya Bahasa Mandarin
Menurut arti pada buku 修辞学发凡 xiū cí xué fā fán (1997:71), gaya

bahasa (修辞格 xiū cí gé) adalah “人们在期的语言交际过程中,在本民族语言
特点的基础上,为提高语言表达效果而形成的格式化的方法、手段” yang
artinya “sebuah cara atau metode yang terbentuk dari proses komunikasi bahasa
manusia, demi meningkatkan hasil penyampaian bahasa tersebut.”
Menurut Huáng dan Liào dalam buku 现 代 汉 语 xiàn dài hàn yǔ
(1997:240) diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada bahasa
Mandarin. Sedangkan menurut Gorys Keraf lebih kurang ada 46 gaya bahasa.

8
Universitas Sumatera Utara

Dapat dilihat gaya bahasa pada bahasa mandarin sangat banyak. Namun karena
keterbatasan penulis terhadap gaya bahasa, maka penulis akan membahas
sebagian gaya bahasa pada bahasa mandarin, antara lain :

2.1.2.1 Gaya Bahasa Alegori 讽喻 (fèngyù)
Fèng yù sama dengan gaya bahasa alegori pada bahasa Indonesia. Alegori
adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan (Keraf, 1986:140). Makna
kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, namanama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas
tersurat.
Contoh :
(1)

天衣无缝 Tiān yī wú fèng
Jubah kayangan tanpa jahitan.
Pada contoh (1) memiliki arti jubah kayangan tanpa jahitan, peribahasa ini

berasal dari suatu kisah seseorang yang bernama Guo Han yang sedang mencari
udara di malam hari bertemu dengan seorang dewi kayangan (dewi tenun). Ia
memperhatikan jubah yang indah ; ternyata jubah itu tanpa jahitan maupun
lipatan. Dewi tenun menjelaskan bahwa yang dipakai adalah jubah dewi yang
dibuat dengan cara yang sangat sempurna, sehingga tidak ada jahitan maupun
lipatan. Berdasarkan cerita singkat diketahui bahwa peribahasa ini memiliki arti
sebenarnya adalah pekerjaan atau karya yang sempurna


9
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Gaya Bahasa Epitet 绰号(chuò hào)
Chuò hào sama dengan gaya bahasa epitet pada bahasa Indonesia. Epitet
adalah gaya bahasa yang menggunakan nama seseorang yang sering digunakan
untuk menghubungkannya dengan sifat tertentu.
Misalnya: Herculles digunakan untuk menyatakan kekuatan.
Contoh:
(2) 名落孙山 Míng luò sūn shān
Urutan nama dibawah Sun Shan.
Pada contoh (2) menggunakan nama Sun Shan, Sun Shan untuk
menyatakan seseorang yang tidak pintar.
2.1.2.3 Gaya Bahasa Hiperbola 夸张(kuā zhāng)

Kuā zhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia.
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Contoh :
(3) 废寝忘食 Fèi qǐn wàng shí

Lupa makan dan tidur.
Pada contoh (3) memiliki arti terlalu serius belajar atau bekerja kita hingga
lupa waktu makan dan waktu tidur. Bagaimana seriusnya pun kita belajar atau
bekerja tidak akan lupa waktu untuk makan dan tidur.

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.4 Gaya Bahasa Ironi 反语(fǎn yǔ)

Fǎn yǔ sama dengan gaya bahasa ironi pada bahasa Indonesia. Ironi adalah
gaya bahasa yang mengungkapkan sindiran halus (Keraf, 1986:143). Ironi
merupakan suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau
maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian katanya.
Contoh :
(4)

买椟还珠 Mǎi dú huá nzhū
Membeli kotaknya saja, mutiara di dalamnya di kembalikan.


Pada contoh (4) memiliki arti orang yang mempertimbangkan dan
membuat keputusan yang salah.
2.1.2.5 Gaya Bahasa Metafora 隐喻 (yǐn yù)

Yǐn yù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung,
tetapi dalam bentuk yang singkat. Pemakaian kata atau kelompok kata dalam
kalimat bukanlah arti yang sesungguhnya, tapi sebagai lukisan yang berdasarkan
perbandingan atau persamaan saja. Huáng dan Liào dalam buku xiàn dài hàn yǔ
(1997:234), menyatakan bahwa
ǐnyùy disebut jugaànyù, noumenon dan
pembandingnya muncul, namun menggunakan kata banding berupa kata: 是 shì
(adalah), 变成 biànchéng (menjadi), 成为 chéngwéi (menjadi), 等于 děngyú
(serupa/berarti), dll atau tidak menggunakan kata banding sama sekali.

11
Universitas Sumatera Utara

Contoh :
(5) 熟能生巧 Shú néng shēng qiǎo

Kecakapan adalah hasil dari praktik.
Pada contoh (5), noumenonnya adalah “kecakapan”, pembandingnya
adalah “hasil dari praktik” , sedangkan katabandingnya adalah “adalah”.
2.1.2.6 Gaya Bahasa Paradoks 警策(jǐng cè)

Jǐng cè sama dengan gaya bahasa Paradoks pada bahasa Indonesia.
Paradoks adalah gaya bahasa pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang
ada.
Contoh :
(6) 水清无鱼 Shuǐ qīng wú yú
Air yang terlalu jernih tiada ikan.
Pada contoh (6) peribahasa ini menyatakan air yang terlalu jernih
tiada ikan; jika air terlalu jernih tak aka nada ikannya karena terlalu
gampang di tangkap.
2.1.2.7 Gaya Bahasa Personifikasi 拟人(nǐ rén)
Gaya bahasa nǐ rén sama dengan gaya bahasa personifikasi pada bahasa
Indonesia.

Personifikasi


adalah

semacam

gaya

bahasa

kiasan

yang

menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa

12
Universitas Sumatera Utara

seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf, 2007:140). Gaya bahasa
personifikasi membuat hidup lukisan juga memberi bayangan angan yang
kongkret.

Contoh :
(7) 老马识途 Lǎo mǎ shí tú
Kuda tua kenal jalan.
Pada contoh (7) menyatakan kuda tua kenal jalan, biasanya yang
mengenal jalan adalah manusia bukan seekor kuda.
2.1.2.8 Gaya Bahasa Polisindeton 连词叠用 (lián cí dié yòng)

Lián cí dié yòng sama dengan gaya bahasa polisindeton pada bahasa
Indonesia. Gaya bahasa polisindeton adalah beberapa kata, frasa, atau
klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata
sambung.
Contoh :
(8) 投笔从戎 Tóu bǐ cóng róng
Mencampakkan pena lalu masuk tentara
Pada contoh (8) peribahasa ini menggunakan kata sambung lalu
untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain.

13
Universitas Sumatera Utara


Gaya Bahasa Silepsis 一笔双叙(yī bǐ shuāng xù)

2.1.2.9

Yī bǐ shuāng xù sama dengan gaya bahasa silepsis pada bahasa Indonesia.
Gaya bahasa silepsis adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi
rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh :
(9) 安然无恙 Ān rán wú yang
Selamat dan aman sentosa.
Pada contoh (9) peribahasa ini menyatakan selamat sentosa dan aman sentosa
namun digabungkan menjadi selamat dan aman sentosa.
2.1.2.10 Gaya Bahasa Smile 明喻(míng yù)

Míng yù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa
Indonesia. Gaya bahasa simile adalah membandingan dua hal yang pada
hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama Keraf (1986:138).
Menurut Keraf (1986:138), perumpamaan


adalah perbandingan yang bersifat

eksplisit, Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti”
dan sejenisnya (ibarat, bak, bagaikan, umpama, laksana, sama, serupa, dll).
Menurut Huáng dan Liào (1997:233) pada míngyù, noumenon dan pembanding
keduanya muncul dan disatukan dengan kata banding 像 xiàng, 如 rú, 似 sì, 仿佛
fǎngfú, 犹如 yóurú, 有如 yǒurú, 一般 yìbān, dan lain sebagainya.

14
Universitas Sumatera Utara

Contoh :
(10)

杯弓蛇影 Bēi gōng shé yǐng

Bayangan busur didalam cangkir dianggap ular.
Pada contoh (10) peribahasa ini mengambarkan bayangan busur didalam
cangkir yang memiliki persamaan seperti ular.

2.1.3

Pengertian Peribahasa Mandarin
Peribahasa Tionghoa dalam bahasa mandarin disebut sebagai chéngyǔ ( 成

語), mempunyai sejarah sangat tua seiring dengan sejarah peradaban Cina dan
perkembangan

bahasa

Tionghoa.

Pada

umumnya

peribahasa

Tionghoa

mempunyai asal usul cerita yang menarik, bisa dari mitologi atau acuan sejarah
faktual, bisa pula muncul dari hasil karya sastra dari berbagai dinasti dalam
sejarah Tiongkok. Peribahasa Tionghoa biasanya terbentuk dari 4 karakter yang
membentuk satu kesatuan peribahasa. Keempat karakter ini punya struktur
tertentu yang tidak boleh diubah-ubah untuk tidak menimbulkan kerancuan.
Menurut Wang (1983: 249), chengyu ialah sejenis ungkapan tetap yang
bentuk dan maknanya bersifat beku, ringkas lagi padat, melahirkan buah fikiran
dengan empat aksara yang sarat makna serta mempunyai gaya bahasa yang halus
lagi indah. Peribahasa digunakan untuk menasehati, mendidik, dan memberikan
gambaran dari berbagai kehidupan karena dalam peribahasa terdapat kisah-kisah
menarik, cerdik dan mengandung pesan moral yang beredar dalam masyarakat
secara luas melalui proses transfer budaya dari generasi ke generasi.

15
Universitas Sumatera Utara

Peribahasa

mengandung

keunggulan

pemikiran

yang

terhasil

daripadapengalaman hidup dan ketajaman pemerhatian masyarakat terhadap alam
sekitarmereka. Adapun sebab terciptanya peribahasa adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan sesuatu peristiwa dengan cerita yang masyhur.
2.

Hasil kiasan tentang benda-benda dan peristiwa-peristiwa biasa yang
berlaku dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3. Terdapat peribahasa yang lahir hasil kepercayaan masyarakat.
4. Berasal daripada bahasa kiasan yang digunakan pada suatu tempat atau
masa tertentu dan kemudian terkenal kepada umum.
5. Peribahasa juga berasal daripada cerita-cerita yang masyhur kejadiankejadian yang luar biasa yang dijadikan perbandingan.
6. Peribahasa timbul hasil pemerhatian orang dahulu terhadap benda-benda
yang ada dalam kehidupan mereka.
7. Peribahasa timbul akibat kepercayaan terhadap sesuatu kuasa yang luar
biasa atau dari pertuturan-pertuturan biasa dalam kehidupan seharian.
2.2

Landasan Teori
Pada penelitian ini teori yang akan dipakai dalam penulis untuk mengupas

masalah gaya bahasa dalam peribahasa adalah teori gaya bahasa oleh Gorys
Keraf. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Kata style
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat menulis pada lempengan
lilin. Pada perkembangan selanjutnya, kata style berubah menjadi kemampuan dan
keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf,
1986:122).

16
Universitas Sumatera Utara

Gaya bahasa atau style merupakan masalah atau bagian dari diksi atau
pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau
klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Persoalan gaya bahasa meliputi
semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, kalimat
dan mencakup sebuah wacana secara keseluruhan. Gaya bahasa memungkinkan
kita

dapat

menilai

pribadi,

watak,

dan

kemampuan

seseorang

yang

mempergunakan bahasa itu.
Syarat gaya bahasa yang baik adalah mengandung

kejujuran, sopan

santun, dan menarik (Keraf, 1986:124). Kejujuran dalam bahasa berarti mengikuti
kaidah-kaidah, aturan-aturan yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakian
kata-kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kaliamat berbelit-belit
adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Sopan santun adalah memberi
penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar
atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan
dan kesingkatan. Gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya bahasa yang
menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang
sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup dan imajinasi.
Pada umumnya asal-usul peribahasa Mandarin memiliki cerita menarik
yang didalam ceritanya terkandung kebijaksanaan. Wisdom atau kebijaksanaan
adalah pengetahuan pakar mengenai aspek praktis dalam kehidupan (Sanroch,
2003:115). Kebijaksanaan sebagai suatu keterampilan dalam menyikapi masalahmasalah dalam kehidupan, termasuk didalamnya adalah adanya pengetahuan
mengenai masalah kehidupan itu sendiri dan bagaimana cara memecahkan
masalah tersebut. Maka dari itu wisdom ini bisa dipelajari dan dapat diperoleh

17
Universitas Sumatera Utara

setiap orang di setiap usia, walaupun pada umumnya kebijaksanaan sering
didapatkan dari cerita orang usia lanjut. Kondisi ini karena lansia telah melalui
perjalanan hidup yang lebih panjang daripada sebagian besar orang lainnya,
sehingga mereka pun memperoleh pengalaman yang berguna. Namun
kebijaksanaan juga dapat diperoleh dengan mempelajari peribahasa.

2.3

Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai gaya bahasa pada peribahasa bahasa Mandarin (成语)

sudah banyak diteliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Dalam penelitian Anita Hasjem yang berjudul 汉 语 熟 语 修 辞 格 分 析
(hàn yǔ shú yǔ xiū cí gé fēn xī)(2011), Beliau mengelompokan gaya
bahasa Mandarin yang terdapat pada idiom bahasa Mandarin yang
didalamnya terdapat peribahasa mandarin. Penelitian ini berkontribusi bagi
penulis mengenai fungsi dari masing-masing gaya bahasa.
2. Dalam penelitian Boh Phaik Ean and Goh Sang Seong yang berjudul Loss
of Meaning in the Translation of Chengyu into Malay (2013), Beliau
menjelaskan bahwa terjadinya fenomena kehilangan makna dalam
penerjemahan peribahasa mandarin (chéng yǔ) yang menjadikan keadaan
terjemahaan berkurangan, berlebihan, terjemahan salah, terjemahan
kosong yang terhasil ke teks sasaran mengakibatkan makna yang terdapat
didalam chengyu gagal dipindahkan ke teks sasaran. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dapat terjadi kehilangan makna dalam penerjemahan
chengyu kedalam bahasa Melayu, dan dalam penerjemahan harus

18
Universitas Sumatera Utara

memperhatikan pemilihan kata yang digunakan. Penelitian memberikan
kontribusi positif bagi penulis berupa pemilihan kata yang harus
diperhatikan dalam penerjemahan chengyu kedalam bahasa lain.
3. Goh Sang Seong & Tan Tien Ping dalam jurnalnya yang berjudul
Procedures for the Development of E-voice translation of Cheng yu into
Malay (2013) menjelaskan tentang asal usul, peran, manfaat peribahasa
bahasa Mandarin (chéng yǔ) dalam kehidupan sehari-hari ,dan juga
mengenai tata cara penerjemahan chéng yǔ. Jurnal ini memberikan
kontribusi positif bagi penulis mengenai tata cara penerjemahan chengyu.
4. Dalam jurnal elektronik Akademik Cina 赵蜀嘉 yang berjudul 英语修辞

格 Irony 用法初探 (2004) menjelaskan tentang fungsi dan penggunaan
gaya bahasa ironi dalam bahasa Inggris. Jurnal ini memberi kontribusi
positif bagi penulis mengenai penggunaan gaya bahasa ironi.
5. Dalam jurnal elektronik Akademik Cina ZHANG Chu Xiong yang berjudul

汉、英成语的修辞特点 (1995) menjelaskan idiom bahasa Mandarin dan
bahasa Inggris memiliki karakteristik sendiri. Jurnal ini berkontribusi
positif

untuk

menjelaskan

perbedaan

dan

persamaan

dalam

menerjemahkan idiom bahasa Mandarin dan bahasa Inggris dengan
memperhatikan gaya bahasa metafora.

19
Universitas Sumatera Utara