Hijau (Cocos Nucifera L. Var. Viridis) Dengan Perbedaan Tingkat Kematangan Secara Spektrofotometri Serapan Atom

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral dalam Diet
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan,
organ, maupun fungsi tubuh secara berlainan. Mineral digolongkan ke dalam
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral
mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro
antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium
(Almatsier, 2004).
Beberapa sumber mineral dalam makanan sehari-hari adalah air
mineral, air kelapa, buah-buahan seperti pisang, apel, semangka, serta
sayuran seperti bayam. Menurut United States Departmen of Agriculture
(2011), kandungan kalsium, kalium, magnesium, dan natrium beberapa
bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan kalsium, kalium, magnesium, dan natrium beberapa bahan
makanan
Bahan
Mineral (mg/100 g)
Makana

Kalsium
Kalium
Magnesium
Natrium
n
Air mineral
10
2
2
Air kelapa
2,9
31,2
3
10,5
Pisang
5
358
27
18
Apel

6
107
5
1
Semangka
8
82
10
1
Bayam
99
558
79
70

Universitas Sumatera Utara

Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses
pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya,
dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap

kerja mineral lainnya (Poedjiadi, 2000).
2.1.1 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh, yaitu 1,5–2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih
sebanyak 1 kg (Barasi, 2007). Dari jumlah ini, 99% berada didalam jaringan
keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit selebihnya
kalsium tersebar luas di dalam tubuh. Absorpsi kalsium terutama terjadi di
bagian atas usus halus yaitu duodenum. Peningkatan kebutuhan akan kalsium
terjadi

pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Kacang-

kacangan merupakan salah satu sumber kalsium, seperti kacang kedelai,
kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah (Almatsier, 2004).
Mineral kalsium dibutuhkan untuk perkembangan tulang. Kalsium
sangat penting terutama untuk anak-anak, wanita hamil, dan wanita
menyusui. Jumlah yang dianjurkan per hari untuk anak-anak sebesar 500 mg,
remaja 600-700 mg, dan dewasa sebesar 800 mg (Almatsier, 2004).
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.

Semua orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun akan kehilangan
kalsium dari tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Ini yang
dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki (Almatsier,
2004).

2.1.2 Kalium
Kalium terutama terdapat di dalam sel, sebanyak 95% kalium berada
di dalam cairan intraseluler. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa
(Almatsier, 2004).
Kekurangan kalium dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan
melalui saluran cerna atau ginjal. Kehilangan banyak melalui saluran cerna
dapat terjadi karena muntah–muntah, diare kronis atau kebanyakan
menggunakan laksan (obat pencuci perut). Kebanyakan kehilangan melalui
ginjal adalah karena penggunaan obat–obat diuretik terutama untuk
pengobatan hipertensi. Dokter sering memberikan suplemen kalium

bersamaan dengan onbat–obatan ini. Kekurangan kalium menyebabkan
lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau dan konstipasi.
Jantung akan berdebar detaknya dan menurunkan kemampuannya untuk
memompa darah (Almatsier, 2004).
Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi tanpa diimbangi
oleh kenaikan ekskresi (18 gram untuk orang dewasa). Hiperkalemia akut
dapat menyebabkan gagal jantung yang berakibat pada kematian (Almatsier,
2004).

Universitas Sumatera Utara

Kalium terdapat di dalam semua makanan berasal dari tumbuhtumbuhan dan hewan. Sumber utama adalah makanan mentah/segar,
terutama buah, sayuran dan kacang-kacangan. Kebutuhan minimum akan
kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari (Almatsier, 2004).

2.1.3 Magnesium
Kadar magnesium yang normal dapat mempertahankan tonus otot
polos, dan berimplikasi terhadap kontrol tekanan darah. Magnesium juga
dapat melindungi otot jantung dari kerusakan selama iskemi (Barasi, 2007).
Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50%60% daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan

intraseluler, juga sebagai ko-faktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi
magnesium adalah memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin
juga untuk myocard, pada otot jantung orang yang meninggal akibat infark
ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh karena itu
magnesium digunakan untuk terapi infark jantung (Tan dan Rahardja, 2007).
2.1.4 Natrium
Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraselular
yang mencakup 95% dari seluruh kation. Oleh karena itu, mineral ini sangat
berperan dalam pengaturan cairan tubuh, termasuk tekanan darah dan
keseimbangan asam-basa (Barasi, 2007), serta berperan pada regulasi
tekanan osmotisnya juga pada pembentukan perbedaan potensial (listrik)

Universitas Sumatera Utara

yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di saraf (Tan dan
Rahardja, 2007).
Perubahan kadar natrium dapat mempengaruhi tekanan darah tetapi
tidak dengan sendirinya menyebabkan tekanan darah tinggi. Meskipun
demikian, terdapat cukup banyak bukti yang mendukung anggapan bahwa
mengurangi asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah. Kadar natrium

yang dibutuhkan tubuh sehari adalah 1600 mg (Barasi, 2007).

2.2 Air Kelapa
Air kelapa merupakan salah satu komponen yang diperoleh dari buah
kelapa yaitu endosperma cair (coconut water) dari buah kelapa. Volume air
yang terdapat pada kelapa dalam sekitar 500 ml. Air kelapa muda termasuk
minuman yang alami dan higienis serta memiliki komposisi gizi yang cukup
baik. Oleh karena itu dengan minum air kelapa muda selain dapat memenuhi
rasa haus juga dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit, seperti demam,
demam berdarah, hipertensi dan batu ginjal. Ini dikarenakan air kelapa muda
memiliki unsur kalium yang tertinggi. Oleh karena itu, air kelapa muda
berperan

penting dalam

meningkatkan

frekuensi

pembuangan


urin

(Rindengan, 2004).
Buah kelapa berasal dari tanaman kelapa. Tanaman kelapa
merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat ditemukan di seluruh
wilayah Indonesia, mulai dari daerah pesisir pantai hingga daerah
pegunungan yang agak tinggi (Warisno, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Herbarium Medanense (2013), dalam taksonomi tumbuhtumbuhan tanaman kelapa dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


Sub-divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas

: Monocotyledonae (Biji berkeping satu)

Ordo

: Arecales

Familia

: Arecaceae

Genus

: Cocos

Spesies

: Cocos nucifera L


Menurut

Suhadirman

(1999), menurut varietasnya

tanaman

kelapa

digolongkan sebagai berikut:
a. Menurut bentuk dan ukuran buah
1) Varietas typica dengan bentuk dan ukuran besar, misalnya: varietas viridis
(kelapa hijau), varietas rubescens (kelapa merah), varietas sakarina
(kelapa manis).
2) Varietas nana dengan bentuk dan ukuran kecil, misalnya: kelapa gading,
kelapa sriwulan, kelapa raja.
b. Menurut umur
1) Kelapa dalam, umumnya berbuah sesudah umur 6 tahun.

2) Kelapa genjah, berbuah antara 3-4 tahun.
c. Menurut warna buah
1) Kelapa hijau (Cocos viridis), warna kulit buah hijau.

Universitas Sumatera Utara

2) Kelapa coklat (Cocos rubescens), warna kulit buah coklat atau agak merah
atau jingga.
3) Kelapa gading (Cocos eburen), warna kulit buahnya kuning biasa disebut
kelapa gading.
d. Menurut genotipnya
1) Kelapa dalam (tall variety)
2) Kelapa genjah (dwarf variety)
3) Kelapa hibrida (kelapa hasil persilangan)
4) Kelapa abnormal (kelapa kopyor)
Ciri-ciri kelapa yang dapat diamati dari varietas viridis antara lain seperti
warna kulit buahnya hijau dan termasuk jenis kelapa dalama dengan ciri
mulai berbuah pada umur 5-8 tahun dan setelah ditanam, umur pohon
mencapai 50 tahun lebih. Batangnya tinggi sampai mencapai 25 m, buahnya
berukuran besar (Warisno, 1998).
Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging
(testa), daging buah dan air kelapa. Buah kelapa secara skematis dapat dilihat
pada Gambar 2.1. Kulit luar merupakan lapisan tipis (0,14 mm) yang
memiliki permukaan licin dengan warna bervariasi dari hijau, kuning sampai
jingga, tergantung kepada kematangan buah dan varietasnya. Jika tidak ada
goresan dan robek, kulit luar kedap air (Ratna, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Endosperma
Solid

Endosperm
a Cair

Embri
Gambar 2.1 Buah Kelapa Secara Skematis

2.2.1 Mineral dalam Air Kelapa
Air kelapa mengandung gizi, tidak hanya unsur makro saja yaitu karbohidrat
dan protein tapi juga unsur mikro berupa mineral yang dibutuhkan tubuh.
Mineral tersebut di antaranya kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), sulfur (S), dan klorida
(Cl) (Annisa, 2010).
Komposisi mineral pada air kelapa menurut Rindengan (2004), dapat dilihat
pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Komposisi Mineral pada Air Kelapa
Kadar Mineral

Jumlah (mg/l)

Universitas Sumatera Utara

Kalsium (Ca)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
Natrium (Na)
Posfor (P)
Chlorida (Cl)
Sulfur (S)
Besi (Fe)
Nitrogen (N)
Mangan (Mn)
Seng (Zn)
Tembaga (Cu)

994
7300
262
5,1 1)
186
1830
35,4
11,54
432
49
18
0,8

Sumber: 1) Ismail, et al., 2007

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Mineral dalam Air Kelapa
Komposisi nutrisi dari air kelapa secara langsung dipengaruhi oleh
jenis varietas kelapa dan perbedaan tingkat kemasakan buah, secara tidak
langsung dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan pemeliharaan seperti
keadaan tanah dan iklim (Rindengan, dkk., 1995).
Jackson, et al., (2004), menyatakan bahwa air kelapa dari varietas
yang berbeda-beda mengandung konsentrasi senyawa yang berbeda-beda
pula dan komposisi kimia juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan.
Beberapa hasil penelitian yang menyelidiki pengaruh beberapa faktor
terhadap kadar mineral dalam air kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Beberapa hasil penelitian yang menyelidiki pengaruh beberapa faktor
terhadap kadar mineral dalam air kelapa
Studi
Variabel
Kalium (mg/l)
Natrium (mg/l)
Annisa, 2010
Dataran Tinggi
1064,17
Dataran Rendah
1202,17
Minawati,
Gading
1666,4750
16,3126
2011
Hijau
2058,1
67,4854
Arsa, 2011
Sangat Muda
3681,2
3.96
Muda
3562,4
4.4
Tua
3469,6
6,66

Universitas Sumatera Utara

2.2.3

Analisis Kadar Mineral dalam Air Kelapa

Telah banyak dilakukan penelitian yang berkenaan dengan penetapan kadar
mineral dalam air kelapa. Annisa (2010), melakukan penelitian untuk
membandingkan kadar kalium pada air kelapa hijau dari dua tempat berbeda,
yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dalam penelitian ini, persiapan
sampel diawali dengan metode destruksi basah menggunakan HNO3(p)
sebanyak 5 ml dan sampel sebanyak 50 ml, selanjutnya dilaksanakan analisis
kualitatif dan kuantitatif dari larutan sampel.
Minawati (2011), melakukan penelitian yang membandingkan kadar kalium
dan natrium pada air kelapa hijau dari dua varietas berbeda, yaitu varietas
kelapa hijau dan varietas kelapa gading. Metode persiapan sampel diacu
kepada metode yang digunakan oleh Annisa (2010), dengan sedikit
modifikasi jumlah HNO3(p) dan sampel, yaitu secara berturut-turut 15 ml dan
5 ml.
Arsa (2011), melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat kematangan
terhadap kadar kalium dan natrium pada air kelapa hijau, kelapa gading dan
kelapa hibrida. Dalam hal ini digunakan metode destruksi basah
menggunakan HNO3(p) sebanyak 0,5 ml dan sampel 10 ml. Dalam penelitian
ini, faktor yang dijadikan acuan untuk menyatakan buah kelapa itu sangat
muda, muda dan tua adalah penampakan dan ciri dari daging buah kelapa.
Kelapa yang sangat muda dicirikan dari belum adanya daging buah pada
batok muda buah kelapa. Kelapa muda dicirikan dengan adanya daging buah
yang lembek yang terdapat pada batok kelapa. Sedangkan kelapa tua
memiliki daging buah yang keras atau daging buahnya sudah bisa diparut.

Universitas Sumatera Utara

Ketiga penelitian di atas menggunakan metode spektrofotometri serapan
atom (SSA) untuk analisis kuantitatif mineral.
Selain dengan metode SSA, secara umum penetapan kadar kalium
dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri dan amperometri,
kalsium dan magnesium dengan metode kompleksometri dan gravimetri, dan
natrium dengan metode gravimetri (Basset, 1991).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua
dan yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia
lainnya. Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (berat konstan). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis
dipisahkan dari sejumlah bahan yang di analisis. Bagian terbesar analisis
gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang di
analisis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil, sehingga dapat
diketahui berat tetapnya. Kelemahannya adalah pemakaiannya terbatas
karena pengerjaannnya memakan waktu lama (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi kompleksometri digunakan untuk memperkirakan garam
logam. Asam etilendiamin tetraasetat (EDTA) adalah titran yang biasa
digunakan. EDTA membentuk kompleks stabil 1:1 dengan semua logam
kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam alkali tanah seperti
kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil pada pH
rendah dan dititrasi dalam dapar amonium klorida pada pH 10. Titik akhir
reaksi tersebut dideteksi dengan menggunakan suatu pewarna indikator.
Pewarna tersebut ditambahkan ke larutan logam pada awal titrasi, dan
membentuk kompleks berwarna dengan sedikit logam. Tetesan pertama pada

Universitas Sumatera Utara

kelebihan EDTA menyebabkan kompleks

ini

pecah, menghasilkan

perubahan warna (Watson, 2005).
Amperometri adalah sebuah tehnik elektrokimia yang mengukur perubahan
arus yang dihasilkan dari reaksi kimia sebagai fungsi konsentrasi analit.
Sensor amperometrik terdiri atas dua elektroda yang berlainan yakni katoda
dan anoda (yaitu perak/platinum atau tembaga/emas) (Malkov, et al., 2009).
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi
sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak
atau sinar ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif
unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit
(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam
suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam
sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena
mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm),
pelaksanaanya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Atom-atom logam diuapkan dalam suatu nyala dan radiasi dilewatkan
melalui nyala tersebut. Dalam hal ini, atom-atom yang diuapkan, yang
sebagian

besar

terdapat

dalam

keadaan

dasarnya,

sehingga

tidak

memancarkan energi yang berkaitan dengan perbedaan antara keadaan dasar
dan keadaan tereksitasinya. Prinsip dari spektofotometer serapan atom adalah

Universitas Sumatera Utara

atom atom pada keadaan dasar mampu menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi
yang akan dipancarkan atom atom itu bila kembali ke keadaan dasar dari
keadaan tereksitasi. Jika pada cahaya dengan panjang gelombang tertentu
dilewatkan nyala yang mengandung atom atom yang bersangkutan maka
sebagian cahaya itu akan diserap dan banyaknya penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam
nyala. Lampu yang digunakan disebut ‘lampu katode rongga’ dan katode
tersebut dilapisi dengan logam yang akan dianalisis. Kerugian teknik ini
adalah bahwa lampu harus selalu diganti tiap kali suatu unsur yang berbeda
sedang dianalisis dan hanya satu unsur yang dapat dianalisis pada sewaktuwaktu. Instrumen-instrumen modern memiliki sekitar 12 lampu yang
tersusun, yang dapat secara otomatis berputar (Watson, 2005).
Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada absorbsi
cahaya oleh atom. Atom- atom akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dasar analisis
menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan
mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit
tersebut dapat ditentukan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

serapan

Hasil pembacaan

Gambar 2.2 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
Menurut Watson (2005), suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas
komponen-komponen seperti yang tertera pada Gambar 2.2 dan diuraikan sebagai
berikut:
a. Sumber cahaya
Lampu katoda berongga yang dilapisi dengan unsur yang sedang dianalisis.
b. Nyala
Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu ± 2500ºC,
dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu
3000ºC, yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari unsurunsur seperti alumunium atau kalsium.
c. Monokromator
Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang
sedang diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang
yang sedang dipancarkan oleh lampu katode rongga. Ini menghilangkan
interferensi oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas
pengisi di dalam lampu katode rongga, dan dari unsur-unsur lain di dalam
sampel tersebut.

Universitas Sumatera Utara

d. Detektor
Detektor berupa sel fotosensitif.
Pemilihan

bahan

bakar

dan

gas

pengoksidasi

serta

komposisi

perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).
Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana, hidrogen dan
asetilen, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen dan N2O (Khopkar,
1985).
Gangguan-gangguan (interference) yang ada pada AAS adalah peristiwaperistiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis
menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya
dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gangguan-gangguan yang
terjadi pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah:
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat
mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom
yang terjadi di dalam nyala.
3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom
yang dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak
terdisosiasi di dalam nyala.
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik.
2.4 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

Universitas Sumatera Utara

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita, 2004).
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam
validasi metode analisis adalah sebagai berikut:
a. Kecermatan
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan
sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:
-

Metode simulasi
Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang
dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam
suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut
dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan
(kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

-

Metode penambahan baku
Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan

metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan
konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan
metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang
dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali
ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke
dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).
b. Keseksamaan

Universitas Sumatera Utara

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu
metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen (Harmita,
2004).
c. Linearitas dan rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik
secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,
menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel (Harmita, 2004).
d. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang
dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas
kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

Universitas Sumatera Utara