TUGAS INDIVIDU (ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL) OLEH : SADARIAH PO713211151038 TINGKAT IIA JURUSAN D III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR KATA PENGANTAR - ASUHAN PERSALINAN DAN NEONATUS

TUGAS INDIVIDU
(ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL)

OLEH :
SADARIAH
PO713211151038
TINGKAT IIA

JURUSAN D III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang bejudul “
Ukuran Panggul,Kepala Janin dan Pemeriksaan dalam “ ini tepat pada waktunya.
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tak lepas dari bantuan
dan bimbingan dari bebagai pihak,untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada
Dosen pembimbing dan juga teman-teman semua yang telah ikut berperan serta
dalam pembuatan makalah ini.
Disini penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna

bagi orang-orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini belumlah
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan pada pembuatan makalahmakalah yang selanjutnya.

Makassar, 15 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………………I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………….
2. Tujuan
Penulisan………………………………………………………………..
3. Rumusan Masalah………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
1. Ukuran-Ukuran Panggul…………………………………………………
2. Anatomi Kepala Janin……………………………………………………

3. Pemeriksaan Dalam……………………………………………………..
4. Episiotomi……………………………………………………………….
5. Amniotomi………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………
2. Saran…………………………………………………………………… .
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan tidak akan lepas dari anatomi terutama dunia
kebidanan yang sangat penting utuk mempelajari menegnai Anatomi panggu
dalah hal ini adalah ukuran-ukuran panggul. Ukuran-ukuran panggul
merupakan suatu patokan yang menjadi modal seorang bidan untuk
mengetahui bagaimna kelancaran proses persalinan karena kita ketahui salah
satu yang mempengaruhi tidak berlangsungya persalinan dengan lancar
adalah karena dari segi ukuran panggul seseorang yang tidak memeadai untuk
proses pengeluaran janin.
Ukuran kepala janin merupakan suatu hal yang dapat menjadi modal

seorang tenaga kesehatan khususnya bidan untuk mengetahui normal atau
tidaknya ukuran kepala janin ketika lahir.
Episiotomi adalah pengguntingan mulut rahim sebagai jalan lahir
pada saat proses persalinan. Bila persalinan dilakukan dengan tindakan
episiotomi, maka sebaiknya jika habis ke buang air kecil atau besar, bekas
luka dikompres dengan obat antiseptik. Hal ini untuk menghindari terjadinya
infeksi. Selain kompres, bisa juga dilakukan dengan mengolesinya dengan
salep antibiotik. Salep ini biasanya sekaligus juga menyembuhkan wasir
ibunya yang kerap keluar saat persalinan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui materi tentang ukuran-ukuran panggul
2. Untuk mengetahui materi tentang ukuran kepala janin
3. Untuk mengetahui materi tentang pemeriksaan Dalam
4. Untuk mengetahui materi tentang Episiotomi
5. Untuk megetahui materi tentang Amniotomi
C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang Ukuran-ukuran Panggul
2. Jelaskan tentang Ukuran-ukuran kepala janin
3. Jelaskan tentang Pemeriksaan Dalam
4. Apa yang dimaksud dengan Episiotomi

5. Apa yang dimaksud dengan Amniotomi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ukuran Panggul
Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri
radiologic tidak dapat di lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara
garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila di
kombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang di pakai antara
lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque
1. Ukuran luar panggul :
a) Distansia spinarum : jarak antara kedua spina illiaka anterior
superior : 24 – 26 cm
b) Distansia cristarum : jarak antara kedua crista illiaka kanan dan kiri :
28 – 30 cm
c) Konjugata externa (Boudeloque) 18 – 20 cm
d) Lingkaran Panggul 80-90 cm
e) Konjugata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm - Distansia Tuberum
(dipakai Oseander) 10,5 cm

2. Ukuran dalam panggul :
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium, linea inniminata, dan pinggir atas simfisis pubis
a) konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugata
diagonalis 10,5-11 cm
b) konjugata transversa 12-13 cm
c) konjugata obliqua 13 cm
d) konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke
promontorium
3. Ruang tengah panggul :
a) bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
b) bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm
c) jarak antar spina ischiadica 11 cm
4. Pintu bawah panggul (outlet) :
a) ukuran anterio posterior 10-11 cm
b) kuran melintang 10,5 cm
c) arcus pubis membentuk sudut 900 lebih, pada laki-laki kurang dari
800
Inklinasi Pelvis (Miring panggul) adalah sudut yang dibentuk dengan
horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-600


5. Jenis Panggul
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk
pokok jenis panggul :
a) Ginekoid
b) Android
c) Antropoid
d) Platipeloid

B. ANATOMI KEPALA JANIN
1.

Bagian Tengkorak (Neuro Cranium)
Tengkorak merupakan bagian terpenting dalam persalinan, yang terdiri
dari :
a) Tulang dahi (os. Frontal ) 2 buah
b) Tulang ubun-ubun (os. Parietal) 2 buah
c) Tulang peli[is (os. Temporal) 2 buah
d) Tulang belakang kepala (os. Occipital)


2. Bagian muka (splachno Cranium)
Susunan tulang muka dan dasar kepala sangat rapat sehingga tidak
dapat melakukan atau terjadi moulage. Kedudukan tulang muka ditentukan
dengan meraba hidung , dagu, mulut, dan rongga mata
a)
b)
c)
d)

Tulang hidung (os. Nassal)
Tulang pipi (os. Zigomatikum)
Tulang rahang atas (os. Maxillare)
Tulang rahang bawah (os. Mandibulare)

Gambar Anatomi Kepala Janin
3. Hubungan antara tulang tengkorak
Hubngan tulang tengkorak janin belum rapat sehingga
kemungkinan mendekat saat persalinan tampa membahayakan jaringan otak,
disebut moulage. Celah-celah diantara tulang tengkorak yang ditutup
dengan jaringan ikat disebut sutura.


a. Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang parietal
b. Sutura koronaria (selah mahkota) anttara tulang frontalis dan tulang
parietalis
c. Sutura lamboidea antara tulang occipitalis dan tulang parietalis
d. Sutura frontalis : antara ke-2 frontalis.
Disamping itu terdapat pertemuan antara sutura-sutura yang membentuk
ubun-ubun ( fontanella).
1. Ubun-ubun besar (fontanella mayor)
 Bentuk segi empat laying merupakan pertemuan antara sutura sagitalis
dan sutura koronaria , dan sutura frontalis
 Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis
 Sebagai petunjk letak puncak kepala
2. Ubun-ubun keci (Fontanella Minor)
 Dibentuk oleh sutura sagitalis dan sutura lamboidea
 Sebagai petunjuk letak belakang kepaala “sutura dan ubun-ubun
tertutup pada bayi sekitar 1.5 sampai 2 tahun”

Gambar 2 Hubungan antar tulang tengkorak
4. Ukuran tulang kepala bayi aterm


1. Diameter suboksipito-bregmatika
 Antara foramen magnum ke ubun-ubun besar
 Jaraknya 9,5 cm
 Akan melalui jalan lahir pada letak belakang keala, dengan lingkaran
sirkumferensia suboksipito-bregmatika dengan ukuran 32 cm.
2. Diameter Suboksipito-frontalis
 Antara foramen magnum ke pangkal hidung
 Jaraknya 11 cm
 Ukuran yang melalui jalan lahir sirkumferensia suboksipito-frontalis
dengan kedudukan fleksi sedang, belakang kepala.
3. Diameter fronto-oksipitalis
 Antara titik pangkal hidung kejarak terjauh pada belakang kepala
 Jaraknya 12 cm
 Lingkaran fronto oksipitalis dengan sirkumferensia 34 cm melalui
jalan lahir pada letak puncak kepala
4. Diameter mento-oksipitalis
 Antar dagu ketitik terjauh belakang kepala
 Jaralnyan 13,5 cm
 Dengan sirkumferensia 32 cm melalui jalaan lahir pada letak muka

5. Diameter submento—bregmatika
 Antara os hyoid ke ubun-ubun besar
 Jaraknya 9 cm
 Dengan sirkumferensia 32 cm melalui jalan lahir pada letak muka
6. Ukuran melintang
 Diameter biparietalis, anatra keduaa parietalis dengan ukuran 9,5 cm
 Diameter bioparentalis, antara keuda tulang tempiralis dengan ukuran
8,0 cm.
C. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
1. Pengertian Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam adalah suatu tindakan pemeriksaan dalam yang
dilakakukan terhadap klien untuk menegakkan penyakit/ diagnosa tertentu.
2. Tujuan Pemeriksaan Dalam
a) Untuk mendeteksi dini adanya komplikasi/ peyulit

b) Memantau jalannya persalinan, apakah masih fisiologis atau sudah
termasuk Patologi.
c) Memantau pembukaan serviks
d) Menilai penurunan bagian terendah dari janin
e) Memantau keadaan ketuban sudah pecah atau masih utuh

3. Hal – hal yang Perlu Dinilai pada Saat Pemeriksaan Dalam yaitu :
a) Vulva Vagina yaitu dimana Ibu ditempatkan pada posisi yang
memudahkan untuk inspeksi dan pemeriksaan. Kekerapan pemeriksaan
vagina selama persalinan dapat meningkatkan morbiditas infeksi
khususnya pada kasus ketuban pecah dini.
b) Konsistensi Portio : dimana akan menjadi tipis dan lunak bahkan tidak
teraba saat pembukaan lengkap.
c) Pembukaan Serviks yaitu ditentukan dengan memperkirakan diameter
rata-rata (ukuran diameter leher rahim yang teregang). Dilatasi serviks
ditentukan dengan pemeriksaan VT dan dinyatakan dengan diameter
serviks.
d) Air Ketuban ( utuh/pecah) yaitu bila cairan ketuban pecahnya diragukan,
masukkan speculum dengan hati-hati dan cairan dicari di fornik
posterior. Cairan diperiksa untuk mengetahui adanya warna atau
mekonium.
e) Presentasi dan posisi janin
f) Penurunan bagian terbawah janin yaitu untuk menentukan sampai di
mana bagian terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan
maka dapat digunakan bidang Hodge yang terdiri atas empat bidang:
 Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium.
 Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
 Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II,
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
 Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan
III, terletak setinggi os koksigeus.
g) Penyusupan kepala janin/ molase
1. 0 = tulang kepala janin terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
2. 1 = tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
3. 2 = tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi masih dapat
dipisahkan
4. 3 = tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di pisahkan
4. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Pada Pemeriksaan Dalam

a) Keadaan Perineum : Pada primipara perineum utuh dan elastis. Pada
multipara tidak utuh, longgar dan lembek. Untuk menentukan dengan
menggerakkan jari dalam vagina ke bawah dan ke samping. Dengan cara
ini juga diketahui otot levator ani normal teraba elastis .
b) Sistokel dan Rektokel : Sistokel adalah benjolan pada dinding depan
vagina yg disebabkan oleh kelemahan dinding belakang kandung kemih.
Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina disebabkan oleh
kelemahan dinding depan rektum. Diakibatkan oleh persalinan yang
berulang terutama ada robekan perineum atau bersamaan dengan
prolapsus uteri.
c) Pengeluaran Pervaginaan : Lendir campur darah, cairan ketuban, darah
berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, solusio plasenta,
mekoneum, cairan putih kekuningan akibat radang serviks atau monilia
vagini , cairan hijau kekuningan karena trikhomonas.
d) Serviks : Perlu diperhatikan pembukaan, penipisan, robekan serviks dan
kekakuan serviks. Pembukaan ditentukan & diukur dengan kedua jari.
Kalau pembukaan > 6 cm lebih mudah diukur dari forniks lateralis
dengan cara berapa (cm) lebar yang masih tersisa. Menentukan penipisan
kadang sukar, terutama kalau serviks menempel di bagian bawah janin.
Keadaan normal serviks lembut & elastic.
e) Ketuban : Tentukan ketuban utuh atau tidak, di ketahui bila pemeriksaan
dilakukan selagi ada his. Bagaimana keadaan ketuban
f) Presentasi, titik penunjuk dan posisi : Presentasi kepala diketahui bila
teraba bagian bulat dan keras, tulang parietal, sutura sagitalis, ubun-ubun
besar atau ubun-ubun kecil. Posisi kepala yang perlu ditentukan adalah
letak ubun-ubun kecil terhadap panggul ibu.
g) Turunnya kepala : Untuk menentukan di mana turunnya kepala
diperkirakan dengan pemeriksaan luar dan dipastikan dengan
pemeriksaan dalam. Untuk menentukan sampai di mana turunnya kepala
ditentukan dengan bidang Hodge.
5. Keuntungan
a) Untuk menentukan apakah pasien benar dalam keadaan inpartu
b) Untuk menentukan factor janin dan panggul
c) Menentukan ramalan persalinan
6. Indikasi
a) Primipara, kehamilan 36 mg bagian bawah janin belum masuk PAP
b) Menentukan kemajuan persalinan
c) Ketuban pecah sedang bagian bawah janin masih tinggi
d) Menentukan tindakan
7. Kontraindikasi
a) Perdarahan
b) Plasenta previa
c) Ketuban pecah dini
d) Persalinan preterm

8. Melakukan dan mendokumentasikan pemeriksaan dalam
a) Kerendahan hati/ kenyamanan
 Jangan meremehkan kemungkinaan rasa malu
 Tutup bagian bawah ibu dengan selimut
 Pastikan pintu/ tirai tertutup

b) Prosedur
Sebelum pemeriksaan
1. Yakinkan kandungan kemih ibu kosong
2. Palpasi abdomen dulu. Ini adalah kebiasaan baik yang harus
dikerjakan.
3. Jangan pernah melakukan periksa dalam selama kontraksi karena
sangat sensitive, nyeri dan mengimobilisasi ibu.
4. Duduklah disebelah ibu dan bercakap dengannya untuk
membantunya relaks sebelum pemeriksaan
Selama pemeriksaan
1. Bidan harus menerangkan apa yang ia kerjakan dan memeriksa
apakah ibu dalam keadaan baik.
2. Semua bidan harus waspada terhadap bahasa tubuhnya sendiri,
hindari ekspresi cemas, kecewa atau lepas dari apa yang sedang
terjadi.
3. Waspadalah terhadap bahasa tubuh ibu dan pastikan ia merasa baik –
baik saja.
Setelah pemeriksaan
1. Dengarlah denyut jantung janin.
2. Berilah ucapan selamat karena ia dapat menghadapi pemeriksaan
dengan baik dan berilah kata – kata positif meskipun bila ada sedikit
kelainan.
3. Diskusikan temuan dengan ibu. Bila dilakukan pendekatan yang
sensitive dan temuannya merupakan berita baik, maka dapat
mengangkat semangat ibu dan menenangkannya, bila tidak
ditangani dengan sensitive atau beritanya buruk maka pemeriksaan
bisa menjadi bencana atau pengalaman negative.
4. Bereskan alat dengan baik dan cuci tangan.
5. Dokumentasikan temuan anda

D. AMNIOTOMI
1. Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion
dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara
spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga
amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat
pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung
sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada
fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi
demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan
luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi
persalinan.
2. Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
Ada beberapa istilah dalam nomenklatur kebidanan yang harus
diketahui oleh petugas kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban,
yaitu:
1. Utuh (U)
Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan
kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya
anoksia/anoksia kronis pada bayi
4. Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan
pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma
bayi
5. Kering (K),

Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah
lama pecah atau postmaturitas janin.
3. Beberapa Teori mengenai Amniotomi :
a) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga
tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka servik.
b) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim
kira–kira

40

menit

berkurangnnya

setelah

oksigenesi

amniotomi

otot–otot

dikerjakan,

rahim

dan

sehingga

keadaan

ini

meningkatkan kepekaan otot rahim.
c) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding
serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf–syaraf yang
merangsang kontraksi rahim
d) Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda–
tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara–cara lain
untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin
e) Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit–penyulit
sebagai berikut:
1) Infeksi

: Prolapsus funikuli (keluarnya bagian-bagian janin)

2) Gawat janin

: Tanda–tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat

banyakdan dikeluarkan secara tepat ).
4. Jenis-jenis Amniotomi
Ada 2 jenis amniotomi, yaitu:
1.

Amniotomi untuk Augmentasi
Ini sering dilakukan apabila persalinan spontan yang
berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh
dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi
persalinan,

besar

kemungkinan

bahwa

amniotomi

akan

meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional. Bahaya
dilakukan tindakan ini adalah terjadinya molase dan infeksi.
2.

Amniotomi untuk Induksi

Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan.
Bisa berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi
yang lain seperti oksitosin
5. Indikasi Amniotomi
1.

Induksi persalinan

2.

Persalinan dengan tindakan

3.

Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara
elektronik apabila diantisipasi terdapat gangguan pada janin.

4.

Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan
kurang memuaskan

5.

Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah
membuka sepenuhnya. Perlu diperhatikan indikasi amniotomi pada
plasenta previa :
a. Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada
pembukaan.
b. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis
dengan pembukaan > 4 cm.
c. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.

6. Kontra Indikasi Amniotomi
1.

Bagian terendah janin masih tinggi

2.

Persalinan preterm

3.

Adanya infeksi vagina

4.

Polihidramnion

5.

Presentasi muka

6.

Letak lintang

7.

Placenta previa

8.

Vasa previa

7. Persiapan Alat
1. Persiapan ibu dan keluarga
2. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)

a. Perawatan sayang ibu
b. Pengosongan kandung kemih per 2 jam
c. Pemberian dorongan psikologis
3. Persiapan penolong persalinan
a. Perlengkapan pakaian
b. Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
4. Persiapan peralatan
a. Ruangan
b. Peneranga
c. Tempat tidur
d. Handscoon
e. Klem setengah kocher
f. Bengkok
g. Larutan klorin 0.5%
h. Pengalas
i. Bak instrument
7. Teknik Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
1.

Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga

2.

Dengar DJJ dan catat pada Partograf

3.

Bidan cuci tangan

4.

Gunakan handscoon DTT

5.

Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai
sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan
kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagianbagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari
bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).

6.

Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan
memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan
kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput

ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak
tangan menghadap kearah atas.
7.

Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan
pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang
telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi
pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput
ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan menggunakan separuh klem
Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis servikalis
dengan perlindungan jari tangan.)

8.

Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan

9. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam
dalamlarutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda
di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan
memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa
kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan
dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah
keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium
pervaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin
(fetal distress). Diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan
peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. Faktor-faktor
etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia
gravidarum. Pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya
insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. Kalau ini
merupakan satu-satunnya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth)
adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih
banyak dari pada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi
pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. Kalau
ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka

mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya.
Meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan
indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif.
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik
dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban,
warna airketuban dan DJJ.
8. Keuntungan dan Kerugian Amniotomi
1.

Ada beberapa keuntungan dari amniotomi, yaitu:
a.

Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada
atau tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus
menerus di indikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung
ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang
lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda
diatas abdomen ibu.

b.

Kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat
mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat.

c.
d.

Lamanya persalinan bisa diperpendek.
Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa
amniotomi dan stimulasi saluran genital bawah menyebabkan
peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya
menyempurnakan kontraksi uterus.

e.

Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan
menekan

plasenta

yang

berdarah

dan

perdarahan

akan

berkurang/berhenti.
f.

Partus berlangsung lebih cepat

g.

Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan
regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas

2.

Berikut beberapa kerugian dari tindakan amniotomi:
a.

Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa
menimbulkan cacatnya tulang kepala janin.

b. Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menambah kompresi tali
pusat.
c.

Amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun
bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi
keuntungan dalam bentuk persalian yang lebih pendek bisa
terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada
janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. Beberapa
penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah
dilakukannya amniotomi.

E. EPISIOTOMI
1. Pengertian Episiotomi
Episiotomi dalam artian sempit adalah insisi pudenda. Periniotomi
adalah insisi pada perineum. Akan tetapi , dalam bahasa biasa episiotomi
sering sama digunakan dengan episiotomi. Dengan kata lain episiotomi
adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pengertian
lain dari episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis.Alasan mengapa episotomi
bukan merupakan tindakan rutin adalah sebagai berikut :
a. Perineum dapat dipersiapkan melalui latihan keagel dan periode pada
masa pranatal. Latihan keagel pada peiode post partum dapat
memperbaiki tonus otot-otot perineum.
b. Robekan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan episiotomi.
c. Nyeri dan tidak nyaman akibat episotomi dapat menghambat interaksi
ibu anak dan dimulai kembalinya hubungan seksual orang tua.
d. Kejadian laserasi derajat tiga dan empat lebih banyak terjadi pada
episiotomi rutin daripada tanpa episiotomi.
e. Meningkatnya resiko infeksi ( terutama jika prosedur PI ).
2. Indikasi Episiotomi
a) Gawat janin.

b) Penyulit persalinan pervaginam ( sunsang, distosia bahu, ekstraksi forcep
dan vakum, bayi besar, presentasi muka, dll ).
c) Pada persalinan prematur.
d) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan
persalinan.
3. Tujuan
a)
b)
c)
d)

Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.
Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan jahitan.
Menghindari robekan perineum spontan.
Memperlebar jalan laahir pada persalinan pervaginam dengan tindakan.

4. Manfaat
a) Mencegah robekan perineum derajat tiga, terutama sekali dimana
sebelumnya ada laserasi yang luas didasar panggul. Insisi yang bersih
dan dilakukan pada posisi yang benar akan lebih cepat sembuh daripada
luka yang tidak teratur.
b) Menjaga uretra dan klitoris dari trauma yang luas. Kemungkinan
mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih atau rektum yang
terlalu kuat dan berkepanjangan, yang dikemudian hari akan
menyebabkan inkonensia urin daan prolaps vagina.
c) Mengurangi lama kala II yang mungkin penting terhadap kondisi ibu
atau keadaan janin ( fetal distress ).
d) Memperlebar vagina jika diperlukan menipulasi untuk melahirkan bayi,
contohnya pada presentasi bokong atau pada persalinan dengan
tindakan.
e) Mengurangi resiko luka intrakranial pada baayi prematur.
Pertimbangan melakukan episiotomi :
1.
2.
3.
4.
5.

Waktu yang tepat melakukan episiotomi
Pada waktu puncak his dan saat pasien meneran.
Perineum sudah tipis.
Lingkar kepala pada perineum sekitar 5 cm.
Indikasi melakukan episiotomi
a) Hampir pada mayoritas primigravida, tapi evidanced based
menyatakan hal ini dapat dihindari dengan mempertimbangkan
elastisitas perineum.
b) Pada multigravida dengan perineum kaku.
c) Pada persalinan prematur atau letak sungsang.
d) Teknik pelaksanana episiotomi.

5. Jenis-jenis Episiotomi
a. Episiotomi mediolateralis
Merupakan insisi perineum kearah bawah, tetapi menjauhi rektum,
selain itu dapat juga kearah kanan atau kiri tergantung tangan dominan
yaang digunakan oleh penolong.
B Episiotomi Medialis
Pengguntingan yang dimulai pada garis tengah komisura posterior
lurus kebawah, tetapi tidak sampai mengebai serabut sfingter ani.
Episiotomi medialis merupakan insisi pada garis tengah perineum kearah
rektum, yaitu ke arah titik tendensius perineum, memisahkan dua sisi otot
perineum bulbokavernosus. Otot transversus perinei profunda juga dapat
dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi.
c. Episiotomi Lateralis
Pengguntingan yang dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira
jam tiga atau sembilan menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini
sekarang tidak dilakukan lagi karena banyak menimbulkan komplikasi.
Luka sayatan dapat menyebar kearah dimana terdapat pembuluh darah
pudendal interna sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Selain itu bparut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
d. Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episotomi mediolateralis, tetapi
pengguntingannya melengkung kearah bawah lateral, melingkari rektum
dan sayatannya lebih lebar.Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Melakukan Episotomi
1.
2.
3.

Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta
tujuannya.
Sebelum melakukan episiotomi, berikan anastesi pada perineum
terlebih dahulu karena ini merupakan salah satu dari asuhan sayang
ibu.
Jangan melakukan episotomi terlalu dini karena ini akan
menyebabkan perdarahan. Tunda sampai perineum menipis dan pucat,
serta diameter kepala bayi nampak di vulva 5-6 cm.

4.
5.
6.

Arah guntingan adalah mediolateral untuk menghindari ruptur
perineum totalis.
Jangan menggunting perineum sedikit demi sedikit karena akan luka
tidak rata dan sulit untuk dijahit.
Perikasa selalu gunting yang digunakan, pastikan selalu dalam keadan
tajam dan steril.

Persiapan Dalam Melakukan Episotomi Adalah Sebagai Berikut :
1. Mempertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episotomi dan
pastikan bahwa episiotomi itu penting dilakukan untuk keselamatan dan
kenyamanan ibu dan bayi.
2. Pastikan semua bahan dan perlengkapan sudah tersedia dan dalam
keadaan desinfektan tingkat tinggi atau steril.
3. Gunakan teknik aseptik tiap saat. Gunakan sarung tangan DTT atau
steril.
4. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan , serta jelaskan secara
rasional alasan diperlukannya tindakan episiotomi dilakukan.
Memberikan Anestesi Lokal
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Jelaskan kepada ibu apa yang dilakukan dan bantu ibu untuk merasa
rileks.
Masukkan 10 ml larutan lidokain 1% kedalam tabung suntik steril
ukuran 10 ml
( tabung suntik yang lebih besar juga dapat
digunakan jika diperlukan ). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutka
sebagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air
distilasi steril, sebagai contoh larutkan 5 ml larutan lidokain dalam 5
ml garam fisiologis atau air steril.
Pastikan tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm
( jarum yang lebih panjang boleh digunakan apabila diperlukan ).
Letakan dua jari kedalam vaagina diantara kepala bayi dan perineum.
Masukkan jarum ditengah fourchete dan arahkan jarum sepanjang
tempat yang akan dilakukan episiotomi.
Aspirasi ( tarik batang penghisap ) untuk memastikan bahwa jarum
tidak berada dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam
tabung suntik, jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar.
Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.

Alasan ; ibu dapat mengalami kejang dan menimbulkan kematian jika
lidokain disuntikkan ke pembuluh darah.
1.

Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan lidokain maksimun
10 ml lidokain.

2.

Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan.
Kulit melembung sehingga anastesi bisa terlihat dan dipalpasi pada
perineum di sepanjang garis yang akan dilakukan episotomi.

8. Prosedur Pelaksanaan Episotomi
a. Tunda tindakan episotomi hingga perineum menipis dan pucat, serta 3-4
cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan : melakukan
episiotomi akan menyebabkan perdarahan jangan melakukan secara
dini.
b. Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum.
Kedua jari agak diregangkan dan berikan tekanan lembut kearah luar
pada perineum.
Alasan : hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan
meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di episotomi.
1. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Tempatkan
gunting ditengah fourchette posterior dan gunting mengarah kesudut
yang diinginkan, untuk melakukan episotomi mediolateralis ( jika
penolong bukan kidal, episiotomi mediolaterla yang dilakukakan disisi
kiri lebih mudah dijahit ). Pastikan untuk melakukan palpasi/
mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting
cukup jaauh kearah samping untuk menghindari sfingter.
2. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua arah gunting yang mantap. Hindari
menggunting sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi luka
yang tidak rata sehingga akan menyulikan penjahitan atau
penyembuhan yang lebih lama.
3. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.
4. Jika kepala belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episotomi
dengan dilapisi kain atau kasaa disinfeksi tingkat tinggi atau steril
diantara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
5. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah
perluasan episotomi.
6. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah
episotomi, perineum, dan vagina mengalami perluasan dan laserasi,
lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episotomi atau laserasi
tambahan.
Klasifikasi Laserasi
1. Derajat Satu
1. Mukosa vagina
2. Komisura posterior
3. Kulit perineum

2.

Derajat Dua
1.
2.
3.
4.

3.

Derajat Tiga
1.
2.
3.
4.

4.

Mukosa vagina
Komisura posterior
Kulit perineum
Otot perineum.

Mukosa vagina
Komisura posterior
Kulit perineum
Otot perineum.

Derajat Empat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mukosa vagina
Komisura posterior
Kulit perineum
Otot perineum.
Otot sfinter ani
Dindig depan rektum

Pencegahan LaserasI
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi
saat kepala janin dilahirkan, kejadian ini akan meningkat jika bayi atau
janin yang dilaahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Adanya
kerjasama yang baik antara pasien dan penolong saat kepala sedang
crowning ( kepala nampak 5-6 cm di vulva ) sangat berperan dalam
pencegahan laserasi. Dalam tahap ini pasien dan penolong bekerjasama
dalam mengendalikan kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat
melewati introitus vagina melalui pengaturan irama, kekuatan dan durasi
meneran.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan
mencegah ruptur perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan
episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah ruptur yang secara
berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar memudahkan
penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal
itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat
gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono,
2006).
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam
rangka meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Amniotomi kepada klien dan
menambah informasi dan wawasan.
1. Bagi Instansi pendidikan
Disarankan

agar

mengembangkan

pengetahuan

tentang

pelaksanaan Amniotomi guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan
ibu sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu dalam persalinan.
2.

Bagi Profesi Kebidanan

Disarankan agar mengembangkan pengetahuan kesehatan terkait
pelaksanaan amniotomi terhadap klien guna memonitoring perkembangan
kesehatan ibu dalam persalinan.
3.

Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai
pelaksaan Amniotomi ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA
http://dita844.blogspot.co.id/2014/05/pemeriksaan-dalam-vaginal-touchehttp://
khikmatulleli.blogspot.co.id/p/ukuran-panggul.htmlr.html
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/macam-macam-bentuk-panggulpada-wanita.html
https://renipuspita757.wordpress.com/2013/07/22/2/