SISTEM AKUNTANSU MANAJEMEN DAN PENGENDAL

SISTEM AKUNTANSU MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Hasan Fauzi
Fakultas Ekonomi
UNS

A. Pendahuluan

Akuntansi bisa didifinisikan dari berbagai macam sudur pandang.

Ada yang

mendifinisikan akuntansi dari sudut pandang seni, sebagaimana difinisi yang populer pada
saat akuntansi baru pertama berkembang. Difinisi semacam ini bisa dilihat dari buku, antara
lain, Accounting Principle karya McFarlan (1960). Berikutnya, difinisi yang berkembang
mengarahkan akuntansi sebagai aktivitas jasa.

Hal ini bisa dilihat dari difinisi yang

digunakan oleh APB dalam Accounting Principles Board Statements No. 4, sebagaimana
dikutip oleh Bekaoui (1981). Dalam perkembangan terakhir, pemikir akuntansi lebih melihat

akuntansi sebagai teknologi informasi. Dari sudut pandang manapun, bisa disepakati bahwa
hasil akhir proses akuntansi adalah berupa informasi, yaitu informasi akuntansi.
Secara umum bidang akuntansi bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori besar:
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Karena produk akuntansi adalah informasi,
maka terdapat dua macam produk informasi yang bisa dihasilkan oleh akuntansi: informasi
akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi keuangan,
yang biasanya berupa neraca, laporan laba rugi, laporan aliran kas, laporan laba ditahan, dan
catatan atas laporan keuangan, digunakan pihak-pihak luar, seperti investor, kreditor, dan
pemerintah, untuk mengambil keputusan yang menyangkut perusahaan. Informasi akuntansi
manajemen, yang umumnya berupa informasi biaya penuh, informasi akuntansi diferensial,
dan informasi akuntansi pertanggungjawaban, adalah informasi yang diperlukan oleh
manajemen di dalam menjalan fungsinya yang berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian. Karena proses akhir akuntansi adalah
informasi, maka untuk menghasilkan informasi di atas, diperlukan proses atau prosedur yang
tergabung dalam suatu sistem akuntansi.

Dengan demikian secara konseptual terdapat

dua sistem akuntansi: sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi manajemen,
walaupun dalam pelaksanannya, tidak harus kedua sistem tersebut terpisah secara jelas dari


1

awal proses akuntansi.
Tujuan suatu organisasi mendisain sistem akuntansi manajemen adalah untuk
membantu organisasi tersebut di dalam mencapai tujuannya, sebagai cerminan dari fungsi
perancanaan manajemen. Bahwa dalam menjalankan fungsinya, manajemen suatu organisasi
membutuhkan sistem akuntansi manajemen adalah benar. Dalam hal ini pertanyaan yang
muncul adalah tipe sistem akuntansi manajemen seperti apa yang benar-benar diperlukan
manajemen dalam menjalankan fungsinya tersebut. Ada dua tipe ekstrem level disain sistem
akuntansi manajemen yang bisa dibuat, yaitu sistem yang bersifat tradisional hingga sistem
yang canggih (level tinggi).

Tingkatan tradisional dan canggih di atas mengacu pada

kompleksitas sistem informasi yang bisa diberikan kepada manajemen. Tipe sistem akuntansi
manajemen tradisional biasanya diperlukan untuk manajemen yang tipe organisasinya masih
sangat sederhana, yang biasanya ditandai dengan kesederhanaan tipe perencanaan yang
dibuat, pengorganisasian unit-unit yang ada, pengarahan dan koordinasi diantara orang yang
ada di dalam organisasi, dan dalam hal pengendalian yang dilakukan. Sebaliknya, tipe sistem

akuntansi manajemen yang berlevel tinggi (canggih) diperlukan pada saat organisasi
mengalami perkembangan yang pesat sehingga pelaksanaan fungsi manajemen menjadi
sangat kompleks, yang membutuhkan penanganan khusus dan serius. Dengan demikian
sistem akuntansi managemen yang berlevel tinggi diharapkan bisa lebih meningkatkan
prestasi organisasi melalui para manajer-manajernya.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi disain sistem akuntansi manajemen. Faktorfaktor tersebut adalah: perceived environment uncertainty, organizational interdependency,
dan struktur organisasi.
Tujuan tulisan ini adalah membahas peranan sistem akuntansi manajemen, yang
mencakup empat elemen: broad scope, timeliness, agragation, dan integration dalam
meningkatkan kinerja manajer dengan menggunakan model kontijensi.

Untuk mencapai

tujuan ini, pertama diuraikan berbagai pendekatan kontinjensi dalam mendisain organisasi.
Dalam pembahsan ini dikemukakan berbagai temuan para peneliti mengenai karakteristik
organisasi yang dikaitkan dengan lingkungan organisasi seperti teknologi. Bagian kedua
membahas penggunaan model kontijensi di dalam mendisain sistem akuntansi manajemen.
Dalam pembahasan ini dikemukan tiga variabel kontekstual yang mempengaruhi disain
sistem.


Hal lain yang dibahas dalam bagian ini adalah karakteristik sistem akuntansi

2

manajemen dan hubungan variabel kontekstual dengan disain sistem akuntansi manajemen.
Bagian ketiga akan membahas pengaruh sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajer.
Tulisan akan diakhiri dengan penutup yang akan menguraikan kesimpulan, yang menjadi
sintesa tuliasan ini. Dalam bagian penutup juga akan diuraikan kemungkinan implikasi dari
sintesa tulisan ini.
B. Pendekatan Kontinjensi dan Disain Organisasi
Hingga dekade terakhir, para pakar teori organisasi umumnya berpegang pada pandangan bahwa setiap organisasi merupakan sistem yang terbuka (open system). Sebagai
suatu sistem yang terbuka, suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya dengan cara mendapatkan dan menggunakan sumber daya, serta dengan cara memberikan atau
mendistribusikan barang atau jasa akhir kepada konsumen/pemakai.

Organisasi tidak

beroperasi secara terpisah dengan lingkungannya, dan karenanya ia tidak bisa berfungsi sebagai suatu sistem yang tertutup (closed system).
Dengan bertitik total dari pandangan bahwa organisiasi merupakan suatu sistem terbuka, manajemen perlu memikirkan bagaimanan karakteristik intern organisasi dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan yang lebih besar dan organisasi secara keseluruhan itu
sendiri. Karakteristik intern ini, yang disebut dengan dimensi struktural mencakup spesiliasi, hirarki wewenang, desentralisasi, dan kompleksitas. Karekateristik organisasi secara
keseluruhan dan lingkungan, yang disebut dengan dimensi kontekstual, mencakup besarnya organisasi, teknologi, dan elemen-elemen ekstern seperti kostomer, pemasok, pesaing, dan pemerintah.

bagaimana

perbedaan

Tujuan pendekatan kontingensi adalah untuk menjelaskan
hubungan

dimensi

(variabel)

struktural

dan

kontekstual.

Sebagaimana kata yang terkandung dalam kontijensi, pendekatan ini dimaksudkan untuk
mencari prinsip-prinsip universal yang bisa digunakan untuk setiap situasi. Disamping itu,
pendekatan ini juga berusaha menjelaskan bagaimana satu variabel tergantung pada

variabel yang lain. Untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap teori kontijensi,
berikut ini dikemukakan beberapa studi pendahulluan yang telah dilakukan oleh Burns dan
Staker (1961), Woodward (1965), dan Lawrence dan Lorsch (1967).

3

1. Sistem Mekanik dan Organik Versi Burns dan Staker
Dalam suatu studi yang dilakukan terhadap dua puluh perusahaan di Inggris, Burs
dan Staker (1961) meneliti hubungan antara lingkungan ekstern dan karakteristik struktur
organisasi intern. Dengan mendasarkan observasi dan interviu yang tidak terstruktur (pendekatan penelitian yang bersifat antropologi), mereka berusaha mengidentifikasi karakteristik struktur operasi manajemen. Hasil pengamatan mereka adalah bahwa perusahaan
yang relatif stabil atau bertahan dalam lingkungan yang relatif tidak berubah cenderung
mempunyai operasi manajemen yang terstruktur dan formal. Mereka menandai karakteristik demikian dengan istilah organisasi mekanik karena penekanannya pada aturan, prosedur, dominasi oleh hirarki wewenang. Sebaliknya, perusahaan yang berada di dalam
lingkungan yang tidak stabil cenderung mempunyai organisasi yang terdesentralisasi dan
lebih adaptif. Karakteristik yang demikian disebut dengan organisasi organik. Tabel
berikut menunjukkan perbedaan antara bentuk organisasi mekanik dan organik:
Inti kontribusi Burns dan Staker terhadap disain organisasi adalah bahwa kedua
bentuk sistem organisasi akan sangat tepat untuk lingkungan yang berbeda. Sistem organik
lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan, sedangkan sistem mekanik tepat untuk situasi
yang relatif statis. Sebagai contoh, perusahaan software computer harus survive di dalam
lingkungan yang dinamis, berubah dengan cepat, yang ditandai dengan inovasi yang konstan,

sehingga ia membutuhkan bentuk organisasi organik. Sebaliknya suatu perusahaan pabrikasi
yang beroperasi di dalam lingkungan yang stabil dan yang bisa diprediksi perubahanperubahannya, membutuhkan bentuk organisasi mekanik.
Tabel 1
Bentuk Organisasi Mekanik dan Organik
ORGANISASI MEKANIK

ORGANISASI ORGANIK




Spesialisasi tugas
Hirarki wewenag








Komunikasi bersifat hirarki
Pengendalian dan informasi tersentral




Penekanan pada loyalitas dan ketaatan pada organisasi
Tingkat formalitas yang tinggi






Penekanan pada tugas yang bersifat umum
Tidak terlalu terfokus pada pengendalian dan otoritas
formal
Komunikasi bersifat jaringan
Pengendalian dan informasi terdensentraliasi
Loyalitas dan komitmen diberikan kepada proyek atau

grup
Tingkat fleksibilitas dan diskresi yang tinggi

2. Studi Kontinjensi oleh Lawrence dan Lorsch

4

Pentingnya variabel lingkungan di dalam menentukan efektivitas sistem organisasi
juga ditekankan di dalam studi yang dilakukan oleh Lawrence dan Lorsch (1967). Di dalam
studi tersebut, mereka meneliti lingkungan perusahaan di dalam tiga industri: plastik,
makanan, dan pengalengan. Berdasarkan interviu dengan para manajer perusahaan, mereka
memperoleh temuan bahwa lingkungan perusahaan bisa didifinisikan berdasarkan
ketidakteraturan atau perubahan dan ketidakpastian sebagai lawan dari stabilitas dan
kepastian. Selanjutnya mereka meneliti sub-lingkungan yang dihadapi oleh tiga divisi dalam
masing-masing

perusahaan:

produksi,


pemasaran,

penelitian

dan

pengembangan.

Ketidakpastian lingkungan ternyata berbeda untuk masing-masing divisi.

Departemen

penelitian dan pengembangan menduduki peringkat tertinggi untuk situasi ketidakpastiannya,
diikuti secara berturut-turut oleh divisi pemasaran dan produksi. Inti temuan penelitian
Lawrence dan Lorsch (1967) adalah bahwa karakteristik struktur dalam ketiga divisi tersebut
bervariasi sesuai dengan ketidakpastian lingkungan. Divisi produksi cenderung mempunyai
tingkat struktur yang tinggi, diikuti, secara berturut-turut, oleh divisi pemasaran dan penelitian
& pengembangan.

Masing-masing divisi bisa juga diberi karakteristik berdasarkan tujuan


dan orientasi utama. Tabel berikut menjelaskan perbedaan-perbedaan tujuan dan orientasi
utama masing-masing divisi:
Tabel 2
Karakteristik Struktur Organisasi Produksi, Pemasaran, dan Penelitian &
Pengembangan
DIVISI

PRODUKSI

KARAKTERISTIK




Horison waktu
Tujuan
Formalitas





Pendek
Produksi yang efisien
Tinggi

PEMASARAN




PENELITIAN &
PENGMEBANGAN

Pendek
Kepuasan kostomer
Tinggi





Panjang
Pengembangan
Rendah

Lawrence dan Lorsch juga meneliti hubungan antara unit-unit dalam organisiasi. Di
dalam proses tersebut, mereka juga memperoleh temuan bahwa organisasi bisa dibedakan
berdasarkan integrasi dan diferensiasi. Integrasi mengacu kepada kondisi kolaborasi diantara
divisi atau departemen yang berusaha mencapai kesatuan usaha.

Kesatuan usaha ini

berhubungan dengan kualitas hubungan unit organisasi (departemen atau divisi). Diferensiasi

5

merupakan tingkat spesialisasi tenaga kerja dan orientasi psikologi para manajer di dalam unit
organisasi. Ketika para manajer sub-unit organisasi secara psikologi merasa jauh dengan
manajer sub-unit organisasi yang lain, diferensiasi lebih besar.
Temuan Lawrence dan Lorsch dalam kaitannya dengan masalah yang terakhir ini
adalah bahwa diferensiasi diantara sub-unit organisasi cenderung lebih besar di dalam
organisasi yang beroperasi di dalam lingkungan yang komplek dan berubah. Selanjutnya,
organisasi tersebut juga membutuhkan mekanisme (sistem) yang didisain untuk mencapai
integrasi diantara sub-sub unit organisasi.
didiferensiasi

dan

karenanya

Perusahaan plastik, misalnya, umumnya

membutuhkan

lebih

banyak

mekanisme

untuk

mengkoordinasikan berbabagai aktivitas yang telah didiferensiasikan. Di dalam lingkungan
yang tingkat ketidakteraturannya paling rendah, seperti perusahaan pengalengan, diferensiasi
diantara sub-unit organisasi rendah, demikian juga kebutuhan mekanisme untuk
mengintegrasikan sub-sub unit tersebut.
3. Studi Kontinjensi oleh Woodward
Variabel kontekstual lain yang dianggap penting di dalam struktur organisasi adalah
teknologi, yang merupakan alat, teknik, dan pengetahuan yang digunakan untuk
mentransformasikan bahan mentah ke dalam barang jadi.

Studi yang paling penting

mengenai pengaruh teknologi terhadap struktur organisasi dilakukan oleh Joan Woodward
(1965), seorang pakar sosiologi dari Inggris.
Di dalam studinya, yang memfokuskan seratus perusahaan di Inggris, Woodward
mula-mula berusaha menentukan faktor-faktor struktural apa yang berkaitan dengan
keberhasilan bisnis. Akan tetapi hasil studi tersebut tidak mengidentifikasi karakteristikkarakteristik yang berkaitan dengan efektivitas. Dalam Analisis selanjutnya terhadap data
yang dikumpulkan, Woodward berusaha mengungkapkan faktor-faktor yang mendasari polapola perilaku manajemen dalam kaitannya dengan teknologi. Dengan mengklasifikasikan
organisasi berdasarkan tipe organisasi, hasil studi lain oleh Woodward menunjukkan bahwa
struktur organisasi seharusnya mendukung teknologi.

Artinya, teknologi mempengaruhi

bentuk organisasi. Secara lebih khusus, Woodward mengklasifikasikan perusahaan ke dalam
satu diantara tiga kategori:produksi unit (samll-batch), produksi masa (larger-batch), dan
produksi proses jangka panjang (long-run process production).

6

Perusahaan yang masuk dalam kategori produksi unit membuat produk berdasarkan
pesanan pembeli. Yang masuk kategori ini adalah jenis perusahaan furniture, elektronil, dan
peralatan konstruksi khusus.

Perusahaan yang masuk dalam kategori produksi masa

membuat produk-produk standar yang tidak memerlukan perhatian khusus.

Contoh

perusahaan yang menggunakan teknologi semacam ini adalah jenis perusahaan otomotif.
Perusahaan yang menggunakan teknologi long-run process production adalah mekanisasi
operasi pabrik secara keseluruhan. Dari awal hingga akhir, proses tersebut sangat terkendali,
sehingga kualitas produk akhir bisa dengan mudah diprediksi. Contoh perusahaan yang
menggunakan teknologi semacam ini adalah jenis perusahaan penyulingan minyak dan pabrik
kimia.
Berdasarkan sistem klasifikasi ini, temuan dalam studi Woordward menunjukkan
bahwa struktur dalam perusahaan yang disampel betul-betul berhubungan dengan tipe
teknologi yang digunakan. Pada saat kompleksitas teknologi meningkat, terdapat perubahan
bentuk organisasi dari produksi unit ke long-run process production. Dalam studi tersebut,
Woodward juga mengamati beberapa pola-pola temuan yang lain. Jumlah komunikasi verbal
cenderung sangat rendah dalam organisasi yang menggunakan produksi masa, sedangkan
jumlah komunikasi tertulis sangat tinggi frekuensinya. Disamping itu, perusahaan yang
menggunakan teknologi produksi masa cenderung sangat tersentralisasi dan lebih banyak
menggunakan prosedur formal daripada tipe perusahaan-perusahaan yang lain.

Secara

keseluruhan, perusahaan yang masuk dalam kategori unit dan long-run process production
relatif lebih organik, sedangkan perusahaan dengan karakteristik produksi masa relatif lebioh
mekanis. Tabel berikut menunjukkan temuan-temuan tersebut:

Tabel 3
Karakteristik Struktur Organisasi Berdasarkan Faktor Teknologi Produksi

7

KARAKTERISTIK
STRUKTURAL








Level manajemen
Formalisasi
Sentralisasi
Kumunikasi verbal
Komunikasi tertulis
Struktur keseluruhan

TIPE ORGANISI BERDASARKAN TIPE TEKNOLOGI
PRODUKSI
PRODUKSI
LONG-RUN
UNIT
MASA
PROCESS
PRODUCTION







Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Organik








Moderat
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Mekanik








Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Organik

C. Model Kontijensi Untuk Disain Sistem Akuntansi Manajemen
Fungsi akuntantasi manajemen sebagai pemberi informasi untuk pengambilan
keputusan, pemotivasi perilaku manajer, dan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi
organisasi telah dikemukakan oleh Belkaoui [1980]. Konsekuensinya, di dalam memenuhi
fungsi tersebut, akuntansi manajemen membutuhkan dukungan dari bidang ilmu perilaku,
organisasi, dan pengambilan keputusan [Belkaoui, 1980]. Oleh karena itu tidak mengejutkan
apabila penelitian-penelitian dan artikel-artikel di bidang akuntansi manajemen telah
dikaitkan dengan bidang-bidang tersebut [Irvine, 1970; Schiff dan Lewin, 1970; Biogioni dan
Lvely, 1975; Hayes, 1977; Merchant, 1981; Dunk, 1989; Imoisili, 1989; Mia, 1989].
Pengenalan model kontingensi dari bidang teori organisasi telah memberikan
kontribusi pada pengembangan akuntansi menajemen terutama di dalam menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi organisasi.

Hayes [1977], mengutip model

Thomson [1967] dan Lawrence dan Lorsch [1969], mengemukakan tiga faktor sebagai
penentu prestasi organisasi: internal, interdependensi, dan lingkungan. Selanjutnya,
beberapa peneliti berusaha mencari penjelasan yang lebih baik terhadap hasil penelitian
sebelumnya yang menyangkut hubungan antara aspek anggaran dan prestasi [Milani, 1975;
Ivancevich, 1976; Kenis, 1979, Merchant, 1981] dengan menambahkan varibel moderat di
dalam model penelitian mereka [Dunk, 1989; Imoisili, 1989, Mia 1989; Kren 1992;
Indriantoro, 1993].
1. Variabel Kontekstual/Kontijens i
Menut Chenhal and Moris (1986) disain sistem akuntansi manajemen dipengaruhi
oleh

tiga

variabel

kontekstual:

desentralisasi,

ketidakpastian

lingkungan,

dan

8

interdepedensi organisasi. Desentralisasi merupakan tingkat otonomi yang diberikan oleh
manajer atas kepada para manajer yang lebih rendah.

Desentralisasi memberikan

tanggungjawab yang lebih besar terhadap aktivitas perencanaan dan pengendalian serta
akses informasi yang tidak tersedia di manajemen pusat kepada para manajer lebih rendah
(Waterhouse and Tiessen, 1978).

Pentingnya desentralisasi sebagai elemen variabel

kontekstual di dalam mendisain sistem akuntansi manajemen ditekankan oleh Lorsch
(1970) dan Watson (1975), yang mengacu kepada mekanisme pendukung yang konsisten
dengan tujuan pengaturan struktur formal.
Ketidakpastian lingkungan telah diidentifikasi sebagai variabel kontekstual penting
karena variabel tersebut menyebabkan aktivitas perencanaan dan pengendalian manajemen
lebih sulit (Burns and Staker, 1961; Lawrence and Lorsch, 1967; Weich, 1969; Duncan,
1972). Perencanaan menjadi komplek di dalam operasi yang penuh ketidakpastian karena
ketidakmampuan memprediksi peristiwa yang akan datang.

Aktivitas pengendalian

kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian. Sebagai contoh, sub-sub unit
organisasi yang menghadapi perubahan yang tidak bisa diprediksi bisa dipastikan bahwa
penggunaan anggaran statis tidak efektif sebagai alat pengendalian karena standar yang
telah ditentukan sebelumnya menjadi tidak valid lagi.
Interdependensi organisasi mengacu kepada pertukaran output yang terjadi diantara
segmen-segmen yang ada di suatu organisasi.

Thompson (1967) memisahkan

interdependensi organisasi menjadi tiga kategori: pooled, sequential, dan reciprocal.
Interdepdensi organisasi merupakan elemen variabel kontekstual yang penting di dalam
mendisain sistem akuntansi manajemen karena terdapat peningkatan problem koordinasi
terhadap unit-unit organisasi, relatif terhadap situasi interdependensi yang bersifat polled,
yaitu tidak ada hubungan antara unit organisasi yang satu dengan unit organisasi yang lain
(Bamler, 1971; Watson, 1975).

9

2. Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen
Chenhall dan Morris (1986) membagi karakteristik informasi akuntansi manajemen
ke dalam empat kategori: scope, timeliness, agregation, dan integration. Pemilihan
keempat dimensi informasi di atas di dasarkan hubungan teoritis antara desentralisasi,
ketidakpastian lingkungan, interdependensi organisasi, dan kegunanaan keempat informasi
tersebut. Ringkasan keempat karakteristik informasi tersebut disajikan di dalam tabel
berikut:
Tabel 4
Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen

KARAKTERISTIK INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN
SCOPE
TIMELINESS
AGGREGATION
INTEGRATION


Informasi ekstern



Frekuensi pelaporan





Informasi nonkeuAngan



Kecepatan pelaporan







Informasi yang berOrientasi yang akan
datang

Informasi yang
diagregasi berdasarkan periode
Informasi yang diagregasi berdasarkan
area fungsional
Informasi yang diturunkan dari model
keputusan seperti
analisa marginal,
DCF, dan model
persediaan





Informasi mengenai
target untuk aktivitas
organisasi dan
hubungannya dengan sub-unitnya
Pelaporan mengenai
interaksi antar sub-unit
organisasi

Secara teoritis hubungan antara karakteris informasi akuntansi manajemen dan
variabel kontekstual bisa disajikan di dalam tabel berikut:
Tabel 5
Hubungan teoritis Variabel Kontijensi dan Karakteristik Sistem Akuntansi
Manajemen

VARIABEL
KONTEKSTUAL


Desentralisasi



Ketidakpastian
lingkungan

KARAKTERISTIK KEGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI
MANAJEMEN
SCOPE
TIMELINESS
AGGREGAINTEGRATION
TION
X
TR
X
X
X

X

X

TR

X

TR

TR

X

 Interdependensi
TR=Tidak relevan

10

2.1 Broad Scope
Di dalam sistem informasi, broad scope mengacu kepada dimensi fokus,
kuantifikasi, dan horison waktu (Gorry and Scott Morton, 1971; Lacker, 1981; Gordon
and Narayanan, 1984). Sistem akuntansi manajemen tradisonal memberikan informasi
yang memfokus pada peristiwa-peristiwa dalam organisasi, yang dikuantifikasi
berdasarkan ukuran moneter, dan yang berhubungan dengan data historis. Scope sistem
akuntansi manajemen yang luas memberikan informasi yang berhubungan dengan
lingkungan eksternal yang mungkin bersifat ekonomi seperti Gross National Product, total
penjualan pasar, dan pangsa pasar suatu industri, atau mungkin juga bersifat nonekonomi
seperti faktor demografi, cita rasa kostomer, tindakan para pesaing, dan perkembangan
teknologi. Scope sistem akuntansi manajemen yang luas akan mencakup ukuran-ukuran
nonmoneter terhadap karakteristik-karakteristik lingkungan esktern (Gordon dan Miller,
1976). Disamping itu, scope sistem akuntansi manajemen yang luas akan memberikan
estimasi mengenai kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa dimasa yang akan datang,
di dalam ukuran probabilitas (Asobat, 1967).
Ada beberapa justifikasi mengenai hubungan ketiga variabel kontekstual yang
disebutkan di atas dengan persepsi para manajer terhadap scope informasi yang luas.
Pertama, di dalam sub-unit organisasi yang terdesentralisasi, informasi yang luas akan
bermanfaat dalam memberikan diversitas keputusan yang dihadapi oleh para manajer divisi
dan di dalam memberikan informasi lingkungan yang menyangkut divisi tersebut
(Horngren, 1982; Lander at.al., 1983).

Di salam suatu studinya, Simon et.al. (1954)

mengacu scope informasi sebagai informasi yang secara umum bersifat attention directing
dan problem solving untuk membantu para manajer divisi dalam hal penentuan harga jual,
keputusan pemasaran, pengendalian persediaan, dan negosiasi tenaga kerja.
Kedua, evaluasi prestasi di dalam sub-sub unit organisasi yang mempunyai tingkat
interdependensi yang tinggi kemungkinan dibantu dengan informasi yang mempunyai
scope yang luas dan juga informasi nonkeuangan. Hayes (1977) menyimpulkan bahwa
ukuran-ukuran terhadap unit-unit yang mempunyai tingkat interdependensi tinggi akan
sangat bermanfaat apabila ukuran-ukuran tersebut mencakup ukuran untuk menilai
reliabilitas, kerjasama, dan fleksibilitas para manajer divisi.

11

Ketiga, kesulitan-kesulitas yang disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan yang
dirasakan oleh para manajer baik yang menyangkut aktivitas perencanaan maupun
pengendalian bisa dikurangi dengan pemberian scope informasi yang luas. Walaupun
tidak bisa dikatakan bahwa pemberian informasi yang berorientasi kedepan dan yang yang
bersifat analitis memberikan peningkatan hasil keputusan, namun ada beberapa bukti
bahwa para manajer yang menghadapi ketidakpastian lingkungan tugas berpendapat bahwa
jenis informasi yang luas sebagai informasi yang bermanfaat. Gordon dan Narayanan
(1984) memberikan temuan tentang pentingnya informasi yang beroeriantasi ke depan
untuk para manajer yang menghadapi ketidakpastian. Disamping itu, scope informasi yang
luas akan membantu pengendalian di dalam situasi ketidakpastian dengan memfokuskan
sumber ketidakpastian. Selanjutnya, baik Hayes (1971) maupun Govindarajan (1984)
mengatakan bahwa ukuran evaluasi keuangan yang tradisional tidak efektif untuk evaluasi
aktivitas-aktivitas yang sensitif terhadap ketidakpastian lingkungan. Hayes menyimpulkan
bahwa di dalam departemen riset dan pengembangan, para manajer seharusnya dievaluasi
dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berkaitan dengan lingkungan seperti stabilitas,
diversitas, pangsa pasar, dan kemampuan perencanaan.
2.2. Timeliness
Kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat terhadap peristiwaperistiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timeliness sistem akuntansi manajemen.
Timeliness biasanya ditetapkan berdasarkan pemberian informasi yang dihimpun secara
otomatis. Informasi yang timeliness meningkatkan fasilitas sistem akuntansi manajemen
untuk melaporkan peristiwa-peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik
secara cepat terhadap keputusan yang telah dibuat.
Diantara ketiga variabel kontekstual yang dijelaskan sebelumnya, hanya
ketidakpastian lingkungan yang diharapkan mempengaruhi kegunaan informasi yang
timerliness. Di dalam situasi ketidakpastian, para manajer kemungkinan akan menyadari
bahwa mereka perlu merespon secara cepat perubahan-perubahan yang tidak bisa
diprediksi dan, sebagai konsekuensinya, mereka akan membutuhkan informasi timeliness.
Amey (1979) berpendapat bahwa sistem akuntansi manajemen seharusnya memberikan
informasi yang dinamik dan eksogen untuk memungkinkan para manajer merespon secara

12

efektif terhadap ketidakpastian lingkungan. Selanjutnya, menurut Amey, di dalam sistem
akuntansi manajemen, informasi yang bersifat timeliness sangat sering diabaikan.
2.3. Aggregation.
Sistem akuntansi manajemen memberikan informasi dalam berbagai bentuk
agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga
berbagai agregasi berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat-pusat
pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbagai
format yang konsisten dengan model-model keputusan formal seperti analisis cash flow
yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan linier programming untuk
penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba, dan model pengendalian persediaan.
Dalam perkembangan terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi
fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan
pemasaran, dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model-model keputusan
formal.
Kombinasi dua variabel kontekstual berikut: desentralisasi dan ketidakpastian akan
mempengaruhi

agregasi

informasi.

Agregasi-agregasi

yang

dipengaruhi

oleh

desentralisaisi adalah agregasi-agregasi yang berhubungan dengan ukuran prestasi. Para
manajer divisi kemungkinan akan lebih suka dievaluasi dengan ukuran-ukuran prestasi
yang diagregasi sedemikian rupa sehingga mencerminkan area pertanggungjawabannya
(Gordon, 1963; Pick, 1971; Mcnally, 1980; Horngren, 1982). Peningkatan konflik telah
terjadi sebagai konsekuensi dari penggunaan ukuran evaluasi yang tidak mencerminkan
otonomi, dan integrasi diantara sub-sub unit organisasi (Anshari, 1971; Shilinglaw, 1972).
Beberapa model keputusan telah didisain untuk membantu manajemen yang
menghadapi

ketidakpastian.

Beberapa buku teks akuntansi manajemen memberikan

berbagai contoh mengenai model keputusan untuk membantu perencanaan dan contoh
mengenai model keputusan teknik statistik untuk menganalisis ketidakpastian (misalnya,
Horngren, 1982).

Amigiomi (1978) menyatakan bahwa model simulasi keuangan

seharusnya diberikan oleh sistem akuntansi manajemen di dalam situasi ketidakpastian
yang tinggi.

13

Pfeffer dan Leblebice (1973) menyimpulkan bahwa tingkat persaingan

lingkungan yang tinggi meningktakan permintaan para manajer terhadap prosedur
pengambilan keputusan formal.
2.4. Integration.
Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah koordinasi berbagai
segmen dalam sub-unit organisasi.

Karakteristik sistem akuntansi manajemen yang

membantu koordiansi mencakup spesifikasi target yang menunjukkan pengaruh interaksi
segmen dan informasi mengenai pengaruh keputusan pada operasi seluruh sub-unit
organisasi.
Kegunaan informasi yang terintegrasi akan dipenagruhi oleh dua variabel
kontekstual: desentralisasi dan interdependensi. Pada saat sub-unit organisasi menjadi
terdesentralisasi, kemungkinan bahwa diversifikasi aktivitas akan meningkat. Apabila ini
yang terjadi, maka informasi yang terintegrasi akan sangat membantu dalam
mengkoordinasikan diversifikasi keputusan operasi yang semakin meningkat.
Interdependensi organisasi cenderung mempengaruhi aktivitas perencanaan dan
pengendalian yang mempunyai tingkat interdependensi yang tinggi, yang bisa menyulitkan
tugas koordinasi. Oleh kartena itu, di dalam situasi interdependensi yang tinggi, para
manajer akan membutuhkan sistem akuntansi manajemen yang bisa memberikan informasi
yang bersifat integrasi, seperti pengaruh keputusan seluruh sub-sub unit organisasi.
Sebaliknya, di dalam situasi pooled interdependensi, karakteristik informasi yang
terintergrasi tidak begitu relevan (Baumler, 1971; Galbraith, 1973).
3. Variabel Kontekstual dan Disain Sistem Akuntansi Manajemen
Dari sudut pandang pemakai informasi, Konsep kontingensi sangat penting di dalam
mendisain sistem akuntansi manajemen karena sistem tersebut akan disesuaikan dengan
kebutuhan pemakai.

Pandangan yang demikian telah dibuktikan oleh beberapa peneliti

[Sathe, 1975; Gordon dan Miller, 1976; Anshari, 1977, 1979; Amigioni, 1978; Gordon, et al.,
1978; Waterhouse dan Tiessen, 1978; Banbury dan Nahapiet, 1979]. Gordon dan Narayanan
[1984] telah menguji pengaruh, baik secara individu maupun secara simultan, varibel
kontingensi: perceived environment dan struktur organisasi terhadap sistem akuntansi
manajemen. Chenhall dan Morris [1986] juga telah memberikan bukti tambahan terhadap

14

pengaruh variable kontekstual atau kontinjensi terhadap sistem akuntansi dengan
memasukkan satu tambahan vatiabel kontingensi: job interdependensi.
Dengan

menggunakan

variabel:

ketidakpastian

lingkungan,

interdependensi

organisasi, dan struktur organisasi dan variabel sistem aluntansi manajemen yang terdiri dari:
broad scope, tineliness, aggregation, dan integration, Chenhall dan Morris menyimpulkan
bahwa perceived environment uncertainty berkorelasi positif secara signifikan dengan
karakteristik sistem akuntansi manajemen: broad scope dan timeliness; organizational
interdependency dengan karakteristik sistem akuntansi manajemen: broad scope,
aggregation, dan integration; dan struktur organisasi dengan
akuntansi manajemen: aggregation dan integration.

karakateristik sistem

Disamping itu mereka juga

menyimpulkan adanya dua efek interaksi: (1) antara ketidakpastian lingkungan dan struktur
organisasi dengan karakteristik sistem akuntasi manajemen: broad scope dan aggregation
dan (2) antara organization interdependency dan struktur organisasi dengan karakteristik
sistem skuntansi manajemen: broad scope dan integration.
D. Sistem Akuntansi manajemen dan Kinerja Manajer
Sampai di sini, variabel kontekstual atau kontingensi hanya dihubungkan dengan
disain sistem akuntansi manajemen.

Sangat sedikit para penulis yang mencoba

menghubungkan sistem akuntansi manajemen dengan kinerja manajer. Di dalam suatu studi,
Woodward [1965] hanya mengkaji hubungan langsung antara variabel kontingensi: perceived
environment uncertainty dan struktur organisasi dengan kinerja manajer. Menurut dia, ada
hubungan yang kuat antara variabel kontingensi tersebut dengan kinerja manajer. Dengan
mendasarkan hasil penelitian Chenhall dan Morris [1986], Gul [1992] mencoba
menghubungkan variabel sistem akuntasi manajemen dengan prestasi manajer dengan
menggunakan variable kontingensi: perceived environment uncertainty sebagai variabel
moderat. Hasilnya adalah di dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, terdapat
hubungan positif antara sistem akuntansi manajemen dan prestasi; hubungan yang negatif
akan terjadi dalam kondisi ketidakpastian yang rendah.
Mengapa sistem akuntansi manajemen dihubungkan dengan kinerja manajer?
Sebagaimana telah dibicarakan di atas, bahwa perusahaan mendisain sistem akuntansi
manajemen tidak lain adalah untuk membantu organisasi yang bersangkutan melalui para

15

manajernya di dalam menjalankan fungsi manajer, yaitu dalam hal perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Dalam setiap fungsi manajemen tersebut
manajer selalu melakukan aktivitas pengambilan keputusan. Dalam rangka itu para manajer
membutuhkan dukungan informasi. Seberapa jauh dukungan informasi diperlukan oleh para
manajer akan sangat tergantung pada variabel lingkungan tugas yang dihadapinya,
karakteristik hubungan antara sub-unit organisasi, dan seberapa luas tingkat desentralisasi
yang diberlakukan di suatu organisasi.
Secara umum bisa dikatakan, berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
bahwa kemungkinan disain sistem akuntansi manajemen akan jatuh pada dua level ekstrem:
sangat canggih dan tradisional. Dalam hal ini kecanggihan sistem akuntansi manajemen
terdiri dari empat elemen: broad scope, timeliness, agregation, dan integration. Karakteristikkarakteristik kecanggihan sistem akuntansi manajemen mana yang dominan akan muncul
akan sangat tergantung pada variabel-variabel yang disebutkan di paragraf sebelumnya. Bagi
perusahaan yang para manajernya menghadapi lingkungan tugas yang ketidakpastiannya
tinggi, kebutuhan informasi mengenai broad scope dan timeliness akan sangat tinggi. Contoh
yang lain adalah bagi perusahaan yang sudah menerapkan desentralisasi yang tinggi,
kebutuhan informasi yang berkarakteristik agregation dan integration akan sangat tinggi.
Dengan menyajikan informasi tersebut, para manajer bisa membuat keputusan yang efektif
sehingga dampak kinerja

yang ditimbulkan dari pembuatan tersebut akan meningkat.

Sebaliknya apabila situasi-situasi yang digambarkan terakhir tidak terjadi, pemberian
informasi yang mempunyai tingkat kecanggihan demikian tidak akan relevan dan bahkan
akan mengurangi efektivitas keputusan yang dibuat, yang pada akhirnya bisa menurunkan
kinerja organisasi dan juga para manajer.

E. Penutup
Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi manajemen yang
berlevel canggih akan bisa meningkatkan kinerja manajer pada organisasi, dimana sistem
akuntansi manajemen digunakan, yang

menghadapi situasi ketidakpastian yang tinggi,

disertai dengan tingkat desentralisasi dan interdependensi yang tinggi pula. Sintesa yang

16

demikian bisa digambarkan pada pola pemikiran berikut:

Kontekstual variabel:
Ketidakpastian
Lingkungan
Struktur organisasi
3. Interdependensi

Disain Sistem Akuntansi
Manajemen:
Scope
Timeliness
Agregation
Integration

KINERJA MANAJER

Secara lebih rinci sintesa tulisan ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Pada saat terdapat kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, penyajian informasi
akuntansi manajemen yang bersifat broad scope dan timeliness akan meningkatkan
kinerja manajer.
2. Pada saat organisasi mengalami tingkat interdependensi yang tinggi,
penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope,
dan integration akan bisa meningkatkan kinerja manajer.
3. Pada saat organisasi mengatlami tingkat desentralisasi yang tinggi,
penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope, agregation
dan integration akan bisa meningkatkan kinerja
4. Pada saat terjadi situasi ketidakpastian lingklungan dan tingkat desentralisasi yang tinggi,
penyajian informasi akuntansi yang bersifat broad scope dan agregation akan
meingktatkan kinerja
5. Pada saat terjadi tingkat interdependensi dan desentralisasi yang tinggi,
penyajian informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope dan
intergration akan bisa meningkatkan kinerja manajer.

17

Referensi
Belkaoui, Ahmed. 1980. Conceptual Foundation of Management Accounting.
MenloPark: Addison-Wesley Publishing Company.
Biogioni, Louis F. dan Lavely, Josep A. 1975. "The Impact of Accounting on
Managerial Performance" dalam William E.Thomas (ed.) Readings in
Cost Accounting Budgeting and Control. Cincinnati: South-Western
Publishing Co. 1978.
Burns, Tom and Stalker, G. M. 1961. Mechanistic and Organic Sructure. In
Azumi, Koya and Hage, Jerald. Organization System. Lexington: D. C. Heath and
Company. 1972 .
Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure,
Environment, and Interdependency on the Perceived Usefulness of
Management Accounting System". The Accounting Review (January)
Dunk, A. S. 1989. "Budget Emphasis, Budgetary Participation and Managerial
Performance." Accounting, Organization, and Society (Volume 14
number 4)
Gordon, L. A. dan Miller, D. 1976. "A Contingency Framework for Design of
Accounting Information System". dalam Chenhall, Robert H. dan Morris,
Deigan. 1986. "The Impact of Structure, Environment, and
Interdependency on the Perceived Usefulness of Management Accounting
System". The Accounting Review (January).
------- dan Narayanan, V.K. 1984. "Management Accounting System, Perceived
Environment Uncertainty and Organizational Structure: An Empirical Investigation".
dalam Chenhall, Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure,
Environment, and Interdependency on the Perceived Usefulness of Management
Accounting System". The Accounting Review (January).
Gul, Ferdinand A. 1992. "The effect of Management Accounting System and
Environment Uncertainty on Samll Business Managers' Performance".
Accounting and Business Research (Winter)
Hayes, David C. 1977. "The Contingency Theory of Managerial Accounting" The
Accounting Review (January).

Irvine, V. Bruce. 1970. "Budgeting: Functional Analysis and Behavioral
Implications" dalam Alfred Rappaport (ed.) Information for Decison
Making. Englewood Cliffts, New Jersey: Prestice Hall, Inc. 1982.

18

Imoisili, O. A. 1989. The role of Budget Data in the Evaluation of Managerial
Performance". Accounting, Organization, and Society (Volume 14
number 4)
Ivancevich, John. 1976. "The Effect of Goal Setting on Performance and job
Satisfaction". Journal of Applied Psychology (October)
Indiantoro, Nur. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Culcural Dimension as Moderating Variabels. Publication No. 18
(disertasi). Jakarta: Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi.
Kenis, Izzettin. 1979. "The Effect of Budgetary Goal Characteristics on
Managerial Attitudes and Performance". The Accounting Review (October).
Kren, Leslie. 1992. "Budgetary Participation and Managerial Performance: The
Impact of Information and Environment Volatility". The Accounting
Review (July).
Lawrence, Paul R. dan Lorsch, Jay W. 1969. dalam Hayes, David C. 1977. "The
Contingency Theory of Managerial Accounting" The Accounting Review (January).
------------------------------------------------ 1969. Differentiation and Integration in
Complex Organization. In Azumi, Koya and Hage, Jerald. Organization
System. Lexington: D. C. Heath and Company. 1972 .
Merchant, Kenneth A. 1981. "The Design of the Corporate Budgeting System:
Influence on Managerial Behavior and Performance. The Accounting Review
(October)
Mia, L. 1989. The Impact of Participation in Budgeting and Job Difficulty on
Managerial Performance and Work Motivation: A Research Note" Accounting,
Organization, and Society (Volume 14 number 4)
Milani, K. W. 1975. "The Relationship of Participation in Budget-Setting to
Industrial Supervisor Performance and Attitudes: A Field Study. The
Accounting Review (April).
Schiff, Michael dan Lewin, Arie Y. 1970. "The Impact of People on Budgets"
dalam William E. Thomas (ed.) Readings in Cost Accounting
Budgeting and Control. Cincinnati: South-Western Publishing Co. 1978.
Sathe, V. 1975. "Contingency of Organization Structure in J.L Livingstone (ed.),
Managerial Accounting: The Behavioral Foundation dalam Chenhall,
Robert H. dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure,
Environment, and Interdependency on the Perceived Usefulness of

19

Management Accounting System". The Accounting Review (January)
Thompson, James D. 1967. Organization in Action dalam Hayes, David 1977.
"The Contingency Theory of Managerial Accounting" The Accounting
Review (January).
Waterhouse, J.H. dan Tiessen, P. 11978. "A Contingency Framwork for
Management Accounting System Research". dalam Chenhall, Robert H.
dan Morris, Deigan. 1986. "The Impact of Structure, Environment, and
Interdependency on the Perceived Usefulness of Management Accounting
System". The Accounting Review (January).
Woodward, Joan. 1965a. Industrial Organization: Theory and Practice. dalam
Donnelly, James H., Gibson, James L., dan Ivancevich, John M.
Fundamental of Management. Plano, Texas: Business Publication, Inc.
---------------------.1965b. Technologi, Span of Control and Succes. In
Azumi, Koya and Jerald Hage. Organization System. Lexington: D. C.
Heath and Company. 1972 .

20