SKRIPSI FAKTOR RESIKO MIOPIA PADA SISWA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah
Data WHO pada tahun 2010 menunjukkan bahwa gangguan refraksi

menempati urutan pertama dengan proporsi sebesar 42% sebagai penyebab gangguan
penglihatan pada populasi dunia disusul oleh katarak sebesar 33%. Dari sekitar 6
milyar populasi dunia, Asia tenggara menjadi salah satu wilayah dengan angka
gangguan penglihatan paling tinggi. Miopia merupakan salah satu penyebab terbesar
gangguan penglihatan di dunia.1
Saat ini, prevalensi miopia pada anak usia sekolah terus meningkat di seluruh
dunia. Berbagai penelitian telah dilakukan baik secara global maupun secara lokal
untuk mengetahui perkembangan miopia pada anak. Penelitian Junghans,dkk2 pada
tahun 1990 menunjukkan bahwa 6,5% anak usia 4-12 tahun di Australia terkena
miopia. Penelitian Fan,dkk3 pada tahun 2013 di Hongkong terdapat 36,71% anak
berusia 5-16 tahun yang terkena miopia. Diketahui pula bahwa anak usia 11 tahun ke
atas memiliki resiko 15x lebih tinggi terkena miopia dibandingkan dengan anak yang
berusia 7 tahun ke bawah.
Prof. Brien Holden dari Carl Zeiss Vision Institute berkata, myopia berlaku

kepada 1.6 bilion penduduk seluruh dunia dan angkanya meningkat dengan pantas
setiap tahun terutama melibatkan golongan kanak-kanak.4 Di Malaysia sahaja,
daripada sejumlah 12.5 juta penduduk yang mengalami miopia, 7 juta adalah mereka
yang berusia di bawah 16 tahun sedangkan anak-anak di bawah usia 12 tahun sahaja
berjumlah 2.1 juta orang yang merupakan satu angka yang tinggi dan
membimbangkan.4

1

Berbagai faktor telah diketahui memengaruhi terjadinya miopia pada pelajar.
Menurut The Beijing Childhood Eye Study 5 pada tahun 2012, faktor yang
mempengaruhi miopia pada pelajar adalah usia yang lebih tua, jenis kelamin
perempuan, penghasilan keluarga yang tinggi, profesi ayah yang lebih tinggi, usia
muda saat terdeteksi miopia, membaca dengan penerangan redup, waktu tidur yang
singkat serta kondisi psikologis yang buruk/dalam tekanan. Penelitian dari Sydney
dan Singapura mengidentifikasi bahwa faktor usia yang lebih tua, jenis kelamin
perempuan, tinggal di daerah maju (urban), jenis sekolah yang lebih maju serta
aktivitas diluar ruangan yang kurang mempengaruhi terjadinya miopia di wilayah
tersebut.5 Lingkungan perkotaan dan pedesaan juga mempengaruhi miopia pada
siswa, Dimana daerah perkotaan dengan fasilitas telekomunikasi yang lebih maju

seperti televisi, komputer dan video game akan meningkatkan aktivitas melihat jarak
dekat pada pelajar yang berujung pada peningkatan progresivitas miopia pada
pelajar.6
Tidak dapat dipungkiri bahwa fungsi indera penglihatan merupakan salah satu
fungsi vital dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sehingga apabila terdapat
gangguan dari penglihatan akan sangat mengganggu baik bagi individu dengan
gangguan penglihatan tersebut maupun orang-orang yang ada disekitar mereka.
Terutama bagi para pelajar, fungsi penglihatan akan sangat mempengaruhi jumlah
informasi yang dapat diterima selama proses belajar mengajar. Sehingga penurunan
fungsi penglihatan akibat miopia dapat mengganggu prestasi siswa di sekolah serta
membatasi aktivitas yang memerlukan penglihatan jauh seperti membaca papan tulis
dari deretan kursi bagian belakang.3
Di Sungai Besar belum ada skrining atau pemeriksaan mata anak usia prasekolah dan usia sekolah yang secara berkala dilakukan untuk menyaring miopia
sehingga dapat segera diatasi atau dikoreksi dengan kacamata. 7 Hal ini penting karena
koreksi dari kelainan refraktif dapat memberikan penglihatan normal pada anak. 8 Upaya

ini juga dapat mencegah akibat yang timbul seperti gangguan belajar pada anak. 4
Oleh karena latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi
miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada siswa sekolah dasar di Sungai Besar,
2


Selangor.

3

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:
i.

Apakah faktor-faktor resiko terhadap kejadian miopia pada siswa sekolah

ii.

dasar di Sungai Besar, Selangor?
Apakah prevelensi kejadian miopia pada siswa sekolah dasar di Sungai Besar,


iii.

Selangor?
Apakah ada riwayat pemeriksaan mata pada siswa sekolah dasar di Sungai

iv.

Besar, Selangor?
Apakah riwayat keturunan menjadi faktor kejadian miopia pada siswa sekolah

v.

dasar di Sungai Besar, Selangor?
Apakah jenis kelamin menjadi faktor kejadian miopia pada siswa sekolah

vi.

dasar di Sungai Besar, Selangor?
Apakah status ekonomi menjadi faktor kejadian miopia pada siswa sekolah


vii.

dasar di Sungai Besar, Selangor?
Apakah pekerjaan orang tua menjadi faktor kejadian miopia pada siswa

viii.

sekolah dasar di Sungai Besar, Selangor?
Apakah jenis sekolah menjadi faktor kejadian miopia pada siswa sekolah

ix.

dasar di Sungai Besar,Selangor?
Apakah perilaku melihat jarak dekat menjadi faktor kejadian miopia pada
siswa sekolah dasar di Sungai Besar, Selangor?

1.3.

Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko terhadap kejadian miopia pada
siswa sekolah dasar di Sungai Besar, Selangor.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui prevalensi miopia pada siswa sekolah dasar di
Sungai Besar, Selangor
1.3.2.2. Untuk mengetahui karakteristik faktor-faktor resiko miopia pada
siswa sekolah dasar di Sungai Besar, Selangor
1.3.2.3. Untuk mengetahui riwayat pemeriksaan mata pada siswa sekolah
dasar di Sungai Besar, Selangor

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai sumbangan bahan pemikiran dan informasi pada pihak sekolah dan
Dinas Kesehatan tentang faktor-faktor resiko miopia.
1.4.2. Sebagai salah satu sumber ilmiah yang diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3. Bagi peneliti sendiri sebagai pengalaman berharga dalam memperluas wawasan
dan pengetahuan melalui penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi bola mata
Mata merupakan organ penting bagi manusia karena dengan mata kita mampu

melihat bagaimana indahnya dunia. Dari luar, mata terdiri atas, kelopak mata, bulu
mata, serta bola mata.9 Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun
terpisah oleh selubung fasia bola mata. Penampang bola mata seperti terlihat dalam
gambar 2.1. terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam adalah: tunika fibrosa, tunika
vasculosa, dan tunika sensoria bulbi. Tunika fibrosa terdiri atas bagian posterior yang
opak, sklera, dan bagian anterior yang transparan, yaitu kornea. Tunika vasiculosa
dari belakang ke depan, disusun oleh: choroidea, corpus ciliare dan iris. Tunika
sensoria terdiri atas retina.9

Gambar 2.1. Bagian-bagian bola mata10

Media refraksi adalah bagian mata yang akan membiaskan cahaya dalam
proses melihat sehingga bayangan benda jatuh pada retina. Media refraksi terdiri dari
kornea, cairan mata, lensa dan badan kaca. Kornea adalah selaput mata yang bening

dan tembus cahaya dan merupakan jaringan yang menutup bola mata bagian depan.
Pembiasan terkuat dilakukan oleh kornea. Lensa mata terdiri dari zat tembus cahaya
yang jernih atau transparan yang berbentuk cakram bikonveks. Lensa mata dapat
menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Badan kaca mata memiliki
fungsi yang sama dengan cairan mata untuk mempertahankan bola mata agar tetap
bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Retina
merupakan bagian bola mata yang mengandung reseptor cahaya. Fungsi retina adalah
menerima rangsangan cahaya dari luar dan akan diteruskan ke otak melalui saraf
optik.9
2.2.

Fisiologi Penglihatan
Proses melihat dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan

menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Jika sistem saraf simpatis
teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak
cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi
dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita
ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya
memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan

refraksi mata. Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa
hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada
benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan
mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya
menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini
terjadi pada retina. Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal
yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral
geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.9,10

Gambar 2.2. Proses melihat 9,10
Dapat dilihat dari gambar 2.2. penglihatan yang baik adalah hasil kombinasi
jalur visual neurologik yang utuh, mata yang secara struktural sehat dan dapat
memfokuskan secara tepat.11 Agar dapat menghasilkan informasi visual yang akurat,
cahaya harus difokuskan dengan tepat di retina. Ketika sinar cahaya paralel dari objek
jauh jatuh di retina dengan mata dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi,
keadaan refraktif mata dikenal sebagai emetropia. Sedangkan apabila sinar cahaya
paralel tidak jatuh pada fokus di retina pada mata dalam keadaan istirahat, keadaan
refraktif mata disebut ametropia.9
Mata ametropia memerlukan lensa koreksi agar bayangan benda terfokus
dengan baik. Gangguan optik ini disebut gangguan refraksi. Refraksi adalah prosedur

untuk menetapkan dan menghitung kesalahan optik alami ini. 11 Keseimbangan dalam
penglihatan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan, kelengkungan kornea dan
panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar paling kuat
dibandingkan dengan bagian mata lainnya. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar

oleh kornea atau adanya perubahan panjang bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula.9
2.3.

Ametropia
Dalam bahasa Yunani, amertos berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,

sedangkan ops berarti mata. Sehingga kata ametropia berarti keadaan pembiasan mata
dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini dapat disebabkan oleh
gangguan pembiasan sinar pada media penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.9
Berdasarkan penyebabnya, ametropia dibagi menjadi dua, ametropia aksial
dan ametropia refraktif. Ametropia aksial adalah ametropia yang terjadi akibat sumbu
bola mata lebih panjang atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di
depan atau di belakang retina. Sedangkan ametropia refraktif adalah ametropia yang
terjadi akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat,

maka bayangan benda terletak di depan retina atau bila daya bias kurang, maka
bayangan benda akan terbentuk di belakang retina.9
Ametropia dapat dibagi menjadi miopia, hipermetropia dan astigmatisma.
Miopia (penglihatan dekat), terjadi bila kekuatan optik mata terlalu tinggi,biasanya
karena bola mata yang panjang, dan sinar cahaya paralel jatuh pada fokus di depan
retina. Hipermetropia (penglihatan jauh), terjadi apabila kekuatan optik mata terlalu
rendah, biasanya karena mata terlalu pendek, dan sinar cahaya paralel mengalami
konvergensi pada titik di belakang retina. Astigmatisme, dimana kekuatan optik
kornea di bidang yang berbeda tidak sama. Sinar cahaya paralel yang melewati
bidang yang berbeda ini jatuh ke titik fokus yang berbeda.
2.3.1. Hubungan Ametropia dengan Kebutaan
Terminologi kebutaan didefinisikan berbeda – beda di setiap negara seperti
kebutaan total, kebutaan ekonomi, kebutaan hukum dan kebutaan Sosial. Publikasi
WHO pada tahun 1966 memberikan 65 definisi kebutaan. Di bidang oftalmologi,
kebutaan adalah orang yang oleh karena penglihatannya menyebabkan ia tidak
mampu melakukan aktifitas sehari-hari.12

Pada tahun 1972 WHO13 mendefinisikan kebutaan adalah tajam penglihatan
6/18
3.2.2. Faktor keturunan
a) Definisi
Pelajar yang mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang
menderita miopia.
b) Alat ukur
Wawancara orang tua via telepon

c) Cara ukur
Responden diberikan pertanyaan tentang penggunaan kacamata miopia
dalam keluarga
d) Hasil ukur
1. Ada : Terdapat anggota keluarga yang menggunakan kacamata untuk
melihat jarak jauh
2. Tidak ada: Tidak terdapat anggota keluarga yang menggunakan
kacamata untuk melihat jarak jauh
3.2.3. Jenis Kelamin
a) Definisi
Perbedaan secara seksual dari responden
b) Alat ukur
Kuesioner
c) Cara ukur

Melalui pencatatan variabel sesuai yang diperoleh dari kuesioner
d) Hasil ukur :
1. Laki-laki
2. Perempuan
3.2.4. Status ekonomi keluarga
a) Definisi
Kondisi keuangan keluarga pelajar berdasarkan hasil penggabungan
penghasilan kedua orangtua.
b) Alat ukur
Wawancara orang tua via telepon
c) Cara ukur
Responden diberikan pertanyaan tentang pekerjaan dan penghasilan
keluarga.

d) Hasil ukur
1. Golongan menengah ke bawah : penghasilan kurang dari RM
2.000 2. Golongan menengah ke atas : Penghasilan lebih dari RM 2.000,3.2.5. Pekerjaan orangtua
a) Definisi
Kegiatan utama yang dilakukan orangtua pelajar untuk memenuhi
kebutuhan keuangan keluarga.
b) Alat ukur
Wawancara orang tua via telepon
c) Cara ukur
Responden diberikan pertanyaan tentang pekerjaan
d) Hasil ukur
1. Institusi pemerintah: bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dalam
berbagai bidang baik dalam bidang pemerintahan, kesehatan, hukum,
maupun pada badan usaha milik negara (BUMN)
2. Institusi non pemerintah: bekerja baik sebagai pemilik maupun
pegawai dari instansi swasta maupun usaha pribadi lainnya.
3.2.6. Jenis sekolah
b) Definisi
Pengelompokan tempat pendidikan pelajar berdasarkan kepemilikan
oleh negara berupa sekolah negeri dan sekolah swasta
c) Alat ukur
Kuesioner
d) Cara ukur
Melalui pencatatan variabel sesuai yang diperoleh dari kuesioner
e) Hasil ukur

1. Sekolah Agama Tahfiz Al-Quran: pelajar yang bersekolah di Sekolah
Agama Tahfiz Al-Quran sebagai perwakilan sekolah swasta
2. Sekolah Kebangsaan Seri Makmur: pelajar yang bersekolah di Sekolah
Kebangsaan Seri Makmur sebagai perwakilan sekolah negeri
3.2.7. Kebiasaan menonton televisi
a) Definisi
Kebiasaan subjek dalam aktivitas menonton tayangan televisi dengan
jarak antara posisi duduk dengan layar televisi lebih dari 2 meter dan
durasi kurang dari 3 jam sehari tanpa henti.
b) Alat ukur
Kuesioner

c) Cara ukur
Responden diberikan 2 pertanyaan dalam kuesioner mengenai kebiasaan
menonton televisi
d) Hasil ukur
1. Mengikuti syarat: Jawaban dari kedua pertanyaan sesuai dengan
kondisi menonton televisi yang benar
2. Tidak mengikuti syarat: Jawaban dari kedua pertanyaan tidak sesuai
dengan kondisi menonton televisi yang benar

3.2.8. Kebiasaan membaca
c) Definisi
Kebiasaan subjek menelaah buku dengan jarak mata terhadap buku
lebih dari 30 cm, dalam posisi duduk dan penerangan yang cukup.
d) Alat ukur
Kuesioner

e) Cara ukur
Responden diberikan 4 pertanyaan dalam kuesioner mengenai
kebiasaan membaca

f) Hasil ukur
1. Mengikuti syarat: Jawaban dari keempat pertanyaan sesuai dengan
kondisi membaca yang benar
2. Tidak mengikuti syarat: Jawaban dari keempat pertanyaan tidak sesuai
dengan kondisi membaca yang benar
3.2.9. Kebiasaan bermain video game
a) Definisi
Kebiasaan subjek dalam aktivitas permainan elektronik dengan jarak
mata dengan layar televisi lebih dari 2 meter dan durasi kurang dari 3 jam
sehari dan jarak mata dengan layar video game portable lebih dari 30
sentimeter dan durasi kurang dari 3 jam sehari
b) Alat ukur
Kuesioner

a) Cara ukur
Responden diberikan 5 pertanyaan dalam kuesioner mengenai kebiasaan
bermain video game
d) Hasil ukur
1. Mengikuti syarat: Jawaban dari kelima pertanyaan sesuai dengan
kondisi bermain video game yang benar.
2. Tidak mengikuti syarat: Jawaban dari kelima pertanyaan sesuai dengan
kondisi bermain video game yang benar.

3.2.10. Kebiasaan menggunakan
computer a) Definisi
Kebiasaan subjek dalam aktivitas menatap, mengetik, membaca atau
browsing dengan jarak mata dengan layar komputer lebih dari 60 cm dan
durasi kurang dari 3 jam sehari.
b) Alat ukur
Kuesioner

c) Cara ukur
Responden diberikan 3 pertanyaan dalam kuesioner mengenai kebiasaan
menggunakan komputer
d) Hasil ukur
1. Mengikuti syarat: Jawaban dari ketiga pertanyaan sesuai dengan
kondisi menggunakan komputer yang benar
2. Tidak mengikuti syarat: Jawaban dari ketiga pertanyaan tidak sesuai
dengan kondisi menggunakan komputer yang
benar
3.2.11. Riwayat pemeriksaan mata
a) Definisi
Riwayat pemeriksaan mata yang pernah dijalani
b) Alat ukur
Kuesioner
c) Cara ukur
Responden diberikan 4 pertanyaan dalam kuesioner mengenai riwayat
pemeriksaan mata sebelumnya
d) Hasil ukur
Hasil ukur berupa ; pernah atau tidak pernah

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jenis studi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kejadian miopia pada siswa
sekolah dasar di Sungai Besar, Selangor.
Penelitian dimulai dengan memberikan kuesioner kepada siswa kelas 5
sekolah dasar swasta dan negeri untuk mengidentifikasi faktor-faktor miopia pada
siswa tersebut. Oleh karena itu, desain ini dapat dilakukan dalam waktu singkat serta
hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke populasi karena berasal dari sampel yang
representatif.25
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti antara lain adalah status
ekonomi serta jenis sekolah terhadap kejadian miopia pada siswa
sekolah dasar di Sungai Besar, Selangor. Untuk itu, diperlukan tempat
penelitian yang dapat mewakili faktor-faktor tersebut. Dalam hal ini,
dipilih Sekolah Agama Tahfiz Al-Quran sebagai representasi sekolah
swasta di Sungai Besar, Selangor dan Sekolah Kebangsaan Seri
Makmur sebagai representasi dari sekolah negeri di Sungai Besar,
Selangor.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan tanggal 25 – 29 Januari 2016

4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
1. Populasi target
Populasi target adalah siswa sekolah dasar yang mengikuti pendidikan
di Sungai Besar, Selangor.
2. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah siswa kelas 5 sekolah dasar dari lokasi
penelitian yang telah ditentukan. Pemilihan populasi ini didasarkan
pada kondisi siswa kelas 5 yang memiliki usia antara 11 tahun dimana
usia ini memiliki resiko paling tinggi menderita miopia.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sejumlah pelajar Kelas 5 Sekolah Agama Tahfiz AlQuran dan Sekolah Menengah Seri Makmur yang terdiri dari laki-laki
dan perempuan serta memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
Perhitungan besar sampel yang dibutuhkan dalam suatu penelitian
menggunakan rumus Slovin. Pemilihan sampel dilakukan secara
“Simple Random Sampling”.

Jadi besar sampel yang diperlukan:
n= N/(N.d2+1)
n= 176/(176x0.052)+1
n= 122,2 ≈122

Kriteria seleksi:

1. Kriteria inklusi:
Subjek kelas 5 yang bersedia mengikuti penelitian
2. Kriteria eksklusi:
a. Subjek yang tidak hadir pada saat penelitian
b. Subjek sejak awal menderita miopia
c. Subjek dengan gangguan penglihatan lainnya
d. Subjek yang tidak memberikan informasi dalam kuesioner dan
wawancara secara lengkap
4.4. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
4.4.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan
wawancara orangtua via telepon serta membagikan kuesioner untuk
diisi sendiri oleh responden serta pemeriksaan tajam penglihatan
dengan menggunakan kartu Snellen.
4.4.2. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner dan wawancara digunakan sebagai alat pengumpul data.
2. Kartu Snellen digunakan untuk mengukur tajam penglihatan
4.5. Manajemen Penelitian
4.5.1 Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh perizinan dari
pemerintah setempat, dan instansi yang terkait, dalam hal ini sekolah
dasar di Sungai Besar, Selangor serta orang tua siswa. Kemudian
peneliti akan menghubungi orang tua siswa untuk wawancara.

Selanjutnya kuisoner dibagikan ke responden untuk diisi, setelah itu
hasilnya langsung dimasukkan kedalam tabel yang telah disediakan
dan dilakukan pengukuran tajam penglihatan pada siswa menggunakan

kartu Snellen.
4.5.2. Pengolahan dan Penyajian Data
Data primer yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan
dikumpulkan

menurut

variabel

dan

kemudian

akan

diolah

menggunakan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi secara deskriptif.

4.6. Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah
setempat dan instansi terkait sebagai permohonan izin untuk melakukan
penelitian
2. Menjaga kerahasiaan subjek penelitian dengan cara tidak menuliskan
nama responden tetapi hanya berupa nomor register, sehingga diharapkan
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya.
4. Bagi subjek yang terdeteksi menderita miopia , disarankan pada orangtua
untuk memeriksakan anaknya ke dokter mata.

BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini diadakan di Sekolah Kebangsaan Seri Makmur dan Sekolah
Agama Tahfiz Al-Quran, pada tanggal 25 – 29 Januari 2016 dengan besar sampel 122

orang pelajar kelas V periode 2016/2017. Data yang digunakan merupakan data
primer, pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan wawancara
orangtua via telepon. Setelah semua informasi diperoleh, kuesioner dinilai
berdasarkan kriteria objektif, kemudian hasilnya diolah menggunakan komputer dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi secara deskriptif.
Berikut ini merupakan data hasil penelitian yang diperoleh dan disajikan
dalam bentuk tabel :
Tabel 5.1 Deskripsi subjek penelitian
Frekuensi
Variabel

Kategori

Presentase(%)
(n=122)

Keturunan

Ada
Tidak ada

Jenis
kelamin

Laki-laki
Perempuan
Status ekonomi
Menengah ke atas
Menengah ke bawah
Pekerjaan orangtua
Institusi pemerintah
Institusi non pemerintah
Sekolah
Sek. Keb. Seri Makmur
Sek. Agama Tahfiz AlQuran
Kebiasaan menonton Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
TV
Kebiasaan membaca
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
Kebiasaan
bermain Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
video game
Kebiasaan
Memenuhi syarat
menggunakan
Tidak memenuhi syarat
komputer

36
86

29,5
70,5

48
74
98
24
28
94
52

39,3
60,7
80.3
19,7
23,0
77,0
42,6

70
64
58
72
50
60
62
45

57.4
52,5
47,5
59,0
41,0
49,2
50,8
36,9

77

63,1

Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 5.1, Subjek yang memiliki keluarga dengan miopia lebih
sedikit dari pada yang tidak memiliki anggota keluarga dengan miopia. Subjek yang
berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit bila dibandingkan dengan perempuan. Subjek
dengan status ekonomi menengah ke atas lebih banyak daripada menengah ke bawah.
Orang tua subjek lebih banyak bekerja di institusi non pemerintah dibandingkan
institusi pemerintah. Untuk aktivitas melihat dekat, subjek yang memiliki kebiasaan
menonton TV yang memenuhi syarat lebih banyak bila dibandingkan dengan yang

tidak memenuhi syarat. Begitu pula dengan subjek dengan kebiasaan membaca
memenuhi syarat, kebiasaan bermain video game memenuhi syarat dan kebiasaan
menggunakan komputer sesuai dengan tata cara yang benar.
Tabel 5.2 Deskripsi riwayat pemeriksaan mata
Frekuensi Presentase

Variabel

Kategori

Mata pernah diperiksa

Ya
Tidak

(n)
52
70

(%)
42,6
57,4

Pemeriksa

Petugas optik
Petugas kesehatan

10
42

19,2
80,8

Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5

2
10
14
18
8

3,8
19,2
27,0
34,6
15,4

Sulit melihat tulisan di papan
tulis
Sulit membaca tulisan kecil
Sakit kepala
Lain-lain
Tanpa keluhan

6
16
6
10
14

11,5
30,8
11,5
19,2
26,9

Pertama kali
memeriksakan
mata

Keluhan

Sumber: Data primer
Jumlah responden yang pernah memeriksakan mata lebih sedikit bila
dibandingkan dengan responden yang sama sekali belum pernah memeriksakan mata.
Dimana responden lebih banyak diperiksa oleh petugas kesehatan. Responden paling
banyak memeriksakan kondisi mata ketika duduk di kelas empat dengan keluhan sulit
membaca tulisan berukuran kecil.
Tabel 5.3 Deskripsi hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan
Tajam Penglihatan

Frekuensi

Presentase

Miopia
Visus

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25