Peribahasa arab dalam buku bahasa gaul ikhwan akhwat : pendekatan penilitian penerjemah

(1)

PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU

BAHASA GAUL IKHWAN

AKHWAT

(Pendekatan Penilaian Penerjemahan )

Oleh

Siti Hamidah

NIM: 106024000949

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU

BAHASA GAUL IKHWAN

AKHWAT

(Analisis Pendekatan Penilaian Penerjemahan ) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Siti Hamidah

NIM: 106024000949

Pembimbing

Karlina Helmanita, M.Ag

NIP: 19700121 1998032 002

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Peribahasa Arab Dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

(Pendekatan Penilaian Penerjemahan)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 22 September 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA. Dr. Ahmad Saekhuddin, M.Ag. NIP: 19570816 1994031 001 NIP: 19700505 2000031 003

Anggota, Anggota,

Dr. H. A. Ismakun Ilyas, MA. Karlina Helmanita, M.Ag.


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 September 2010

Siti Hamidah NIM: 106024000949


(5)

PRAKATA

Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Peneliti, sehingga karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, Kanjeng Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat. Semoga kita mendapatkan “curahan syafa’atnya” di hari akhir nanti.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas academica UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Wahid Hasyim, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekertaris Jurusan Tarjamah, Dr. Ahmad Saekhuddin, M.Ag.

Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Ibu Karlina Helmanita, M,Ag yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan referensi serta memotivasi Penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Swt senantiasa membalas segala kebaikan Ibu.

Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Dr. Ismakhun Ilyas, MA, Bpk. Syarif Hidayatullah, M.Hum, Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abu Bakar, MA, Bpk. Drs. A. Syatibi, M.Ag, dan lainnya. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu yang Penulis dapatkan menjadi manfaat di kemudian hari.

Penghormatan serta salam cinta Peneliti haturkan kepada Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda KH. Muzaeni dan Ibunda Hj. Rohmah. Kepada kakak


(6)

dan adik Peneliti yang telah memberikan bantuan dan motivasi, sehingga Peneliti bisa menyelesaikan studi ini. Selain itu, terima kasih atas senyum, pelukan dan keceriaan kepada ketiga keponakan Iip Syarifah, Dalah, dan Siroj

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kawan seperjuangan di Tarjamah Angkatan 2006, kepada Leni, Rina, Ade Erna, Suti, Kokom, Fuad, Sulthon, dan lain-lani yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah mengingatkan kekurangan dan kekhilafan Penulis dalam meyelesaikan skripsi ini. Selain itu tak lupa juga kepada kakanda Hasbulloh, S.S. yang senantiasa selalu memberikan dukungan kepada peneliti. serta teman-teman BEM-J Tarjamah dan juga kepada seluruh Kakak kelas dan adik kelas sehingga Penulis bangga menjadi salah satu mahasiswa Tarjamah. Peneliti menghaturkan beribu terima kasih kepada seluruh teman-teman atas pinjaman referensinya yang begitu berharga. yang telah mencerahkan dan memberikan paradigma baru kepada Peneliti.

Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Ciputat, 17 September 2010


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

PERNYATAAN………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………. iv

PRAKATA……… v

DAFTAR ISI………. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN……….. ix

ABSTRAK………. xii

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 4

D. Tinjauan Pustaka……….. 4

E. Metodologi Penelitian……….. 5

F. Sistematika Penulisan………... 5

Bab II KERANGKA TEORI A. Teori Peribahasa……… 7

1. Pengertian peribahasa……….. 7

2. Macam-macam peribahasa………. 9

B. Teori Penerjemahan………. 15

1. Pengertian penerjemahan………. 15

2. Metode Penerjemahan………. 18

C. Teori Penilaian Penerjemahan……… 20


(8)

2. Prinsip- prinsip penerjemahan yang baik……… 21

3. Teknik menilai penerjemahan……….. 22

3.1. Perbandingan Dengan Teks Sumber………. 22

3.2. Terjemahan Balik………. 23

3.3. Tes Pemahaman……… 24

3.4. Tes Kewajaran………. 25

3.5. Tes Keterbacaan……….. 26

3.6. Pemeriksaan Konsistensi……… 27

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT A. Biografi Singkat Penulis ………. 29

B. Sinopsis Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat... 31

C. Peribahasa dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat ... 32

BAB IV Analisis Penerjemahan Peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat Karya Syarif Hade Masyah A. Analisis Jenis Peribahasa……… 39

B. Analisis Metode Penerjemahan……… 61

C. Analisis Penilaian Terjemahan……….. 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 122


(9)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا ط T

ب B ظ Z

ت T ع ‘

ث Ts غ Gh

ج J ف F

ح H ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dz م M

ر R ن N

ز Z و w

س S ة h

ش Sy ء `

ص S ي y

ض D

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----

a Fathah

----

i Kasrah

---

u Dammah


(10)

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---ي ai a dan i

---و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي/ا---- â a dengan topi di atas

----ي î i dengan topi di atas

---و û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ةروﺮﻀﻟا tidak ditulis ad-darûrah melainkan

al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)


(11)

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﻳﺮﻃ tarîqah

2 ﺔ ﻣﻼﺳﻹاﺔﻌﻣﺎﺠﻟا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دﻮ ﻮﻟاةﺪﺣو wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.


(12)

ABSTRAK Siti Hamidah

“ Peribahasa Arab dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat (Pendekatan Penilaian Penerjemahan)”. Di bawah bimbingan Karlina Helmanita, M.Ag.

Peribahasa Arab disebut juga dengan matsal yaitu ungkapan pendek yang beredar di masyarakat yang berisi tentang pikiran yang bijak, tentang aspek kehidupan manusia yang berubah-ubah. Peribahasa juga merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunanya, biasanya mengiaskan maksud tertentu dan juga termasuk bidal, ungkapan, dan perumpamaan. Peribahasa juga merupakan gambaran dari nilai-nilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan makna. Meskipun dengan ungkapan yang berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor kebudayaan.

Penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun gaya. Idealnya terjemahan tidak akan dirasakan sebagai terjemahan. Namun, untuk mereproduksi amanat itu, mau tidak mau, diperlukan penyesuaian gramatis dan leksikal. Pemilihan metode terjemahan yang tepat juga berperan penting dalam kegiatan penerjemahan. Setelah proses penerjemahan selesai, penilaian terhadap terjemahan diperlukan untuk mengukur sejauh mana kualitas dari terjemahan tersebut.

Perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan, yaitu ketepatan, kejelasan, dan kewajaran. Suatu terjemahan dikatakan memiliki ketepatan bila tidak menyimpang dari isi dan informasi yang terdapat di dalam teks asli bahasa sumber. Suatu terjemahan memiliki kejelasan yang baik maksudnya adalah bahwa terjemahan tersebut dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh pembaca. Dan suatu terjemahan memiliki kewajaran artinya terjemahan tersebut menggunakan kalimat-kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi pembaca

Materi yang dianalisis dalam kajian ini adalah peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penilaian penerjemahan Mildred L. Larson. Peneliti juga menganalisis jenis peribahasa, dengan materi jenis-jenis peribahasa yang terdapat dalam bab Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal yang di karang oleh Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I. selain itu, peneliti juga menganalisis peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan metode penerjemahan Peter Newmark.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwa hasil terjemahan peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat sudah bagus. Di temukan jenis peribahasa yang kebanyakan menyampaikan nasihat dan pengajaran terhadap orang lain, sedangkan metode penerjemahan yang kebanyakan digunakan adalah metode penerjemahan semantis karena metode tersebut bersifat fleksibel dan memberi keluasan kepada penerjemah untuk berkreatifitas. Pada penilaian penerjemahan ada 51 peribahasa dengan terjemahan mudah, 17 peribahasa dengan terjemahan sedang, dan 2 dengan terjemahan sulit.


(13)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap peribahasa Arab yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat, peneliti menemukan jenis peribahasa

yang paling dominan yaitu jenis peribahasa

ةﺮْﺒﻌﻟا

terdapat 46 yaitu peribahasa yang berupa kalimat lengkap berisi nasihat atau pengajaran., 12 peribahasa yang

termasuk jenis peribahasa

ﱠﺠ

ﺤﻟا

yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa atau peribahasa yang dijadikan semboyan, 4 peribahasa yang termasuk jenis

peribahasa

ﺪْﻳ

ﺤﻟا

, yaitu peribahasa yang berisi perbandingan: terjadi dari maksud ( yang tidak diungkapkan ) atau perbandingan ( yang diungkapkan) dan kadang-kadang memakai kata: seperti, ibarat, bagaikan, macam, dan sebagainya,

12 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

ﻔﺔ

ﺼﻟا

, yaitu peribahasa yang terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi hal-hal umum dan tidak berisi nasihat.

Sedangkan metode penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

kebanyakannya menggunakan metode semantis, ada 47 peribahasa, peribahasa yang menggunakan metode penerjemahan idiomatis 10, peribahasa yang menggunakan metode penerjemahan bebas 12, dan peribahasa yang menggunakan metode penerjemahan komunikatif 2.

Tidak mudah bagi seorang penerjemah menggunakan satu gaya terjemahan secara konsisten, sekalipun bisa maka hasil terjemahan tidak akan


(14)

baik. Terkadang ada teks Bsu yang sudah bisa dipahami/ tersampaikan maksud yang dikandung hanya dengan menggunakan gaya terjemahan semantis, terkadang teks Bsu baru bisa dipahami dengan menggunakan gaya terjemahan bebas, dan begitu seterusnya.

Sedangkan penilaian penerjemahan, peneliti mengelompokkannya berdasarkan hasil terjemahan. yaitu Peribahasa Dengan Tingkat Penerjemahan Mudah ada 51 peribahasa, kemudahan itu dilihat dari ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam penerjemahannya. Peribahasa Dengan Tingkat Penerjemahan Sedang ada 17 peribahasa, hal itu dilihat dari adanya salah satu unsur dari ketepatan, kejelaan, dan kewajaran ada yang tidak terpenuhi. Peribahasa Dengan Tingkat Penerjemahan Sulit ada 2 peribahasa, kesulitan itu dilihat dari tidak adanya ketepatan, kejelasan, dan kewajaran.

Rekomendasi

Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka Peneliti berharap penelitian tentang peribahasa Arab yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat bisa dilanjutkan kembali oleh peneliti berikutnya. Pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisis jenis peribahasa, metode dan aspek penilaian penerjemahan. Pada aspek penilaian penerjemahan peneliti tidak secara tuntas melakukan analisis karena penilaian penerjemahan tidak sampai pada tes hasil penerjemahan yang mencakup tes pemahaman, tes keterbacaan, tes kewajaran, terjemahan balik, dan pemeriksaan konsistensi. Oleh karena itu, penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut.


(15)

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.1

Di samping tata bahasa, dalam bahasa Indonesia juga dikenal peribahasa. Dalam peribahasa terkandung suatu makna yang sangat mendalam dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya, banyak orang yang mengungkapkan peribahasa untuk menyampaikan maksud yang ingin diungkapkannya.2

Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk makna dan fungsinya dalam masyarakat, bersifat turun-temurun, digunakan untuk penghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup; mencakup bidal, pepatah, perumpamaan, ibarat, pemeo.3

Peribahasa juga merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunanya, biasanya mengiaskan maksud tertentu dan juga termasuk bidal, ungkapan, dan perumpamaan. Peribahasa juga merupakan gambaran dari nilai-nilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan makna. Meskipun dengan ungkapan yang berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor kebudayaan.

1

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 1.

2

Nur Arifin Chaniago dan Bagas Pratama, 3700 Peribahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 5.

3

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 169.


(16)

Hal ini merupakan bukti dari teori realivitas bahasa, bahwa makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu.

Di Indonesia ada banyak buku yang memuat tentang peribahasa, diantaranya buku “Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat” karya Syarif Hade Masyah. Penulis menganalisis peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karena buku ini adalah buku tentang bahasa Arab gaul yang biasa digunakan oleh ikhwan

dan akhwat, bukan buku yang memuat secara keseluruhan peribahasa. Selain itu, pengarang buku ini adalah dosen Peneliti di Jurusan Tarjamah, sehingga Peneliti ingin menganalisis hasil terjemahannya.

Berikut ini adalah contoh peribahasa Arab yang terdapat dalam buku

Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

ﻪ ﺎﺴﻟ

لﺎﻃ

ﻪﺘﱠﺠﺣ

ْتﺮﺼﻗ

ْ ﻣ

“ Air beriak tanda tak dalam”.4

Secara harfiah terjemahan di atas berarti “ Orang yang pendek argumennya, maka panjang lisanya”. Akan tetapi, dalam kasus ini, penerjemah menggunakan metode penerjemahan idiomatik karena menghadirkan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.5 Selain “air beriak tanda tak dalam”, peribahasa di atas juga bisa diterjemahkan dengan “ Tong kosong nyaring bunyinya” atau orang yang bodoh, namun banyak omong.

ْ

ﱠﺪ

و

“Siapa yang berusaha pasti akan berhasil”6

4

Syarif Hade Masyah, Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat (Depok: Qultum Media, 2006), h. 83.

5

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia

( Pamulang: Dikara, 2009), h. 34.

6


(17)

Jika pada peribahasa pertama penerjemah menggunakan metode penerjemahan idiomatik, maka pada peribahasa yang kedua ini penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiah, karena penerjemah mencarikan padanan konstruksi gramatikal Tsu yang terdekat dalam Tsa.7 Peribahasa di atas bisa juga diterjemahkan dengan “Rajin pangkal pandai” jika melihat dari kandungan maknanya. Dari dua contoh peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat terdapat dua variasi metode yang digunakan oleh penerjemah, yang pertama idiomatik dan yang kedua harfiah. Karena hal inilah Peneliti ingin menelusuri kenapa penerjemah menggunakan dua metode yang berbeda, dan ingin menilai hasil terjemahan peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat ini.

Berangkat dari permasalahan tersebut Peneliti akan mencoba meneliti penerjemahan peribahasa yang terdapat pada buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

karangan Syarif Hade Masyah. Penelitian tersebut Peneliti beri judul “PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT: Analisis Pendekatan Penilaian Terjemahan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis akan meneliti penerjemahan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

karangan Syarif Hade Masyah. Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Jenis peribahasa apa saja yang menjadi karakteristik dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat?

2. Metode apa yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat?

7


(18)

3. Bagaimana hasil terjemahan peribahasa tersebut jika dinilai dengan teori penilaian penerjemahan Mildred L Larson?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis peribahasa yang menjadi karekteristik dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

2. Mengetahui metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan teori Newmark.

3. Mengetahui hasil terjemahan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan teori penilaian penerjemahan Mildred L Larson. Manfaat dari penelitian ini yaitu: Pertama, menambah wawasan penerjemahan dalam menerjemahkan peribahasa Arab, kedua, memberi pengetahuan tentang cara menerjemahkan peribahasa, dan ketiga, menjadi rujukan Mahasiswa Tarjamah dalam membuat skripsi yang bertemakan peribahasa.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang permasalahan peribahasa bukanlah yang baru. Hasil dari pantauan Peneliti, penelitian tentang peribahasa baru dibahas oleh dua orang yaitu: oleh Qhuraratunnada, dengan judul “ Peribahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia (Suatu Tinjauan Semantik) tahun 2002 dan Badriah, dengan judul“ Penerjemahan Peribahasa Arab ke Peribahasa Indonesia (Analisis Terhadap Lima Belas Peribahasa Arab) tahun 2008.

Umumnya, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Tarjamah di atas menggunakan pendekatan semantik. Namun Peneliti belum menemukan mahasiswa jurusan Tarjamah yang membahas tentang penilaian penerjemahan


(19)

peribahasa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas penerjemahan peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan pendekatan penilaian penerjemahan.

E. Metodologi Penelitian

Pada penulisan skripsi ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif tentang peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan pendekatan penilaian penerjemahan berdasarkan analisis deskriptif. Langkah penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data tentang peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat, setelah data dikumpulkan, peneliti melakukan klasifikasi selanjutnya diinterpretasi atau dianalisis berdasarkan metode penerjemahan Newmark dan metode penilaian penerjemahan menurut Mildred L Larson. Teknik penulisan penelitian ini, Peneliti mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, terdiri dari:

Bab I Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teori: Bab ini berisikan teori yang meliputi teori Peribahasa yang meliputi pengertian, karakteristik peribahasa Arab, dan macam-macam peribahasa. Penerjemahan dari segi pengertian, metode, dan teori


(20)

penilaian penerjemahan. Selain itu terdapat juga teori Peribahasa yang mengulas pengertian dan karakteristik peribahasa Arab dan Indonesia.

Bab III berisi gambaran umum tentang buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

yang meliputi biografi penulis dan karya-karyanya serta synopsis buku

Bab IV analisis metode penerjemahan dan hasil terjemahan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah

Bab V penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi.


(21)

(22)

BAB II A. Teori Peribahasa

1. Pengertian Peribahasa

Peribahasa Arab disebut juga dengan matsal yaitu ungkapan pendek yang beredar di masyarakat yang berisi tentang pikiran yang bijak, tentang aspek kehidupan manusia yang berubah-ubah.1

Dengan demikian peribahasa bahasa Arab merupakan hasil dari refleksi perjalanan hidup bangsa Arab, prinsip hidup, habitat, hubungan sosial, nilai-nilai moral, adat istiadat dan tradisi mereka. Peribahasa juga merupakan hasil dari refleksi kemampuan bangsa Arab dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan kemahiran berbahasa.

Sejarah panjang dan pengalaman yang kaya membuat peribahasa bahasa Arab dapat mengekspresikan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat, dan dapat menunjukan kualitas sikap manusia dengan memuji sikap yang baik dan mencela sikap yang buruk.2

و

ﻷا

ْﻣﺜ

لﺎ

ه

ر

ْ

ْﻮ

ة

ْﺮ

إ

ﱠﺼ

أ

ْو

دﺎ

ْﺒ

لﺎ

ﱠﻟا

ى

ْ

ْﻪ

لﺎ

ﱠﻟا

ى

ْ

ْ

ْ

1

Abdul Aziz bin Muhammad Faisal, al- Adâb al- Arâbiy wa Târikh (Saudi Arabia: Jami’at al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islâmiyyat, 1985), h. 168.

2

M.H. Bakhala, Arabic Culture Through Its Language and Literature ( London: Kegan Paul Internasional, 1984), h. 252.


(23)

Amtsal adalah kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu, digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut diucapkan.3

Kata amtsal adalah bentuk jamak dari masalun dan mislun, yang mengandung arti bidal atau bandingan. Terdapat banyak arti kata masalun dan

mislun yang dapat kita jumpai, misalnya persamaan, padanan, sederajat, sepangkat, sejalan (dengan), menurut kias, sama (dengan). Atau dalam terjemahan bahasa asing lainnya kita jumpai seperti similar, equal dan analogous. Dalam sastra Indonesia amtsal ini sama dengan peribahasa atau pepatah

Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk makna dan fungsinya dalam masyarakat, besifat turun-temurun, dipergunakan untuk penghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup.4

Ada beberapa pendapat para tokoh mengenai peribahasa, diantaranya: Aristoteles, dari abad ke-13 sebelum masehi sudah merumuskan penilaian peribahasa. Menurutnya peribahasa adalah peninggalan dari filsafat kuno, tersimpan dari antara banyak reruntuhan, karena singkatnya yang enak dipakai. Cervantes, sastrawan besar dari Spanyol abad ke-16 mengemukakan peribahasa adalah rumusan singkat dari pengalaman yang panjang. Rusell, seorang negarawan dari pembaru dari Inggris abad ke-19 membatasi peribahasa sebagai kecerdikan satu orang kebijaksanaan semua orang. (one’s wit and all men’s

3

Achmad Bahrudin Sholihin, “ Al-Amtsal,” artikel diakses pada 2 April 2010 dari http://www.al-muqsithonline.org/2010.1309/p01s03-wome.html

4

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 61.


(24)

wisdow). Abbe De Saint Pierre, seorang ahli Negara dari Perancis abad ke-17 menilai peribahasa sebagai “gema pengalaman hidup” (les proverbes sont les echo’s de I experience).

Menarik lagi ialah bahwa tidak sedikit peribahasa dari satu kebudayaan ditemukan lagi dalam kebudayaan lain seperti peribahasa Belanda, “de appel valt niet ver van de boom”, dikatakan dengan lambang lain dalam bahasa Jawa,

“kacang mangsa ninggala lanjaran”, yang berarti “anak tak akan berlainan dengan orang tuanya”.5

2. Macam-macam Peribahasa

Dalam bahasa Indonesia terdapat lima jenis peribahasa yaitu: bidal, pepatah, ibarat, perumpamaan, dan pemeo.

a. Bidal, yaitu peribahasa yang berupa kalimat tidak lengkap dan berisi nasihat atau pengajaran. Contohnya: Telur hari ini lebih baik daripada ayam betina besok hari.

b. Pepatah, yaitu peribahasa yang terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi hal-hal umum dan tidak berisi nasihat. Contohnya: Anak perempuan sama seperti ibunya.

c. Perumpamaan, yaitu peribahasa yang berisi perbandingan; terjadi dari maksud (yang tidak diungkapkan) dan perbandingan (yang diungkapkan). Perumpamaan kadang-kadang memakai kata: seperti, ibarat, bagaikan, macam dan sebagainya, tapi kadang-kadang tidak. Contohnya: Pembalasannya sebagaimana pembalasan Dia.

5

F.S Darmasoetjipta, Kamus Peribahasa Jawa Dengan Penjelasan Kata-Kata dan Pengertiannya (Jakarta: kanisius, 1985), h. 4.


(25)

d. Ibarat, yaitu perbandingan antara orang atau benda dengan hal-hal lain dengan mempergunakan kata: seperti, bagaikan. Contohnya: Hatinya keras dan kokoh seperti batu.

e. Pemeo, yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa: peribahasa yang dijadikan semboyan. Contohnya: Kebersihan sebagian dari iman.6

Dalam bahasa Arab, terdapat empat jenis peribahasa, yaitu :

ﱠﺠ

ﺤﻟا

( argument),

ﺪْﻳ

ﺤﻟا

( perkataan),

ة

ْﺒ

ﻌﻟا

(nasihat),

ﻔﺔ

ﺼﻟا

( karakter).7

a.

ة

ْﺒ

ﻌﻟا

, yaitu peribahasa yang berupa kalimat tidak lengkap dan berisi nasihat atau pengajaran. Contohnya:

ْ

ْا

ْﻮ

م

ْﺮ

ْ

د

ْا

ﻐﻟ

Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari

ﺤﻟا

ﺪْﻳ

, yaitu peribahasa yang berisi perbandingan: terjadi dari maksud (yang tidak diungkapkan) dan perbandingan (yang diungkapkan) dan kadang-kadang memakai kata: seperti, ibarat, bagaikan, macam, dan sebagainya Contohnya:

b.

ْرﺎ

ءا

ؤا

Pembalasanya seperti pembalasan sinimar (Dia).

6

James Danadjaya, Folklore Indonesia (Jakarta: PT. Graffiti Press, 1984), h. 32.

7

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal (Beirut: al-Matba’ah al-Zatukiyah, 1956), h. 749.


(26)

c.

ﱠﺠ

ﺤﻟا

, yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa: peribahasa yang dijadikan semboyan contohnya:

ْﻮﻟ

ْا

ﺒﻟ

ﻃﺎ

و

ْﻮﻟ

ْا

ﺤﻟ

إ

مﺎ

ﺴﻟا

Perputaran kebatilan hanya sesaat, perputaran kebenaran hingga akhir zaman

d.

ﻔﺔ

ﺼﻟا

, yaitu peribahasa yang terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi hal-hal umum dan tidak berisi nasihat. Contohnya:

أْﻟ

ﻮﻟ

ْﺒﻪ

أ

ْﻪ

Seorang anak menyerupai ayahnya

Berdasarkan pembentukanya, peribahasa dapat di bagi menjadi dua jenis:

a. Peribahasa

ﻘﺔ

ﻘْ

, kebenaran, keabsahan, kenyataan, yaitu peribahasa yang berasal dari peristiwa yang pernah terjadi. Peristiwa ini terjadi berdasarkan latar belakang sejarah.

Contoh peribahasa:

ل

ْﺬ

ﻌﻟ

ْا

ْ

ﱠﺴﻟا

Nasi telah menjadi bubur

Matsal ini muncul dari cerita seorang Arab yang kehilangan untanya, ia menyuruh anaknya untuk mencari unta di padang pasir. Lalu anak itu pergi dengan membawa sebuah pedang. Setelah sekian lama menunggu, ternyata anak itu tidak muncul-muncul lagi. Ayahnya sangat khawatir menunggunya. Pada suatu


(27)

b. Peribahasa

ْﺜ

ﺘﻟا

ْﺮ

penyerupaan dan membandingkan, yaitu bentuk perbandingan

ﺒْﻪ

ﻟا

ْﻪ

و

sifat yang , hipotesa, asumsi, dan dugaan, yaitu pribahasa yang tidak mempunyai latar belakang sejarah. Peribahasa ini di ciptakan berdasarkan tingkah laku hewan atau juga gejala alam lainya, berfungsi sebagai pemberi nasihat kepada orang lain, berfungsi sebagai pemberi nasihat bagi orang yang pandai dan memberi pelajaran bagi orang yang bodoh.

8


(28)

Menurut al-Hasyimi,9 jika dilihat dari gaya bahasa yang terdiri dari jenis-jenis pribahasa di atas bisa di masukan ke dalam:

a. Gaya bahasa

ْ ْ

ﺜْ ﺘﻟا

ْﺒْ

ﺘﻟا

penyerupaan dengan membandingkan, yaitu bentuk perbandingan yang

ﺒﻪ

ﻟا

ْﻪ

و

sifat yang diumpamakannya terdiri dari beberapa komponen.

b. Gaya bahasa

ْﺜْ

ﺘﻟا

ة

رﺎ

ﺘﻌ

ْﺳﺈ

ﻟا

, kiasan yang bersifat mewakili, yaitu komposisi kata yang digunakan tidak dengan makna sebenarnya untuk

hubungan perbandingan. Ada

ْﻳ

(tanda), yang mencegah penggunaan makna aslinya.

Yang di maksud

ْ ْ

ﺜْ ﺘﻟا

ْﺒْ

ﺘﻟا

ialah tasbyih yang bilamana wajah syibihnya berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal. Sebagai contohnya Al-Mutanabbi pernah berkata tentang Saipud-Daulah:

ﻳﻬ

ْا

ﺠﻟ

ْ

ْﻮﻟ

ﺒْ

ْ ﻀ

ﺣﺎ

ْﻬ

ْ

ﻌﻟا

ﺎﻘ

ب

pasukan di sekelilingmu bergerak seirama di kanan kirimu, sebagaimana burung rajawali yang menggerakan kedua sayapnya”.

Penjelasan contoh di atas menggambarkan dua sayap pasukan, dan Saipul-Daulah berada diantara dua sayap tentaranya yang bergerak berjalan seirama, digambarkan oleh al-Mutanabbi sebagai burung rajawali yang menggerakkan kedua sayapnya. Wajah syibihnya mufrad. Melainkan diambil dari beberapa hal,

9

Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma’âni wa al-Bayân wa al-Badi’ (Beirut: Maktabah Dar al-‘Arabiyyah, 1960), h. 289.


(29)

yakni adanya dua burung yang berada di kanan kiri sesuatu yang bergerak dan bergelombang.

Kemudian yang dimaksud dengan

ْﺜْ

ﺘﻟا

ة

رﺎ

ﺘﻌ

ْﺳﺈ

ﻟا

ialah suatu susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan

keserupaan antara makna asli dan makna majaz disertai adanya

ْﻳ

yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan makna asli.

Contohnya seperti peribahasa Arab:

ﻗْﺒ

ﱢﺮﻟا

حﺎ

ْ

ْا

ﻜﻟ

“ sebelum memanah, wadah anak panah harus penuh”.

Kalimat ini disampaikan kepada orang yang akan membagun rumah, namun belum cukup biayanya. Diserupakan dengan orang yang hendak maju perang namun wadah anak panahnya kosong. Titik keserupaanya adalah sama-sama tergesa-gesa dalam suatu hal sebelum persediaannya seimbang. Kemudian susunan kalimat yang menunjukan musyabbah bih di sampaikan kepada

musyabbah sebagai

ْﺜْ

ﺘﻟا

ة

رﺎ

ﺘﻌ

ْﺳﺈ

ﻟا

sedangkan

ْﻳ

haliyah.10

3. Perbedaan Peribahasa dan Ungkapan

Seperti yang dijelaskan di atas mengenai definisi peribahasa, maka peribahasa dapat dibandingkan dengan ungkapan. Antara peribahasa dan ungkapan mengandung kias, sedangkan perbedaannya pada bentuk peribahasa dinyatakan dengan kalimat lengkap sedangkan ungkapan hanya terdiri dari

10

Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma’âni wa al-Bayân wa al-Badi’, h. 289-290.


(30)

beberapa kata yang merupakan frase. Contoh ungkapan bahasa Arab yang menggunakan leksem buah.

ه

ْﺮ

ة

ْﺒ

ْ

Dia adalah buah hatiku

Pada contoh diatas kata

ْ

ْﺒ

ة

ْﺮ

ه

Dia adalah buah hatiku”

merupakan ungkapan yang terdiri dari dua kata. Kita tahu makna kata buah, demikian kata hati, akan tetapi ungkapan kata buah hati tidak dapat di terjemahkan sebagaimana makna sebenarnya yaitu hati itu berbuah, gabungan dari kata-kata itu mengandung kata kias yaitu anak.

Dalam bahasa Arab definisi ibarat hampir sama dengan definisi yang

diberikan oleh al-Hasyimi yaitu:

ْﺜْ

ﺘﻟا

ة

رﺎ

ﺘﻌ

ْﺳﺈ

ﻟا

( kiasan yang bersifat mewakili), karena sama-sama merupakan kiasan yang membandingkan antara subjek perumpamaan dengan objek perumpamaan. Tetapi ada perbedaan antara

ciri-ciri ibarat dengan

ْﺜْ

ﺘﻟا

ة

رﺎ

ﺘﻌ

ْﺳﺈ

ﻟا

yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak dapat digunakan kecuali didalam struktur-struktur khusus.

2. Merupakan salah satu jenis majaz, karena itu lebih jelas dalam

menggambarkan peristiwa dari pada

ْﺒْ

.

3. Membutuhkan

ْﻳ

(tanda) yang mencegah penggunaan makna sebenarnya.

ا

د

ْةا

( pemarkah). 4. Tidak menggunakan


(31)

5. Pada bentuk ini terdapat

ْﻪ

ﺜﱠﺒ

اْﻟ

( objek perumpamaan)11 B. Teori Penerjemahan

1. Pengertian Penerjemahan

Ada beberapa definisi penerjemahan yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya al-Zarqani, beliau mengemukakan bahwa secara etimologis istilah terjemahan adalah menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskannya maupun berbeda. Adapun secara terminologis, menerjemahkan didefinisikan dengan:

ﺘﻟا

ْﻌﺒ

ْ

ْ

ْﻌ

آ

م

أ

ْﻟ

أ

ْﺧ

ى

ﻮﻟا

ءﺎ

ْ

ﻌﺎ

ْﻪ

و

ﻘﺎ

mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa didalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu".12

Definisi kedua berasal dari Eugene A. Nida dan Charles R. Taber

Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning and secondly in term of style.13

11

Ali al-Jarim dan Mustafa Usman, Balâghah Wadhihah (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 145-146.

12

Syihabudin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 8-9.

13

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory And Practice of Translation


(32)

Secara bebas kutipan di atas bisa diartikan sebagai berikut.

penerjemahan merupakan kegiatan menghasilkan kembali padanan yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, pertama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya.

Di sini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa-bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik dengan cara kerja penerjemahan, yakni mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam Bsu bisa disampaikan dalam Bsa.14 Padanan ini selanjutnya diistilahkan dengan

ekuivalensi dinamis, yaitu kualitas terjemahan yang mengandung amanat nas sumber yang telah dialihkan sedemikian rupa ke dalam bahasa sasaran, sehingga tanggapan dari reseptor (pembaca) sama dengan tanggapan reseptor terhadap amanat nas sumber.15

Definisi ketiga diberikan oleh Brislin

Translation is the general term referring to the transfer of thoughts and ideas from one language (source) to another (target), whether the languages are written or oral form; whether the languages have established orthographies do not have such standardization or whether one or both languages is based on signs, as with sign languages of the deaf.16

14 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Harianto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: kanisius, 2003), h. 12.

15 Syihabudin, Penerjemahan Arab Indonesia, h.11. 16

Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari suatu bahasa (sumber) kedalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut sudah memiliki system penulisan yang baku atau belum, baik salah satu atau keduanya didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat atau tuna rungu.


(33)

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa Brislin memberi batasan yang luas pada istilah penerjemahan. Bagi dia, penerjemahan adalah pengalihan buah pikiran atau gagasan dari suatu bahasa kedalam bahasa lain. Kedua bahasa ini bisa serumpun, seperti bahasa Sunda dan Jawa, bisa dari lain rumpun, seperti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa yang sama tetapi dipakai dalam kurun waktu yang berbeda, misalnya bahasa Jawa zaman Majapahit dan bahasa Jawa zaman sekarang.17

Secara garis besar, pada tahap awal perbincangan sekitar definisi penerjemahan berfokus pada makna ekuivalen atau padanan. Sementara itu, mulai awal 1980an, fokus pembicaraan mulai bergeser pada proses penerjemahan.18

1. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan yang digunakan disini adalah metode Newmark, dia memandang bahwa metode penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran. Ada delapan metode penerjemahan, empat berorientasi pada Bsu dan empat lagi berorientasi pada Bsa, yaitu:

1. Penerjemahan Kata Demi Kata

Melalui metode ini penerjemahan dilakukan antarbaris, terjemahan untuk tiap kata berada di bawah setiap bahasa sumber. Urutan bahasa sumber dijaga dan dipertahankan. Kata diterjemahkan satu demi satu dengan makna yang paling umum tanpa mempertimbangkan konteks pemakaiannya. Kata yang berkonteks budaya diterjemahkan secara harfiah pula. Metode ini digunakan untuk

17

Suryawinata dan Harianto, Translation, h. 13.

18


(34)

memahami cara operasi bahasa sumber dan untuk memecahkan kesulitan nas, sebagai tahap awal kegiatan penerjemahan. Dalam tradisi pesantren, penerjemahan demikian dikenal dengan istilah penerjemahan “jenggotan”.

2. Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi kontruksi gramatika bahasa sumber ke dalam kontruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun, kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks pemakaiannya. Metode ini pun digunakan sebagai tahap awal dari kegiatan penerjemahan untuk memecahkan kerumitan struktur nas.

3. Penerjemahan Setia

Metode ini berupaya untuk mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber ke dalam struktur bahasa penerima secara tepat. Karena itu, kosa kata kebudayaan ditransfer dan urutan gramatikalnya dipertahankan didalam terjemahan. Metode ini berupaya untuk setia sepenuhnya pada tujuan penulis.

4. Penerjemahan Semantis

Penerjemahan secara semantik berbeda dengan penerjemahan setia. Dalam metode semantis, nilai estika nas bahasa sumber dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonansi, dan dilakukan pula permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat fleksibel dan memberi keluasan kepada penerjemah untuk berkreatifitas dan untuk menggunakan intuisinya.

5. Penerjemahan Dengan Adaptasi

Adaptasi merupakan cara penerjemahan nas yang paling bebas dibanding cara penerjemahan lainnya. Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan


(35)

naskah drama dan puisi dengan tatap mempertahankan tema, karakter, dan alur cerita. Penerjemah pun mengubah kultur bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

6. Penerjemahan Bebas

Penerjemah mereproduksi masalah yang dikemukakan dalam bahasa sumber tanpa menggunakan cara tertentu. Isi bahasa sumber ditampilkan dalam bentuk bahasa penerima yang benar-benar berbeda. Metode ini bersifat

parafrastik, yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri didalam bahasa penerima sehingga terjemahan menjadi lebih panjang dari pada aslinya.

7. Penerjemahan Idiomatis

Penerjemahan dilakukan dengan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mengubah nuansa makna karena penerjemah menyajikan kolokasi dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam nas sumber.

8. Penerjemahan Komunikatif

Penerjemahan komunikatif dilakukan dengan mengungkapkan makna kontekstual nas sumber ke dalam nas penerima dengan suatu cara sehingga isi dan maknanya mudah diterima dan dipahami oleh pembaca.

Setiap metode memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh seorang penerjemah dan selaras dengan tujuan penerjemahan. Namun, secara umum dapat ditegaskan bahwa metode yang baik ialah yang tidak terlampau harfiah dan tidak terlampau bebas . jika terlampau harfiah, pembaca akan mengalami kesulitan di dalam memahami nas terjemahan. Sebaliknya, jika


(36)

terlampau bebas, nuansa nas sumber menjadi hilang. Nuansa ini sangat penting untuk memperkaya tema atau pokok kajian yang dikemukakan oleh pengarang.19

C. Teori Penilaian Penerjemahan

1. Aspek penilaian hasil penerjemahan

Setiap penerjemah mengharapkan terjemahannya mempunyai mutu yang baik. Kemampuan seseorang dalam menerjemah diukur dari kemampuannya menghasilkan terjemahan yang baik. Menurut Larson terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan, yaitu ketepatan, kejelasan, dan kewajaran. Suatu terjemahan dikatakan memiliki ketepatan bila tidak menyimpang dari isi dan informasi yang terdapat di dalam teks asli bahasa sumber. Suatu terjemahan memiliki kejelasan yang baik maksudnya adalah bahwa terjemahan tersebut dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh pembaca. Dan suatu terjemahan memiliki kewajaran artinya terjemahan tersebut menggunakan kalimat-kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran20

2. Prinsip-prinsip penerjemahan yang baik

Wilss menyajikan sekumpulan prinsip yang berkontradiksi dalam terjemahan sastra yang menggambarkan betapa rumitnya konsep padanan penerjemahan untuk memperoleh hasil penerjemahan yang baik. Kesepuluh prinsip itu adalah sebagai berikut:21

a. Terjemahan harus merumuskan kata-kata dari naskah aslinya

19 Peter Newmark, Approaches To Translation (Polytechnic Of Central London: Pergamon Prees 1979), h. 7-8.

20

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna Pedoman untuk Pemadanan antar Bahasa. PenerjemahKencanawatiTaniran (Jakarta: Arcan, 1989), h. 531-532.

21

Wolfram Wilss, The Science of Translation (Germany: Gunter Narr Verlag Tubingen, 1982), h. 134.


(37)

b. Terjemahan harus menyajikan ilukosi (makna) c. Terjemahan harus terbaca seperti naskah aslinya d. Terjemahan harus terbaca seperti karya penerjemahan e. Terjemahan harus mempertahankan gaya teks aslinya f. Terjemahan harus mencerminkan gaya penerjemah

g. Terjemahan harus mempertahankan dimensi gaya dan histori teks asli h. Terjemahan harus terbaca sebagai karya kontemporer

i. Dalam penerjemahan, penerjemah sama sekali tidak boleh menambah atau menghilangkan sesuatu

j. Dalam penerjemahan, penerjemah boleh (jika perlu) menambah atau menghilangkan sesuatu.

Wilss, menyatakan bahwa relativitas (norma penerjemahan) menunjukkan bahwa sejauh ini tidak ada teoretikus dan praktisi penerjemahan yang mampu menemukan jawaban yang lebih umum, objektif, dan terbukti benar bagi masalah yang agak kompleks dalam penerjemahan antar teks. Sepintas lalu, ini berarti bahwa mungkin tidak ada teori penerjemahan yang dapat diterapkan secara semesta, tetapi akan sangat baik jika ada teori penerjemahan yang spesifik terhadap jenis teks dan akibatnya ada konsep padanan penerjemahan yang spesifik terhadap jenis teks.22

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang prinsip-prinsip terjemahan yang baik, yaitu: terjemahan yang baik adalah terjemahan yang tidak menyimpang dari isi yang terdapat dalam teks bahasa sumber, dapat dimengerti dan mudah dipahami oleh pembaca, menggunakan kalimat-kalimat

22

Wolfram Wilss, The Science of Translation (Germany: Gunter Narr Verlag Tubingen, 1982), h. 134-135.


(38)

yang mengikuti aturan kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi pembaca, lebih mengungkapkan isi baik adalah terjemahan yang tidak tampak sebagai terjemahan tetapi sebagai karya asli.23

3. Teknik Menilai Penerjemah

a. Perbandingan dengan Teks Sumber

Perbandingan yang cermat dengan teks sumber harus dilakukan beberapa kali selama proses terjemahan itu berlangsung. Jenis pemeriksaan ini penting pada saat membuat konsep kedua. Jika terjemahan itu sudah selesai, penerjemah harus melihatnya kembali, dan sekali lagi membuat perbandingan yang lebih cermat, Karena bisa saja dia membuat kesalahan. Salah satu tujuan perbandingan ini ialah untuk memeriksa padanan informasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua informasi sudah dimasukan tidak ada yang dihilangkan, tidak ada yang ditambahkan, dan tidak ada yang berbeda. Perbandingan ini merupakan pemeriksaan oleh diri sendiri, artinya pemeriksaan itu dilakukan sendiri oleh penerjemah. Tentu saja pemeriksaan ini dapat juga dilakukan oleh orang lain yang tahu persis kedua bahasa itu dan tahu prinsip penerjemahan.

Sesudah yakin semua informasi telah dimasukan, penerjemah membuat perbandingan teks sumber dan teks bahasa sasaran untuk mencari masalah yang ada atau yang mungkin ada. Penerjemah mencatat segalanya yang ingin ia pikirkan kembali atau ujikan kepada orang lain, tetapi ia harus sesubjektif mungkin, dan melihat karyanya secara keritis. Pada saat yang sama, ia harus

23


(39)

berhati-hati agar tidak mengubah sesuatu tanpa mempertimbangkannya dengan seksama.24

b. Terjemahan Balik

Terjemahan balik adalah meminta orang lain yang menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran untuk membuat terjemahan balik dari hasil terjemahan ke dalam bahasa sumber. Orang ini menulis dalam bahasa sumber makna yang didapatnya dari hasil terjemahan itu, tanpa membaca terlebih dahulu teks yang digunakan penerjemah.

Terjemahan balik tidak dimaksudkan sebagai teks idiomatis yang sempurna dalam bahasa sumber, tetapi merupakan pengalihan harfiah yang digunakan untuk tujuan pemeriksaan. Tiap unsur leksikal harus diterjemahkan secara harfiah, tetapi kalimat yang digunakan dapat berupa bentuk umum gramatikal bahasa sumber. 25

c. Tes Pemahaman

Pengujian pemahaman yang baik merupakan kunci menuju terjemahan yang baik. Tujuan tes ini ialah untuk melihat apakah terjemahan itu dimengerti secara tepat oleh penutur bahasa yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu. Teks itu dirancang untuk mengetahui apa yang disampaikan terjemahan itu kepada khalayaknya. Caranya yaitu meminta orang mengemukakan isi terjemahan itu, dan menjawab pertanyaan tentang isinya. Hasil tes semacam ini akan membantu penerjemah memperbaiki terjemahanya., sehingga terjemahan itu dapat menyampaikan amanat dengan jelas dan wajar.

24

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna Pedoman Untuk Pemadanan Antarbahasa. Penerjemah Kencanawati Taniran (Jakarta: Arcan, 1989), h. 536-537.

25


(40)

Pengujian pemahaman diberikan kepada orang-orang yang lancar berbicara bahasa sasaran. Orang-orang ini harus orang biasa dari segala lapisan masyarakat. Jika dimaksudkan untuk semua orang, orang-orang ini mencakup orang muda, orang setengah umur, dan orang tua, orang yang terpelajar dan orang yang kurang terpelajar. Akan tetapi, jika terjemahan itu dimaksudkan untuk kelompok tertentu, maka sekelompok orang dari kelompok itu harus dimasukkan sebagai responden.

Penguji tidak boleh memotong atau menyela responden sewaktu ia mengungkapkan kembali isi terjemahan itu, melainkan harus mencatat segala yang dikatakanya, atau merekamnya untuk dirujuk kembali nanti. Ia tidak boleh menganggu jalan pikiran responden, dan yang pasti, ia tidak boleh mengoreksinya. Jika responden bingung dengan terjemahan itu, tidak apa-apa, karena penguji harus tahu bahwa respondenya mempunyai masalah ini. Jika responden mengungkapkan kembali apa yang telah dibacanya, diharapkan ia dapat mengingat maksud yang merupakan kejadian utama sebuah tuturan, langkah-langkah utama prosedur, atau maksud utama sebuah pembeberan. Hal ini penting untuk pemeriksaan tema dan ciri-ciri wacana lain.

Langkah kedua dari pengujian pemahaman yaitu memberikan pertanyaan tentang teks yang diterjemahkan. Pertanyaan itu harus dipersiapkan sebelumnya, dan tidak dibuat di depan responden. Alasanya, agar penguji mempunyai waktu untuk memikirkan pengertian yang ia harapkan dari respondennya, dan juga memastikan dengan persis hal yang ingin diperiksanya. Dengan demikian, ia dapat merumuskan pertanyaan dengan seksama, dan mendapat informasi yang dicarinya. Ini juga membantunya menggunakan waktu dengan bijaksana sewaktu


(41)

bekerja dengan responden, karena orang cenderung mau membantu, jika pengujinya siap dan tahu apa yang ingin ditanyakanya.26

d. Tes Kewajaran

Tujuan tes kewajaran ialah untuk melihat apakah bentuk terjemahan itu wajar dan gaya bahasanya sesuai. Kemudian ini dilakukan oleh para pemeriksa, yang diharapkan sejumlah keterampilan menulis bahasa sasaran. Beberapa pemeriksa ini mungkin menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan bersedia memeriksa ketepatan serta kewajaran terjemahan itu. Akan tetapi, kebanyakan pemeriksa hanya membaca terjemahan itu dan mencari cara memperbaiki kewajaran dan gaya bahasanya. Pemeriksa perlu diberi petunjuk yang cermat sebelum memulai pemeriksaan semacam itu. Jika tidak mereka tidak akan banyak memberikan saran yang berguna, sehingga kerja mereka tidak akan memperbaiki terjemahan itu.

Pemeriksa harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perinsip penerjemahan untuk mengerti apa yang disebut penerjemahan idiomatis. Ia bisa mendapatkan latihan dengan meminta konsultan atau penerjemah mengerjakan sejumlah teks bersama-sama denganya. Sebagai latihan, penerjemah menyiapkan “teks yang tidak sempurna”, misalnya, teks dengan bentuk yang tidak wajar, rujuk balik yang tidak jelas, pertentangan kolokasi. pada waktu memeriksa teks ini dengan penerjemah, pemeriksa akan melihat apa saja yang harus dicarinya pada waktu ia memeriksa penerjemahan.27

e. Tes Keterbacaan

26

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, h. 540-542.

27


(42)

Penerjemah dan penguji dapat memberikan tes keterbacaan. Tes ini dilakukan dengan meminta seseorang membaca sebagian terjemahan itu dengan mengeluarkan suara. Bacaan itu harus merupakan bagian yang utuh, atau merupakan satu satuan. Sewaktu orang itu membaca, penguji harus memperhatikan dan mencatat bagian yang membuat pembaca ragu-ragu, atau berhenti dan membaca ulang, Karena gejala ini menandakan suatu masalah dalam keterbacaan. Kadang-kadang pembaca kelihatan bingung, dan tidak mengerti mengapa tes itu menyatakan demikian. Kadang-kadang juga pembaca mengatakan sesuatu yang berbeda dari yang tertulis dalam terjemahan.

Tes keterbacaan bukan dilakukan dalam pembahasan formal saja. Setiap saat seseorang membaca terjemahan itu, penerjemah, penguji, dan pemeriksa yang mendengarkannya harus memperhatikan kesulitan membaca ini. Kesulitan ini harus dicatat bersama dengan informasi lain seperti jawaban untuk pertanyaan pemahaman, perubahan kewajaran yang disarankan, dan lain-lain.

Orang yang memeriksa keterbacaan harus mengetahui kemungkinan masalah beban informasi. Apakah ada terlalu banyak informasi yang muncul terlalu cepat dalam terjemahan itu? Atau, apakah beban informasi itu terlalu lambat sehingga membosankan, dan tidak begitu dapat dibaca? Sebuah teks dapat dibaca karena ditulis dengan baik, artinya, tulisan itu mempunyai gaya bahasa yang menyenangkan, irama yang bagus dan bergerak dengan langkah yang dapat diterima. Harus diingat bahwa apa yang dapat dibaca oleh khalayak yang satu mungkin tidak dapat dibaca oleh khalayak lainnya. Pembaca yang sangat terpelajar dapat dengan mudah membaca struktur kalimat yang agak rumit, sedangkan pembaca yang kurang terpelajar akan mempunyai kesulitan dengan


(43)

struktur yang rumit semacam ini. Itulah sebabnya mengapa tes keterbacaan harus dilakukan kepada orang yang akan menggunakan terjemahan itu. Gaya bahasa terjemahan untuk tiap kelompok pembaca juga berbeda-beda. Jika ditulis untuk anak-anak, perlu digunakan kalimat-kalimat pendek, sederhana, dan bersifat percakapan. Untuk orang dewasa, harus digunakan kalimat yang lebih panjang dan lebih langsung yang akan membangkitkan perasaan dan emosi dalam teks bahasa sumber.28

f. Pemeriksaan Konsistensi

Jika dokumen yang diterjemahkan adalah dokumen yang panjang, atau dilakukan dalam waktu yang lama, penerjemah mungkin tidak konsisten dalam menggunakan padanan leksikal untuk beberapa kata kunci. Pada akhir proyek penerjemah, terutama terjemahan untuk dokumen teknik, politik, dan keagamaan, pemeriksaan untuk kata-kata kunci itu harus dilakukan. Misalnya, dalam menerjemahkan Al-kitab, ada sejumlah kata-kata kunci seperti Nabi, penulis Al-kitab, Rasul, Malaikat, dan Sahabat. Jika maknanya sama, dan tidak ada sesuatu dalam konteks itu yang menunjukan harus digunakannya istilah yang berbeda, maka penerjemah harus menggunakan istilah yang sama untuk setiap kemunculannya. Jika harus digunakan istilah yang berbeda dalam konteks tertentu, ia harus menyelidiki istilah itu untuk memastikan bahwa ada alasan khusus untuk itu. Mungkin juga ada frase-frase kunci, yaitu frase yang digunakan berkali-kali dan mempunyai makna yang sama dalam tiap kemunculannya.

Konsistensi dalam hal penyuntingan perlu diperhatikan dengan seksama, misalnya, konsistensi dalam pengejaan nama-nama orang dan tempat. Untuk itu,

28


(44)

seluruh teks itu harus dikoreksi dengan cermat. Setiap kata asing yang dipinjam dan tampil beberapa kali harus diperiksa konsistensi pengejaannya. Penggunaan tanda baca dan huruf besar juga harus diteliti.29

29


(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT

A. Biografi Singkat Penulis

Moch. Syarif Hade Masyah lahir di Pasuruan, Jawa Timur, pada 29 Desember 1979, dari pasangan K.H. Madiyani Iskandar dan Suaibah Fakhriyah. Pendidikan tingginya ia tempuh di jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-2001); Program Pascasarjana Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (2002-2004); dan sedang menempuh program doktornya pada program Pascasarjana Ilmu Sastra (Konsentrasi Fiologi), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Pendidikan informalnya ditempuh di Pondok Pesantren An-Nur Lasem, Rembang, Jawa Tengah (1991-2001).

Saat ini, ia mengabdikan ilmunya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus beliau dosen peneliti di jurusan Tarjamah sampai sekarang, Universitas Al-Azhar Indonesia, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ), Darus-sunah High Insitute For Hadith Sciences Jakarta, Transinstite, dan Syadadema Institute. Ia juga aktif di dunia tulis menulis sejak mahasiswa. Ia mengelola terbitan berkala, seperti Buletin Nabawi, buletin Faza, Buletin Aksara, Jurnal Al-Lisan, jurnal online kampusIslam. Com,dan majalah online cahaya-islam. Com, sampai saat ini, ia telh mengelola tiga penerbit, Transpustaka (2004-2005), Pustaka Darussunah (2005-2006), dan Dikara (2007-sekarang). Ia juga menulis artikel untuk beberapa Koran dan majalah lokal dan national, seperti Harian Pelita, Republika, Harian


(46)

Duta Masyarakat, Majalah La Tansa, Majalah Firdaus, Jurnal Al-Turats, dan Jurnal Studi Al-Qur’an.

Ia pun aktif berorganisasi. Ia adalah direktur Pusat Pengembangan Syadema Center (d/h Transicle) Jakarta (2004-seakarang), sekertaris Komite Akademik Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2004-sekarang), anggota mayarakat Linguistik Indonesia (2005-sekarang), anggota divisi bahasa Arab pada Lembaga penerjemahan Fakultas Sastra Universitas Al-Azhar Indonesia (2007-2009), wakil direktur pada pusat Bahasa dan Penerjemahan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarf Hidayatullah Jakarta (2008-sekarang), anggota pusat kajian Naskah Islam Nusantara Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarf Hidayatullah Jakarta (2008-sekarang).

Ia pun aktif mengisi dan mengikuti berbagai forum diskusi, seminar, bedah buku, workshop, lokakarya, symposium, baik yang bersekala lokal, nasional, maupun Internasional. Berikut karya-karya terjemahan Syarif Hade Masyah, yaitu: Dasar-dasar Ilmu hadist, menerjemahkan dari edisi Arabnya: al-Taqrib wa al-Taisir Li Ma’rifat Sunan al-Basyir wa al-Nadzir, karya Imam al-Nawawi (Pustaka Firdaus, Mei, 2001), Misteri Do’a Nabi Yunus, menerjemahkan dari edisi Arabnya: Mufarrij al-Kurub, karya Ibnu Taimiyyah (Penerbit Mustaqiim, Januari, 2002), Menemukan Jalan Lurus menerjemahkan dari edisi Arabnya: al-Sirat Al-Mustaqim Fi al-Tauhid, karya Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Harari (Penerbit Mustaqiim, Februari, 2002), Hikmah Dibalik Hukum Islam, menerjemahkan dari edisi Arabnya: Hikmah al-Tasyrii’wa Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi (Penerbit Mustaqiim, Februari, 2002), Solusi Pendidikan Anak Masa Kini,


(47)

menerjemahkan dari edisi Arabnya: Nida’ ila Al-Murabbin wa Al-Murabbiyat,

karya Muhammad bin Jamil Zainu (Penerbit Mustaqiim, Mei, 2002), Al-Quran Menjawab Tantangan Zaman, menerjemahkan dari edisi Arabnya: Bunyah al-Tasyri’iyyah wa al-Hadlariyyah Fi Al-Quran al-Karim, Karya Dr. Wahbah al-Zuhaili (Penerbit Mustaqiim, Juli, 2002.) dan lain-lainya.1

B. Sinopsis Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah diterbitkan oleh penerbit Qultum Media pertama kali pada bulan Maret, 2006. buku ini setebal 94 halaman. Penulis mulai menyusun buku ini pada tahun 2001 dan baru rampung dikerjakan pada tahun 2006, karena menurut penulis “ membuat buku semacam ini tidak semudah yang dibayangkan. Pekerjaan ini benar-benar pekerjaan yang berat (seperti banyak dikatakan orang). Menghimpun kosakata, juga dialog, dan komik seperti di kamus ini tidak bisa hanya mengandalkan buku, kamus, dan majalah yang biasa digunakan. Menurut penulis berinteraksi secara rutin dengan para Ikhwan untuk memperhatikan sekaligus merekam segala sesuatu yang biasa mereka lakukan dan katakan”.2

Isi buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat terdiri atas hiwar (Dialog Gaul Ikhwan-Akhwat), al’ibârâtu al-‘arâbiyyah wa tarjamatuhâ (ungkapan dalam bahasa Arab dan terjemahannya), al-’ibârâtu al-yaumiyyah (ungkapan keseharian), ’ibârâtu al-nida’ (ungkapan sapaan), ’ibârâtu al-ta’âruf (ungkapan perkenalan), ’ibârâtu al-taassuf (ungkapan maaf dan penyesalan), ’ibârâtu al-ittifaq wa ghayri al-al-ittifaq (ungkapan persetujuan dan ketidaksetujuan), ’ibârâtu

1

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia (Dikara: Pamulang Barat Pamulang Tanggerang, 2009), h. 183.

2


(48)

al-salâm (ungkapan salam), al-’ibârâtu al-syâi’ah (ungkapan yang sering digunakan), ’ibârâtu tahâni (ungkapan selamat), ’ibârâtu al-syukr (ungkapan terima kasih), al-’ibârâtu al-’ammah (ungkapan umum), amtsal ma’lufah al-‘arâbiyyah wa tarjamatuhâ (kata mutiara dalam bahasa Arab dan terjemahannya),

amtsal ma’lufah (kata mutiara), dan tentang penulis.

C. Peribahasa yang terkandung dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

semuanya berjumlah tujuh puluh lima peribahasa. Dari ketujuh puluh lima peribahasa tersebut peneliti akan mengklasifikasikan berdasarkan

jenis-jenisnya, yaitu:

ﱠﺠ

ﺤﻟا

(argumen),

ﺪْﻳ

ﺤﻟا

(perkataan),

ة

ْﺒ

ﻌﻟا

(nasihat),

ﺼﻟا

ﻔﺔ

(karakter).

ﻌﻟا

ْﺒ

ة

(nasihat), dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat Karya Syarif Hade Masyah, peneliti menemukan 46 jenis pribahasa yang termasuk jenis ini, lihat tabel berikut ini:

1.

Tabel 1.

Arti Peribahasa

No

Siapa yang berusaha pasti akan berhasil

ﺪ و

ﱠﺪ

ْ ﻣ

1.

Manusia hanya bisa berusaha pada akhirnya Allah jua yang

menentukan

ﷲاو

ﻰﻌْﺴﻳو

ﺮﱢﻜﻔﻳ

نﺎﺴْﻹا

ﺮﱢﺪﻳ

2.

Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir

ْ

ﺒْﺼﻳ

ْنأ

ْﺒﻗ

ْلْﻮ

ْ ﻘ

ْﻮ ْﻜ ﻟا

ل

3.

Kondisi darurat membolehkan yang dilarang

تارْﻮﻈْﺤ ﻟا

ْﺒ

ةرْوﺮﱠﻀﻟا

4.

Orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain

ﺮْﻐ

ﻆﻌﱠا

ﻗﺎﻌﻟا


(49)

ْﱢﻀﻟا

ْﻗو

ْﻳﺪﱠﺼﻟا

Di waktu susalah teman sejati teruji 6.

Teman sejati saat susah teruji

ﱠﺼﻟا

ﱠﺪﱢ ﻟا

ﺪْ

فﺮْﻌﻳ

ْﻳﺪ

ة

7.

Ingat waktu susah di kala senang

مْﻮ ْﻟ

ْﻷا

ﻚ ْﺮﻗ

ْﺮﺧﱠدإ

دﻮْﺳﻷا

8.

Setiap yang dilarang pasti disukai

بْﻮ ْﺮﻣ

عْﻮ ْ ﻣ

آ

9.

Orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi

ﺒﻟْا

ﻰ ْ ﻳ

ْﻳﺮﻐﻟا

10.

Kebaikan harus di balas dengan kebaikan, kejahatan pun harus di balas kejahatan

ﱢ ﱢﺴﻟﺎ

ﱢﺴﻟاو

ْﻌْﻟﺎ

ْﻌﻟا

11.

Semakin tua, semakin berpengalaman

ْ ﻣ

ْ ﻌﻳ

ﻮﻃ

اﺮْﺜآ

ﺮﻳ

ﻼْﻳ

12.

، ْﺜ ﻟﺎ

ﺔ ﻣﺎﻌ ﻟا

)

ْ اﺮ

ﺎ آ

كارأ

ْ

ﺎﻳ

(

Bergaul itu harus bisa mengimbangi 13.

Orang yang tenggelam hanya bisa berpegang dengan udara

ءاﻮﻬْﻟا

لﺎﺒﺤ

ﻚﱠﺴ ﺘﻳ

ْﻳﺮﻐﻟا

14.

Tergesa-gesa/terburu-buru itu pekerjaan syaitan

نﺎ ْﱠ ﻟا

ﺔ ﺠﻌﻟا

15.

Jika bicara itu perak, maka diam itu emas

ﺔﱠﻀ

ْ ﻣ

مﻼﻜﻟْا

نﺎآاذإ

هذ

ْ ﻣ

تْﻮﻜﺴﻟاﺎ

16.

Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali

ﻟْا

ﻰ ْﺣأ

ْﺤﻜﻟا

ْ ﻌ

17.

Tidak semua yang berkilauan itu emas

ﺒهذ

ْﻳ

ﺎﻣ

آ

ْﻟ

18.

Tidak ada suatu kesuksesan tanpa kerja keras

ةﺪهﺎﺠ ْﻟﺎ

ﱠ إ

حﺎﺠ

ﷲاو

19.

Orang yang yang berbuat baik disuka

بْﻮﺒْﺤ ﻟ

ﺮْ ﻟْا

ﱠنإ

20.

Apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil

ﻌﻟْا

ﱠ ﺤﺠْﺘﻟ

ْﻘْأ

ْنإ

21.

Katakan yang benar meski itu pahit

اﺮﻣ

نﺎآ

ْﻮﻟو

ﱠ ﺤﻟْا

ْ ﻗ

22.

Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan

ﺮْﺴﻳ

ﺮْﺴﻌﻟْا

ﱠنإ

ا


(50)

ﻪ ﺎﺴﻟ

لﺎﻃ

ﻪﺘﱠﺠﺣ

ْتﺮﺼﻗ

ْ ﻣ

Air beriak tanda tak dalam 24.

Tidak ada gading yang tak retak

داﱠﻮ

ﱢ ﻜﻟو

ةﻮْﺒ

مرﺎ

ﻜﻟ

ةﻮْﻔه

ﻟﺎ

ﱢ ﻜﻟو

ةﻮْﺒآ

25.

Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya

ﺪﺣاو

ﺮْﺤ

ْ ﻣ

ﻣْﺆ ﻟْا

غﺪْﻳ

ْ ﱠﺮﻣ

26.

Katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah

ﱠ إ

اﺪﺣأ

ْ

و

قْﺪﱢﺼﻟا

ﷲا

27.

Hormati yang tua dan sayangi yang muda

ﱠ آ

ْ ﺣْراو

ﺮْﺒآ

ﱠ آ

ْمﺮﺘْﺣإ

ﺮْ

28.

Jika ingin sukses, jangan pernah berbohong

ْرﺬْﺣﺎ

حﺎﺠﱠﻟا

تْدرأ

اذإ

بﺬﻜﻟْا

29.

Jujurlah dalam bersikap dan bertindak

ﻚ و

ﻚﻟْﻮﻗ

ْ

ﺎﻗدﺎ

ْ آو

30.

Hormati dirimu,baru orang akan menghormatimu

ﺮﺘْﺣإ

ْﻔ

ْم

سﺎﱠﻟا

ﻚْﻣﺮﺘْﺤﻳ

ﻚﺴ

31.

Jaga lisanmu dari ucapan tidak sopan, pasti kamu selamat

ْ ْﺴ

ةءاﺬﺒﻟا

ﻚ ﺎﺴﻟ

ْﻆﻔْﺣإ

32.

Pikir dulu sebelum berkata

ﱠﻜﺘ

ْنأ

ْﺒﻗ

ْﺮﱢﻜ

33.

Buru-buru hanya berbuah

penyesalan,hati-hati akan membawa keselamatan

ﱢﺄﱠﺘﻟا

ْ و

ﺔﻣاﺪﱠﻟا

ﺔ ﺠ ا

ْ

ْ

ﺔﻣﻼﱠﺴﻟا

34.

Sebelum lapar, jangan makan dulu

ﺎﻌ ﺎ

ْآ

اذإ

ﱠ إ

ْ آْﺄ

35.

Saat makan, jangan terlalu kenyang

ْ ْ

ْآأ

اذإ

ﻚ ْ

ﻌﱠ ﻟاﺎ

مﺎ

36.

Tidur cepat, bangunya juga cepat

اﺮﱢﻜﺒﻣ

ْ ﻬْاو

اﺮﱢﻜﺒْﻣ

ْ

37.

Jangan pelit dan jangan boros

ﻚﻘ

ﻰﻟإ

ﺔﻟْﻮ ْﻐﻣ

كﺪﻳ

ْ ﻌْﺠ


(51)

ْ هو

ﻌْﻔﻳ

ﺎﱠ

ْﺴ

نْﻮ ْﺴ

Dia Allah tidak ditanyai tentang apa

yang dilakuan-Nya, justru mereka manusia

39.

Saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran

ﺮْﺒﱠﺼﻟاو

ﱢ ﺤْﻟﺎ اْﻮ اﻮ

40.

Serulah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik

عْدأ

ﺔ ْﻜﺤْﻟﺎ

ﷲا

ﻟإ

ْاو

ﺔ ﺴﺤﻟْا

ﺔﻈ ْﻮ ﻟ

41.

Serullah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan

لﺎﻘ ﻟْا

نﺎﺴ

ﷲا

ﻟإ

عْدأ

لﺎﺤﻟْا

نﺎﺴﻟو

42.

Serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu

ﻚﻣْﻮﻗ

نﺎﺴ

ﷲا

ﻟإ

عْدأ

43.

Serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah

ْﻘ رْﺪﻘ

ﷲا

ﻟإ

عْدأ

ْﻳﱢﻮ ْﺪ ﻟا

44.

Bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan

ْوﺮﺼْ

ْنإ

ْ آ

ْﺮﺼْﻳ

ﷲا

ا

ْ ﻜﻣاﺪْﻗأ

ْ ﱢﺒ ﻳو

45.

Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada

ْآ

ﺎ ﺜْﺣ

ﷲا

ﱠا

46.

Pada contoh no 1 sampai no 46 menurut peneliti termasuk jenis pribahasa

ﻌﻟا

ْﺒ

ة

, karena isi kandungan pribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah tersebut sudah berisi nasihat atau pengajaran dan mempunyai kalimat yang sudah lengkap (penjelasan lebih lengkapnya bisa di lihat pada bab 4).

2. Argumen

ﱠﺠ

ﺤﻟا

yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan akhwat

Karya Syarif Hade Masyah, peneliti disini menemukan 12 pribahasa yang


(52)

Tabel 2

No Peribahasa Arti

1.

ةﱠﻮﻗ

دﺎﺤﱢﻹا

ْ

Persatuan puncak

kekuatan

2.

جﻼﻌﻟْا

ﺮْﺧ

ﺔﻳﺎﻗﻮﻟا

Mencegah lebih baik dari

pada mengobati

3.

حﺎﺠﱠﻟا

ْﻳﺮﻃ

ﻔﻟا

Kegagalan awal dari

kesuksesan

4.

ﺎﺣﺎﺠ

ﻚْ

ﷲا

ْر

ﱢﺪﻘﻳ

ْ ﻘﺘْﺴ

ﺎ ْﺣ

Bila serius dan tekun,

pasti sukses

5.

حﺎﺠﱠﻟا

سﺎﺳأ

ْﻔﱠﻟا

دﺎ ﺘْ ﻹا

Percaya diri kunci sukses

6.

ﺮْﻘﱢﻔﻟاو

ﱢلﺬﻟا

ْﻳﺮﻗ

ﺴﻜﻟا

Malas pangkal miskin

dan hina

7.

ْ ﱠﺴﻟا

ْﺴﺠﻟا

ْ

ْ ﱠﺴﻟا

ْﻘﻌﻟا

Akal yang cerdas terdapat

pada jiwa yang sehat

8.

ﺎ ﻜﻟْا

ْ

حﺎﻣﱢﺮﻟا

ْﺒﻗ

Sedia payung sebelum

hujan

9.

ﺎ ْﻌﻟْا

ه

ا

ﺔ آ

Hanya firman Allahl

yang tertinggi

10.

ﺪﻐﻟا

لﺎ ر

مْﻮ ﻟْا

نﺎﱠﺒ

Pemuda hari ini, tokoh

masa datang

11.

ﻌﱠﺘﻟا

ﺪْﻌ

ﱠ إ

ةﺬﱠﻟا

ﺎﻣو

Berakit-rakit ke hulu,

berenang-renang ke tepian

12.

نﺎ

ْﻳﻹْا

ﺔ ﺎﻈﱠﻟا

kebersihan sebagian dari

iman

Pada contoh no 1 sampai 12 menurut peneliti termasuk jenis peribahasa

ﺤﻟا

ﱠﺠ

karena, isi kandungan yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat tersebut menunjukan sebuah semboyan yang sering kita dengar (analisis detailnya lihat di bab 4).


(53)

3. Argumen

ﺪْﻳ

ﺤﻟا

yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan akhwat

Karya Syarif Hade Masyah, peneliti disini menemukan 4 pribahasa yang

termasuk jenis pribahasa

ﺪْﻳ

ﺤﻟا

lihat tabel berikut ini: Tabel 3.

No. Peribahasa Arti

1.

نﺎﺼْﻘ ﻟا

ْﺧأ

ةدﺎﻳﱢﺰﻟا

Kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan

2.

نﺎ ْ ﻌﻟْا

دﻼ

ْ

رﻮْ ﻷ

ا

ﻚ ﻣ

Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja

3.

ﺮﺜآ

ﻪ ﺮْﺳ

ْتءﺎﺳ

ْ ﻣ

ْودﺎﻌﻣ

Yang banyak perangainya pasti banyak musuhnya

4.

ﻚْ

سﺎﱠﻟا

ﺜﻳ

ﺎ ْﻣأ

ْ آ

Dipercayai dulu, baru orang selalau percaya padamu

Pada contoh 1 sampai 4 menurut peneliti termasuk jenis peribahasa

ﺪْﻳ

ﺤﻟا

karena, isi kandungan peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat membandingkan ungkapan kalimat peribahasa yang diungkapkan dan peribahasa yang tidak diungkapkan atau disembunyikan (analisis detailnya lihat bab 4).

4. Argumen

ﻔﺔ

ﺼﻟا

yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan akhwat

Karya Syarif Hade Masyah, peneliti disini menemukan 12 jenis pribahasa


(54)

Tabel 4.

No. Peribahasa Arti

1.

ﺎﻬﱢﻣﺄﻟ

ْﺒﻟا

Anak perempuan sama seperti

ibunya (like mother like daughter)

2.

ﻪْ أﺮﺳ

ﺪﻟﻮﻟا

Anak laki-laki sama seperti

ayahnya (like father like son)

3.

عاﺮﺘْﺧﻹا

مأ

ﺔ ﺎﺤﻟا

Kebutuhan itu puncak dari

semua keinginan

4.

ﻪﻌﻣ

رْﺬ

ﺎﻐﻟا

Tidak hadir sudah cukup

menjadi alasan ketidaksetujuan

5.

ﻗْزر

ْﺠﻳ

ءْ ﺠﻳ

مْﻮﻳ

آ

ﻪﻌﻣ

Hari datang dan pergi membawa rezekinya sendiri

6.

ْﻘﻟْا

ﱠﻼﺳ

ْﻌﻟْا

بﺎ

ْ ﻣ

Jauh di mata, dekat di hati

7.

ْ ﻗﺎ و

ﺮْﻌﻣ

ْ ﻌﺴﱠا

ﻪﺘﱠ ه

ْتﺪﻌ و

ﻪ رﺪْﻘﻣ

Maksud hati memeluk gunungu, apa daya tangan tak sampai

8.

ْ ﻜﻌﻣ

ْ آﺮ ﺎﻃ

Dewi fortuna tidak bersamamu

9.

ْﺠﻌْﻟا

ْﱠﺴﻟا

ﺒﺳ

Nasi telah menjadi bubur

10.

ْﻮ

ﺤﻣ

ﺮﺜآ

ﻪﻗﻼْﺧأ

ْ ﺴﺣ

ْ ﻣ

Yang berakhlak baik yang

banyak teman

11.

ﺎهد ْوﺄ

ﻟْوأ

ﺔﺳر

ْﺪﻣ

مﻷا

Ibu menjadi sekolah pertama

bagi anak-anaknya

12.

لﺎ ر

ْ هو

لﺎ ر

ْﺤ

Kita sama-sama manusia

Pada contoh no 1 sampai no 12 menurut peneliti termasuk jenis peribahasa

ﺼﻟا

ﻔﺔ

karena, isi kandungan yang terdapat dalam peribahasa buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat menunjukan kalimat yang tidak lengkap dan tidak berisi nasihat (analisis detailnya lihat bab 4).


(1)

benar. Terjemahan ini juga jelas, karena pesan yang disampaikan bisa dipahami yaitu tidak semua yang berkilau itu emas. Meskipun begitu, terjemahan ini kurang wajar, karena masih terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti peribahasa ini lebih baik diterjemahkan dengan jangan tertipu dengan penampilan.

Pada contoh no. 6 diterjemahkan katakan yang benar meski itu pahit. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesannya tersampaikan dengan benar yaitu mengatakan kebenaran walaupun pahit atau banyak resikonya. Terjemahan peribahasa ini juga jelas karena dapat dipahami dengan mudah. Meskipun begitu, terjemahan ini kurang wajar karena masih terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti lebih baik diterjemahkan dengan jangan takut mengatakan kebenaran.

Pada contoh no. 7 diterjemahkan yang berakhlak baik yang banyak teman. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan benar yaitu yang berakhlak baik yang banyak teman. Terjemahan ini juga sudah jelas karena mudah dipahami. orang yang memiliki akhlak baik banyak yang menyukai sehingga banyak teman. Meskipun begitu, terjemahan ini tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim, Masih sangat terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan ada gula ada semut.

Pada contoh no. 8 diterjemahkan yang buruk perangainya pasti banyak musuhnya. Terjemahan peribahasa ini tepat, karena pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan benar yaitu orang yang buruk perangainya pasti banyak musuhnya. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami. orang yang buruk perangai tidak disukai orang dan pasti memiliki musuh yang banyak. Meskipun begitu, terjemahan ini tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim,


(2)

Masih sangat terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan ada gula ada semut.

Pada contoh no. 9 diterjemahkan jika ingin sukses jangan pernah berbohong. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan benar yaitu jika ingin sukses jangan pernah berbohong. Meskipun sudah tepat, tetapi sulit dipahami, karena banyak orang yang suka berbohong tapi sukses. maka terjemahan ini tidak jelas. Terjemahan ini sudah wajar karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim.

Pada contoh no. 10 diterjemahkan dipercayai dulu, baru orang selalu percaya padamu. Terjemahan ini tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar yaitu dipercayai dulu, baru orang selalu percaya padamu. Meskipun sudah tepat, terjemahan ini tidak jelas karena sulit untuk dipahami. kesulitan itu dalam memahami frase dipercayai dulu. Terjemahan ini juga tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim dan masih sangat terasa seperti terjemahan.

Pada contoh no. 11 diterjemahkan hormati dirimu, baru orang akan menghormatimu. Terjemahan ini sudah tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar. Meskipun sudah tepat, terjemahan ini tidak jelas karena sulit untuk dipahami. karena, banyak orang yang tidak menghormati dirinya (seperti koruptor) tetapi dihormati oleh orang banyak. Terjemahan ini tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim dan masih sangat terasa seperti terjemahan.

Pada contoh no. 12 diterjemahkan sebelum lapar, jangan makan dulu. Terjemahan ini tepat karena pesannya tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini


(3)

tidak jelas karena sulit dipahami maksud dari peribahasa ini, yang sesuai dengan makna tersiratnya atau makna tersuratnya. terjemahan ini sudah wajar karena menggunakan kalimat yang lazim dan tidak terasa seperti terjemahan.

Pada contoh no. 13 diterjemahkan serulah kepada Allah dengan hikmah dan nashihat yang baik. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terdapat pada Tsu sudah tersampaikan dengan benar yaitu menyeru kepada Allah. Akan tetapi, terjemahan ini belum jelas karena kata

ﺔ ْﻜﺤْﻟا

diterjemahkan apa adanya, sehingga membuat sulit untuk dipahami, dan membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk dapat memahami terjemahan ini. Meskipun begitu terjemahan ini sudah wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa.

Pada contoh no. 14 diterjemahkan serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terdapat dalam Tsu tersampaikan dengan benar yaitu menyeru kepada Allah dengan bahasa kaumu. Akan tetapi, terjemahan ini belum jelas karena masih sulit untuk dipahami. jika pesan dalam peribahasa itu ditelan mentah-mentah tidak sesuai dengan metode dakwah. Karena dalam menyeru kepada Allah bisa menggunakkan bahasa Indonesia maupun Arab. meskipun begitu terjemahan ini sudah wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa.

Pada contoh no. 15 diterjemahkan bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan pijakan kalian. Terjemahan ini belum tepat karena pesan yang dikomunikasikan tidak tersampaikan dengan tepat. Terjemahan ini juga tidak jelas, frase

ْ ﻜﻣاﺪْﻗأ

ْ ﱢﺒ

ﺜﻳ

diterjemahkan apa adanya yaitu mengokohkan pijakan kalian, sehingga membuat terjemahan ini sulit untuk


(4)

Pada contoh no. 16 diterjemahkan dengan orang yang tenggelam hanya bisa berpegangan dengan udara. Secara harfiah diterjemahkan dengan orang yang tenggelam berpegangan pada tali udara. Terjemahan ini tidak tepat, karena pesan yang disampaikan tidak tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga tidak jelas, karena pesan yang dikomunikasikan sulit untuk dipahami, kesulitan pemahaman itu terlihat dari berpegang pada udara. Meskipun begitu, terjemahan ini wajar, karena sudah menggunakan bentuk yang lazim dalam Tsa.

Pada contoh no. 17 diterjemahkan tergesa-gesa/ terburu-buru itu pekerjaan setan. Terjemahan ini tidak tepat, karena pesan yang disampaikan tidak benar, hal itu dilihat dari ungkapan streotip

نﺎ ْﱠ ﻟا

yang diterjemahkan secara leksikal. Terjemahan ini juga tidak jelas, karena pesan yang dikomunikasikan sulit untuk dipahami, karena pekerjaan setan tidak hanya terburu-buru. Meskipun begitu, terjemahan ini sudah wajar, karena menggunakan kalimat yang lazim dalam Bsa.

3. Peribahasa dengan Terjemahan Sulit

Yang dimaksud dengan peribahasa dengan terjemahan sulit adalah pada kesemua unsur penilaian, baik ketepatan, kejelasan, dan kewajaran tidak terpenuhi. Ada 2 peribahasa dengan terjemahan sulit.

Tabel 15

No. Peribahasa Arti

1.

ﺎﻬﱢﻣﺄﻟ

ْﺒﻟا

Anak perempuan sama seperti

ibunya 121


(5)

ﻪْ أﺮﺳ

ﺪﻟﻮﻟا

2. Anak laki-laki sama seperti ayahnya

Pada contoh no. 1 diterjemahkan anak perempuan sama seperti ibunya. Secara harfiah diterjemahkan anak perempuan milik ibunya. Terjemahan anak perempuan sama seperti ibunya tidak tepat, karena huruf

ل

diartikan dengan sama seperti, secara sintaksis huruf lam terbagi atas

ﻚْ ْﻟ

ل

yang berarti milik, kepunyaan, bagi.

ْ ْﺒﱠﺘ ﻟ

ل

yang berarti ke, dan kepada.

ﺮْﻣ ﻟو

ْ ْﻌﱠﺘْﻟ

ل

yang berarti karena, supaya, dan untuk.21 Menerjemahkan huruf lam menjadi frase sama seperti mengakibatkan pesan yang terkandung dalam Tsu tidak tersampaikan dengan benar dalam Tsa, karena secara literal dan tersirat tidak dapat menunjukan makna yang terkandung dalam peribahasa anak perempuan sama seperti ibunya. Terjemahan ini pun tidak jelas, karena pesan yang terkandung dalam Tsu kurang terpahami, karena menyamakan ibu dengan anak, penyamaan itu tidak jelas pada hal apa. Padahal, yang dimaksud dalam peribahasa ini adalah seorang anak akan meniru perilaku orang tuanya. Selain itu, terjemahan ini pun tidak wajar, karena tidak menggunakan kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran.

Pada contoh no. 2 diterjemahkan anak laki-laki sama seperti ayahnya. Secara harfiah diterjemahkan dengan anak laki-laki bagian yang paling baik dari ayahnya. Kata

ﺮﺳ

secara leksikal berarti bagian yang paling baik,22 dalam

21

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 1245.

22

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, h. 626.


(6)