TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENDIDIKA

TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENDIDIKAN

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
DI SEKOLAH

A. Pendahuluan.
Pilkada Jawa Tengah Telah selesai beberapa bulan yang lalu. Gubernur baru telah
terpilih. Visi dan misi gubernur terpilih ketika kampanye adalah “Pendidikan Murah dan Bali
ndeso mbangun deso”. Program stategis untuk mewujudkan visi misi adalah 1). Jawa sebagai
provinsi vokasi. 2). Wajib belajar 12 tahun ( rintisan ) dan 3). Peningkatan kualitas guru
( kualivikasi, kompetensi dan sertifikasi guru )`.
Proninsi JawaTengah sebagi provinsi Vokasi mempunyai maksud ; “ provinsi yang
dapat menjadi pusat koordinasi dan kebijakan pendidikan kejuruan yang bermutu dan akses
masyarakat yang tinggi untuk menghasilkan tenaga kerja yang professional dan terciptanya
masyarakat yang produktif untuk dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan
sekaligus mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi “(Drs. Kartono, MPd : 2008). Jadi
kata kuncinya adalalah “bagaimana menciptakan Sekolah Menengah Kejuruan yang bermutu
sehingga diharapkan mempunyai dampak ( out come ) terhadap pengurangan angka
pngangguran di Jawa Tengah dan sebagai goal nya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah.
Sekolah yang bermutu ditentukan oleh Input yang baik, proses yang akuntabel,

output yang kompeten sehingga mempunyai out come yang positif terhadap peserta didik
secara pribadi maupun masyarakatnya. Untuk mendapatkan sekolah yang bermutu, sekolah
harus mengedepankan kualitas ( mutu ) dalam proses manajerialnya dan pembelajarannya.
Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang telah berkembang sebuah
pendekatan, khususnya dalam proses menejerial, yaitu apa yang disebut Total Quality
Manajemen (TQM).
Edwar Sallis dalam bukunya Total Quality Managemen in Education memberi
gambaran ; TQM dapat digunakan untuk menggambarkan dua gagasan yang agak berbeda
tetapi saling berkaitan. Pertama, adalah filsafat perbaikan terus menerus ( continual
improvement ). Kedua, arti yang saling berkaitan menggunakan TQM untuk
menggambarkan alat dan teknik, seperti brainstorming dan analisis lapangan, dimana
digunakan untuk meletakkan perbaikan kualitas ke dalam tindakan. TQM baik dalam konteks
pikiran ataupun aktivitas praktis – merupakan sikap dari pikiran dan metode perbaikan terus
menerus ( Edward Sallis , 2004 : 35). DR, Joseph Juran mengajukan pengertian bahwa
system yang bermutu adalah berfokus pada orientasi pasar ( market oriented ) dan kepuasan
pelanggan ( customer satisfaction ).
Kata kunci dari TQM (= dalam kesempatan lain diartikan Sistem Manajemen Mutu )
adalah “kepuasan pelanggan”. Untuk mewujudkan kepuasan pelanggan harus melalui
pengelolaan proses yang baik. Manajmen mutu pada dunia pendidikan adalah perlu untuk
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap peserta didik ( learner ), Orangtua dan lmbaga

tekait sebagai pelanggan dari luar (eksternal customer). Manfaat TQM bagi sekolah antara
lain :
1. TQM dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik kepada
siswa, orang tua dan lembaga terkait.

2. Sebagai upaya mereformasi pendidikan, peningkatan mutu melalui TQM merupakan cara
mendasar untuk memenuhi persyaratan pelanggan (akuntabilitas public )
3. Meningkatkan kegairahan dan tantangan bagi guru dan siswa dalam lingkungan belajar
mengajar yang tidak puas dengan sekedar nilai “ cukup baik “
Pelaksanaan TQM di Sekolah Menengah Kejuruan kebanyakan adalah berstandar
ISO 9001 : 2000, yang menerapkan 8 prinsip manajemen ;
1. Customer Focus ( perhatian pada pelanggan )
2. Leadership ( kepemimpinan )
3. Involevment of people ( pelibatan banyak orang )
4. Process approach to management ( pendekatan manajemen proses )
5. System approach to management ( pendekatan system ada manajemen )
6. Continual improvement ( perbaikan yang berkelanjutan )
7. Factual approach to dicision making ( pengambilan keputusan berdasarkan fakta ) dan
8. Mutually beneficial supplier relationship ( hubungan pemasok yang saling menguntungkan
)

Pada Kesempatan ini kita akan membatasi pada permasalahan manajemen mutu
terpadu ( TQM ) yang berhubungan dengan pendidikan terutama Sekolah Menengah
Kejuruan sebagai upaya mendukung proses menjadikan Jawa Tengah menjadi provinsi
vokasi.
B. Pengartian Manajemen.
Diambil
dari
Wikipedia,
ensykoledia
bebas
(http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen );
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada

dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Menurut Minzberg ( 2004 ) ; manajemen adalah kegiatan yang menggabungkan antara
seni, craft dan science. Art atau seni adalah kreatifitas menggabungkan antara visi dan
“tanda”, sedang craft adalah keahlian menghubungkan seni ( = seni memanaj ) kedalam
ekspresi yang nyata dan science merupakan upaya membuat analisa dan penilaian yang
sistematis.( dari makalah power point Prof. DR. M. Wahyudin,9/10/2008 )
C. Pengertian Kualitas (Quality)
Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sampai sekarang, baik di dunia
industri barang atau industri jasa, belum ada definisi yang sama tentang kualitas. Goetsch dan
Davis mengibaratkan bahwa kualitas itu seperti halnya pornografi, yaitu sulit didefinisikan,
tetapi fenomenanya atau tanda-tandanya dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan nyata.
Setiap orang dan organisasi memiliki pengertian kualitas yang berbeda-beda.
Misalnya Fred Smith, CEO General Expres, mengartikan kualitas adalah kinerja standar yang
diharapkan oleh pemakai produk atau jasa (customer). Menurut General Servis
Administration (GSA); kualitas adalah pertemuan kebutuhan customer pada awal mula dan
setiap saat. Sementara menurut W. Edward Deming, salah seorang pioner kualitas
menyatakan bahwa kualitas itu memiliki banyak kriteria yang selalu berubah. Namun

demikian, definisi kualitas yang diterima secara umum mencakup elemen-elemen berikut :

1) mempertemukan harapan pelanggan (customer), 2) menyangkut aspek produk, servis,
orang, proses dan lingkungan, dan 3) kriteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa
sebuah produk sekarang termasuk berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi
berkualitas. Jadi, kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan
produk, servis, orang, proses, dan lingkungan.
Menurut Edward Sallis, kualitas itu memang sesuatu yang tarik menarik antara
sebagai konsep yang absolut dan relatif. Namun, ia menegaskan bahwa kualitas sekarang ini
lebih digunakan sebagai konsep yang absolut. Karena itu, kualitas mempunyai kesamaan arti
dengan kebaikan, keindahan, dan kebenaran; atau keserasian yang tidak ada kompromi.
Standar kualitas itu meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan pada standar
produk/jasa; dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer). Kualitas yang
didasarkan pada produk/jasa, memiliki beberapa kualificasi : 1) sesuai dengan spesifikasi, 2)
sesuai dengan maksud dan kegunaannya, 3) tidak salah atau cacat, dan 4) benar pada saat
awal dan selamanya (Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, 2000 : 48-49), Sementara itu,
kualitas yang didasarkan pada customer, mempunyai kualifikasi; 1) memuaskan
pelanggan (costomer satisfaction), 2 melebihi harapan pelanggan, dan 3) mencerahkan
pelanggan ( Edward Sallis, 1993 : 22)
Menurut Crosby, kemutlakan bagi kualitas adalah: 1) kualitas harus disesuaian
sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan, bukan sebagai kebaikan, juga bukan
keistimewaan, 2) sistem untuk menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan penilaian, 3)

standar kerja harus tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa cacat”, 4) pengukuran kualitas
merupakan harga ketidaksesuaian, bukan pedoman. Karena itu, menurut tokoh yang sangat
terkemuka dengan gagasan kualitas ini, bahwa manajemen adalah penyebab setidak-tidaknya
80 % masalah-masalah kualitas di dalam organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan
memperbaikinya adalah melalui kepemimpinan manajemen.Crosby memberikan “vaksin
kualitas” (Quality vaccine), yaitu: 1) Tujuan: manajemen merupakan satu-satunya alat yang
akan mengubah citra organisasi, 2) pendidikan: membantu semua komponen organisasi
mengembangkan satu pengertian umum tentang kualitas dan memahami peran mereka
masing-masing di dalam proses perbaikan kualitas, 3) penerapan: membimbing dan
mengarahkan program perbaikan.
D. Total Quality Management (TQM)
Pengertian kulitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka yang jelas bahwa
hakekat Total Quality Management (TQM) atau manajemen kualitas terpadu
sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management) yang
berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam organisasi dengan
budaya TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang
diharapkan atau diinginkan (desire) oleh pelanggan.
Dengan demikian, TQM dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas semua
komponen (stakehorder) yang berkepentingan dengan visi dan misi organisasi. Jadi, pada
dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan ataupun pemaksaan, tetapi TQM adalah lebih dari

usaha untuk melakukan sesuatu yang benar setiap waktu, daripada melakukan
pemeriksaan(cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM bukan bekerja
untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan untuk pelanggan (customer) dan
klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang diperuntukkan bagi menajer senior dan
kemudian melewatkan tujuan yang telah dirumuskan.
“Total” dalam TQM adalah pelibatan semua komponen organisasi yang berlangsung
secara terus-menerus. Sementara “manajemen” di dalam TQM berarti pengelolaan setiap
orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Mereka

semua adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya . Senada dengan pengertian ini,
Lesley dan Malcolm menyatakan bahwa dalam TQM, maka semua fungsionaris organisasi,
tanpa kecuali dituntut memiliki tiga kemampuan, yaitu : Pertama, mengerjakan hal-hal yang
benar. Ini berarti bahwa hanya kegiatan yang menunjang bisnis demi memuaskan kebutuhan
pelanggan yang dapat diterima. Kegiatan yang tidak perlu maka jangan dilanjutkan
lagi. Kedua, mengerjakan hal-hal dengan benar. Ini berarti bahwa semua kegiatan harus
dijalankan dengan benar, sehingga hasil kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Ketiga, mengerjakan hal-hal dengan benar sejak pertama kali setiap waktu. Hal
ini dilandasi dengan dasar pemikiran untuk mencegah kesalahan yang timbul. Prinsipnya,
menurut Lesley dan Malcolm, TQM itu merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap
perencanaan dan manajemen aktivitas, yang memiliki motto: Do the right think, first time,

every time, yaitu “kerjakan sesuatu yang benar dengan benar, sejak pertama kali, setiap
waktu”
Goetsch dan Davis memberikan beberapa karakteristik manajemen kualitas : 1)
komitmen total pada peningkatan nilai secara kontinyu terhadap customer, investor dan
tenaga (staf), 2) lembaga memahami dorongan pasar yang mengartikan kualitas bukan atas
dasar kepentingan organisasi tetapi kepentingan customer, dan 3) komitmen untuk memimpin
orang dengan perbaikan dan komunikasi terus-menerus.
Prinsipnya, TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Karena itu, TQM memiliki beberapa karakteristik:
1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal, 2) memiliki obsesi yang
tinggi terhadap kualitas, 3) mengggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen jangka panjang, 5) membutuhkan kerja sama
tim (teamwork), 6) memperbaiki proses secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan, 8) memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan
tujuan, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Lebih lanjut, Fandy Ciptono dan Anastasia menjelaskan bahwa prinsip dan unsur
pokok dalam TQM , sebagai berikut: Pertama, kepuasan pelanggan. Kualitas tidak hanya
bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu ditentukan
oleh pelanggan (internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam

segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Kedua, respek terhadap setiap
orang. Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreatifitas tersendiri yang unik. Dengan begitu, setiap karyawan dipandang sebagai sumber
daya organisasi yang paling bernilai. Karena itu, setiap karyawan dalam organisasi
diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, berbartisipasi
dalam tim pengambilan keputusan. Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Organisasi
berorientasi pada fakta. Artinya bahwa setiap keputusan organisasi harus didasarkan pada
data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep pokok berkait dengan fakta;
1) prioritisasi (prioritization), yaitu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakaukan pada
semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada.
Dengan demikian, dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dapat memfokuskan
usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau variabilitas kinerja
manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian
yang wajar dari setiap system organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi
hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Keempat, perbaikan
berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi setiap
lembaga. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan, do, check, act).
E. Tinjauan yuridis Pendidikan di Indonesia

1.


.

Amanan Pembukaan UUD 1945 : “…….melindungi segenap bangsa dan selurh tumpad
darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa , memajukan kesejahteraan umum dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, dan keadilan social….”
2. Tap MPR No. II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara memuat misi
pendidikan nasional : Pendidikan Nasional harus mampu menumbuhkan, meningkatkan
kecerdasan dan dorongan untuk selalu menambah pengetahuan dan ketrampilan serta
pengalamannya, sehingga terwujud manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri , memiliki disiplin dan
kecerdasan serta tanggung jawab sebagai warga Negara dan bangsa, beretos kerja tinggi,
berwawasan keunggulandan kewirausahaan dan teknologi serta menghargai setiap jenis
pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat sesuai dengan filsafat pancasila.
3. Sedang tujuan pendidikan nasional dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional UUSPN No. 2 tahun 1998 yang berbunyi : Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitumanusia yang beriman, dan bertaqwa terhasap Tuhan Yang maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.
4. Dalam UUSPN tahun 2003, Bab II, pasal 3 mencantumkan fungsi pendidikan nasional :
Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan
kemampuan serta pembentukanwatak dan peradapan bangsa yang bermartabat ditengah
masyarakat dunia.
Pasal 4 menjelaskan Tujuan pendidikan nasional : Pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan manajemen yang baik pada tingkat satuan
pendidikan, dalam hal ini sekolah harus berorientasi mutu . Sekolah yang bermutu adalah
yang dapat memenuhi persyaratan pelanggan, memuaskan siswa, orangtua, instansi/lembaga
terkait dan guru sebagai pelanggan internal
F. TQM Dalam Pendidikan
Pada era global, dimana transparansi sudah merambah di segala tempat, arus dan
akses informasi begitu gencar, sehingga tuntutan terhadap produk tidak hanya bermutu, tetapi
juga dampak dari produk harus diinformasikan secara trawoco ( transparan ). Dmikian juga
pada organisasi pendidikan dituntut mampu memberikan atau mengasilkan produk yang
berkualitas. Produk yang bermutu mempunyai karakteritik : 1) fungsional : terkait dengan
kegunaan, 2) Temporal : seperti tepat waktu, ketersediaan, akurat dll, 3) Phisical : seperti
mekanik, elektrik, kimia, fisika dll, 4) Sensory : berkaitan dengan panca indra, 5) bihaviorial :
Berkaitan dengan sopansantun, disiplin dll dan 6) ergonomic : berkaitan dengan keselamatan,
kenyamanan, dan kesehatan. Organisasi pendidikan yang memenuhi kualitas atau mutu dapat
dilihat dari beberapa aspek berikut; 1) komunikasi(communication, yaitu komunikasi antara
penerima jasa dengan pemberi jasa, 2) kredibilitas (credibility), yaitu kepercayaan pihak
penerima jasa terhadap pemberi jasa, 3) keamanan (security), yaitu keamanan terhadap jasa
yang ditawarkan, 4) pengetahuan kustomer (knowing the customer), yaitu pengertian dari
pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan
harapan pemakai jasa, 5) standar (tangibles, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan
kepada kustomer harus dapat diukur atau dibuat standarnya, 6) reliabilitas(realiability), yaitu
konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi janji para

1.

2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

penerima jasa, 7) tanggapan (responsivenerss), yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap
kebutuhan dan harapan penerima jasa, 8) kompetensi(competence), yaitu kemampuan atau
keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang dalam organisasi untuk memberikan
jasanya kepada penerima jasa, 9) akses (access), yaitu kemudahan pemberi jasa untuk
dihubungi oleh pihak penerima jasa. 10) tata krama (courtesy), yaitu kesopanan, espek,
perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personel. Sementara itu, kualitas jasa juga
memiliki beberapa sifat atau karakteristik, antara lain; 1) subyektif, 2) umumnya berukuran
afektif, 3) mengutamakan kepemerhatian, 4) terdiri dari non-materi – bisa berupa reputasi,
sikap, tata krama, dan lain-lain, 5) tidak dapat dihitung secara kuantitatif, tetapi hanya bisa
diyakini, dipercaya dan sebagainya.
Untuk memulai mengimplementasikan manajemen mutu total ( TQM ) di sekolah
adalah sebuah tugas yang sulit. Langkah yang paling mudah adalah berpedoman pada
delapan prinsip manajemen mutu :
Customer focus : Organisasi / sekolah bergantung pada pelanggan, oleh karena itu
hendaknya memahami betul kebutuhan ( bukan keinginan ) saat ini dan waktu akan datang
dari pelanggannya dan sedapat mungkin dapat menyajikan melampaui dari kebutuhan
pelanggan.
Leadership : Pemimpin menetapkan kesatuan komitmen, tujuan dan arah organisasi.
Hendaknya pemimpin menciptakan dan memelihara lingkungan internaltempat orang dapat
melibatkan dirinya secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi/sekolah. Pemimpin harus
dapat mengelola sumberdaya, yang ditunjukkan dalam 9 komponen pendidikan. : organisasi,
kurikulum/KBM, Tenaga pendidik dan kependidikan, Peserta didik, sarana/prasarana,
lingkungan kerja, pembiayaan/ sumber dana, teaching factory dan peran serta masyarakat.
Pemimpin melaksanakan PDCA.
Involvement of people : Orang pada setiap tingkatan adalah inti sari organisasi, pelibatan
penuh mereka memungkinkan kemampuanya dipakai untuk kemanfaatan organisasi.
Process Approach : Hasil yang dikehendaki tercapai lebih effisien bila kegiatan dan sumber
daya terkait dikelola sebagai suatu proses. Organisasi harus menerapkan management
process.
System approach to management : Mengetahui, memahami dan mengelola proses yang
saling terkait sebagai system memberi sumbangan pada keefektifan dan effisiensi organisasi
dalam mencapai tujuan.
Continual Improvement : perbaikan yang berkelanjutan rganisasi secara menyelurh
hendaknya dijadikan tujuan tetap organisasi.
Factual approach to dicision making : keputusan yang efektif didasarkan pada analisis
data dan informasi.
Mutually benifical supplier relationship : sebuah organsasi/sekolah dan pemasoknya
( orang tua – suplaier ) saling bergantung dan suatu hubungan yang saling mengutungkan
untuk meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai.( Ir. Agung Budi S, MM
, 2003 : 5 )
G. Tanggapan Penulis
Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu - ada juga yang
memberikan istilah “ Sistem Manajemen Mutu ( SMM )“- dalam bidang pendidikan tujuan
akhirnya adalah meningkatkan mutu pelayanan lembaga pendidikan terhadap eksternal
customer ( siswa, masyarakat, instansi pemerintah dan dunia usaha ) dan internal customer
( tenaga pendidik dan kependidikan ) , meningkatkan pencitraan lembaga pendidikan
( akuntabilitas public ) dan pencapaian tujuan pendidikan yang optimal. Penerapannya perlu
commitment, concern dan continuity yang memadai. Dan dukungan dari semua pihak –

pemerintah pusat, profinsi, daerah dunia usaha dan masyarakat sebagai stake holder , dan
yang terpenting adalah kemauan yang keras dari pelaku pendidikan ( = warga sekolah ) .
SDM kita saat ini memprihatinkan, menurut UNDP. Indonesia menempati peringkat
109 dari 174, peringkat daya saing ke 46 yang paling bawah di kawasan Asia Tenggara,
Singapura ke-2, Malaysia ke-27. Phillipina ke 32, dan Tailand ke 34, dan termasuk negara
yang paling korup didunia.(Indra Jati Sidi, 2000). Menurut Survei Human Development
Index sebagaimana diungkapkan oleh Yutata Hadi Andoyo Direktur Direktorat Peguruan
Tinggi Swasta Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, kualitas SDM Indonesia saat ini
menduduki peringkat ke 105. Untuk ilustrasi , perangkat SDM di kawasan Asia Tenggara
yaitu Singapura menduduki peringkat 25, Brunei 26, Malaysia 56, Thailand 57 dan Pilipina
77. (Jawa Post, 11 Juli 2000). Masih data statistik yang dipaparkan Human Development
Index (HDI); terdapat 60% guru SD, 40% guru SMP , 43% guru SMA san 34%guru SMK
dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selai itu 17,2% guru atau
setara 69.477 guru mengajar bukan pada bidang studinya ( Masnur Muslich 2008 : 7 ) Kalau
sudah demikian apa mau dikata tentang mutu. Hasil Uji Kompetensi guru yang di lakukan
oleh LPMP Jawa Tengah beberapa waktu lalu menunjukkan hasil yang lebih “membahayakan
“. Dari guru –guru SD yang diuji dibawah 30% yang dikategorikan lulus. Guru
SMP/SMA/SMK masih dibawan 40% . Inilah kenyataan potensi pelaku pendidikan ( = guru )
yang ada saat ini. Husaini Usman ( 2002 ) memetakan tiga faktor penyebab rendahnya mutu
pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2)
penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat
khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim . Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yang telah mengadopsi prinsip – prinsip TQM ternyata tidak serta
merta mendongkrak peningkatan kinerja pelaksana sekolah yang implikasinya dapat
meningkatkan kompetensi siswa kita. Perubahan kebijakan, pembenahan kurikulum ternyata
tidak merubah guru dalam pemakaian metode mengajar dalam KBM. Seperti iklan minuman,
“ apapun kurikulumnya, metodenya tetap ceramah”- walau metode ceramah bukan tidak
bagus-.
Merubah gaya ( = baca budaya ) dalam bekerja seseorang – apalagi orang banyak –
tidaklah mudah. Gaya kepemimpinan apapun tak gampang bisa diterapkan. “Uswah” adalah
barangkali yang paling munjarap. Ya, contoh etos kerja, kinarja dan perikerja dari pemimpin
adalah focus dan panutan dari semua orang yang dipimpinnya. Jadi Leadership adalah 60%
dari keberhasilan suatu menejemen. Kedua adalah awareness kebijakan yang menyangkut
penetapan : kebijakan mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, istruksi kerja ( = istilah yang
digunakan SMM ISO 9001:2000 ) , sehingga seluruh personil organisasi paham dan mengerti
tupoksinya masing-masing. Ketiga, monitoring dan evaluasi oleh personil pada kewenangan
masing-masing dilaksanakan secara rutin berjangka. Keempat, internal audit mapun eksternal
audit adalah cara pengukuran yang baik dalam system manajemen muutu ( TQM ) dan
kelima, continual improvement. Selalu melakukan perbaikan perbaikan manajemen secara
kontinyu. Dunia selalu berubah, demikian juga dalam pengelolaanya ( manajemen ).
Sekali lagi “Man” adalah kunci utama dari manajemen. Bila menejemen sumber daya
( = manusia ) behasil, maka sebagian permasalahan manajemen sudah teratasi. Money,
materials, machines, method, dan markets.dapat diperbaharui dan dikembangkan. Dalam
dunia pendidikan Indinesia dewasa ini yang menjadi permasalahan penting sebetulnya adalah
“Guru”. Ya, Sumber daya guru. Bila kita mencermati hasil kajian dari UNDP tersebut diatas,
indeks kompetensi guru di Indonesia adalah sangat rendah. Bagaimana bisa mentransfer ilmu
pengetahuan ( = arti mendidik ) bila the agent of change-nya amburadul.
Frederick Winslow Taylor (1911) telah melihat dengan cermat begaimana orang
bekerja. Dia mengamati orang yang mengerjakan pekerjaan yang sama dengan cara yang

berbeda-beda hasilnya hanya sepertiga dari hasil yang semestinya . Taylor mengusulkan
manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga
disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama
bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan (wikipedia :
manajemen ilmiah ). Dalam hal ini setiap pekerjaan harus ada standerisasi; sasaran mutu,
pedoman mutu, prosedur induk dan instruksi kerja. Itulah prinsip dasar dari TQM.
Implementasi TQM di organisasi Pendidikan khususnya di sekolah negeri memang
tidak mudah. Adanya hambatan dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan
sangat mempengaruhi. Minat baca dan menulis guru Indonesia sangat rendah. Padahal prinsip
Manajemen Mutu adalah “ tulis apa yang akan kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu tulis
dan tulis kembali apa yang telah kamu kerjakan”. Tidak perlu dipungkiri bahwa etos kerja,
kinerja dan disiplin pegawai negeri sipil di negara kita ini sangat rendah. Ini sangat
mempengaruhi efektifitas implementasi TQM . Mahalnya biaya konsultan dan sertifikasi
adalah kendala tersendiri. Komitmen mungkin mudah untuk mendapatkan dari seluruh warga
sekolah ( civitas academica ), tetapi kontinyuitas pelaksanaan Sisten Manajemen Mutu
( TQM ) perlu pengorbanan yang significant. Budaya “heleh “ -“heleh ngene ae yo mlaku” –
adalah budaya apatis yang memelukan motivasi yang kuat dan mendasar ( filosofis ) untuk
membangkitkanya. Kepala sekolah sebagai supervisor kurang berani malaksanakan proses
supervise yang benar. Lebih mudah memberi reward dari pada punishment
H. Penutup
Membiasakan diri bekerja teratur, terstruktur , terarah , terkendali dan terdokumentasi
adalah pekerjaan tidak mudah. Guru dengan segala keterbatasanya diharapkan selalu
berinovasi - kalau perlu berimprovikasi -, melakukan perbaikan yang terus menerus dalam
perencanaan mengajar, malaksanakan
kegiatan belajar mengajar, mengevaluasi dan
mengaktualisasikan profisionalitasnya. Karena guru adalah ujung tombak ( the agent of
change ) dalam pelayanan kepada siswa ( mean costomer ) dalam pencapaian tujuan
pendidikan, maka tuntutan kepada guru sangat berat. Tuntutal profisional guru adalah
seberapa luas penguasaan nya terhadap ilmu ( knowlage , science and skill ) , kepribadian,
etos kerja dan kinerja dan keaktifan social kemasyarakatan ( = instrument penilaian sertifikasi
guru ) , masih lagi dituntut berkemampuan administerasi manajemen. Ini adalah
tanggungjawab yang berat. Maka perhatian terhadap guru itu perlu. Bagai mana mau
menerapkan TQM optimal bila kondisi kompetensi dan kesejahteraan guru masih rendah.
Kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor harus bisa menampilkan jiwa
leadership, interprenueur dan berwawasan kedepan. Harus menetapkan visi dan misi, sasaran
mutu,kebijakan mutu, pedoman mutu sekolah dan mensosialosaikan ke seluruh warga
sekolah dalam upaya melibatkan banyak orang . Sehingga semua warga sekolah mempunyai
tanggungjawab sesuai kedudukanya masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan ( customer ) dan akuntabilitas public. Kepala sekolah harus mengerti dan mampu
menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam menjalankan roda manajemen sekolah.
Kepala sekolah harus mengerti apa yang dibutuhkan orang tua murid, pemerintah, pemakai
lulusan , guru dan karyawan.
Masyarakat harus paham dan mengerti kebutuhan sekolah mengenai; kurikulum,
pengelolaan dan pembiayaan sekolah. Peran serta masyarakat terhadap dunia pendidikan
sangat perlu . Karen muara pendidikan adalah kembali kepada masyarakat. “Jerbasuki mowo
beo “. Kalau ingin puas harus mau mengeluarkan biaya yang memadai. Juga para pemakai
lulusan ( DU/DI), jangan hanya mengajukan tuntutan tetapi harus peduli terhadap proses
untuk mendapatkan lulusan yang baik. DU/DI harus mau memberi masukan berupa :
informasi kebutuhan tenaga kerja standar, kurikulum , sarana prasarana dan dana untuk
pembiayaan sekolah.

Akhirnya pemerintah diharapkan melulusakan 20% APBN nya
konstitusi,

sesuai amanat

DAFTAR PUSTAKA
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management.
(Yogyakarta: Andi Cet. ke-2)
Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, 2000, Quality management: Introduction to
Total Quality Management for Production, Processing, and Service. New Jersey: PrenticeHall, Inc.
Maksum, Ali dan Luluk Yunan Rohendi,2004 , Paradigma Pendidikan Universal di era
modern dan post modern. Yogyakarta. SircisoD
Kartono,Drs,MPd . 2008. Berpacu Meningkatkan Mutu . Makalah disampaikan dalam
Rapat Koordinasi Kepala SMK Se Jawa Tengah.
Muslich, Masnur,2008, KTSP : Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta. PT. Bumi Aksara ( cetakan ke tiga )
Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education.
London: Kogan Page Limited
Wikipedia, ensykoledia bebas (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen )
SUMBER JURNAL
Eagle, Lynne and Roses Brennan, Are Students Cusromers ? TQM and Marketing erspective,
Quality Assurance in Education, Bradford,2007, Vol.15, Iss.1, pd 44.
http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewReferences.do;jsessionid - diakses 18
September 2008
Fitzgerald, Ron, 2004, Total Quality Manajemen dalam Pendidikan ,
http://www.minuteman.org/topics/tqm.html- diakses 12 Oktober 2008
Kristiyanti, Dr. Theresia, 2008, Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming,
http://www.bpkpenabur.or.id/file/Hal.106-112 - diakses 12 Oktober 2008