BAB V KP

(1)

SISTEM PERAWATAN ALAT STERILIZER DI PKS SAWIT SEBERANG PTP NUSATARA II TANJUNG MORAWA

5.1. Landasan Teori

Proses perebusan adalah menggunakan panas dari uap untuk “merebus” TBS dengan cara perpindahan panas yaitu:

a. perpindahan panas secara konveksi yaitu dari uap ke fruitlet.

b. perpindahan panas secara konduksi yaitu panas masuk kedalam kernel dan lapisan dalam dari TBS.

5.1.2. Fungsi dan tujuan sterilizer

a. Menon aktifkan enzym-enzym (lipase) yang dapat menyebabkan kenaikan ffa (free fatic acid) enzym lipase non aktif pada temperatur 1450c.

b. Memudahkan proses pelepasan fruitlet (brondolan) dari janjang

- Fruitlet dapat terlepas dari spiklet melalui cara hidrolisa hemisellulosa dan pektin.

- Hydrolisa dapat terjadi dengan proses kimia, fisika dan reaksi biokimia (telah terjadi dilapangan / kebun pada proses pematangan buah ditandai dengan buah yang membrondol.)

- Reaksi hydrolisis hemisellulosa dan pektin dapat terjadi dengan proses sterilizer yang dipercepat dengan pemanasan (temperature 1100c ) dan tekanan untuk mentransfer panas tersebut.


(2)

c. Melunakkan fruitlet sehingga memudahkan pelepasan/ pemisahan antara daging buah dan nut pada proses digestion dan depericarper.

d. Mengkondisikan daging buah sehingga sel minyak dapat mudah terlepas untuk di ekstraksi (station press) dan di murnikan (station clarifikasi). - Minyak di dalam perikarp (daging) buah) berbentuk emulsi akan lebih

mudah keluar jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak.

- Pemanasan yang mencukupi mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki polaritas sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air terpisah.

- Penetrasi panas sampai pada lapisan dalam akan meningkatkan effisiensi ekstraksi minyak.

e. Mengurangi kadar air pada nut sehingga memudahkan pemecahan dan menaikan cracking efficiency dan hal ini akan memudahkan pemisahan pada kernel plant.1

5.1.3. Peralatan Dan Mesin-Mesin 1. Tabung sterilizer:

a. Dua buah pintu.

b. Insulasi dengan rock wool / calcium silicate. c. Centilever / jembatan.

d. Main steam inlet valve, berada dibagian atas rebusan dan biasanya berdiameter 150 mm.

e. Exhaust valve, biasanya berada diatas rebusan dekat inlet valve diameter 200 mm.


(3)

f. Condensate valve, biasanya dibawah tabung rebusan dan disambungkan, sebaiknya pada posisi jarum jam pukul 5 atau 7 dengan diameter 100 mm. g. Safety valve dan manometer / pressure gause

2. Pineumatic actuators.

3. Pipa udara dari kompressor dan kompressor udara. 4. Chart recorders.

5. Programmers.

6. Safety switchies pada pintu sterilizer 7. Blow off silencer, condensate pit pompa

8. Sterilizer bay, capstan, bollard, transfer carriage, lori storage

5.1.4. Kebutuhan Utama Operasi Sterilizer Temperature (heat) steam + 1430c Pressure (tekanan) steam

- peak pertama + 1.5kg/cm2 - peak kedua + 2.5kg/cm2 - peak ketiga + 3.0kg/cm2 a. Kontrol dari steam valve

- Manual control, buka dan tutup valve diatur / dilakukan oleh operator. - Automatis, buka dan tutup valve diatur oleh programable loging control

(plc).

b. Cycle time / step pada rebusan.

- Waktu pemasukan TBS (charging in time). - Pelepasan udara (daeration).


(4)

- Waktu penahanan tekanan (holding time). - Waktu penurunan tekanan (condensate). - Waktu pembuangan uap (exhaust).

- Waktu pengeluaran TBS masak (discharging time)

Sebagai panduan umum cycle time dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 5.1. Panduan umum cyle time.

No Components Single Peak (menit) Double Peak (menit) Tripple Peak (menit)

Waktu pemasukan TBS 5 – 10 5 – 10 5 – 10

Waktu penaikan tekanan 10 – 15 10 – 15 10 – 15

Waktu penurunan tekanan (cond) 0 6 – 8 6 – 8

Waktu penaikan tekanan 0 10 – 15 10 – 15

Waktu penurunan tekanan (cond) 0 0 6 - 8

Waktu penaikan tekanan 0 0 10 – 15

Waktu penahanan tekanan 30 – 45 30 – 45 30 – 45

Waktu penurunan dan pembuangan

(cond dan exhaust) 5 – 8 6 – 8 6 – 8

Waktu pengeluaran TBS masak 5 – 10 5 – 10 5 – 10

Total waktu perebusan 66 -88 82 – 111 98 – 134

c. Sequencing of cycle (rangkaian operasi perebusan).

Sequencing of cycle maksudnya adalah menghatur waktu start rebusan pertama dengan start rebusan berikutnya dengan perhitungan sebagai berikut : berat / vol.lori x jlh.lori rebusan x 60 minute

Sequence time =

kapasitas pabrik

Contoh untuk lori 2.5 ton tbs, jumlah lori rebusan 11 lori kapasitas pabrik 30 ton/jam.


(5)

Sequence time = 2.5 x 11 x 60 = 55 minutes 30

Kegunaan dari kita mengoperasikan perebusan secara sequence (berangkai) dengan waktu yang teratur dan benar adalah sbb :

- menghindari kebutuhan uap yang berlebih pada proses perebusan (hal ini jika tidak dihindari akan, menyebabkan kurangnya uap untuk proses perebusan, sehingga hasil perebusan tidak baik).

- menghindari penurunan tekanan yang fluktuatif (bergejolak) pada cycle perebusan.

- pemakaian steam yang effisien sehingga membantu operasi di boiler dan turbine serta station lain dalam processing di pks.2

5.1.5. Daeration ( Pembuangan Udara )

Udara dalam pengantar panas yang buruk, oleh karena itu harus dibuang dari dalam tabung sterilizer dan celah – celah fruitlet pada TBS.

Ada 2 metode pembungan udara dari sterilizer:

- Sweeping yaitu membuang udara dari tabung sterilizer.

- Diffusi (bercampurnya udara dan steam) yaitu akan mengeluarkan udara dari celah-celah fruitlet (brondolan). Menggunakan sistem tripple peak adalah adanya peristiwa diffusi akibat aliran turbulensi steam pada setiap proses blow down, dan secara teori hal ini akan membuang udara ¼ bagian pada tabung sterilizer setiap kali blow down (kondensate). Untuk mendapatkan kecepatan uap agar mampu menekan keluar udara dari pipa-pipa dibutuhkan tekanan yang mecukupi pada proses perebusan.


(6)

5.1.6. Pembuangan Kondensat

Pada proses perebusan akan dihasilkan kondensat, ini akan menumpuk dibagian bawah tabung perebusan dan harus dibuang dengan alasan sebagai berikut :

1. Jika permukaan kondensat telah mencapai tbs didalam lori, minyak akan terhanyut keluar (hal ini akan menaikan oil loss pada air kondensat)

2. Ketika air kondensat bersinggungan dengan tbs ini juga akan mempercepat kenaikan ffa pada minyak produksi.

3. Kondensat akan menyebabkan bahan-bahan logam pada sterilizer akan korosi, seperti liner rebusan, pintu rebusan, chasis dari lori dan sebagainya. 4. Penumpukan kondensat akan menambah waktu pembuangan pada cycle

perebusan yang mempengaruhi kapasitas rebusan.

5. Kondensat juga mempengaruhi cepatnya penurunan tekanan dan temperatur steam pada tabung rebusan.3

5.1.7. Routine Check Sebelum Operasi

1. Moisture dari kompressor udara harus di drained setiap hari. 2. Pipa udara dan penggerak (tabung membrane) harus periksa dari

kebocoran.

3. Kartu / chart yang baru harus dipasang pada pressure recorder setiap hendak mulai operasi rebusan.

4. Pena dan tinta penunjuk indikator harus berfungsi baik dan mencukupi. 5. Operasi rebusan harus dengan program automatis atau minimal semi

automatis.


(7)

6. Switch keamanan pada masing – masing pintu rebusan harus berfungsi baik program tidak akan jalan jika pintu masih terbuka atau belum rapat betul.

7. Bagian dalam tabung rebusan sebaiknya dibersihkan setiap hari dan juga lingkungannya.

8. Sebelum membuka pintu rebusan operator harus memastikan : - Alectrical pada penel sudah dimatikan.

- Tabung sterilizer sudah tidak bertekanan lagi. - Pembacaan tekanan pada pressure gauge adalah nol.

9. Waktu buka – tutup pintu rebusan haruslah minimal ( + 15 menit). 10. Pengoperasian rebusan harus mengikuti sequencing time.

11. Brondolan pada depan pintu dan dibawah centilever harus diambil dan dimasukan ke dalam lori.

12. Data-data dari sterilizer chart recorder harus diteliti dan dikomentar lalu dikumpulkan.

5.2. Permasalahan

Merebus tidak cukup hanya dengan memasukkan uap panas ke dalam ketel rebusan dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan berubah-ubah agar terjadi kejutan-kejutan pada jaringan sel buah. Maksud dari membuat kejutan-kejutan tekanan ini agar penetrasi panas kedalam jaringan buah serta celah-celah diantara spiklet berjalan dengan baik. (seperti sebuah kendaraan roda empat yang rodanya terpelosok di dalam lumpur, agar terlepas dari jebakan lumpur dilakukan gerakan mundur dan maju sehingga akhirnya lepas dari lumpur).


(8)

Pada perebusan kelapa sawit ada 3 sistem perebusan yang digunakan : 1. Sistem Perebusan Satu Puncak ( SPSP )

Uap panas pada temperatur 1350C – 1400C dialirkan ke dalam ketel perebusan sambil menaikkan tekanan. Apabilah tekanan telah mencapai norma tertentu misalnya 3 Kg/cm2, maka tekanan dipertahankan selama waktu tertentu, kemudian tekanan diturunkan dan perebusan dianggap selesai. Sistem perebusan ini banyak dipakai pada pabrik-pabrik kelapa sawit tua sebelum tahun 1970.

0 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Gambar 5.1. Grafik sistem perebusan satu puncak

2. Sistem Perebusan Dua Puncak ( SPDP )

Uap panas dengan temperatur diinginkan dialirkan ke dalam ketel rebusan sambil menaikkan pada tekanan tertentu. Setelah tekanan tercapai seperti diinginkan tekanan diturunkan bertahap-tahap, kemudian tekanan dinaikkan kembali.

P=Kg/cm2

P=Kg/cm2


(9)

0 15 25 35 40 50 60 70 80 90 100 0

0.5 1 1.5 2 2.5 3

Gambar 5.2. Grafik sistem perebusan dua puncak

Pada puncak terakhir biasanya dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan dengan puncak pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak kedua serta waktu yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dari pabrik yang bersangkutan. Sistem perebusan sistem dua puncak jarang dipakai pada saat ini, tetapi masih dapat ditemukan pada pabrik-pabrik tertentu.

3. Sistem Perebusan Tiga Puncak (SPTP)

Sistem ini yang paling banyak digunakan pada saat sekarang, karena dianggap lebih efisien dilihat dari segi kehilangan minyak dalam pengolahan.Ada beberapa variasi sistem perebusan dalam upaya pabrik untuk mandapatkan hasil olahan yang optimal, antara lain :


(10)

a. Perebusan Tiga puncak Datar

0 10 15 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Gambar 5.3. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Datar

b. 0 10 15 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Perebusan Tiga Puncak Bertahap

T=Menit P=Kg/cm2

T=Menit P=Kg/cm2


(11)

Gambar 5.4. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Bertahap

Yang digunakan dalam proses perebusan TBS di PKS Sawit Seberang PTP Nusantara II Tanjung Morawa ini adalah sistem perebusan dua puncak ( SPDP ). Sedangkan permasalahan yang sering dihadapin di stasiun sterilizer ( perbusan ) adalah:

1. Kerusakan packing pintu rebusan.

Kerusakan packing pintu dapat menimbulkan masalah dalam perebusan TBS yaitu terjadinya steam bocor sehingga pematangan TBS memerlukan waktu yang lama.

2. Bocornya liner/ dinding rebusan.

Terjadinya kebocoran pada alat perebusan akan menyebabkan kerugian steam dan perebusan yang lama, sehingga TBS yang direbus tidak maksimal matangnya.

3. Patahnya jembatan pada pintu keluar-masuk.

Patahnya jembatan pada pintu keluar-masuk rebusan dapat menggangu prosesnya perebusan TBS, karena rel yang akan dijalanin rusak maka perebusan tidak berjalan dan sebaliknya apabila jembatan pintu keluar rusak maka TBS yang sudah direbus akan mengalami losis minyak.

Dari permasalahan diatas maka banyak pengarunya terhadap mutu minyak yang didapat dan menyebabkan losis yang tinggi. Seperti bocornya packing pintu rebusan dan liner pada dinding tabung perebusan. Bocornya packing pintu dan dinding tabung rebusan menyebabkan waktu yang lama dalam memasakan TBS


(12)

didalam perebusan. Kerugian yang didapat dari waktu perebusan yang lama/ berlebihan yaitu:

1. Kehilangan minyak pada sterilizer condensate tinggi.

2. Empty Bunch akan hancur dan mengakibatkan thresher sumbat. 3. Persen kehilangan minyak pada empty bunch tinggi.

4. Terbuangnya steam sia-sia.

5. Dari lamanya waktu perebusan atau waktu perebusan yang berlebihan maka buah masak dari sterilizer akan mengalami keterlambatan, selanjutnya tipper akan stop beroperasi karena harus menunggu buah dari sterilizer, bahkan mungkin press pun ikut stop. Jelas dari masalah itu akan terjadi stoppages/waktu stop process dan dari stoppages yang terjadi throughput pun akan turun.

6. Supply steam dari turbine jelas bertambah dan ini jelas tidak effisien, karena dari setiap M3 air yang diolah untuk menghasilkan steam memerlukan bahan kimia dan biaya lain untuk proses penjernihan air tersebut. Bila semakin banyak M3 air yang diperlukan untuk menghasilkan steam yang digunakan oleh sterilizer dengan waktu yang berlebihan jelas biaya untuk itu semakin tinggi dibandingkan dengan waktu perebusan yang tepat / tidak berlebihan.

Sedangkan waktu perebusan yang dilakukan kurang maka dapat juga losis yang tinggi. Adapun akibat waktu perebusan kurang dalam TBS yaitu:

1. Fruit lost / losses buah pada janjang kosong tinggi, dari tingginya fruit lost pada janjang kosong mengakibatkan OER (Oil Entaction Rate) dan KER


(13)

(Kernel Entraction Rate) menjadi turun. Sebab pada buah yang terbuang bersama janjang kosong kadar minyak dan kernel jelas masih ada.

2. Akan terjadi basah pada fiber press dan ini penyebab kehilangan minyak pada fiber press tinggi dan Hcn pada cracker tinggi pula. Dari tingginya half crack nut pada cracker akan mengakibatkan tingginya angka kehilangan kernel pada shell basah ( cly bath ). Sedangkan dari basahnya fiber, polishing drum akan sering mengalami tumpah bahkan sumbat dan terjadilah stoppages atau stop. Dari seringnya stoppages itu jelas throughput pabrik akan turun. Masalah lain dari basahnya fiber adalah pembakaran pada boiler akan mengalami kesulitan dan lama - kelamaan pressure drop. Dari dropnya pressure tersebut, untuk sickle perebusan selanjutnya pada sterilizer akan mengalami masalah dengan tekanan steam untuk masak buah selanjutnya.

3. Masalah lain yang diakibatkan dari kurangnya waktu perebusan yang mengakibatkan buah kurang masak, pada prosess pengepresan buah mentah / kurang masak akibat perebusan, nut yang dihasilkan tidak bersih dari mesocarp / daging buah. Masalah ini berdampak pada air kalsium cly bath di nut plant akan cepat mengalami kejenuhan dikarenakan tingginya kadar minyak yang ada pada nut. Dan akibat selanjutnya kernel losses pada cly bath shell dan kadar kotoran pada kernel menjadi tinggi. Dari kotornya nut, feeder nut cracker akan sering mengalami sumbat dan lama kelamaan nut silo manjadi full dan akibat selanjutnya process stop.

4. Dari kurangnya waktu perebusan akan dihasilkan banyaknya buah yang kurang masak, pada thresher akan mengalami masalah antara lain adalah dari beratnya buah mentah yang dibanting-banting oleh thresher maka


(14)

thresher itu sendiri akan mengalami jebol, plug timah ( fluid coupling ) bocor sehingga thresher akan trip.

5. Proses pemisahan minyak dengan sludge akan mengalami masalah. Dari mentahnya buah yang dihasilkan oleh perebusan yang selanjutnya di process oleh press kan menghasilkan minyak kasar atau oil crude dengan kandungan air sedikit ( kadar air pada buah sudah banyak terbuang pada saat proses perebusan ) sehingga sludge yang masuk pada CS.Tank kental. Selanjutnya process underflow pada CS.Tank akan mengalami kelambatan karena kentalnya sludge dan lama-kelamaan CS.Tank akan full dan kemungkinan yang paling buruk karena kentalnya sludge process pemisahan minyak Lumpur pada CS.Tank akan kesulitan sehingga lama kelamaan level minyak tipis dan level sludge makin naik dan selanjutnya sludge masuk dalam oil tank / tanki minyak sehingga kotoran pada minyak menjadi tinggi. Dari makin naiknya level sludge pada CS.Tank, maka CS.Tank akan mengalami tumpah.

5.3. Solusi

Dari permasalahan yang didapat, maka di stasiun sterilizer ( persebusan ) perlu dilakukan sistem perawatan yang baik dan benar. Supaya pores perebusan TBS dapat berjalan secara maksimal, karena masalah kecil akan berdampak besar dalam proser perebusan untuk menghasilkan minyak CPO.

Maka solusi yang didapat adalah bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan, seperti alat-alat yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat,


(15)

katup pengaman, cantilever, dan pompa kondensat. Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap pegas dari katup pengaman tidak boleh dilakukan sembarang orang, tetapi oleh mekanik yang telah berpengalaman dibawah pengawasan seorang staf. Setelah melakukan perbaikan, katup pengaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel tersebut, harus seizin manager pabrik.

Rencana melakukan pemeliharaan peralatan sterilizer diPKS Sawit Seberang dapat digunakan 2 metode preaventive maintenance system dan breakdown maintenance system.

1. Metode preaventive maintenance system adalah merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen/alat dan menjaganya selalu tetap normal selama dalam operasi.

2. Metode breakdown maintenance system adalah merupakan perbaikan yang dilakukan tanpa adanya rencana terlebih dahulu. Dimana kerusakan terjadi secara mendadak pada suatu alat/produk yang sedang beroperasi, yang mengakibatkan kerusakan bahkan hingga alat tidak dapat beroperasi. Adapun kegiatan dalam preaventive maintenance system yaitu:

1. Inspeksi (inspection), adalah kegiatan pemeliharaan periodik untuk memeriksa kondisi komponen peralatan peralatan produksi dan area sekitar peralatan produksi.

2. Pemeliharaan berjalan (running maintenance), adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan tanpa mengehentikan kerja peralatan. 3. Penggantian komponen kecil (small repair), adalah kegiatan pemeliharaan


(16)

4. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance), adalah pemeliharaan yang dapat dilakukan hanya pada saat peralatan produksi berhenti.

Sedangkan kegiatan dalam breakdown maintenance system adalah perbaikan yang menghentikan proses produksi seperti perbaikan alat pompa kondensat. Apabila pompa kondensat tidak berfungsi mutu minyak yang didapat tidak maksimal dan menimbulkan bnyaknya kadar air.


(1)

Gambar 5.4. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Bertahap

Yang digunakan dalam proses perebusan TBS di PKS Sawit Seberang PTP Nusantara II Tanjung Morawa ini adalah sistem perebusan dua puncak ( SPDP ). Sedangkan permasalahan yang sering dihadapin di stasiun sterilizer ( perbusan ) adalah:

1. Kerusakan packing pintu rebusan.

Kerusakan packing pintu dapat menimbulkan masalah dalam perebusan TBS yaitu terjadinya steam bocor sehingga pematangan TBS memerlukan waktu yang lama.

2. Bocornya liner/ dinding rebusan.

Terjadinya kebocoran pada alat perebusan akan menyebabkan kerugian steam dan perebusan yang lama, sehingga TBS yang direbus tidak maksimal matangnya.

3. Patahnya jembatan pada pintu keluar-masuk.

Patahnya jembatan pada pintu keluar-masuk rebusan dapat menggangu prosesnya perebusan TBS, karena rel yang akan dijalanin rusak maka perebusan tidak berjalan dan sebaliknya apabila jembatan pintu keluar rusak maka TBS yang sudah direbus akan mengalami losis minyak.

Dari permasalahan diatas maka banyak pengarunya terhadap mutu minyak yang didapat dan menyebabkan losis yang tinggi. Seperti bocornya packing pintu rebusan dan liner pada dinding tabung perebusan. Bocornya packing pintu dan dinding tabung rebusan menyebabkan waktu yang lama dalam memasakan TBS


(2)

didalam perebusan. Kerugian yang didapat dari waktu perebusan yang lama/ berlebihan yaitu:

1. Kehilangan minyak pada sterilizer condensate tinggi.

2. Empty Bunch akan hancur dan mengakibatkan thresher sumbat. 3. Persen kehilangan minyak pada empty bunch tinggi.

4. Terbuangnya steam sia-sia.

5. Dari lamanya waktu perebusan atau waktu perebusan yang berlebihan maka buah masak dari sterilizer akan mengalami keterlambatan, selanjutnya tipper akan stop beroperasi karena harus menunggu buah dari sterilizer, bahkan mungkin press pun ikut stop. Jelas dari masalah itu akan terjadi stoppages/waktu stop process dan dari stoppages yang terjadi throughput pun akan turun.

6. Supply steam dari turbine jelas bertambah dan ini jelas tidak effisien, karena dari setiap M3 air yang diolah untuk menghasilkan steam memerlukan bahan kimia dan biaya lain untuk proses penjernihan air tersebut. Bila semakin banyak M3 air yang diperlukan untuk menghasilkan steam yang digunakan oleh sterilizer dengan waktu yang berlebihan jelas biaya untuk itu semakin tinggi dibandingkan dengan waktu perebusan yang tepat / tidak berlebihan.

Sedangkan waktu perebusan yang dilakukan kurang maka dapat juga losis yang tinggi. Adapun akibat waktu perebusan kurang dalam TBS yaitu:

1. Fruit lost / losses buah pada janjang kosong tinggi, dari tingginya fruit lost pada janjang kosong mengakibatkan OER (Oil Entaction Rate) dan KER


(3)

(Kernel Entraction Rate) menjadi turun. Sebab pada buah yang terbuang bersama janjang kosong kadar minyak dan kernel jelas masih ada.

2. Akan terjadi basah pada fiber press dan ini penyebab kehilangan minyak pada fiber press tinggi dan Hcn pada cracker tinggi pula. Dari tingginya half crack nut pada cracker akan mengakibatkan tingginya angka kehilangan kernel pada shell basah ( cly bath ). Sedangkan dari basahnya fiber, polishing drum akan sering mengalami tumpah bahkan sumbat dan terjadilah stoppages atau stop. Dari seringnya stoppages itu jelas throughput pabrik akan turun. Masalah lain dari basahnya fiber adalah pembakaran pada boiler akan mengalami kesulitan dan lama - kelamaan pressure drop. Dari dropnya pressure tersebut, untuk sickle perebusan selanjutnya pada sterilizer akan mengalami masalah dengan tekanan steam untuk masak buah selanjutnya.

3. Masalah lain yang diakibatkan dari kurangnya waktu perebusan yang mengakibatkan buah kurang masak, pada prosess pengepresan buah mentah / kurang masak akibat perebusan, nut yang dihasilkan tidak bersih dari mesocarp / daging buah. Masalah ini berdampak pada air kalsium cly bath di nut plant akan cepat mengalami kejenuhan dikarenakan tingginya kadar minyak yang ada pada nut. Dan akibat selanjutnya kernel losses pada cly bath shell dan kadar kotoran pada kernel menjadi tinggi. Dari kotornya nut, feeder nut cracker akan sering mengalami sumbat dan lama kelamaan nut silo manjadi full dan akibat selanjutnya process stop.

4. Dari kurangnya waktu perebusan akan dihasilkan banyaknya buah yang kurang masak, pada thresher akan mengalami masalah antara lain adalah dari beratnya buah mentah yang dibanting-banting oleh thresher maka


(4)

thresher itu sendiri akan mengalami jebol, plug timah ( fluid coupling ) bocor sehingga thresher akan trip.

5. Proses pemisahan minyak dengan sludge akan mengalami masalah. Dari mentahnya buah yang dihasilkan oleh perebusan yang selanjutnya di process oleh press kan menghasilkan minyak kasar atau oil crude dengan kandungan air sedikit ( kadar air pada buah sudah banyak terbuang pada saat proses perebusan ) sehingga sludge yang masuk pada CS.Tank kental. Selanjutnya process underflow pada CS.Tank akan mengalami kelambatan karena kentalnya sludge dan lama-kelamaan CS.Tank akan full dan kemungkinan yang paling buruk karena kentalnya sludge process pemisahan minyak Lumpur pada CS.Tank akan kesulitan sehingga lama kelamaan level minyak tipis dan level sludge makin naik dan selanjutnya sludge masuk dalam oil tank / tanki minyak sehingga kotoran pada minyak menjadi tinggi. Dari makin naiknya level sludge pada CS.Tank, maka CS.Tank akan mengalami tumpah.

5.3. Solusi

Dari permasalahan yang didapat, maka di stasiun sterilizer ( persebusan ) perlu dilakukan sistem perawatan yang baik dan benar. Supaya pores perebusan TBS dapat berjalan secara maksimal, karena masalah kecil akan berdampak besar dalam proser perebusan untuk menghasilkan minyak CPO.

Maka solusi yang didapat adalah bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan, seperti alat-alat yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat,


(5)

katup pengaman, cantilever, dan pompa kondensat. Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap pegas dari katup pengaman tidak boleh dilakukan sembarang orang, tetapi oleh mekanik yang telah berpengalaman dibawah pengawasan seorang staf. Setelah melakukan perbaikan, katup pengaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel tersebut, harus seizin manager pabrik.

Rencana melakukan pemeliharaan peralatan sterilizer diPKS Sawit Seberang dapat digunakan 2 metode preaventive maintenance system dan breakdown maintenance system.

1. Metode preaventive maintenance system adalah merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen/alat dan menjaganya selalu tetap normal selama dalam operasi.

2. Metode breakdown maintenance system adalah merupakan perbaikan yang dilakukan tanpa adanya rencana terlebih dahulu. Dimana kerusakan terjadi secara mendadak pada suatu alat/produk yang sedang beroperasi, yang mengakibatkan kerusakan bahkan hingga alat tidak dapat beroperasi. Adapun kegiatan dalam preaventive maintenance system yaitu:

1. Inspeksi (inspection), adalah kegiatan pemeliharaan periodik untuk memeriksa kondisi komponen peralatan peralatan produksi dan area sekitar peralatan produksi.

2. Pemeliharaan berjalan (running maintenance), adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan tanpa mengehentikan kerja peralatan. 3. Penggantian komponen kecil (small repair), adalah kegiatan pemeliharaan


(6)

4. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance), adalah pemeliharaan yang dapat dilakukan hanya pada saat peralatan produksi berhenti.

Sedangkan kegiatan dalam breakdown maintenance system adalah perbaikan yang menghentikan proses produksi seperti perbaikan alat pompa kondensat. Apabila pompa kondensat tidak berfungsi mutu minyak yang didapat tidak maksimal dan menimbulkan bnyaknya kadar air.