Analisis Gaya Bahasa pada Idiom Bahasa Mandarin.

(1)

ANALISIS GAYA BAHASA PADA

IDIOM BAHASA MANDARIN

汉语熟语修辞格分析

hànyǔ shúyǔ xiūcígé fēnxī

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu

syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

ANITA HASJEM

070710028

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ANALISIS GAYA BAHASA PADA

IDIOM BAHASA MANDARIN

汉语熟语修辞格分析

hànyǔ shúyǔ xiūcígé fēnxī

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu

syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

ANITA HASJEM

070710028

Dosen Pembimbing I

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19630109 198803 2 001

Dosen Pembimbing II

Liu Jingfeng, M.A.

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Cina Ketua Program Studi,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19630109 198803 2 001


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam bidang Sastra Cina.

Pada

Tanggal : Juni 2011 Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( ) 2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si ( )

3. Dra. Rohani Ganie, M.Hum ( )

4. Wu Qiaoping, M.A. ( )


(5)

ABSTRACT

This research is about the analysis of figure of speech in Chinese idiom, which focused on the four variants of Chinese idiom, namely maxims, proverbs, allegories, and idioms. The data of this research is the Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students’ book complied by Xu and Ying. In this research, Huang and Liao’s concept about the figure of speech in Chinese language is used to identify the figure of speech. Besides that, the semantic theory of Pateda is also used to describe the function and the meaning of the figure of speech. Method of this research is the combination of qualitative and quantitative method. The result of this research shows that there are nine figures of speech that are used in four variants of Chinese idiom. They are simile/metaphor, personification/ depersonification, metonymy/synecdoche, hyperbole, paronomasia, dui’ou, antithesis, repetition, and rhetorical question. The functions of these figures of speech are to make idioms seem more real, figurative, and interesting; easy to understand and to remember. They also can weaken the meaning of idioms or sharpen the meaning of idioms. The meaning of these figures of speech can be viewed in terms of similarity of meaning, the closeness of meaning, the application of the meaning, the equality of meaning, the comparison of meaning and the repetition of meaning.


(6)

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa pada Idiom Bahasa Mandarin”, sesuai yang direncanakan. Untuk itu puji syukur peneliti panjatkan kepada-Nya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena pengetahuan peneliti yang masih sangat terbatas. Namun berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang sangat banyak membantu peneliti, maka penulisan skripsi ini pun akhirnya diselesaikan.

Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Syahron Lubis,M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendukung penulis dalam proses penyelesaian skripsi,

4. Ibu Liu Jingfeng, M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mendukung dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,


(7)

5. Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan pengarahan selama kegiatan perkuliahan,

6. Ibu Wu Qiaoping, M.A., selaku Dosen Pengajar mata kuliah Chinese Rethoric yang telah memberikan pengarahan selama penyelesaian skripsi, 7. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Cina yang telah banyak

memberikan ilmu yang bermanfaat selama empat tahun,

8. Ayah, Ibu, dan saudara peneliti yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini,

9. Seluruh rekan mahasiswa Program Studi Sastra Cina dan teman lainnya yang bersedia memberikan saran, kritik, tips, dan bantuan lainnya, serta semua yang telah membantu peneliti untuk terselesaikannya skripsi ini. Akhir kata, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Medan, Juni 2011

Peneliti Anita Hasjem


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Konsep ... 9

2.2.1 Gaya Bahasa ... 9

2.2.1.1 Gaya Bahasa pada Bahasa Mandarin ... 10

Gaya Bahasa Perumpamaan ... 11

Gaya Bahasa Personifikasi/Depersonifikasi ... 13


(9)

Gaya Bahasa Hiperbola ... 16

Gaya Bahasa Paronomasia ... 16

Gaya Bahasa dui’ou ... 17

Gaya Bahasa Antitesis ... 18

Gaya Bahasa Repetisi ... 19

Gaya Bahasa Erotesis ... 19

2.2.2 Idiom ... 20

2.2.2.1 Idiom Bahasa Mandarin ... 21

Peribahasa (Chéngyǔ) ... 23

Pepatah (Yànyǔ) ... 24

Kiasan (Xièhòuyǔ) ... 24

Ungkapan (Guànyòngyǔ) ... 25

2.3 Landasan Teori ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Metode Gabungan Kualitatif – Kuantitatif ... 27

3.2 Data dan Sumber Data ... 28

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.4 Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil ... 32

4.2 Pembahasan ... 34

4.2.1 Jumlah Gaya Bahasa Empat Varian Idiom Bahasa Mandarin ... 34


(10)

4.2.2.1 Gaya Bahasa Perumpamaan ... 38

4.2.2.2 Gaya Bahasa Personifikasi/Depersonifikasi ... 39

4.2.2.3 Gaya Bahasa Metonimia/Sinekdoke ... 41

4.2.2.4 Gaya Bahasa Hiperbola ... 42

4.2.2.5 Gaya Bahasa Paronomasia ... 43

4.2.2.6 Gaya Bahasa dui’ou ... 44

4.2.2.7 Gaya Bahasa Antitesis ... 45

4.2.2.8 Gaya Bahasa Repetisi ... 46

4.2.2.9 Gaya Bahasa Erotesis ... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Peribahasa yang Mengandung Gaya Bahasa ... 35

Tabel 4.2 Jumlah Pepatah yang Mengandung Gaya Bahasa ... 35

Tabel 4.3 Jumlah Kiasan yang Mengandung Gaya Bahasa ... 36

Tabel 4.4 Jumlah Ungkapan yang Mengandung Gaya Bahasa ... 36


(12)

ABSTRACT

This research is about the analysis of figure of speech in Chinese idiom, which focused on the four variants of Chinese idiom, namely maxims, proverbs, allegories, and idioms. The data of this research is the Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students’ book complied by Xu and Ying. In this research, Huang and Liao’s concept about the figure of speech in Chinese language is used to identify the figure of speech. Besides that, the semantic theory of Pateda is also used to describe the function and the meaning of the figure of speech. Method of this research is the combination of qualitative and quantitative method. The result of this research shows that there are nine figures of speech that are used in four variants of Chinese idiom. They are simile/metaphor, personification/ depersonification, metonymy/synecdoche, hyperbole, paronomasia, dui’ou, antithesis, repetition, and rhetorical question. The functions of these figures of speech are to make idioms seem more real, figurative, and interesting; easy to understand and to remember. They also can weaken the meaning of idioms or sharpen the meaning of idioms. The meaning of these figures of speech can be viewed in terms of similarity of meaning, the closeness of meaning, the application of the meaning, the equality of meaning, the comparison of meaning and the repetition of meaning.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari bahasa, baik itu bahasa lisan maupun tulisan. Secara linguistik, yang dimaksudkan dengan bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kushartanti, 2005:3). Idiom sebagai suatu simbol bahasa yang sangat unik juga sangat melekat erat dengan kehidupan manusia. Kehadiran idiom sendiri sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri. Oleh sebab itu, orang-orang yang belajar suatu bahasa baru harus mempelajari idiom bahasa tersebut sebagaimana mereka mempelajari kosa kata lain dalam bahasa itu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara linguistik idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya, misalnya kambing hitam dalam kalimat dalam peristiwa itu Hansip menjadi

kambing hitam, padahal mereka tidak tahu apa-apa (KBBI, 2007:417).

Sedangkan idiom (shúyǔ) menurut Kamus Bahasa Mandarin Modern (XiànDài

HànYǔ CíDiǎn) (2009:1267), adalah “固定的词组,只能整个应用,不能随意

变 动 其 中 成 分 , 并 且 往 往 不 能 按 照 一 般 的 构 词 法 来 分 析”, yang artinya

“kelompok kata atau frasa yang susunannya tetap, hanya boleh digunakan secara menyeluruh, tidak boleh sembarangan mengubah unsur-unsurnya, dan biasanya tidak bisa dianalisis dengan metode pembentukan kata umum.” Contohnya 慢条


(14)

   

斯 理 màntiáosīlǐ (bertenang-tenang; tidak buru-buru), 无 精 打 采 wújīngdǎcǎi

(tak bergairah; murung; lesu), 乱 七 八 糟 luànqībāzāo (kacau-balau; dalam

kekalutan), 八 九 不 离 十 bājiǔbùlíshí (sangat dekat; hampir betul), dan lain

sebagainya. Idiom Bahasa Mandarin mencakup peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xièhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ) (Yáo, 2006:25).

Idiom bahasa Mandarin memiliki daya ekspresi yang tinggi, karena itu banyak orang yang belajar bahasa Mandarin menggunakan idiom demi meningkatkan kemampuan menulis karangan mereka. Namun pada kenyataannya, banyak orang yang belajar bahasa Mandarin mengalami kesulitan dalam menggunakan idiom tersebut. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami penggunaan dari idiom tersebut.

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1985:5). Sementara itu menurut arti pada buku xiūcíxué fāfán (1997:71), gaya bahasa

adalah “人们在长期的语言交际过程中,在本民族语言特点的基础上,为提

高 语 言 表 达 效 果 而 形 成 的 格 式 化 的 方 法 、 手 段” yang artinya “sebuah cara

atau metode yang terbentuk dari proses komunikasi bahasa manusia, demi meningkatkan hasil penyampaian bahasa tersebut.”

Banyak idiom bahasa Mandarin yang memanfaatkan berbagai gaya bahasa sebagai dasar pembentukannya, sehingga idiom tersebut menjadi tampak ringkas, sangat berfigur, dan memiliki daya tarik tersendiri. Contohnya salah satu varian


(15)

   

sebagai berikut: mobil seperti air mengalir, kuda seperti naga berbaris. Peribahasa (chéngyǔ) ini menggunakan gaya bahasa perumpamaan yaitu metafora untuk membandingkan air yang mengalir dengan kendaraan yang hilir-mudik dan mengumpamakan kereta kuda yang berbaris panjang dengan tubuh naga. Kita mengetahui bahwa air yang mengalir akan terus mengalir tanpa hentinya, ini sama dengan keadaan mobil di jalan raya pada saat jam kerja dimana mobil hilir-mudik tanpa hentinya. Mobil yang melaju tersebut juga kadang tampak seperti saling berhimpitan membentuk barisan panjang mirip tubuh naga. Dengan analogi tersebut maka arti chéngyǔ chēshuǐmǎlóng sebenarnya adalah kendaraan berhilir-mudik dengan ramai. Penggunaan gaya bahasa metafora pada idiom menjadikan makna chéngyǔ chēshuǐmǎlóng lebih nyata dan jelas.

Dengan memperhatikan pemanfaatan gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin, maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik analisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin, yang berfokus pada pembahasan gaya bahasa yang terdapat pada empat varian idiom (shúyǔ), yaitu: peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xièhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ) dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students. Dengan dianalisisnya gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin, pembelajar bahasa Mandarin dapat memahami makna gaya bahasa pada idiom, sehingga akan membantu mereka dalam penggunaan idiom demi tercapainya penyampaian bahasa Mandarin yang lebih baik.


(16)

   

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Banyak idiom bahasa Mandarin yang memanfaatkan berbagai gaya bahasa sebagai dasar pembentukannya, dengan demikian idiom menjadi tampak ringkas, padat dan sangat berfigur. Melihat pemanfaatan gaya bahasa pada idiom bahasa mandarin, maka permasalahan yang ingin dibahas oleh peneliti pada penelitian ini adalah:

a. Berapa jumlah gaya bahasa yang terdapat pada empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang ada pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

b. Gaya bahasa apa saja yang terdapat pada empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang ada pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students. c. Bagaimana fungsi dan makna gaya bahasa tersebut pada empat varian idiom

bahasa Mandarin (shúyǔ) yang ada pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya analisis gaya bahasa pada idiom bahasa mandarin adalah:

a. Menjumlahkan berapa gaya bahasa yang terdapat pada empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang ada pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

b. Mengidentifikasi gaya bahasa pada empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang ada pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.


(17)

   

c. Mendeskripsikan fungsi dan makna gaya bahasa tersebut pada empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang ada pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) pada bahasa Mandarin adalah sangat banyak. Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi pembahasan hanya pada idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students (2005) yang disusun oleh Xú Zōngcái dan Yìng Jùnlíng. Adapun alasan penulis memilih buku ini, karena pada buku ini terdapat empat varian idiom (shúyǔ) yang merupakan idiom (shúyǔ) yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

Karena keterbatasan ruang penulisan dan keterbatasan kemampuan penulis terhadap gaya bahasa pada bahasa Mandarin, maka peneliti membatasi pembahasan hanya pada gaya bahasa yang terdapat pada empat varian idiom (shúyǔ), yaitu: peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xièhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ) dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign

Students. Gaya bahasa tersebut akan dianalisis menggunakan teori semantik

leksikal tentang makna dalam gaya bahasa.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dicapai dari penelitian tentang analisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin adalah:


(18)

   

1.5.1Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penelitian tentang analisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin adalah:

a. Menambah khasanah penelitian tentang idiom bahasa Mandarin (shúyǔ). b. Menambah khasanah penelitian yang memfokuskan pada analisis gaya bahasa

pada idiom bahasa Mandarin (shúyǔ).

1.5.2Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat dari penelitian tentang analisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin adalah:

a. Dapat digunakan sebagai acuan bagi pembelajar bahasa Mandarin. b. Sebagai referensi untuk penelitian yang berkaitan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini, pertama peneliti akan mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan idiom bahasa Mandarin pada umumnya dan yang berhubungan dengan gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin pada khususnya. Selanjutnya peneliti menguraikan dan menjelaskan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini. Dan yang terakhir peneliti memaparkan teori yang diaplikasikan dalam penelitian ini yang digunakan untuk menganalisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin.

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) sudah banyak diteliti, terutama di Cina. Penelitian-penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Kūnhóng dalam penelitiannya yang berjudul “熟语分类论” (Shúyǔ fēnlèi lùn)

(2009). Beliau mengelompokkan idiom bahasa Mandarin dari sudut penggunaan suku katanya, yaitu idiom dengan empat suku kata dan bukan empat suku kata.

2. Yán dalam penelitiannya yang berjudul “试 论 熟 语 文 化” (Shìlùn Shúyǔ

Wénhuà) (2006), yang menganalisis sifat kebangsaan, kesistematisan,

kekayaan dan keragaman bentuk serta sasaran dan ruang lingkup dari penelitian budaya idiom bahasa Mandarin.


(20)

3. Yán kembali mengangkat topik yang sama dalam penelitiannya yang berjudul “汉 语 熟 语 的 民 族 文 化 特 征” (Hànyǔ Shúyǔ de Mínzú Wénhuà Tèzhēng)

(2009). Pada penelitian ini beliau menganalisis keistimewaan budaya dari idiom bahasa Mandarin dengan memfokuskan penelitiannya pada filosofi, makna tak langsung, sifat humanisme, kesusastraan langgam bahasa dan motivasi yang tersirat pada idiom bahasa Mandarin.

4. Zhènlái dalam penelitiannya yang berjudul “熟语的文化 加义” (Shúyǔ de

Wénhuà Fùjiāyì) (2008) menganalisis makna tambahan yang tersirat pada

idiom bahasa Mandirin.

5. Dūnguì dalam penelitiannya yang berjudul “熟 语 的 修 辞 特 色” (Shúyǔ de

Xiūcí Tèsè) (1988), menganalisis keistimewaan dari pilihan kata pada idiom bahasa Mandarin.

6. Lán dalam penelitiannya yang berjudul “熟 语 的 修 辞 功 能 探 析” (Shúyǔ de

Xiūcí Gōngnéng Tànxī) (2010) memaparkan kegunaan dari diksi dan gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin.

7. Yuán dalam penelitiannya yang berjudul “浅析惯用语、谚语和歇后语的结

构及修辞特点” (Qiǎnxī Guànyòngyǔ Yànyǔ hé Xiēhòuyǔ de Jiégòu jí Xiūcí

tèdiǎn) (2008) yang memfokuskan analisisnya pada struktur, diksi dan gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin khususnya pada tiga varian idiom, yaitu: ungkapan (guànyòngyǔ), pepatah (yànyǔ) dan kiasan (xiēhòuyǔ).

Walaupun penelitian tentang gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin di negara Cina sudah sangat banyak, tetapi penelitian-penelitian tersebut lebih


(21)

ada penelitian yang mengidentifikasi gaya bahasa pada idiom itu satu per satu, maka peneliti merasa penelitian analisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin tentunya dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan gaya bahasa.

2.2

Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2007:588). Jadi, konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.2.1

Gaya Bahasa

Bila kita melihat arti gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian dan lain sebagainya.

Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (i) pemanfaatan atas kekayaaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra (Kridalaksana, 2008:70).

Menurut Keraf (2007:113), “gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Sedangkan menurut Tarigan (1985:5), “gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal


(22)

tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.” Pendapat lain dikemukakan oleh Slamet Muljana tentang gaya bahasa, yaitu: “gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca” (Waridah, 2008:322).

Karena objek kajian penelitian ini adalah idiom bahasa Mandarin, maka gaya bahasa yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah gaya bahasa pada bahasa Mandarin.

2.2.1.1

Gaya Bahasa pada Bahasa Mandarin

Menurut arti pada buku xiūcíxué fāfán (1997:71), gaya bahasa adalah “人们

在长期的语言交际过程中,在本民族语言特点的基础上,为提高语言表达效

果而形成的格式化的方法、手段” yang artinya “sebuah cara atau metode yang

terbentuk dari proses komunikasi bahasa manusia, demi meningkatkan hasil penyampaian bahasa tersebut.”

Menurut Huáng dan Liào dalam buku xiàndài hànyǔ diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Sedangkan menurut Chén pada buku xiūcíxué fāfán disebutkan bahwa ada tiga puluh delapan gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Dapat dilihat, gaya bahasa pada bahasa Mandarin adalah sangat banyak.

Namun karena keterbatasan kemampuan penulis terhadap gaya bahasa pada bahasa Mandarin, maka peneliti hanya membahas gaya bahasa yang terdapat pada empat varian idiom (shúyǔ), yaitu: peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan


(23)

(xièhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ) dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

Adapun gaya bahasa yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Gaya Bahasa Perumpamaan (比喻bǐ)

Menurut Huáng dan Liào dalam buku xiàndài hànyǔ(1997:233), “比喻是用

相似的事物去 绘事物或者说明道理” yang artinya “Bǐyù adalah gaya bahasa

perbandingan yang memanfaatkan kemiripan dua benda atau hal untuk melukiskan benda atau hal lain ataupun menjelaskan suatu ide.”

Dalam bǐyù, sesuatu yang dibandingkan disebut “běntǐ” atau dapat diterjemahkan sebagai “noumenon”, sesuatu yang digunakan untuk membandingkan disebut “yùtǐ” atau diterjemahkan sebagai “pembanding”, dan yang menghubungkan kedua hal yang dibandingkan itu disebut “bǐyùcí” atau diterjemahkan sebagai “kata banding”.

Gaya bahasa perumpamaan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: míngyùànyù, dan jièyù.

a. Gaya Bahasa Simile (明喻míngyù)

Míngyù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa

Indonesia. Menurut Tarigan (1985:9), “perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan sejenisnya (ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa, dll).”

Menurut Huáng dan Liào (1997:233) pada míngyù, noumenon dan


(24)

, 似, 仿佛fǎngfú, 犹如yóurú, 有如yǒurú, 一般yìbān, dan lain sebagainya.

Contoh:

(1) 食堂开饭时,全校同学像热锅上的蚂蚁一样挤成一团。

Di kantin saat jam makan, semua murid sekolah seperti semut diatas panci panas berjejal jadi satu.

Pada contoh (1) diatas, yang menjadi noumenon adalah “semua murid”, pembandingnya adalah “semut diatas panci panas”, dan kata bandingnya adalah “seperti”.

b. Gaya Bahasa Metafora (暗喻ànyù)

Ànyù setara dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Menurut Dale [et al] dalam Tarigan (1985:15), “Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan.”

Huáng dan Liào dalam buku xiàndài hànyǔ (1997:234), menyatakan bahwa ànyù disebut juga yǐnyù, noumenon dan pembandingnya muncul, namun menggunakan kata banding berupa kata: 是 shì (adalah), 变 成 biànchéng

(menjadi), 成为chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (serupa/berarti), dll atau tidak

menggunakan kata banding sama sekali. Contoh:

(2) 爱护书籍吧,它是知识的源泉。

Peliharalah buku dengan baik, dia adalah sumber pengetahuan.

Pada contoh (2), noumenonnya adalah “buku”, pembandingnya adalah “sumber pengetahuan” , sedangkan kata bandingnya adalah “adalah”.


(25)

c. Gaya Bahasa 借喻jièyù

Jièyù tidak menyebutkan noumenon, dan tidak ada kata banding, tetapi

langsung menggunakan pembanding sebagai noumenonnya (Huáng, 1997:234). Contoh:

(3) 鲁迅在一篇文章里,主张打落水狗。他说,如果不打落水狗,它一旦

跳起来,就要咬你,最低限度也要溅你一身的污泥。

Lǔxùn (Novelis Cina) dalam salah satu karyanya, menganjurkan memukul anjing yang jatuh ke parit. Beliau mengatakan, jika tidak memukul anjing yang jatuh ke parit itu, maka begitu dia melompat ke atas, akan menggigitmu, atau minimal akan menciprat kamu dengan lumpur.

Contoh (3) langsung menggunakan pembanding “anjing yang jatuh ke parit ” untuk menyatakan “musuh yang sudah kena pukul”. Pada contoh ini hanya muncul pembanding, tidak ada noumenon dan kata banding, kalimat ini langsung menggunakan pembanding sebagai noumenonnya.

2. Gaya Bahasa Personofikasi/Depersonifikasi (比拟bǐnǐ)

Bila bahasa Indonesia membedakan gaya bahasa personifikasi dan

depersonifikasi maka pada bahasa Mandarin kedua gaya bahasa ini termasuk dalam gaya bahasa bǐnǐ.

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf, 2007:140).

Contoh:

(4) 春风放胆来梳柳;夜雨瞒人去浇花。 

Angin musim semi memberanikan diri menyisir pohon willow; hujan malam sembunyi-sembunyi pergi menyiram bunga.


(26)

“Angin musim semi” dan “hujan malam” adalah benda tak bernyawa. Contoh (4) menginsankan “angin musim semi” dan “hujan malam”, membuat mereka memiliki perasaan, pikiran, dan gerakan manusia. Coba kita berpikir apakah “angin musim semi” bisa memberanikan diri pergi menyisir pohon willow dan “hujan malam” bisa sembunyi-sembunyi pergi menyiram bunga?

Sedangkan depersonifikasi adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi. Kalau personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan (Tarigan, 1985:21). Pada bahasa Mandarin, gaya bahasa depersonifikasi boleh juga menjadikan manusia memiliki sifat seperti binatang.

Contoh:

(5) 我到了自家的房外,我的母亲早已迎着出来,接着便飞出了八岁的侄

儿宏儿。 

Sampailah saya diluar rumah, ibu saya sudah lama keluar menyambut saya, kemudian terbang keluar keponakan saya Hóngér yang berumur delapan tahun.

“Terbang” adalah kemampuan sejenis binatang yang mempunyai sayap. Manusia tidak memiliki sayap dan tidak dapat terbang. Contoh (5) menjadikan manusia seolah-olah memiliki sayap dan dapat terbang.

Bǐnǐ selain menginsankan benda dan membendakan manusia, juga

menggunakan kata-kata yang melukiskan suatu benda untuk menggambarkan benda lain.

(6) 蓝色的火苗舔着锅底,锅里热气腾腾… …

Lidah api yang biru menjilati bawah panci, di dalam panci uap panas berkepul-kepul… …


(27)

“Menjilati” adalah kegiatan binatang untuk meminum atau memakan dengan lidah. “Lidah api” pada contoh (6) diatas dibuat seolah-olah memiliki sifat binatang itu sehingga bisa “menjilati” bawah panci.

3. Gaya Bahasa Metonimia/Sinekdoke (借代jièdài)

Jièdài adalah gaya bahasa yang tidak secara langsung menyebut nama dari

benda/hal yang dimaksud, tetapi meminjam nama dari benda/hal yang berhubungan erat dengannya untuk menggantikannya (Huáng, 1997:240). Jièdài sama dengan gaya bahasa Metonimia dan Sinekdoke pada bahasa Indonesia.

Menurut Moeliono dalam Tarigan (1985:123), “Metonimia ialah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.”

Contoh:

(7) 人 民 群 众 中 间 , 实 在 有 成 千 上 万 的 “ 诸 葛 亮 ” , 每 个 乡 村 , 每 个 市

镇,都有那里的“诸葛亮”。

Di antara sekelompok masyarakat, pasti ada beribu-ribu “Zhū gěliàng”, setiap desa, setiap kota, pasti ada “Zhū gěliàng” disana.

“Zhū gěliàng” adalah nama dari tokoh sejarah pada zaman tiga negara. Di hati orang Cina, beliau adalah jelmaan dari kebijaksanaan. Contoh (7) menggunakan “Zhū gěliàng” untuk menyebut “orang yang bijaksana”. “beribu-ribu ‘Zhū gěliàng’” untuk menyebut sekelompok masyarakat besar yang memiliki kebijaksanaan dan memiliki kreatifitas tinggi.

Sinekdoke ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya (Moeliono dalam Tarigan, 1985:124).


(28)

Contoh:

(8) 几十双闪亮的眼睛热切地注视着李老师,她激动地说不出话来。

Beberapa puluh pasang mata yang berkilau dengan ramahnya menatapi guru Li, Dia terharu hingga tidak dapat berkata apa-apa.

Contoh (8) menggunakan kalimat “beberapa puluh pasang mata yang berkilau” untuk mengganti orang banyak.

4. Gaya Bahasa Hiperbola (夸张kuāzhāng)

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya – dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1985:55).

Contoh:

(9) 天气又闷又热,我们渴得嗓子都快冒烟了。

Cuaca panas dan pengap, kami kehausan sampai tenggorakan mengeluarkan asap.

Contoh (9) menggambarkan sangat kehausan dengan cara yang berlebih-lebihan yaitu “sampai tenggorakan mengeluarkan asap”, meskipun kita sangat kehausan, tidak mungkin tenggorakan bisa sampai mengeluarkan asap.

5. Gaya Bahasa Paronomasia (shuāngguān)

Shuāngguān sama dengan gaya bahasa paronomasia pada bahasa Indonesia. Paronomasia ialah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi


(29)

sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya berbeda (Tarigan, 1985:64).

Menurut Huáng dan Liào, “利用语音或语义条件,有意使语句同时关顾表

面和内里两种意思,言在此而意在彼,这种辞格叫 关” (Huáng, 1997:248).

Yang diterjemahkan sebagai: “gaya bahasa yang memanfaatkan persyaratan bunyi dan arti yang sama, yang sengaja menjadikan kalimat memperhatikan makna luar dan dalam dari kalimat.”

Contoh:

(10)姓陶不见桃结果,姓李不见李开花,姓罗不见锣鼓响,三个蠢才哪

里来?

Si marga Tao tidak tampak buah persik berbuah, si marga Li tidak tampak buah prem berbunga, si marga Luo tidak tampak genderang berbunyi, tiga orang bodoh dari mana datangnya?

Contoh (10) memanfaatkan persamaan bunyi dari ketiga marga Tao, Li, dan Luo dengan nama ketiga buah atau benda “buah persik”, “buah prem”, dan “genderang”. (Pada bahasa Mandarin bunyi ketiga benda diatas sama dengan bunyi ketiga marga diatas).

6. Gaya Bahasa 对偶duì’ǒu

Menurut Huáng dan Liào, “对偶是用结构相同或相近、字数相等、意义上

密 切 相 关 的 一 对 短 语 或 句 子 对 称 排 列 起 来 表 达 相 对 或 相 近 的 意 思” (Huáng,

1997:256) yang artinya “Duì’ǒu adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kelompok kata atau kalimat yang bentuknya sama atau mirip, jumlahnya sama, artinya sangat berkaitan erat dibariskan secara seimbang kiri dan kanan untuk menyatakan maksud yang sama atau berlawanan.”


(30)

Contoh:

(11)病来如山倒,病去如抽丝。

Penyakit datangnya seperti gunung ambruk, penyakit perginya seperti menguraikan serat sutera.

Pada contoh (11) kalimat bagian kiri dan kanan memiliki jumlah karakter yang sama, yaitu masing-masing terdiri dari lima karakter. Bentuk kedua bagian ini juga sama, yaitu bagian kiri “penyakit datangnya” dan bagian kanan “penyakit

perginya”; bagian kiri “seperti gunung ambruk” dan bagian kanan “seperti

menguraikan serat sutera”. Makna kalimat ini adalah menyatakan maksud yang

berlawanan yaitu penyakit datangnya cepat, tetapi sembuhnya lambat.

7. Gaya Bahasa Antitesis (对比duìbǐ)

Duìbǐ hampir sama dengan gaya bahasa antitesis pada bahasa Indonesia. Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan) (Ducrot & Todorov dalam Tarigan, 1985:27).

Menurut Huáng dan Liào, “对比是把两种不同事物或者同一事物的两个方

面 , 放 在 一 起 相 互 比 较 的 一 种 辞 格 , 也 叫 对 照” (1997:266) yang artinya

Duìbǐ adalah gaya bahasa yang saling membandingkan dua hal yang tidak sama atau membandingkan dua sisi dari hal yang sama.”

Contoh:

(12)对下属面无表情(像一张白纸似的……但是他一见到上司(驴脸得立

刻缩短(变成柿饼脸(堆下笑容……

Terhadap bawahan muka tanpa ekspresi, seperti secarik kertas … … tetapi sekali dia nampak atasan, muka keledainya langsung menciut,


(31)

Contoh (12) membandingkan sikap seseorang terhadap bawahan dan atasannya yang saling yang bertentangan.

8. Gaya Bahasa Repetisi (fǎnfù)

Fǎnfù adalah gaya bahasa repetisi. Repetisi adalah pengulangan kata, frasa, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penekanan. (Waridah, 2008:322).

Repetisi ialah majas yang berupa pengulangan kata/kelompok kata yang sama dengan maksud menarik perhatian atau lebih menegaskan (Soedjito, 1990:118). Contoh:

(13)冒着敌人的炮火,前进!前进!前进!

Menantang tembakan meriam dari musuh, maju! Maju! Maju!

Contoh (13) berturut-turut mengulang kata “maju” untuk menegaskan semangat berperang yang mendalam.

9. Gaya Bahasa Erotesis (fǎnwèn)

Fǎnwèn sama dengan gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris pada

bahasa Indonesia. Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Keraf, 2007:134).


(32)

Contoh:

(14)我心里在想着,难道美丽的花园里一个人也没有?

Dalam hati saya berpikir, apakah taman bunga secantik ini satu orang pun tidak ada?

(15)难道我会做这样的坏事儿吗?

Apakah saya bisa melakukan hal jahat ini?

Contoh (14) menggunakan kalimat negasi “tidak ada” untuk menekankan bahwa taman bunga secantik ini pasti ada sangat banyak orang. Contoh (15) menggunakan kalimat positif untuk menyatakan saya tidak mungkin melakukan hal jahat ini.

2.2.2

Idiom

Secara leksikologis idiom adalah: (i) konstruksi dalam unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain; (ii) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya; (iii) bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa, kelompok atau suku (Pateda, 2001:231).

Sedangkan menurut Abdul Chaer (1984:7), idiom adalah satuan bahasa (entah berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “ditarik” dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut, atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya.

Pengertian idiom yang senada juga dinyatakan oleh Soedjito, beliau mengatakan idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.


(33)

2.2.2.1

Idiom Bahasa Mandarin

Idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) adalah “人 们 常 用 的 定 型 化 了 的 固 定 短

语,是一种特殊的词汇单位” yang artinya “kelompok kata dengan pola yang

tetap yang sering digunakan oleh masyarakat, adalah sebuah unit kosa kata yang

istimewa (Huáng, 1997:312). Idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) mencakup

peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xièhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ) (Yáo, 2006:25).

Idiom bahasa Mandarin (Shúyǔ) menurut Zhènlái adalah “语言符号中一类

比 较 特 殊 的 符 号 , 它 们 是 定 型 的 语 言 表 达 形 式”yang artinya “suatu simbol

bahasa yang istimewa, mereka adalah suatu bentuk bahasa yang sudah tetap”. Sementara Idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) menurut Mǎ Guófán adalah “固定 词组的总和,它包括成语、谚语、歇后语和惯用语姰熟语是 用的词的固定

组 合 , 语 义 结 合 紧 密 、 语 言 和 谐 , 是 语 言 中 独 立 用 的 词 汇 单 位” dapat

diterjemahkan sebagai “kumpulan kelompok kata yang tetap, termasuk peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xiēhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ). Idiom (shúyǔ) adalah kelompok tetap dari kata yang sering digunakan, yang artinya bersatu erat, bahasanya berirama, adalah suatu unit kosa kata pada bahasa yang digunakan secara mandiri.”

Dari ketiga definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) adalah suatu simbol bahasa yang sangat unik医 yang terbentuk


(34)

susunannya, termasuk didalamnya peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xiēhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ).

Dilihat dari segi linguistik, Idiom bahasa Mandarin (shúyǔ)adalah kelompok kata dengan pola tetap, biasanya memiliki sifat:

a. Susunannya tetap, unsur-unsur pembentuknya tidak boleh sembarangan

diubah.

Misalnya ungkapan (guànyòngyǔ) “碰钉子pèng dīngzi” (kena paku), kita tidak

boleh menyebutnya menjadi “碰螺丝 pèng luósī” (kena obeng); pepatah (yànyǔ)

“留 得 青 山 在 , 不 怕 没 柴 烧 liúdé qīngshān zài, búpà méi chái shāo” (selama

gunung hijau masih ada, orang tidak takut kehabisan kayu bakar), kita juga tidak boleh mengubahnya menjadi “留 得 青 山 在 , 不 怕 没 草 烧 liúdé qīngshān zài,

búpà méi cǎo shāo” (selama gunung hijau masih ada, orang tidak takut kehabisan rumput bakar). Namun begitu, ada juga idiom (shúyǔ) tertentu (pepatah (yànyǔ), kiasan (xiēhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ)) yang boleh ditambahi atau

dikurangi beberapa unsur-unsurnya, misalnya “ 个臭皮匠,顶个诸葛亮sān gè

chòupíjiàng, dǐng gè zhūgěliàng” (kecerdikan tiga orang tukang sepatu, menyamai

kecerdikan zhūgěliàng), boleh ditulis sebagai “ 个臭皮匠,顶得过一个诸葛亮

sān gè chòupíjiàng, dǐngdéguò yígè zhūgěliàng” (kecerdikan tiga orang tukang

sepatu, mengungguli kecerdikan zhūgěliàng),“ 个臭皮匠,赛过一个诸葛亮

sān gè chòupíjiàng, sàiguò yígè zhūgěliàng” (kecerdikan tiga orang tukang sepatu, melebihi kecerdikan zhūgěliàng)” dan lain sebagainya.


(35)

b. Maknanya khusus dan menyeluruh, tidak boleh diartikan dari satu per satu arti unsur-unsurnya.

Makna yang ada pada idiom (shúyǔ) adalah makna yang khusus, umumnya adalah makna gaya bahasanya ataupun makna dari penggunaannya. Makna idiom (shúyǔ) terselimut di dalamnya, tidak boleh diartikan satu per satu dari unsur-unsur

pembentuknya, karena itu makna idiom (shúyǔ) harus dipahami secara

keseluruhan. Misalnya “骑 驴 看 场 本——走 着 瞧 qílǘ kàn chǎngběn --

zǒuzheqiáo”,kita tidak bisa mengartikannya sebagai “menunggangi keledai

sambil membaca naskah opera tradisional Tiongkok” tetapi harus dipahami secara keseluruhan sebagai “akhir dari suatu peristiwa akan tampak seiring dengan berjalannya waktu”.

Sumber dari idiom (shúyǔ) beraneka ragam, idiom (shúyǔ) boleh berasal dari bahasa sehari-hari masyarakat yang turun-menurun dan luas digunakan, juga boleh berasal dari bahasa buku, termasuk berasal dari karya-karya kuno yang terkenal (legenda, fabel, sejarah, puisi, novel dan lain sebagainya).

1. Peribahasa (Chéngyǔ)

Chéngyǔ dapat disetarakan dengan peribahasa pada bahasa Indonesia.

Chéngyǔ adalah kelompok kata atau frasa yang tetap yang sudah digunakan dalam jangka waktu panjang, bentuknya ringkas dan padat (XiànDài HànYǔ CíDiǎn, 2009:173). Chéngyǔ kebanyakan terdiri atas empat karakter. Contoh: 亡羊补牢


(36)

memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan agar tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

2. Pepatah (Yànyǔ)

Yànyǔ dapat disetarakan dengan pepatah dalam bahasa Indonesia (Leman, 2007:xi). Yànyǔ disajikan dalam kalimat yang relatif lengkap dan banyak mengandung nasihat, kata-kata bijak atau nilai-nilai kearifan. Contoh: 有 福 同

享 , 有 难 同 当 yǒufútóngxiǎng, yǒunàntóngdāng (ada keuntungan dinikmati

bersama, ada kesusahan ditanggung bersama) yang artinya senasib

sepenanggungan.

3. Kiasan (Xièhòuyǔ)

Xièhòuyǔ setara dengan perumpamaan (kiasan, ibarat) dalam bahasa

Indonesia (Leman, 2007:xvi). Xièhòuyǔ biasanya menggunakan benda atau sesuatu yang lain sebagai perbandingan (analogi). Xièhòuyǔ terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama sebagai perumpamaan dan bagian kedua sebagai penjelasan. Contoh: 孔 夫 子 搬 家——净 是 书 kǒngfūzǐ bānjiā – jìng shì shū (Tuan Kong

pindah rumah – semuanya buku), karena pada bahasa Mandarin karakter “书”

(buku) dan “输” (kalah) ejaannya sama, yaitu “ shū ” sehingga arti dari


(37)

4. Ungkapan (Guànyòngyǔ)

Guànyòngyǔ dapat disetarakan dengan ungkapan pada bahasa Indonesia.

Guànyòngyǔ adalah kelompok kata dengan pola tetap yang sering digunakan pada komunikasi sehari-hari, kebanyakan terdiri dari tiga karakter, yang maknanya merupakan perluasan dari makna unsur-unsur pembentuknya (Huáng, 1997:316). Contoh: 开 夜 车 kāiyèchē (mengendarai mobil di malam hari) yang artinya

bekerja sampai larut malam atau lembur.

2.3

Landasan Teori

Karena tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan fungsi dan makna dari penggunaan gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin, maka peneliti menggunakan teori semantik menurut Pateda.

Menurut Pateda (2001:7), semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Setiap kata mengandung makna. Makna kata itu ada yang sudah jelas, tetapi ada pula yang maknanya kabur. Kata terkadang berada dalam urutan dan urutan tersebut terwujud dalam bentuk yang dinamakan gaya bahasa, peribahasa, dan ungkapan. Dalam semantik urutan kata dibicarakan pada semantik leksikal yang menyangkut makna leksikal.

Berkaitan dengan penelitian, maka teori semantik leksikal tentang makna dalam gaya bahasa yang digunakan peneliti untuk menganalisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin.

Gaya bahasa lebih banyak dan sering dibicarakan dalam bidang sastra, tetapi belakangan ini gaya bahasa juga turut dikaji dalam bidang linguistik, sebab yang


(38)

dipentingkan bukan soal gaya bahasanya, melainkan makna kata atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa tersebut. Misalnya, “Pak Ali membeli lima ekor

kambing.” Dengan membaca kalimat tersebut kita akan mengetahui bahwa makna

yang terkandung di dalam gabungan kata ini, adalah lima kambing dan bukan ekor kambing sebanyak lima buah.

Dengan demikian ada makna yang berhubungan dengan gaya personifikasi, metonimia, dan seterusnya. Akibatnya makna yang berhubungan dengan gaya bahasa, ada yang dapat dilihat dari segi kedekatan antarmakna, ada pula yang dapat dilihat dari segi kesamaan makna.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses penyelidikan atau usaha-usaha yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui atau mempelajari segala sesuatu yang baru guna memenuhi hasrat keingintahuan manusia. Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode gabungan kualitatif - kuantitatif.

3.1Metode Gabungan Kualitatif – Kuantitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005:6). Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penalaahan dokumen. Dengan data yang didapat bersifat deskriptif yaitu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Analisis data pada penelitian kualitatif adalah secara induktif, yaitu analisis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum.


(40)

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kuantitatif sehingga analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif (inferensi). Data kuantitatif adalah dalam bentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan seperti 1, 2, 3, 4, … dst, atau skor 5 = selalu, skor 4 = sering, skor 3 = kadang-kadang, skor 2 = jarang, dan skor 1 = tidak pernah. Data kuantitatif dibedakan menjadi data diskrit atau nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data dalam bentuk kategori atau diskrit. Analisis data pada penelitian kuantitatif adalah secara deduktif. Penelitian ini menghasilkan data numerik yang biasanya dianalisis secara statistik.

Penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif adalah penelitian yang datanya terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif sehingga analisis datanya pun menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

3.2Data dan Sumber Data

Data dapat diartikan sebagai bahan mentah yang didapatkan peneliti dari penelitiannya, bisa berupa fakta maupun keterangan yang dapat digunakan sebagai dasar analisis. Data dapat berfungsi sebagai bukti dan petunjuk tentang adanya sesuatu.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang mencakup empat varian idiom yaitu: peribahasa (chéngyǔ), pepatah (yànyǔ), kiasan (xièhòuyǔ), dan ungkapan (guànyòngyǔ). Selain itu, peneliti juga mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dan data-data dari internet yang berhubungan dengan tulisan ini.


(41)

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh sebuah data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data berupa buku kumpulan idiom (shúyǔ), yaitu Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students dengan ciri-ciri buku:

Judul Buku : Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students (外国人说熟语wàiguórén shuō shúyǔ)

Pengarang : Xú Zōngcái dan Yìng Jùnlíng Penerbit : Běijīng Yǔyán Dàxué Chūbǎnshè Tahun terbit : November 2005 cetakan ketiga Tebal buku : 194 halaman

Detil cover : warna dasar kuning dan jingga

Bergambarkan seorang lelaki dengan pakaian tradisional zaman dinasti Tang duduk memainkan kecapi dengan ditemani seekor kerbau

3.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara:

1. Mengumpulkan data empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang terdapat pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

2. Mencari data empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) yang mengandung gaya bahasa dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.


(42)

3. Mengklasifikasikan masing-masing empat varian idiom bahasa Mandarin (shúyǔ) berdasarkan gaya bahasa pada bahasa Mandarin.

Pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students peneliti menemukan ada sebanyak 557 buah idiom (shúyǔ), yang terdiri atas 206 buah peribahasa (chéngyǔ), 211 buah pepatah (yànyǔ), 49 buah kiasan (xièhòuyǔ), dan 91 buah ungkapan (guànyòngyǔ).

Setelah dilakukan pemilahan terhadap shúyǔ, maka peneliti memperoleh total 396 buah idiom (shúyǔ) mengandung gaya bahasa dan 159 idiom (shúyǔ) tidak mengandung gaya bahasa, dengan rincian idiom (shúyǔ) yang mengandung gaya bahasa ada 116 buah peribahasa (chéngyǔ), 162 buah pepatah (yànyǔ), 47 buah kiasan (xièhòuyǔ), dan 71 buah ungkapan (guànyòngyǔ) (lihat lampiran 1, 2, 3, dan 4).

3.4Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah mengendalikan data agar sistematis dan sesuai dengan perumusan masalah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data secara deduktif – induktif yaitu proses analisis yang diawali dengan observasi data secara statistik, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum.

Setelah data dikumpulkan dan dikategorikan, peneliti akan menganalisis fungsi gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin dan menjelaskan makna gaya bahasa tersebut pada idiom bahasa Mandarin.


(43)

1. Menganalisis berdasarkan gaya bahasa. Misalnya: gaya bahasa simile atau

míngyù. Adapun idiom bahasa Mandarin yang menggunakan gaya bahasa

tersebut adalah 如饥似渴rújī sìkě(seperti orang haus atau lapar akan sesuatu) (Chéngyǔ).

2. Menganalisis fungsi dan makna gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin. Misalnya Chéngyǔ Æ 如饥似渴rújī sìkě (seperti orang haus atau lapar akan sesuatu)

Jika diartikan satu per satu memiliki arti: 如 dan 似artinya “seperti”, 饥

artinya “lapar” dan 渴 artinya “haus”, jadi dapat diartikan “seperti lapar akan

makanan dan seperti haus akan minuman”. Sedangkan arti sebenarnya adalah keinginan yang amat besar. Dengan memanfaatkan gaya bahasa simile, maka sesuatu yang abstrak akan menjadi lebih nyata, sesuatu yang sulit dimengerti menjadi mudah dimengerti. Selain itu, idiom dengan gaya bahasa ini akan tampak lebih berfigur dan memberikan kesan yang mendalam.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai tinjauan pustaka, konsep, landasan teori dan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Pada bab ini, peneliti menganalisis gaya bahasa yang memfokuskan pada empat varian idiom bahasa Mandarin yang terdapat di dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students.

4.1Hasil

Dari hasil penelitian terhadap gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin dapat dinyatakan bahwa terdapat sembilan gaya bahasa pada empat varian idiom bahasa Mandarin. Gaya bahasa tersebut adalah: gaya bahasa perumpamaan (bǐyù), termasuk di dalamnya simile (míngyù), metafora (ànyù), dan jièyù; gaya bahasa personifikasi/ depersonifikasi (bǐnǐ); gaya bahasa metonimia/sinekdoke (jièdài); gaya bahasa hiperbola (kuāzhāng); gaya bahasa paronomasia (shuāngguān); gaya bahasa duì’ǒu; gaya bahasa antitesis (duìbǐ); gaya bahasa repetisi (fǎnfù); dan terakhir gaya bahasa erotesis (fǎnwèn).

Adapun fungsi dan makna gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin adalah sebagai berikut. Gaya bahasa perumpamaan (bǐyù) untuk mengumpamakan idiom yang sulit dimengerti dengan hal-hal yang lebih mudah dimengerti. Gaya bahasa personifikasi/depersonifikasi (bǐnǐ) berfungsi menjadikan idiom memiliki nilai


(45)

humoris, berfigur, dan mudah dimengerti. Fungsi gaya bahasa metonimia/sinekdoke (jièdài) adalah menjadikan idiom menjadi lebih berfigur dan nyata.

Sementara itu gaya bahasa hiperbola (kuāzhāng) berfungsi sebagai penambah daya tarik idiom. Berbeda dengan fungsi gaya bahasa diatas, gaya bahasa duì’ǒu memiliki fungsi menjadikan idiom terasa berirama pada saat diucapkan dan terasa ringan pada saat didengar. Gaya bahasa paronomasia (shuāngguān) berfungsi menjadikan makna idiom lebih beragam, menyenangkan, dan melemahkan ucapan (eufenisme) dan menajamkan makna.

Gaya bahasa antitesis (duìbǐ) berfungsi untuk membandingkan dua hal yang bertentangan/berlawanan sehingga tampak jelas makna kedua sisi hal yang bertentangan itu, sedangkan gaya bahasa repetisi (fǎnfù) dan gaya bahasa erotesis

(fǎnwèn) sama-sama berfungsi untuk menegaskan maksud. Bedanya gaya bahasa

repetisi memanfaatkan pengulangan kata sedangkan gaya bahasa erotesis memanfaatkan bentuk pertanyaan.

Makna gaya bahasa pada empat varian idiom bahasa Mandarin dapat dilihat dari segi kesamaan makna (gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa paronomasia, dan gaya bahasa erotesis), kedekatan makna (gaya bahasa metonimia/sinekdoke), penerapan makna (gaya bahasa personifikasi/depersonifikasi), kesejajaran makna (gaya bahasa duì’ǒu), perbandingan makna (gaya bahasa antitesis) dan pengulangan makna (gaya bahasa repetisi).


(46)

4.2Pembahasan

Pada subbab pembahasan berikut ini akan dipaparkan analisis gaya bahasa berdasarkan empat varian idiom bahasa Mandarin yang terdapat dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students. Sebelum gaya bahasa dianalisis satu per satu, peneliti terlebih dahulu menjumlahkan berapa gaya bahasa yang muncul pada idiom bahasa Mandarin dengan tujuan untuk mendukung analisis tersebut. Kemudian pembahasan dilanjutkan dengan analisis fungsi dan makna gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin.

4.2.1 Jumlah Gaya Bahasa pada Empat Varian Idiom bahasa Mandarin

Untuk menganalisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin, peneliti menggunakan teknik analisis data berdasarkan perhitungan statistik.

Pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students tersimpan sebanyak 557 buah shúyǔ, yang terdiri atas 206 buah chéngyǔ, 211 buah yànyǔ, 49 buah xièhòuyǔ, dan 91 buah guànyòngyǔ.

Setelah dilakukan pemilahan terhadap shúyǔ, maka peneliti memperoleh total 396 buah shúyǔ mengandung gaya bahasa dan 159 shúyǔ tidak mengandung gaya bahasa, dengan rincian shúyǔ yang mengandung gaya bahasa ada 116 buah chéngyǔ, 162 buah yànyǔ, 47 buah xièhòuyǔ, dan 71 buah guànyòngyǔ (lihat lampiran 1, 2, 3, dan 4).

Pada tabel-tabel berikut terlihat jumlah gaya bahasa yang dihitung berdasarkan statistik.


(47)

Tabel 4.1 Jumlah Peribahasa (Chéngyǔ) yang mengandung gaya bahasa

Jenis Gaya Bahasa Jumlah Chéngyǔ Persentase

Duì’ǒu 49 42.24

Jièyù 17 14.66

Hiperbola (kuāzhāng) 16 13.79

Repetisi (fǎnfù) 14 12.07

Antitesis (duìbǐ) 12 10.35

Metafora (ànyù) 3 2.59

Simile (míngyù) 2 1.72

Depersonifikasi (nǐwù) 1 0.86

Metonimia/Sinekdoke (jièdài) 1 0.86

Erotesis (fǎnwèn) 1 0.86

Total 116 100%

Dapat dilihat pada tabel 4.1 diatas, bahwa dari sembilan gaya bahasa yang diteliti pada penelitian ini hanya delapan gaya bahasa yang digunakan pada

chéngyǔ, yaitu: gaya bahasa perumpamaan (simile, metafora, dan jièyù),

depersonifikasi, metonimia/sinekdoke, hiperbola, duì’ǒu, antitesis, repetisi, dan erotesis.

Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa gaya bahasa yang paling banyak digunakan pada chéngyǔ adalah gaya bahasa duì’ǒu. Salah satu gaya bahasa perumpamaan, yaitu jièyù menempati urutan kedua, kemudian ada gaya bahasa hiperbola, repetisi, antitesis, dan selanjutnya.

Tabel 4.2 Jumlah Pepatah (Yànyǔ) yang mengandung gaya bahasa

Jenis Gaya Bahasa Jumlah Yànyǔ Persentase

Jièyù 78 48.15

Antitesis (duìbǐ) 23 14.2

Metonimia/Sinekdoke (jièdài) 18 11.11

Hiperbola (kuāzhāng) 12 7.4

Duì’ǒu 12 7.4

Metafora (ànyù) 7 4.32


(48)

Personifikasi (nǐrén) 3 1.85

Erotesis (fǎnwèn) 2 1.24

Simile (míngyù) 1 0.62

Paronomasia (shuāngguān) 1 0.62

Total 162 100%

Dari tabel 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa kesembilan gaya bahasa yang dibahas peneliti pada penelitian ini terdapat pada yànyǔ, ini membuktikan bahwa gaya bahasa pada yànyǔ lebih beragam. Di dalam yànyǔ, gaya bahasa yang paling sering digunakan adalah salah satu gaya bahasa perumpamaan yaitu jièyù, hampir setengah yànyǔ mengandung gaya bahasa ini.

Tabel 4.3 Jumlah Kiasan (Xièhòuyǔ) yang mengandung gaya bahasa

Jenis Gaya Bahasa Jumlah Xièhòuyǔ Persentase

Jièyù 38 80.85

Paronomasia (shuāngguān) 7 14.89

Personifikasi (nǐrén) 1 2.13

Duì’ǒu 1 2.13

Total 47 100%

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa gaya bahasa yang muncul pada xièhòuyǔ hanya ada empat macam yaitu: salah satu gaya bahasa perumpamaan (jièyù), personifikasi, paronomasia, dan duì’ǒu. Dan yang paling banyak digunakan pada xièhòuyǔ adalah gaya bahasa jièyù dan paronomasia. 80% xièhòuyǔ mengandung gaya bahasa jièyù, ini menunjukkan bahwa adalah benar xièhòuyǔ berupa analogi/perumpamaan.

Tabel 4.4 Jumlah Ungkapan (Guànyòngyǔ) yang mengandung gaya bahasa Jenis Gaya Bahasa Jumlah Guànyòngyǔ Persentase

Jièyù 62 87.32


(49)

Jenis Gaya Bahasa Jumlah Guànyòngyǔ Persentase

Hiperbola (kuāzhāng) 3 4.23

Depersonifikasi (nǐwù) 1 1.41

Paronomasia (shuāngguān) 1 1.41

Total 71 100%

Dari tabel 4.4 diatas, kita dapat melihat bahwa gaya bahasa yang paling banyak digunakan pada guànyòngyǔ adalah juga salah satu jenis gaya bahasa perumpamaan yaitu jièyù. Sekitar 80% guànyòngyǔ menggunakan gaya bahasa ini. Ini menunjukkan bahwa memang guànyòngyǔ adalah suatu bentuk analogi.

Tabel 4.5 Jumlah Gaya Bahasa Idiom Bahasa Mandarin (Shúyǔ)

Varian Shúyǔ Perum pamaa n Perso nifika si Meto nimia Hiperb ola Paronom

asia Duì ǒu

Antit esis

Repet isi

Erot

esis Total

Peribahasa 22 1 1 16 - 49 12 14 1 116

Pepatah 86 3 18 12 1 12 23 5 2 162

Kiasan 38 1 - - 7 1 - - - 47

Ungkapan 62 1 4 3 1 - - - - 71

Total 208 6 23 31 9 62 35 19 3 396

Persentase 52.23 % 1.52 % 5.81 % 7.83 % 2.27 % 15.66 % 8.84 % 4.8 % 0.76 % 100 %

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa dari 396 buah idiom bahasa Mandarin yang mengandung gaya bahasa dalam buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students, gaya bahasa yang paling banyak digunakan adalah gaya bahasa perumpamaan (bǐyù). Setengah dari jumlah idiom bahasa Mandarin yang diteliti mengandung gaya bahasa ini. Ini membuktikan bahwa memang benar kebanyakan idiom memiliki makna idiomatikal yang disebabkan oleh penggunaan gaya bahasa perumpamaan.


(50)

4.2.2 Analisis Gaya Bahasa pada Idiom beserta Fungsi dan Maknanya

Disini peneliti mengambil sampel empat varian idiom bahasa Mandarin yang mengandung gaya bahasa pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students. Keempat varian idiom ini dianalisis makna gaya bahasanya sehingga mendapatkan fungsi gaya bahasa tersebut pada idiom. Makna yang berhubungan dengan gaya bahasa, ada yang dapat dilihat dari segi kedekatan antarmakna, ada pula yang dapat dilihat dari segi kesamaan antarmakna, dan lain sebagainya.

4.2.2.1Gaya Bahasa Perumpamaan (比喻bǐ)

Gaya bahasa perumpamaan (比喻 bǐyù) merupakan hal yang berhubungan

dengan kesamaan antarmakna. Gaya bahasa ini memanfaatkan sisi kemiripan dua benda/hal untuk melakukan pengumpamaan. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(16) Chéngyǔ : 如饥似渴 (rújī sìkě) = Seperti lapar dan seperti haus

(17) Yànyǔ : 隔行如隔山 (géhang rú géshān) = pekerjaan tidak sama seperti

jarak antar gunung

(18) Xiēhòuyǔ : 哑巴吃黄连——有苦说不出 (yǎba chī huánglián – yǒukǔ

shuōbùchū) = Orang bisu makan ramuan obat pahit – terasa tapi tak terucapkan

(19) Guànyòngyǔ : 当耳旁风 (dāng ěrpángfēng) = dijadikan tiupan angin di sisi kuping

Pada contoh (16) terdapat kata “seperti”, sehingga termasuk dalam gaya bahasa simile (míngyù), yang menganalogikan keinginan yang amat besar dengan orang yang lapar akan makanan dan haus akan minuman.

Contoh (17) juga menggunakan gaya bahasa simile (míngyù), yang mengumpamakan dua pekerjaan yang berbeda seperti dipisahkan oleh sebuah


(51)

gunung besar, dalam arti “sangat berbeda”.

Contoh (18) termasuk gaya bahasa jièyù, karena disini langsung menggunakan pembanding “orang bisu makan ramuan obat pahit” untuk menggantikan noumenon “orang yang mengalami kesulitan tetapi tidak bisa mengatakannya”.

Contoh (19) juga menggunakan gaya bahasa jièyù, dengan pembanding “tiupan angin di sisi kuping” menggantikan noumenon “nasihat yang tak diindahkan”.

Gaya bahasa perumpamaan menggunakan analogi atau perumpamaan untuk menjelaskan idiom yang sulit dimengerti menjadi mudah dimengerti, sehingga menjadikan idiom tampak lebih nyata dan berfigur serta mudah dimengerti.

4.2.2.2Gaya Bahasa Personofikasi/Depersonifikasi (比拟bǐnǐ)

Selain kedekatan makna dan kesamaan makna, kadang-kadang orang mendapat kenyataan yang berhubungan dengan penerapan makna. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata mengamuk yang biasanya dihubungkan dengan manusia. Tetapi makna kata mengamuk diterapkan pada benda-benda yang lain, sehingga muncullah urutan kata: api mengamuk, laut mengamuk, ombak mengamuk, topan mengamuk.

Dikaitkan dengan gaya bahasa, maka penerapan makna seperti ini disebut gaya bahasa personifikasi dan depersonifikasi. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:


(52)

(20) Chéngyǔ : 不翼而飞(bú yì ér fēi) = tak bersayap tapi bisa terbang Æ Depersonifikasi

(21) Yànyǔ : 红 花 还 得 绿 叶 扶  (hónghuā háidĕi lǜyè fú) = bunga merah

masih perlu dipapah daun hijau Æ Personifikasi

(22) Xiēhòuyǔ : 黄 鼠 狼 给 鸡 拜 年 — — 没 安 好 心  (huángshǔláng gěi jī

bàinián – méi ān hǎoxīn) = musang berkunjung dan mengucapkan

selamat tahun baru kepada ayam – bermaksud jahat Æ Personifikasi (23) Guànyòngyǔ : 翘尾巴(qiào wěiba) = menjungkit ekor Æ Depersonifikasi

Pada contoh (20), “yì” artinya sayap. Chéngyǔ ini memiliki arti “tidak memiliki sayap tetapi bisa terbang”. Hal yang dimaksudkan disini adalah berita atau benda. Berita atau benda adalah benda/hal yang tak bernyawa. Chéngyǔ ini menjadikan berita atau benda memiliki sifat seperti binatang yang memiliki sayap, sehingga bisa terbang (depersonifikasi).

Bunga merah dan daun hijau adalah bagian dari tubuh tumbuhan, merupakan sesuatu yang tak hidup. Bunga merah dan daun hijau tidaklah mungkin bisa memiliki sifat seperti manusia yaitu memapah. Contoh (21) menggunakan gaya bahasa personifikasi sehingga menjadikan “bunga merah” dan “daun hijau” memiliki sifat manusia tersebut.

Musang adalah binatang pemakan ayam. “Berkunjung dan mengucapkan selamat tahun baru” adalah tingkah laku manusia berkunjung ke rumah sanak famili pada saat tahun baru. Contoh (22) menggunakan gaya bahasa personifikasi sehingga “musang” dapat melakukan kegiatan berkunjung dan mengucapkan selamat tahun baru itu.

Contoh (23) menjadikan manusia seolah-olah memiliki ekor seperti binatang sehingga bisa menjungkitkan ekor. Gaya bahasa yang digunakan adalah Contoh gaya bahasa depersonifikasi. Arti sebenarnya dari guànyòngyǔ “menjungkit ekor”


(53)

adalah sombong, congkak, tinggi hati.

Personifikasi dan depersonifikasi memiliki fungsi menjadikan idiom memiliki nilai humoris, berfigur, mudah diingat dan dimengerti.

4.2.2.3Gaya Bahasa Metonimia/Sinekdoke (借代jièdài)

Hal kedekatan makna berhubungan dengan metonimia. Metonimia mengandung kedekatan makna dari dua hal, bahkan kadang-kadang sifat tertentu dari benda/hal tersebut langsung digunakan untuk menggantikan benda/hal yang dimaksud. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(24) Chéngyǔ : 白头偕老 (báitóu xiélǎo) = berambut putih sampai tua

(25) Yànyǔ : 三个臭皮匠,顶个诸葛亮 (sān gè chòu píjiàng, dǐng gè zhū

Gěliàng) = kecerdikan tiga tukang sepatu, sam dengan kecerdikan Zhu Geliang

(26) Guànyòngyǔ : 大锅饭 (dà guōfàn) = makanan untuk orang banyak

Contoh (24) menggunakan “rambut putih” untuk menyebut “tua”, arti sebenarnya adalah suami-isteri hidup bahagia sampai hari tua.

“Tukang sepatu” berarti tukang memperbaiki sepatu. “Zhu Geliang” adalah nama salah satu tokoh sejarah pada zaman tiga negara, seseorang yang sangat bijaksana. Di hati orang Cina, tokoh ini adalah jelmaan dari kebijaksanaan. Contoh (25) menggunakan “tukang sepatu” sebagai pengganti untuk menyebut “orang awam” dan “Zhu Geliang” sebagai pengganti untuk menyebut “orang bijaksana”.

Pada contoh (26) “Makanan untuk orang banyak” digunakan untuk menyebut situasi yang sama, tiada beda.


(54)

Dengan menggunakan gaya bahasa metonimia/sinekdoke, maka idiom menjadi lebih berfigur dan nyata.

4.2.2.4Gaya Bahasa Hiperbola (夸张kuāzhāng)

Hal yang menyamakan makna dapat dilihat juga pada keadaan yang suka berlebih-lebihan. Dihubungkan dengan gaya bahasa, maka hal seperti ini disebut gaya bahasa hiperbola. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(27) Chéngyǔ : 废寝忘食 (fèi qǐn-wàng shí) = lupa makan dan tidur

(28) Yànyǔ : 人 心 齐 , 泰 山 移  (rénxīn qí, tàishān yí) = Jika hati rakyat

disatukan, gunung Tai bisa dipindahkan

(29) Guànyòngyǔ : 笑掉牙 (xiào diàoyá) = tertawa hingga gigi terlepas Arti chéngyǔ pada contoh (27) diatas adalah terlalu serius belajar atau bekerja hingga lupa waktu makan dan lupa waktu tidur. Bagaimana seriusnya pun kita belajar atau bekerja tidaklah mungkin bisa sampai lupa makan dan tidur, chéngyǔ ini adalah menggunakan gaya bahasa hiperbola.

Gunung Tai adalah gunung tinggi di negara Cina. Bagaimana mungkin kita bisa memindahkan sebuah gunung besar? Contoh (28) memanfaatkan gaya bahasa hiperbola untuk memperbandingkan bahwa jika bersatu, maka hal sesulit apapun bisa diselesaikan.

“Tertawa hingga gigi terlepas” pada contoh (29) diatas juga menggunakan gaya bahasa hiperbola, karena meskipun kita tertawa terbahak-bahak, tidak mungkin bisa sampai gigi terlepas.


(55)

cara penyampaian gaya bahasa ini yang menarik.

4.2.2.5Gaya Bahasa Paronomasia (shuāngguān)

Gaya bahasa paronomasia juga memanfaatkan segi kesamaan makna untuk menyatakan maksud yang ingin disampaikan. Chéngyǔ tidak mengandung gaya bahasa ini, karena kebanyakan chéngyǔ berasal dari cerita-cerita kebijaksanaan yang sudah ada sejak dulu. Selain itu, bentuk chéngyǔ lebih konstan, pada umumnya susunan dan unsur-unsur pembentuknya tidak bisa diubah. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(30) Yànyǔ : 人无头不走,鸟无头不飞(rén wú tóu bù zǒu, niǎo wú tóu bù

fēi) = orang tidak ada kepala tak jalan, burung tak ada kepala tak

terbang

(31) Xiēhòuyǔ : 小葱拌豆腐——一青 清 二白(xiǎocōng bàn dòufǔ – yī

qīng èr bái) = daun bawang diaduk dengan tahu – satu hijau satu putih

(32) Guànyòngyǔ : 气 妻 管炎(qìguǎn yán) = radang tenggorakan

Contoh (30) memanfaatkan sifat homonim dari “kepala”; kepala boleh berarti “bagian paling atas tubuh manusia”, dan juga boleh berarti “pemimpin”. Makna “kepala” pada contoh (30) diatas adalah “pemimpin”.

Contoh (31) dan (32) memanfaatkan sifat homofon dari karakter “青” – “清” yang sama-sama bunyinya “qīng” dan “气” – “妻” yang hampir sama bunyinya “qì” - “qī”.

Gaya bahasa paronomasia menjadikan makna idiom beragam, memiliki kesan yang menyenangkan, melemahkan makna idiom (eufenisme), dan menajamkan makna idiom.


(56)

4.2.2.6Gaya Bahasa 对偶duì’ǒu

Gaya bahasa duì’ǒu biasanya hanya ada pada kalimat yang relatif panjang dan memanfaatkan keseimbangan dari bentuk kiri dan kanannya. Oleh karena itu, duì’ǒu tidak dijumpai pada guànyòngyǔ dan xiēhòuyǔ. Hal ini dikarenakan bentuk

guànyòngyǔ yang hanya terdiri dari susunan tiga karakter, sehingga tidak

memungkinkan adanya keseimbangan bentuk; dan bentuk xiēhòuyǔ yang terdiri dari dua bagian, dengan bagian depan sebagai analogi dan bagian kedua sebagai penjelasan juga tidaklah memungkinkan adanya keseimbangan ini.

Makna dalam gaya bahasa ini berhubungan dengan kesejajaran makna yang digunakan. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(33) Chéngyǔ : 家喻户晓 (jiāyù-hùxiǎo) = diketahui oleh setiap orang

(34) Yànyǔ : 男大当婚,女大当嫁 (nándà dāng hūn, nǚdà dāng jià) = anak

lelaki besar akan menikah, anak perempuan besar akan dinikahi

Gaya bahasa duì’ǒu pada contoh (33) dan (34) terlihat pada penggunaan kata-kata yang bersinonim dan sifat kata-kata yang sama. Misalnya kata-kata benda-kata-kata benda atau kata kerja- kata kerja.

Contoh (33), karakter “jiā” dan “hù” memiliki arti yang sama yaitu “rumah”; karakter “yù” dan “xiǎo” memiliki arti yang sama yaitu “mengerti, paham”. Pada contoh (34) “anak lelaki besar” sama bentuknya dengan “anak perempuan besar” dan “menikah” berantonim dengan “dinikahi”.

Gaya bahasa duì’ǒu memiliki fungsi menjadikan idiom terasa berirama pada saat diucapkan dan terasa ringan pada saat didengar, sehingga enak didengar dan mudah diingat.


(57)

4.2.2.7Gaya Bahasa Antitesis (对比duìbǐ)

Gaya bahasa antitesis memanfaatkan perbandingan dua hal yang saling bertentangan atau berlawanan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata yang berantonim. Makna gaya bahasa ini berhubungan dengan perbandingan dua makna kata yang berlawanan. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(35) Chéngyǔ : 口是心非 (kǒu shì xīn fēi) = mulut iya, hati tidak

(36) Yànyǔ : 旧的不去,新的不来 (jiùde bùqù, xīnde bùlái) = yang lama

tidak pergi, yang baru tidak datang

Kedua contoh diatas tampak jelas melakukan perbandingan terhadap dua hal, yang ditandai dengan penggunaan kata-kata yang berantonim. Contoh (35) menggunakan kata berantonim “iya” dan “tidak”, untuk menyatakan maksud “lain di hati, lain di mulut”. Contoh (36) menggunakan frasa “yang lama” yang berantonim dengan frasa “yang baru” dan kata “pergi” berantonim dengan kata “datang”.

Berdasarkan analisis peneliti, gaya bahasa antitesis hanya dijumpai pada chéngyǔ dan yànyǔ, karena bentuk kedua varian idiom ini relatif lebih lengkap dan panjang. Sedangkan varian idiom lain seperti xiēhòuyǔ dan guànyòngyǔ relatif lebih sederhana dan kebanyakan berupa analogi/kiasan.

Penggunaan gaya bahasa antitesis menjadikan dua sisi yang berlawanan dari suatu hal tampak lebih jelas, sehingga sekali dilihat langsung tampak perbandingannya.


(58)

4.2.2.8Gaya Bahasa Repetisi (fǎnfù)

Gaya bahasa repertisi melakukan pengulangan beberapa kata atau kalimat untuk menyatakan penegasan terhadap kata atau kalimat itu. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(37) Chéngyǔ : 诚 心 诚 意  (chéng xīn chéng yì) = setulus hati, setulus

perasaan

(38) Yànyǔ : 知 人 知 面 不 知 心 (zhī rén zhī miàn búzhī xīn) = mengetahui orangnya, mengetahui mukanya, tetapi tidak tahu hatinya

Contoh (37) melakukan pengulangan terhadap kata “诚(chéng)” yang artinya

“tulus”. Contoh (38) mengulang pemakaian kata “ 知 (zhī)” yang artinya

“mengetahui/memahami”, untuk menegaskan maksud “maksud hati sulit ditebak”, walaupun saling kenal orang dan wajah, tetapi hati siapa tahu.

Gaya bahasa repetisi berfungsi untuk melakukan penegasan terhadap hal yang dimaksudkan.

4.2.2.9Gaya Bahasa Erotesis (fǎnwèn)

Gaya bahasa erotesis menggunakan bentuk pertanyaan tetapi tidak memerlukan jawaban. Gaya bahasa ini biasanya hanya sebagai penegasan bahwa maksud yang diinginkan adalah maksud sebaliknya dari yang ditanyakan itu. Contoh idiom (shúyǔ) yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah:

(39) Chéngyǔ : 岂有此理 (qǐ yǒu cǐ lǐ) = mana ada aturan seperti ini

(40) Yànyǔ : 常在河边站,哪能不湿鞋(cháng zài hébiān zhàn, nǎ néng bú

shī xié) = sering berdiri di pinggir sungai, mana mungkin tidak


(59)

Contoh (39) “mana ada aturan seperti ini” menegaskan maksud “tidak ada aturan seperti ini. Contoh (40) “mana mungkin tidak membasahi sapatu” menegaskan maksud pasti akan membasahi sepatu.

Gaya bahasa ini memiliki fungsi menegaskan maksud yang diinginkan adalah maksud yang sebaliknya dari yang dipertanyakan itu.


(1)

入里姰

3附)谚语 人无头不走,鸟无头不飞

例 3附)中的夬头夭是语义 关,利用词语或句子的多义性在特定语境 中形成 关姰在这里的夬头夭的意思是夬带头人或领导夭姰

关 多出 在歇后语里,这里说的是谐音 关姰 3际)歇后语 窗户眼吹喇叭——鸣 名 声在外

夬鸣夭和夬名夭的读音是一样的,所以故意利用它们相同的读音来形容 事物或人地名气大,连外人都知道姰

37)歇后语 外甥打灯笼——照舅 旧

夬舅夭和夬旧夭的读音也是一样的,所以用了这个共同点把歇后语说的 更 生 动 有 趣 , 表 面 的 意 思 是 夬 打 灯 照 着 舅 舅 夭 , 深 层 的 意 思 是 夬 不 思 改 变夭姰

38)歇后语 小葱拌豆腐——一青 清 二白

葱是青色的,豆腐是白色的姰葱和豆腐搅合在一起,便是一个青色另一 个白色姰夬青夭和夬清夭谐音,所以是一清二白的意思,清楚明白姰

3么)歇后语 孔夫子搬家——净是书 输

孔 夫 子 指 的 是 孔 子 — 儒 家 创 始 人 姰 孔 子 搬 起 家 来 , 带 的 完 全 是 书 姰 夬书夭和夬输夭谐音,因此这句歇后语的意思是总是输姰

40)惯用语 气 妻 管炎

夬气管炎夭本来是一种疾病, 夬妻管 夭 妻子管得 )谐音,所以 是谐音 关姰

4尽际 含有对偶的熟语

因为对偶 对的是两个短语或句子的对称排列,所以不可能出 在惯用 语 这 个 字 格 熟 语 , 也 不 会 在 歇 后 语 这 个 夬 引 夭 — — 夬 注 夭 关 系 的 熟 语 出

姰因此对偶只显出在成语和谚语里边姰 41)成语 大同小异


(2)

组 义词,从两个不同的方面比较突出事物的本质,这就是 对姰 42)成语 家喻户晓

夬 家 夭 和 夬 户 夭 都 是 家 的 意 思 姰 夬 喻 夭 和 夬 晓 夭 都 是 明 白 、 了 解 的 意 思姰夬家夭对夬户夭,夬喻夭对夬晓夭,结构相同、字数相等、意义相连这 就是对偶,属于 对姰

43)谚语 病从口入,祸从口出

夬病夭对夬祸夭,夬入夭对夬出夭,例 43)结构相同、字数相等,是 用了对偶手段姰因为夬入夭和夬出夭是 对的,所以属 对姰

44)谚语 男大当婚,女大当嫁

夬男夭对夬女夭,夬婚夭对夬嫁夭,例 44)属于 对姰其从两个方面 说明了一个道理 无论男孩子或女孩子,到了结婚的年龄理所当然会结婚姰

4尽7 含有对比的熟语

对比只能出 在比较对称的熟语中,所以惯用语和歇后语里边没有姰 4附)成语 口是心非

4际)成语 争先恐后

47)谚语 旧的不去,新的不来

48)谚语 人往高处流,水往低处流

例 4附)对比了人的嘴上和心里完全不同的两种态 ,嘴上说好,而心 里 觉得不好 例 4际)夬争先夭 夬恐后夭是对比了人争第一、怕落后的 两种心理 例 47)意思是不失去旧的,就得不到新的姰通过对比强调了新 旧事物之间的更新换代的关系 例 48)把人往上爬追求好的天性,和水自 然而然往 流一样的特性做对比,强调了人生来追求进 姰

4尽8

含有

复的熟语

复 有突出思想,强调感情的修辞效果姰如 4么)成语 诚心诚意


(3)

附0)成语 十全十美

例 附0)中 复用了夬十夭字,夬全夭和夬美夭字也有 复的意思,强 调了完美姰

附1)谚语 买主买主,衣食父母

例 附1 ) 连 续 复 用 了 夬 买 主 夭 , 这 是 为 了 强 调 要 拉 买 主 , 不 能 得 罪,因为他们是卖主穿衣吃饭的 金来源姰

附2)谚语 知人知面不知心

例 附2) 复用了夬知夭字,来强调人心难测,虽然了解他的外貌,可 不能了解他的内心姰

4尽么

含有

问的熟语

问是无疑而问,表强调,如 附3)成语 岂有此理

例 附3)中夬岂夭的意思是难道、哪里姰哪里有这样的道理,用 问修 辞强调没有这样的道理姰

附4)谚语 不入虎穴,焉得虎子

例 附4)的表面意义是夬不进老虎窝,怎能捉到小老虎呢?夭 ,用 问修辞强调一定要先进了老虎的窝,才可以抓到小老虎姰

附附)谚语 常在河边站,哪能不湿鞋

例 附附)夬经常在河边站着,哪能不弄湿鞋呢?夭 问强调经常在河

边走,肯定会弄湿鞋子的姰

附际)谚语 既在矮檐下,怎能不低头

例 附际)意思是夬既然站在 的屋檐 面,怎么能不 头呢?夭 用


(4)

第五章 总结

通过对徐宗才、应俊玲的姵外国人说熟语姶一书里含有修辞格的熟语进 行分析后,笔者得出以 结论

1尽成语里边用的 广泛的修辞格是对偶,占总数 42尽24%姰可以看出成 语丰富多彩,有很强的表 力姰在使用成语的时候,要充分发挥它的修辞作 用,以提高语言的表达效果姰

2尽 谚 语 的 修 辞 方 法 丰 富 多 彩 、 异 彩 纷 呈 姰 所 用 的 修 辞 格 有 比 喻 明 喻、暗喻、借喻)、比拟 拟人)、借代、夸张、 关、对偶、对比、 复和 问姰在修辞上,谚语简 明快,能增加语言的概括力 说理时 当 用, 能增强文章的说服力姰

3尽歇后语之所以形象、生动、活泼,是因为它 用了许多修辞手法来加 强表达的效果姰歇后语 用 多的修辞手法是借喻,占 80尽8附%姰歇后语本 身就以比喻和谐音为成的,所以才有类别喻意和谐音姰喻意歇后语利用借喻 手法,而谐音歇后语利用 关手法姰

4尽大部分惯用语都是比喻性的 成话,言简意 ,新鲜形象,常带感情 色彩 用的 多的也是借喻,占 87尽32%姰

附尽姵外国人说熟语姶一书里边 用比喻的熟语占 多,大概有一半多个 含 有 修 辞 格 的 熟 语 利 用 比 喻 式 姰 而 里 边 少 用 的 修 辞 格 是 问 , 只 占 总 数 0尽7际%姰

际尽综上研究后,本文提出一 教学建议如在教学方面,教师可以在教修 辞的同时,偶尔提出哪 熟语 用到修辞格,这样一来,学生尤其是外国学 生更会体会到其修辞的作用 在写作方面,外国学生在使用熟语时也可以关 注它所表 出来的修辞特色,以使熟语用得好、用得对 为了 外国学生更 快很好地学好熟语,可以从学 比喻开始姰


(5)

参考文献

[1公中国社会科学院语言研究所词 编辑室尽 代汉语词 [作公尽北京义商务印 书馆,200么尽

[2公黄伯荣,廖序东尽 代汉语上 [作公尽北京 高等教育出版社,1么么7 312尼 318尽

[3公王振来尽熟语的文化 加义[J公尽文化学刊,2008(2) 1附际尼1际2尽 [4公马国 尽熟语大全[作公尽呼和浩特 内蒙 人民出版社,2001尽

[附公 姚 晓 柏 尽 汉 语 言 文 学 [作公尽 北 京 清 大 学 出 版 社 , 北 京 交 通 大 学 出 版 社,200际尽

[际公黄伯荣,廖序东尽 代汉语 [作公尽北京 高等教育出版社,1么么7义233尼 27么尽

[7公王岩尽试论夬熟语文化夭[J公,200际(10) 22附尼227尽

[8公 王 岩 尽 汉 语 熟 语 的 民 族 文 化 特 征 [J公尽 河 大 学 学 报 社 会 科 学 版 ), 200么,(4么)(1) 112尼11附尽

[么公楚坤红尽熟语分类论[J公尽社会纵横,200么 2么么尼301尽

[10公杨敦贵尽熟语的修辞特色[J公尽姵福建师范大学学报姶哲学社会科学版, 1么88(3) 么附尼100尽

[11公张岚尽熟语的修辞功能探析[J公,2010 82尼83尽

[12公 崔 元 尽 浅 析 惯 用 语 、 谚 语 和 歇 后 语 的 结 构 及 修 辞 特 点 [J公尽 语 言 应 用 研 究,2003(1么)(3) 71尼72尽

[13公邓春琴尽惯用语初探[J公尽四川教育学院学报,2003 1么) 3) 附4尼附际尽 [14公周睿尽惯用语的语义特征及构成的修辞手段[J公尽湖 医科大学学报 社

会科学版),2008(10)(际) 170尼171尽

[1附公 王 收 奇 尽 夬 字 格 夭 惯 用 语 的 语 义 构 成 及 修 辞 作 用 [J公尽 语 文 学 刊 , 200么(7)义71尼73尽

[1际公李晓 尽汉语惯用语的修辞功能[J公尽 原教育学院学报,200际(24)(2) 42尼44尽


(6)

[17公徐宗才医应俊玲尽外国人说熟语[作公尽北京 北京语言大学出版社,200附尽 [18公编辑委员会尽汉语印 西 语大词 [作公尽北京义 外文出版社,1么么附尽 [1么公商务印书馆辞书研究中心尽新 谚语词 [作公尽北京义商务印书馆,200际尽 [20公陈望道尽修辞学发 [作公尽上海 上海教育出版社,1么么7尽