PERAN SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MEMPERB (1)

PERAN SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MEMPERBAIKI
KELEMAHAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS
Abstrak

Sistem ekonomi liberal atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi
kapitalis, merupakan sistem yang paling banyak dianut pada dewasa ini, walaupun
ternyata sistem ini tidak menjamin terjadinya pemeratan pendapatan bagi seluruh
penduduk di sebuah negara. Hal yang terjadi justru adanya kesenjangan yang
semakin tinggi antara kaum yang kaya dan kaum miskin yang diakibatkan oleh
adanya prinsip individualistik dan mencari profit yang sebesar-besarnya. Hal ini
berbeda dengan sistem ekonomi Islam, dimana keuntungan bukan merupakan
tujuan satu-satunya yang harus dipenuhi, tetapi hal itu lebih merupakan sebuah titik
antara untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dimana dunia dipandang
sebagai tempat mencari bekal bagi kehidupan diakhirat.

1. Pendahuluan
Sampai saat ini, sistem ekonomi kapitalis masih merupakan primadona dari
sistem ekonomi dunia, dengan Amerika sebagai pendukung utamanya. Sistem
ekonomi ini muncul sebagai bagian dari gerakan liberalisme yang mulai muncul
pada tahun 1648 dari daratan Eropa sebagai akibat dari timbulnya pertentangan
antara Katolik dan Protestan. Hal yang mendasari adalah adanya ketidakmampuan

gereja dalam mengakomodasi keinginan seluruh rakyat, terutama berhubungan
dengan sikap gereja di Roma yang beranggapan bahwa segala sesuatu harus diatur
atau dalam kekuaasaan gereja. Hal ini pada akhirnya memunculkan gerakan protes
dan menghasilkan sebuah solusi bahwa ada pemisahan antara gereja dan
pemerintahan dengan sistem negara yang merdeka berdasarkan kedaulatan dan
menolak ketundukan pada otoritas politik Paus dan Gereja Katolik Roma (fimadani,
2014).
Gerakan tersebut akhirnya berkembang semakin jauh, terutama dengan
adanya paham rasionalisme yang berkeyakinan bahwa akal manusia bisa
menerangkan seluruh fenomena yang terjadi di muka bumi ini. Hal ini membawa
dampak kepada penentuan aturan hidup manusia oleh manusia itu sendiri, termasuk
dalam kebebasan beragama, berpendapat, kebebasan individu dan dalam memiliki
properti (fimadani, 2014).

1

Kebebasan hak milik ini yang pada saatnya membentuk sistem ekonomi
kapitalis dimana semua kegiatan ekonomi manusia, produksi maupun konsumsi
diarahkan


kepada

pencarian

keuntungan

semata,

tidak

memperhatikan

kesejahteraan sosial, mengacuhkan kepentingan bersama, serta semua keuntungan
merupakan milik pribadi yang mengusahakannya(fimadani, 2014).
Schumpeter menyatakan hal ini sebagai sistem perusak kreatif (Schumpeter,
2006) dimana setiap individu atau perusahaan dalam pasar kecil maupun pasar yang
lebih besar dan kompetitif, akan selalu dapat mencapai kemajuan setelah
melakukan restrukturisasi, yaitu dengan melakukan pergantian pekerja dan modal,
karena asumsi dasar yang digunakan adalah bahwa yang baru akan selalu lebih baik.
Adam Smith juga pernah menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak nampak

dalam menjalankan roda ekonomi dengan sewajarnya sehingga tidak akan terjadi
kekacauan dalam pasar. Hal ini mengacu kepada mekanisme penawaran dan
permintaan, dimana akan terjadi keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Jika terjadi perubahan pada salah satu sisi, baik penawaran maupun permintaan, hal
ini akan memacu terjadinya perubahan berikutnya samapi tercapai keseimbangan
berikutnya dengan tujuan akhir adalah kesejahteraan bagi seluruh masyarakat
(Smith, -).
Kondisi yang digambarkan oleh Adam Smith ini kemudian memacu
tumbuhnya kompetisi bebas di pasar dimana seseorang bisa mendapatkan
keuntungan yang sangat besar dan setiap pemilik modal bebas menentukan
pekerjaan atau usaha apa pun yang akan mereka kerjakan, yang pada akhirnya akan
menimbulkan akibat yang kurang baik, mengingat bahwa apa yang dimunculkan
oleh sistem ekonomi kapitalis in adalah sistem ekonomi yang bebas nilai sehingga
akhirnya akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang sebesarbesarnya.
Di lain pihak, sistem ekonomi Islam, muncul kembali pada akhir abad ke 20
sebagai sebuah sistem ekonomi yang berlandaskan kepada ajaran agama Islam
sebagai sebuah pandangan hidup yang utuh dan menyeluruh yang tidak hanya
memandang kepentingan di dunia tetapi juga kepentingan di akhirat yang kekal
kelak. Sistem ekonomi ini bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan


2

akhirat dimana pencapaian kesejahteraan di dunia merupakan modal atau aset untuk
mencapai kebahagiaan di akhirat. Sistem ini mengajarkan kepada penggunanya
bahwa Allah SWT. telah memberikan sumber daya yang berlimpah ruah di muka
bumi untuk digunakan bagi kesejahteraan seluruh makhluk hidup yang terdapat di
bumi itu sendiri.
Makhluk hidup yang dimaksud di sini adalah manusia, serta seluruh spesies
makhluk hidup yang pernah di kenal termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Manusia disini berperan sebagai wakil Allah di muka bumi yang diberikan petunjuk
yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah SAW. Manusia, menurut Ibnu Khaldun,
merupakan modal utama perekonomian sebuah bangsa, karena manusia dapat
berusaha yang pada akhirnya akan menghasilkan keuntungan. Manusia juga dapat
mengolah alam dan lingkungan tempat hidupnya menjadi lebih baik dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya, walaupun di beberapa sistem ekonomi, hal ini
mungkin tidak akan tercapai.
Sistem ekonomi Islam, seperti yang terlihat diatas, tidak menafikan
keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha, tetapi lebih kepada menyeimbangkan
pendistribusian pendapatan melalui distribusi zakat, infaq dan shadaqah. Dalam
Islam keuntungan bahkan dicari oleh mereka yang secara posisi berada ditempat

tertinggi, seperti Nabi Muhammad SAW, dan contoh tentang aktivitas mencari
keuntungan ini sangat banyak (El-Ashker & Wilson, 2006).
Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem ekonomi yang bersifat
membangun, baik manusia mau pun alam sekitar, bertujuan untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat dengan jalan yang benar, tidak menghalalkan segala cara,
tetapi juga tidak apatis dalam mencari nafkah. Mengakui hak kepemilikan
seseorang tetapi tidak sebebasnya karena diatur oleh sebuah prinsip bahwa apa yang
dimiliki oleh manusia di muka bumi ini hanya merupakan pinjaman dari Allah
SWT. Adanya sistem ini menjamin bahwa manusia tidak akan menggunakan
barang miliknya untuk hal yang tidak sesuai dengan tujuan, yaitu kesejahateraan
manusia di dunia dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi Islam, pada
beberapa sisi, merupakan sebuah kritik yang tajam atas sistem ekonomi kapitalis,

3

tetapi bukan merupakan reaksi dari adanya sistem ekonomi kapitalis, melainkan
lebih kepada kemunculan atau kebangkitan dari sebuah sistem ekonomi yang
terlupakan, mengingat bahwa sistem ekonomi Islam ini muncul sejalan dengan
kemunculan Islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasullullah Muhammad SAW.

selama lebih dari 14 Abad yang lalu.

2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang muncul adalah bahwa sistem ekonomi kapitalis dapat
dianggap menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu kesejahteraan masyarakat
sehingga yang tampak saat ini adalah semakin lebarnya jurang antara si miskin dan
si kaya, sebagai akibat dari kebebasan individu untuk mencari keuntungan setingitingginya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah sistem ini masih dapat terus
dikembangkan ataukah perlu campur tangan sistem lain untuk membantu
meluruskan tujuan sistem ekonomi tersebut. Atau bila dimungkinkan, kenapa tidak
beralih ke sebuah sistem yang sama sekali baru, karena menurut Schumpeter
sebagaimana disebutkan diatas, bahwa restrukturisasi itu diperlukan untuk
menjamin kemajuan dan bahwa yang baru itu akan selalu lebih baik. Atau kah
sistem ini masih dapat diperbaiki dengan meminjam sistem ekonomi yang lain,
dalam hal ini adalah sistem ekonomi Islam.
Untuk itu diperlukan sebuah perbandingan tentang kedua sistem ekonomi
tesebut dan bagaimana sebuah sistem mampu mencapai tujuan yang diinginkan
sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianutnya.

3. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam paper ini adalah metode deskriptif

komparatif dengan cara membandingkan literatur yang berhubungan dengan kedua
konsep ekonomi tersebut. Secara garis besar, pada paper ini akan dibahas terlebih
dahulu apa dan bagaimana sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi Islam
terutama filosofi dasar tentang kedua sistem ekonomi tersebut. Selanjutnya juga
dibahas mengenai peranan sistem ekonomi tersebut dalam kehidupan manusia
dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitar.

4

4. Tinjauan Literatur
4.1 Sistem Ekonomi kapitalis
Kebijakan sebuah negara tergantung dari sistem politik yang dianut oleh
negara tersebut, sementara kebijakan politik sendiri merupakan pengembangan dari
sistem ekonomi yang dijalankan di negara tersebut. Pemerintahan demokrasi akan
menjalankan sistem ekonomi kapitalis sementara pemerintahan sosialis akan
menggunakan sistem ekonomi sosialis dan tidak pernah ditemukan bahwa terdapat
dua buah sistem ekonomi dapat berjalan dengan baik pada sebuah sistem
pemerintahan tertentu (Childs, 2002). Dengan kata lain bahwa kepentingan
ekonomi akan mendorong sebuah negara untuk menjalankan sebuah kebijakan
politik tertentu untuk melindungi kepentingan ekonominya.

Amerika merupakan negara yang mempraktikkan sistem ekonomi kapitalis
seutuhnya dan melakukan segala macam cara untuk mengembangkannya. Sistem
kapitalis ini mulai tumbuh subur setelah kejatuhan pemerintahan sosialis, terutama
di wilayah Eropa Timur, sebagai sebuah sistem yang berkembang pesat di dunia
sampai pada saat ini. Hal ini bisa terjadi karena Amerika, akan mensyaratkan
penggunaan sistem ekonomi kapitalis bagi negara berkembang yang mengharapkan
bantuan atau dukungan dari negara Amerika (ibid).
Sebuah sistem ekonomi, pada dasarnya akan selalu berhubungan dengan
faktor-faktor produksi utama yaitu tanah, tenaga kerja, dan modal. Tanah
merupakan sebuah faktor produksi alami yang terdiri dari sumber daya alam
sebelum seseorang mengusahakan faktor produksi ini. Tenaga kerja adalah faktor
produksi yang melibatkan usaha manusia dalam proses produksi. Modal merupakan
sebuah barang atau apa pun juga yang bisa digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang atau jasa lainnya. Mengingat bahwa menurut sistem ekonomi
kapitalis, ketiga sumber daya ini terbatas, maka perlu dimunculkan sebuah sistem
yang bisa menjaga kelanggenggan sumber daya alam tersebut, dalam hal ini adalah
sistem ekonomi kapitalis tersebut.
Kapitalisme secara etimologis berarti kepala, kehidupan atau kesejahteraan
yang berasal dari akar kata caput (Wuryanta, 2010). Kapitalisme mempunyai
definisi yang bersifat membangun yaitu proses pengusahaan kesejahteraan untuk

5

bisa memenuhi kebutuhan. Hal ini terjadi apabila makna modal yang digunakan
adalah titik kesejahteraan (ibid). Perkembangan kapitalisme dapat dibagi mejadi
tiga bagian yaitu kapitalisme purba, kapitalisme industri dan kapitalisme lanjut
(ibid).
Kapitalisme purba adalah tahap awal pembentukan kapitalisme yang berasal
dari pemikiran masyarakat feodal yang berkembang di babilonia, Mesir, Yunani
dan Kekaisaran Roma (Wuryanta, 2010). Kapitalisme ini muncul sesudah
berkembangnya perdagangan antar suku dan kekaisaran sehingga membutuhkan
sebuah sistem ekonomi yang terstruktur dengan pelakunya adalah para pedagang,
tuan tanah dan pendeta atau rohaniwan. Sistem ekonomi muncul untuk menjaga
kepentingan para tuan tanah yang nantinya dikenal sebagai kaum borjuis. Konsep
ini kemudian berkembang menjadi kapitalisme merkantilis yang dikembangkan
oleh para pedagang yang banyak berkumpul di daerah pelabuhan, seperti Genoa,
Venice dan Pisa. Hal ini muncul dari perkembangan sistem perdagangan pada masa
itu yang menyangkut sistem pasar, keuangan, barter barang dan perdagangan itu
sendiri. Pembicaraan tentang pasar dan perdagangan dengan sendirinya akan
mengarah kepada jenis barang yang diperjualbelikan serta nilai lebih yang akan di
dapat dari barang tersebut, sehinggga keuntungan menjadi bagian dari kapitalisme

tersebut (ibid).
Kapitalisme

industri

muncul

sebagai

sebuah

konsekuensi

dari

perkembangan renaissance dan humanisme (ibid). Tokohnya adalah Thomas
Hobbes dengan pandangannya bahwa setiap orang secara alamiah pasti akan
mencari pemenuhan kebutuhan dirinya, kemudian John Locke, dengan
pendapatnya bahwa manusia harus dihargai hak kepemilikan personalnya dan
tentunya yang dikenal sebagai bapak ekonomi modern, yaitu Adam Smith dengan

teori invincible hand-nya yang menyatakan bahwa harga akan naik kepada tingkat
alamiah tanpa ada dorongan dari pihak manapun dan bahwa tenaga kerja dan modal
akan beralih dari usaha yang kurang menguntungkan kepada yang lebih
menguntungkan. Dengan kata lain bahwa terdapat sebuah sistem ekonomi yang
bebas tanpa campur tangan pemerintah (ibid). Perkembangan ini menjadi semakin
pesat dengan munculnya revolusi industri, yang memunculkan pandangan bahwa

6

pemilikan modal menjadi hal yang sangat penting. Dipadu dengan pandangan
bahwa pemilikan pribadi harus dihargai maka hal ini memunculkan sebuah sistem
kolonialisme dan imperialisme ekonomi yang pada akhirnya mempraktikkan
eksploitasi besar-besaran terhadap semua sumber daya yang ada (Wuryanta, 2010).
Walaupun terdapat perlawanan dengan munculnya sistem ekonomi sosialis, hal ini
ternyata tidak bisa menghalangi perkembangan sistem ekonomi kapitalisme yang
terus berlanjut sampai saat ini.
Tahap berikutnya adalah kapitalisme lanjut yang merupakan tahap dimana
akumulasi modal bukan lagi merupakan satu-satunya kondisi yang menentukan
poses produksi tetapi berlanjut ke sebuah pengumpulan modal bersama dengan
perusahaan korporasinya. Kapitalisme tidak hanya bermakna produksi dan
konsumsi tetapi juga sudah bermakna menabung dan menanam modal sehingga
mendapatkan keuntungan berlipat dari usaha yang dilakukannya. Hal ini menjadi
dasar dari sebuah sistem dinamis yang luar biasa yang akhirnya menghasilkan
tatanan dunia global seperti saat ini (Wuryanta, 2010). Pengawasan dilakukan terus
menerus untuk melindungi aset yang dimiliki serta yang mungkin menjadi aset
untuk keuntungan selanjutnya. Kekuatan militer digunakan sebagai sebuah satuan
yang mempertahankan motif ekonomi sebuah negara. Kemajuan teknologi
informasi semakin memberi ruang kepada kemajuan kapitalisme lanjut dengan
segala akibatnya yang ditanggung bahkan oleh mereka yang tidak ikut dalam
perputaran sistem tersebut.
Dapat dikatakan bahwa kapitalisme itu muncul untuk melindungi segelintir
orang dengan kepentingan ekonominya serta membuat banyak orang dan sumber
daya yang berlimpah berada dalam kekuasaan mereka agar dapat digunakan untuk
mraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Kondisi ini tidak berubah dari waktu ke
waktu, sejak dari kapitalisme purba sampai ke era global saat ini.

4.1.1 Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Kapitalis
Berdasarkan keterangan tersebut diatas dapat dinyatakan beberapa prinsip
dasar dari sistem ekonomi kapitalis yaitu:

7

1. Produksi dimiliki oleh individu
Dengan prinsip ini, tidak akan timbul masalah apabila lahan produksi yang
ada masih terbuka lebar dan memiliki keuntungan yang sama. Masalah
besar akan muncul apabila ternyata lahan produksi terbatas dan banyak
orang menginginkannya. Hal yang akan terjadi adalah perebutan kekuasan
atas produksi tersebut dengan dukungan kekuatan yang ada dimiliki oleh
masing-masing individu tersebut. Kondisi ini membuat seseorang yang kuat
akan semakin kuat, yang lemah akan tergeser bahkan hilang dari persaingan.
Maka akan timbul ketidakseimbangan dan bahkan hal ini memicu terjadi
pertentangan antara kaum Katolik dan Protestan sehingga memunculkan
sistem ekonomi tandingan, yaitu ekonomi sosialis.

2. Tidak ada campur tangan pemerintah
Pemerintah sepenuhnya akan membiarkan apa yang terjadi di pasar karena
pasar sudah diserahkan kepada pihak swasta sebagai pemilik produksi. Halhal yang terjadi sesuai dengan mekanisme pasar tidak akan dianggap
sebagai pelanggaran atas pemenuhan tujuan mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Jika ada seseorang yang tidak bisa bertahan pada
persaingan pasar, hal ini dianggap sebagai hal yang biasa sehingga tidak
perlu diselidiki lebih lanjut, walaupun terdapat dugaan persaingan tidak
sehat. Kondisi ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pasar itu
sendiri, karena akan memunculkan monopoli yang sebenarnya tidak boleh
terjadi di sebuah pasar sempurna yang menjadi tujuan sistem ekonomi
kapitalis.

3. Kepemilikan sumber daya alam diijinkan
Sumber daya alam seharusnya merupakan anugerah dari alam untuk
kepentingan seluruh makhluk hidup, diolah dan diambil hasilnya dan
digunakan untuk kepentingan seluruh makhluk yang ada. Dalam
kapitalisme, seseorang dibenarkan untuk mendapatkan atau menguasai
sumber daya alam, termasuk yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Prinsip ini tidak bisa dilepaskan dari anggapan ekonomi kapitalis bahwa

8

sumber daya alam itu terbatas. Hal ini yang memicu terjadinya kolonialisme
yang dimulai dengan mendaratnya perusahaan dagang Inggris di India pada
masa kesultanan Moghul. Tujuan perusahaan untuk mencari barang
dagangan berupa rempah-rempah yang tidak terdapat di daratan Eropa
berubah menjadi keinginan untuk menguasai sumber daya alam di daerah
yang ditujunya agar tidak diambil oleh negara yang lain. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa motif ekonomi telah mengubah wajah dunia hingga
menjadi seperti apa yang kita alami pada saat ini.

4. Alokasi sumber daya ditentukan oleh hukum penawaran dan
permintaan
Hukum penawaran dan permintaan pada dasarnya melepaskan kenaikan
harga sesuai dengan kondisi yang terjadi dipasar. Jika dilihat pada prinsip
tidak adanya campur tangan pemerintah dalam pasar di sistem ekonomi
kapitalis akan mengakibatkan prinsip alokasi sumber daya berdasarkan
hukum penawaran dan permintaan bisa menjadi tidak stabil. Ada
kemungkinan akan terjadi penawaran atau permintaan palsu yang bisa
menaikkan harga menjadi tinggi bahkan mungkin di luar kemampuan
masyarakat untuk menjangkau harga tersebut. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya kesenjangan dalam pemilikan dan permintaan barang tersebut
dan bukan tidak mungkin bahwa kondisi ini disengaja oleh sekelompok
orang yang berkeinginan untuk mencari untung yang sebesar-besarnya
dengan cara menimbun barang yang diperlukan sehingga harga dipasaran
akan naik dengan selisih yang tinggi.

5. Kepemilikan individu
Individu, dalam sistem ekonomi kapitalis, dibenarkan untuk memiliki
barang, bahkan yang bersifat untuk kepentingan banyak orang, seperti
sumber daya alam. Dengan demikian, sesuai dengan hukum penawaran dan
permintaan, akan timbul harga yang tinggi terhadap barang yang diminati
oleh banyak orang dibandingkan dengan barang yang kurang diminati.
Konsep ini akan memunculkan beberapa barang atau bahkan wilayah yang

9

dianggap bernilai tinggi atau dibuat untuk bernilai tinggi agar bisa
menghasilkan keuntungan yang setinggi-tingginya.

Hal

ini

akan

menyebabkan pertarungan atau perebutan untuk mendapatkan barang atau
wilayah yang diinginkan tersebut. Dengan kata lain, siapa yang memiliki
modal yang kuat maka ia akan mendapatkan barang atau wilayah yang
terbaik dan atau terbanyak.

4.1.2 Tujuan Sistem Ekonomi Kapitalis
Tujuan dari sistem ekonomi kapitalis tidak lain dan tidak bukan adalah
untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Berdasarkan dari pendapat
Adam Smith bahwa kapitalisme memiliki mekanisme pasar yang berdasarkan dari
kepentingan pribadi yang berkompetisi dengan kekuatan individualismenya dalam
menciptakan keseimbangan ekonomi yang dikenal dengan nama hukum penawaran
dan permintaan (Prasetyo, 2004). Dengan mekanisme ini, kapitalisme akan selalu
berpijak pada perbandingan antara nilai guna dengan nilai tukar yang ada pada
setiap komoditi.
Hal ini membawa konsekuensi bahwa semua hal yang ada dalam
kepemilikan di bawah sistem kapitalis harus bernilai guna atau diperlakukan
sebagai komoditi, termasuk didalamnya uang. Dengan alat atau formula time value
of money, dimunculkan sebuah sistem untuk tetap membuat uang tersebut dapat

menghasilkan nilai tambah, yaitu dengan asumsi bahwa nilai uang saat ini selalu
lebih tinggi dari nilai uang dimasa yang akan datang. Berangkat dari asumsi ini
maka dimunculkan interest atau bunga sebagai sebuah cara satu-satunya untuk
mendongkrak nilai uang tersebut agar tidak kehilangan nilainya dimasa yang akan
datang. Sistem bunga ini juga yang diterapkan oleh bank konvensional untuk
menarik para pemilik dana agar mau menyimpan dananya di bank-bank tersebut.
Sistem ini juga yang membuat Amerika memaksakan kehendak agar setiap negara
yang menginginkan bantuan agar menerapkan sistem kapitalis agar Amerika bisa
mendapatakan nilai tambah dari setiap hutang yang diberikannya kepada negara
tersebut dan hutang ini kalau bisa jangan sampai dilunasi, karena dengan hal
tersebut bunga atas hutang akan semakin besar dan pada akhirnya akan membuat
10

Amerika bisa memaksakan kehendak kepada negara lain sesuai dengan
kepentingannya.
Sebagai sebuah sistem yang memiliki tujuan mengusahakan kesejahteraan
untuk pemenuhan kebutuhan, sistem ekonomi kapitalis akhirnya berubah menjadi
sebuah sistem raksasa yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan sebanyakbanyaknya sehingga terjadi perubahan paradigma dalam beberapa hal, seperti
misalnya pemenuhan kesejahteraan masyarakat, yang sampai saat ini tampaknya
belum terpenuhi, terutama di negara Amerika, yang sampai saat ini masih memiliki
tingkat pengangguran yang cukup tinggi.

4.1.3 Penerapan Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Kapitalis
Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalis diterapkan di berbagai bidang secara
sistematis. Berikut ini akan dibahas beberapa bidang yang memiliki nilai strategis
dalam dunia dewasa ini.

1. Pemilikan Sumber Daya.
Kapitalisme didukung oleh banyak prinsip ekonomi, salah satu yang paling penting
adalah prinsip kelangkaan sumber daya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Thomas
Robert Malthus pada tahun 1798, kelangkaan sumber daya merujuk kepada fakta
bahwa terdapat jumlah yang terbatas untuk sumber daya di Bumi kita ini sementara
jumlah kebutuhan dan keinginan dari populasi tidak terbatas. Nilai dari sumber
daya yang ada di bumi berhubungan langsung dengan kelangkaannya. Berawal dari
kelangkaan ini, maka banyak negara yang memiliki kelangkaan sumber daya tetapi
memiliki modal berupa uang atau kekuatan mulai mengarungi dunia untuk mencari
sumber daya alam. Hal yang terjadi adalah munculnya kolonialisme yang dilakukan
oleh banyak negara super power pada masanya seperti Inggris, Spanyol, Portugis
dan Belanda. Di masa kini pun masih terjadi kolonialisme dengan mengambil alur
yang berbeda tetapi masih dengan motif yang sama yaitu mencari keuntungan
sebesar-besarnya.

2. Keuangan.

11

Sistem moneter dalam sistem ekonomi kapitalis membuat uang melalui penyebaran
kredit. Ketika seorang nasabah menyimpan uangnya pada sebuah bank, bank akan
meminjamkan sejumlah uang dari dana yang disimpan tersebut kepada mereka
yang membutuhkannya dengan mengharapkan sejumlah bunga yang akan
dibayarkan atas pokok pinjaman tersebut. Hal ini berasal dari prinsip awal bahwa
semua yang dimiliki harus bernilai guna dan memberikan nilai tambah kepada
pemiliknya. Mekanisme ini akan memastikan adanya dukungan keuangan yang
cukup untuk pertumbuhan GDP sebuah negara. Selain itu, dalam hal kebijakan
keuangan publik, negara akan memaksimalkan pendapatan dari warga negaranya
berupa pajak. Pajak ini bisa diatur sedemikian rupa sehingga bisa dipakai untuk
menutupi kebutuhan negara dan berlaku untuk semua orang yang berada dalam
yurisdiksi negara tersebut. Selain itu, sistem ini akan menyebabkan sektor moneter
menjadi tumpuan untuk peningkatan GDP sebuah negara, yang berarti bahwa
kecukupan likuditas menjadi pemicu naiknya perekonomian sebuah negara.

3. Kecukupan Modal.
Akumulasi modal merupakan aspek lain dalam sistem ekonomi kapitalis. Modal
adalah sesuatu yang dimiliki yang bisa digunakan untuk memproduksi lebih banyak
kesejahteraan. Jumlah modal merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
mencapai kesuksesan dalam lingkungan kapitalis, sebagai kesejahteraan lanjutan,
dalam bentuk output produktif atau bunga, yang bisa dihasilkan dari modal. Jika
modal yang dimiliki berkurang atau tidak bisa memenuhi kebutuhan produksi maka
akan diadakan pengumpulan modal yang pada akhirnya akan mengarah kepada
pembentukan korporasi yang memiliki jumlah modal yang sangat besar.

4. Perilaku konsumen
Dalam sistem ekonomi kapitalis didasari oleh fungsi utilitas yang menyatakan
bahwa semakin banyak barang atau jasa yang dimiliki oleh sseseorang, semakin
baik hidupnya. Kebiasaan ini dikenal sebagai memaksimalkan kesenangan. Akibat
yang dirasakan saat ini adalah banyaknya pusat-pusat pertokoan yang menjual
berbagai macam barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok sehingga terjadi
12

pola hidup konsumerisme di masyarakat luas. Hal ini akan membawa kepada
kacaunya prioritas pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

4.2 Sistem Ekonomi Islam
Berbicara tentang ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan
mengenai kondisi Islam itu sendiri. Saat ini banyak orang di dunia yang
memandang Islam sebagai agama yang mendidik umatnya untuk melakukan teror,
terutama selepas peristiwa 9/11, terlepas dari benar tidaknya peristiwa tersebut
dilakukan oleh umat Islam. Setidaknya hal tersebut membuat orang berpikir bahwa
umat Islam adalah umat yang penuh dengan kekerasan. Di negeri kita tercinta
inipun, nama Islam tercoreng dengan peristiwa bom bali 1 dan 2, yang pelakunya
terdiri dari umat Islam. Salah satu pendapat yang mewakili pendapat para orientalis
terhadap Islam mungkin yang ditulis oleh Graham E.Fuller dalam bukunya A
World Without Islam (2010) yang menyatakan sebagai berikut:
Imagine, if you will. A world without Islam. Nearly impossible, it would
seem, when images and references to Islam dominate our headlines, airwaves,
computer screens, and political debates. We are inundated with term such as Jihad,
fatwa, madrasa, Taliban, Wahhabi, mullah, martyr, mujahideen, Islamic radicals,
and Sharia’a Law....
Pernyataan tersebut terdapat pada halaman 3 buku A World without

Islam (Fuller, 2010) dan berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita tangkap sekilas
bahwa Islam banyak dikenal terutama karena kiprahnya di bidang politik dan bukan
dalam kondisi positif, tetapi lebih kepada sikap negatif, karena kebanyakan berita
utama yang ada pada surat kabar di negara Amerika Serikat biasanya berisi skandal,
pertentangan politik dan bencana kemanusiaan (headline-surat-kabar-duniamenjadi.html, 2013).
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa saat ini dunia Islam
dipenuhi tantangan untuk bisa menjawab kecurigaan kaum orientalis dalam
menegakkan ajaran agama Islam di dunia yang merupakan fitrah seluruh umat
manusia.
Satu hal yang menarik adalah perkembangan ekonomi Islam pada saat ini
mempunyai perkembangan yang cukup baik. Hal ini terbukti dengan didirikannya
13

pusat perkembangan ekonomi Islam di Inggris (https://www.dur.ac.uk/dcief/) yang
jika dirunut ke belakang merupakan salah satu negara yang paling loyal pada saat
terjadinya perang salib (1145-1149).
Hal tersebut menyatakan bahwa ekonomi Islam dipandang sebagai sebuah
sistem yang mempunyai kemampuan dan kapabilitas untuk menggerakkan ekonomi
dunia terutama karena prinsip bagi hasil yang dianutnya dan hal ini tentunya tidak
terlepas dari penerapan prinsip dasar Islam yang berlaku dalam sistem ekonomi
Islam.
Pada dasarnya prinsip dasar Islam merupakan hubungan antara hablum
minallah dan hablum minannas yang jika digambarkan akan mengambil bentuk

seperti pada gambar berikut:
TUHAN

MANUSIA

ALAM

Gambar 1 Hubungan Tuhan Manusia Alam
Hablum minallah merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,

yang telah menciptakan dan memberikan kehidupan kepada manusia sehingga
manusia mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada-Nya jika ingin
mendapatkan ganjaran berupa pahala dan tempat kembali yang baik di sisi Tuhan.
Hablum minannas merupakan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya

dan juga antara manusia dengan alam sekitarnya. Jika manusia harus beribadah
kepada Allah SWT. maka manusia harus mempunyai etika dengan manusia dan
alam sekitarnya, karena itu pun merupakan satu bentuk ibadah dan setiap ibadah
pasti akan mendapatkan ganjaran di sisi Allah SWT.
Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta sebagaimana yang
terdapat pada surat al-Baqarah ayat 117 yang artinya lebih kurang adalah sebagai
berikut:

14

(Allah) Pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu,
Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu (Ghazali et all.
2011)
Tidak ada kesulitan bagi Allah SWT. untuk menciptakan alam semesta
beserta seluruh isinya karena Allah adalah satu-satunya yang Maha Mengetahui
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini beserta manfaatnya. Allah menurunkan
hujan dan menumbuhkan mata air yang dengan perantaraan air tersebut
ditumbuhkan berjenis-jenis tanaman yang ada di bumi ini, Allah menciptakan
matahari sebagai lentera disiang hari sehingga semua tanaman dan manusia bisa
berproduksi, tanaman dengan fotosintesis dan manusia bekerja mencari nafkah
yang halal dan Allah juga yang menciptakan bulan sebagai pelita dimalam hari agar
manusia tidak selamanya berada dalam kegelapan dan bisa beristirahat
sebagaimana yang tercantum dalam surat An-Naba ayat 9-11 yang artinya lebih
kurang seperti berikut:
Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami menjadikan
malam sebagai pakaian, dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan .

Allah SWT. juga memberikan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin,
rahmat bagi seluruh alam semesta dan dengan agama ini manusia bisa menempuh
hidup didunia dengan selamat dan kembali kesisi Allah SWT. dengan keadaan
selamat pula, yaitu berkumpul denganNya di surga yang dijanjikan oleh Allah
SWT. bagi setiap makhluknya yang tidak mendustakan ayat-ayat Allah.
Dengan demikian jelaslah bahwa sebenarnya manusia itu sudah diberi
petunjuk untuk mengarungi kehidupan didunia ini agar bisa melewatkan hidupnya
dalam kondisi beribadah dan selamat di dunia dan akhirat dan petunjuk itu tidak
hanya dalam hal yang berhubungan dengan ibadah kepada Tuhan, tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari antara manusia dengan manusia lainnya serta antara manusia
dengan alam sekitarnya termasuk juga dalam kehidupan berekonomi.

4.2.1 Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Prinsip dasar ekonomi Islam yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi
Islam adalah sebagai berikut (Chaudhry, 2012):

15

1.

Allah menentukan Benar dan Salah

2.

Prinsip Penggunaan

3.

Prinsip Pertengahan

4.

Kebebasan Ekonomi

5.

Prinsip Keadilan

Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi umat manusia merupakan kumpulan
firman Allah SWT. yang didalamnya juga memuat prinsip benar dan salah yang
pada dasarnya merupakan hak Allah semata. Tidak ada manusia yang boleh
mengharamkan apa yang dihalalkan atau sebaliknya menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah. Hal ini berlaku di semua segi kehidupan manusia, baik
dalam ibadah rububiyah maupun dalam ibadah muamalat. Dengan demikian, hal
ini pun bisa dan harus diterapkan dalam kehidupan ekonomi umat manusia.
Jika konsep benar salah menurut Allah dapat diterapkan oleh manusia, maka
tidak akan terjadi kekerasan dan eksploitasi yang berlebihan, karena yang halal juga
dapat menjadi haram jika dilakukan secara berlebihan. Konsep penggunaan sesuatu
secara sewajarnya dan tidak berlebih-lebihan merupakan inti dari konsep
penggunaan yang diajarkan oleh Allah SWT. Manusia diperbolehkan menikmati
seluruh karunia yang dilimpahkan oleh Allah tetapi tidak boleh berlebihan. Dalam
arti yang lain dapat dikatakan bahwa manusia boleh memanfaatkan alam dan
seisinya, karena Allah sudah menciptakan alam dan seisinya untuk melayani
kepentingan manusia, tetapi tidak membolehkan adanya eksploitasi yang
berlebihan atas semua sumber daya yang ada.
Hal yang tersebut diatas membuat sistem ekonomi Islam merupakan sistem
ekonomi yang mempunyai prinsip pertengahan. Manusia tidak boleh melakukan hal
yang ekstrim dalam segala sesuatunya. Bahkan berpuasa pun, yang seyogyanya
baik untuk kesehatan, tidak boleh dilakukan oleh manusia dengan berlebih-lebihan,
seperti puasa sepanjang tahun, tetapi manusia juga dianjurkan untuk berpuasa pada
waktu-waktu tertentu. Demikian halnya dengan sumber daya alam, jika
dieksploitasi berlebihan akan terjadi hal yang buruk yang pada akhirnya nanti juga
akan menimpa umat manusia.

16

Salah satu syarat untuk bisa menunaikan beberapa perintah Allah adalah
kecukupan harta, misalnya perintah menunaikan haji hanya diwajibkan kepada
mereka yang mampu baik jasmani maupun rohani, yang berarti harus ada
kecukupan materi sebelum seseorang bisa menunaikan ibadah ini. Contoh lain
adalah dalam membayar zakat, hanya diwajibkan untuk harta telah memenuhi batas
minimal dalam jumlah dan waktu, dan masih banyak lagi hal lainnya. Kondisi ini
membuat seseorang harus mempunyai pendapatan dan setiap orang mempunyai hak
yang sama untuk berpendapatan. Untuk itu Islam tidak melarang seseorang untuk
melakukan usaha jual beli atau usaha lainnya, selama tidak dilarang oleh aturan,
agar bisa mendapatkan kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada Allah.
Dalam hal ini maka kebebasan ekonomi dapat digunakan, karena setiap individu
mempunyai kemampuan dan mungkin minat yang berbeda-beda.
Potensi dan minat individu yang berbeda-beda memungkinkan terjadinya
perbedaan cara dalam mencari nafkah dan juga dalam banyaknya pendapatan yang
dihasilkan oleh seseorang. Islam tidak memandang ini sebagai sebuah
ketidakadilan, melainkan sebuah keadilan yang berlaku atas siapapun juga. Jika
seseorang mempunyai kemampuan untuk mendapat penghasilan yang besar, maka
ia dibolehkan untuk melakukannya dengan syarat tidak melupakan seluruh ajaran
agama, seperti misalnya membayar zakat. Jika seseorang tidak mempunyai
kemampuan untuk mendapatkan penghasilan yang besar, maka ia akan mendapat
hasil sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Apabila seseorang, karena satu
dan lain hal, tidak mampu untuk mendapatakan penghasilan yang layak, maka ia
akan diberi bagian sebagai orang yang berhak mendapatkan zakat. Dengan
demikian konsep keadilan dalam sistem ekonomi Islam dapat tercapai.

4.2.1 Tujuan Ekonomi Islam
Agar umat manusia bisa melakukan ibadah dalam kehidupan ekonominya
maka manusia harus mengerti tujuan adanya sistem ekonomi Islam tersebut.
Menurut Chaudhry (2012), tujuan utama sistem ekonomi Islam itu adalah sebagai
berikut:
1.

Pencapaian Falah

17

2.

Distribusi yang Adil dan Merata

3.

Tersedianya Kebutuhan Dasar

4.

Tegaknya Keadilan Sosial

5.

Mengutamakan Persaudaraan dan Persatuan

6.

Pengembangan Moral dan Materiil

7.

Sirkulasi Harta

8.

Terhapusnya Eksploitasi

Pencapaian kebahagian umat manusia didunia dan di akhirat adalah tujuan
utama yang seharusnya bisa dicapai oleh seluruh umat manusia selama manusia
tersebut mau mengikuti petunjuk yang terdapat dalam ayat-ayat Allah. Chaudry
(2012) berpendapat bahwa dalam ekonomi, konsep falah merujuk kepada
kesejahteraan materiil seluruh warga negara Islam. Kesejahteraan ini dapat tercapai
jika dan hanya jika terdapat pendistribusian kekayaan yang adil dan merata.
Distribusi kekayaan atau sumber ekonomi (Chaudhry, 2012) harus
disebarkan dan jangan ada pada tangan segelintir orang tetapi harus berputar di
seluruh bagian masyarakat. Dengan demikian semua lapisan masyarakat dapat
menarik manfaat dari sumber ekonomi tersebut. Hal ini berarti akan ada
penyempitan celah antara si miskin dan si kaya dengan alatnya antara lain adalah
zakat, infak dan sedekah. Pendistribusian kekayaan juga akan menjamin
tersedianya kebutuhan dasar seluruh umat manusia.
Dalam hadisnya Rasul bersabda: “Anak Adam tidak memiliki hak yang
lebih baik daripada sebuah rumah tempat ia tinggal, selembar pakaian untuk
menutupi auratnya, serta sepotong roti dan air” (HR Tirmidzi). Semua hal tersebut
diatas meliputi kebutuhan dasar manusia yang meliputi sandang, pangan dan papan.
Tentunya semua hal tersebut harus merupakan barang yang layak, rumah layak
untuk didiami, pakaian layak untuk dipakai dan makanan layak untuk dimakan. Hal
ini merupakan kewajiban bagi seluruh negara Islam untuk menyediakan kebutuhan
dasar tersebut bagi mereka yang tidak dapat memperolehnya karena
ketidakmampuan, penggangguran, atau karena sebab yang lain (Chaudhry, 2012).
Indonesia seharusnya menjadi negara yang bisa mengamalkan ajaran ini dengan

18

benar karena pemenuhan kebutuhan dasar ini tercantum dalam UUD 1945 dimana
negara berkewajiban untuk mengurus fakir miskin dan anak-anak terlantar, dengan
kata lain negara harus bertanggung jawab terhadap hajat hidup warga negaranya
yang karena satu dan lain hal, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Penegakan keadilan sosial dalam Islam diwakili dengan adanya kewajiban
membayar zakat bagi para muzakki sebagai sebuah cara untuk mendistribusikan
kekayaannya kepada orang lain. Hal ini akan menjamin terciptanya sebuah keadilan
sosial, karena pada dasarnya rejeki antara seseorang dengan orang lainnya berbedabeda. Oleh karena itu, Islam memunculkan sistem zakat, infak dan sedekah sebagai
sebuah cara yang adil sehingga celah antara si kaya dan si miskin tidak menjadi
lebih lebar, paling tidak dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Islam menumbuhkan rasa persaudaraan antara seluruh umat manusia
dengan memperkenalkan sistem zakat, infak dan sedekah. Hal ini pada dasarnya
dilakukan untuk membangun persaudaraan dan persatuan diantara umat Islam.
Salah satu hal yang paling berat dilakukan pada era saat ini adalah membagikan
harta kita pada orang lain tanpa ada imbalan apapun, tetapi dalam Islam hal ini
digunakan sebagai pengungkapan rasa syukur dari mereka yang mempunyai
kelebihan harta sebagaimana yang tercantum dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
276 yang artinya lebih kurang seperti berikut ini (Zuhaili et all., 2004) :
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.
Dengan bersedekah, maka akan diberikan balasan yang berlipat ganda,
sebagaimana yang termaktub dalam ayat diatas, sehingga untuk mereka yang
beriman, sedekah menjadi sebuah alat untuk menunjukkan bahwa mereka
mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. dengan jalan menumbuhkan
rasa persaudaraan dan persatuan melalui pemberian zakat, infak dan sedekah.
Satu hal yang mungkin dapat dikatakan menjadi keunggulan adalah adanya
tujuan unruk mengembangkan moral dan materiil (Chaudhry, 2012) secara
bersama-sama dalam satu individu. Mereka yang memiliki kelebihan harta diasah
kepekaan moralnya dengan memberikan zakat, infak dan sedekah bagi mereka yang
kurang mampu, sehingga materiilnya berkembang. Dilain pihak, untuk orang yang
19

mau memberikan atau membelanjakan hartanya dijalan Allah, dijanjikan akan
diberikan balasan yang berlipat ganda. Hal ini akan menjamin terjadinya
pengembangan moral, rasa bersyukur terutama, baik pada si kaya dan si miskin,
serta menjadikan kseimbangan materi antara keduanya. Untuk selanjutnya jika
materi terbagi, maka setiap orang akan memiliki daya beli untuk memenuhi
kebutuhannya, dan pada gilirannya nanti akan menjadikan pola penawaran dan
permintaan berputar sedemikian rupa sehingga akan tercapai kesejahteraan
masyarakat.
Kondisi diatas juga akan mendukung terjadinya perputaran harta, karena
Islam mengecam mereka yang menimbun hartanya dan tidak membelanjakan atau
menginvestasikan harta yang dimilikinya bahkan mereka yang menimbun hartanya
diancam dengan siksaan neraka Jahannam (Surat 9: 34-35). Dengan demikian akan
terjadi perputaran harta melalui investasi, pemenuhan kebutuhan dasar, dan lainnya,
serta adanya perputaran harta kepada mereka yang kurang mampu melalui zakat,
infak dan sedekah yang pada gilirannya nanti akan kembali ke perputaran alami
penawaran dan permintaan.
Tujuan sistem ekonomi Islam yang paling akhir, menurut Chaudury (2012),
merupakan tujuan yang paling penting, yaitu terhapusnya eksploitasi seseorang
terhadap orang lain. Jika kesejahteraan dapat dicapai melalui sistem ekonomi Islam,
maka tidak akan lagi terjadi ekploitasi, baik dalam bentuk jasmani maupun rohani,
karena setiap orang memiliki kedudukan yang seimbang sehingga tidak akan
tercipta celah untuk melakukan eksploitasi tersebut.

4.2.3 Penerapan Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Tujuan dalam ekonomi Islam dapat dicapai oleh manusia dengan
menggunakan prinsip dasar ekonomi Islam. Hal ini dapat digambarkan dalam tabel
dibawah ini. Tabel tersebut memuat bagaimana prinsip ekonomi Islam dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan ekonomi Islam. Secara umum semua tujuan
ekonomi Islam dapat atau akan memenuhi seluruh prinsip dasar ekonomi Islam.

20

Untuk menentukan mana yang terpenting, maka itu berpulang kepada manusia itu
sendiri, karena manusia sudah diberi kebebasan memilih.
Tujuan
Prinsip
Allah Penentu
Benar Salah
Penggunaan
Pertengahan
Kebebasan
Ekonomi
Keadilan

Kebutuhan Keadilan
Dasar
Sosial

Persaudaraan Moral &
& Persatuan Materiil

Sirkulasi Terhapusnya
Harta
Eksploitasi

Falah

Distribusi









































































Sebagai contoh, prinsip yang pertama, bahwa hanya Allah yang menentukan
benar salah harus diikuti untuk bisa memenuhi seluruh tujuan, karena jika hal ini
dilanggar maka kemungkinan akan terjadi hal, seperti yang dikatakan oleh Max
Weber dalam bukunya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1905):
The emancipation from economic traditionalism appears, no doubt, to be a
factor which would greatly strengthen the tendency to doubt the sanctity of the
religious tradition, as of all traditional authorities. But it is necessary to note, what
has often been forgotten, that the Reformation meant not the elimination the
Church’s control over everyday life, but rather the substitution of a new form of
control for the previous one....

Pernyataan diatas menyebutkan bahwa reformasi diadakan untuk mengganti
pengawasan dari yang sebelumnya menjadi sebuah bentuk pengawasan baru. Hal
ini terjadi karena pada masa tersebut, peran gereja (katolik) sangat besar andilnya
dalam menentukan keputusan dalam kehidupan manusia, termasuk didalamnya
keputusan ekonomi. Dilain pihak kaum protestan menyatakan bahwa (Weber,
2005):
...that the greater participation of Protestants in the positions of ownership
and management in modern economic life may today be understood, in part at least,
simply as a result of the greater material wealth they have inherited....

Jelas bahwa kemampuan materi seseorang atau sekelompok orang ternyata
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah keputusan
berskala besar, dalam hal ini adalah terjadinya reformasi dimasa tersebut. Hal
menjadi sebuah contoh yang baik dimana dapat dilihat bahwa penggunaan norma
ajaran agama untuk kepentingan sekelompok golongan akan berdampak kurang
baik dan ini karena yang menentukan benar tidaknya sesuatu bukanlah berasal dari

21

kitab Allah tetapi berdasarkan kitab yang “seolah-olah” berasal dari Allah. Pada
akhirnya muncullah kebenaran dan kesalahan yang beraneka ragam.
Kondisi ini juga berlaku bagi semua prinsip ekonomi Islam yang telah
disebutkan diatas, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa pada
intinya semua tujuan dalam ekonomi Islam harus bisa memenuhi seluruh prinsip
Islam dalam sistem ekonomi.
Penerapan prinsip dasar ekonomi Islam dalam ekonomi terutama pada
bidang-bidang berikut dapat dijelaskan seperti ini:

1. Pemilikan Sumber Daya
Konsep kepemilikan diakui dalam Islam dengan menganut prinsip bahwa
semua barang yang ada di muka bumi ini merupakan milik Allah SWT. yang
dipinjamkan kepada manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Kepemilikan ini
terdiri dari tiga tingkat yaitu kepemilikan individu, kepemilikan bersama serta
kepemilikan barang milik negara. Pemisahan kepemilikan ini dimaksudkan untuk
memberikan tanggung jawab sesuasi dengan tingkat kepemilikan yang dipunyai
oleh seseorang sehingga tidak ada penggunaan yang sia-sia terhadap barang yagn
dimiliki tersebut. Selain itu, dalam ajaran Islam, tidak ada yang namanya
kelangkaan sumber daya, karena Allah sudah menjamin ketersediaan sumber daya
yang ada di alam untuk pemenuhan kebutuhan makhluk hidup yang ada. Hal yang
menjadi masalah dalam hal sumber daya ini adalah masalah distribusi. Maka dalam
ekonomi Islam, hal yang harus dipecahkan adalah bagaimana manusia bisa
mendistribusikan sumber daya agar bisa memenuhi kebutuhan dasar selurh
makhluk hidup. Selain itu, mengingat bahwa seluruh barang yang ada merupakan
kepunyaan Allah SWT. maka manusia berkewajiban untuk menjaga milik Allah
SWT. tersebut yang berarti melestarikan sumber daya yang ada dan tidak
melakukan eksplorasi besar-besaran yang bisa mengakibatkan rusaknya sumber
daya alam tersebut.

2. Keuangan

22

Dalam Islam, tidak dilarang untuk memiliki uang selama uang tersebut digunakan
sebagai alat penyimpan nilai dan bukan sebagai komoditi. Oleh karena itu tidak
dikenal sistem bunga atau riba, selain karena riba itu dilarang oleh agama, secara
moneter riba juga akan menyebabkan terjadinya gelembung ekonomi yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang palsu. Selain itu, karena uang
itu hanya merupakan alat penyimpan nilai dan bukan merupakan sebuah komoditi,
maka uang tidak akan berharga apabila didiamkan begitu saja. Agar bisa bernilai
guna, uang tersebut harus diinvestasikan ke dalam sebuah usaha sehingga dengan
demikian, uang dapt menghasilkan keuntungan berdasarkan usaha yang dilakukan.
Secara moneter berarti bahwa sektor riil menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi
sebuah negara. Dalam kebijakan publik, pendapatan negara dalam sistem ekonomi
Islam tidak hanya berasal dari pajak, bahkan pajak ini belum diberlakukan sebelum
kebijakan yagn lain dilakukan. Pendapatan utama negara dalam sistem ekonomi
Islam berasal dari zakat. Zakat akan dikumpulkan dari mereka yang memiliki harta
yang cukup memenuhi nishabnya dan hanya berlaku bagi orang muslim. Hasil dari
zakat ini akan digunakan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran negara. Selain
itu, dalam sistem ekonomi Islam juga berlaku jizyah yaitu pendapatan yang berasal
dari orang non muslim yang hidup di negara muslim tersebut. Pendapatan ini
digunakan untuk pengeluaran negara demi sebesar-besar kemakmuran masyarakat.
Jika pendapatan dari kedua kebijakan ini masih tidak mencukupi maka
diberlakukan kebijakan penarikan pendapatan yang lain (kharaj, rampasan perang,
bea cukai, dan lainnya).

3. Modal
Ibn Khaldun menyatakan bahwa manusia merupakan modal yang berharga sebagai
tenaga kerja yang mempunyai kecakapan tertentu (El-Ashker & Wilson, 2006).
Berdasarkan keahlian ini, manusia akan mendapatkan keuntungan apabila ia
memenuhi syarat yaitu, mau berusaha dan gigih dalam mendapatkannya.
Keuntungan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang dimiliki dari hasil
usaha manusia berdasarkan keahliannya, yaitu berupa tambahan berdasarkan hasil
kerjanya dan dapat berbentuk apa saja. Hal ini harus dilakukan, karena menurut Ibn

23

Khaldun, manusia secara alamiah memerlukan sesuatu untuk makan dan
menyediakan segala sesuatu yang diperlukan mulai dari lahir sampai menuju
dewasa dan akhirnya tua (ibid.). Hal yang diperlukan ini harus ditukar dengan
sesuatu yang lain yang sama berharganya, karena orang lain mendapatkannya
dengan bersusah payah dan tidak boleh ada perampasan (Ibn Khaldun, 1958:). Ibn
Khaldun berpendapat bahwa tenaga kerja merupakan titik awal untuk menciptakan
kesejahteraan dan pembangunan ekonomi (El-Ashker & Wilson, 2006). Hal ini
tersurat dalam pernyataannya bahwa (Ibn Khaldun 1958:480):
“The effort to (obtain sustenance) depends on God's determination and
inspiration. Everything comes from God. But human labor is necessary for every

profit and capital accumulation.”
Disini Ibn Khaldun menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan berperan besar dalam
memberikan rejeki kepada umat manusia tetapi bahwa usaha manusia sangat
diperlukan dalam mengumpulkan setiap pendapatan dan modal yang diinginkan.
Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa manusia sudah memiliki pendapatan secara
otomatis atau tanpa usaha tertentu melalui siklus alam, yaitu adanya hujan yang
menumbuhkan tanaman di ladang (Ibid:479).
Keuntungan yang didapat oleh manusia akan berkembang dan terkumpul menjadi
akumulasi modal, jika keuntungan yang dimiliki lebih besar dari kebutuhannya
(ibid.). Satu hal yang menarik adalah pendapatnya bahwa jika seseorang tidak
menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhannya, berarti hal tersebut
tidak bisa disebut sebagai rejeki (ibid.).
Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa untuk menilai atau sebagai dasar penilaian
modal yang dimiliki oleh manusia sebaiknya menggunakan emas dan perak, karena
kedua benda ini tidak akan terkena fluktuasi nilai sementara benda lainnya terkena
fluktuasi nilai ( (Ibn Khaldun, 1958:480).
Sebagai tenaga kerja yang memiliki kemampuan, manusia harus dihargai dengan
baik sesuai dengan produk yang dihasilkan, nilai yang ada pada produk tersebut
harus mencakup nilai si manusia sebagai tenaga kerja. Dengan demikian manusia
yang memiliki kemampuan tertentu, dalam pandangan Ibn Khaldun, merupakan
sebuah modal yang sangat berharga dalam mengembangkan ekonomi. Karena

24

manusia dihargai keahliannya, maka semakin banyak manusia pada sebuah kota
atau peradaban berarti semakin besar modal yang ada pada kota atau peradaban
tersebut, yaitu modal manusia. (Ali, 2006).

4. Perilaku Konsumen
Dalam sistem ekonomi Islam, tidak dikenal adanya perilaku konsumerisme yaitu
lebih banyak lebih baik. Islam justru menyarankan agar segala sesuatu dilakukan
dengan secukupnya saja, tidak berlebih-lebihan. Perintah ini dilakukan baik dalam
melaksanakan ibadah maupun dalam kondisi muamalah atau pun dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Dalam hal makan pun, kondisi ini diberlakukan, yaitu
makan itu sebaiknya dilakukan sebelum lapar dan berhenti sebelum merasa
kenyang. Dengan demikian tidak ada sumber atau hasil produksi yang terbuang.
Selain itu, pola