PENDEKATAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIK

PENDEKATAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN ILMU
PERPUSTAKAAN PASCA DITERBITKANNYA UU NO. 43 TENTANG
PERPUSTAKAAN TAHUN 2007
Agus Rusmana
Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan
agsrsmana@yahoo.co.id
rusmana.fikom@gmail.com

Abstrak
Diterbitkannya UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
melahirkan berbagai konsekuensi dalam perkembangan perpustakaan di
Indonesia, salah satunya adalah tanggung jawab pustakawan (pasal 2, 3 dan
4). UU juga menuntut tugas pustakawan lebih tinggi dari sebelumnya (pasal
32). Tanggung jawab dan tugas pustakawan ini hanya dapat dipenuhi oleh
kompetensi pustakawan yang memadai dan mampu mengikuti kemajuan.
Kompetensi ini dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang
mengacu pada keilmuan perpustakaan dan informasi serta Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang tertuang dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Abstract
Promulgation of Law No. 43 Year 2007 About Library creates the
consequences of the development of libraries in Indonesia, one of which is the

responsibility of librarians (chapters 2, 3 and 4). Law also requires a higher duty
than before (Article 32). Responsibilities and duties librarians can only be met by
adequate librarian competence and able to follow the progress. This competence
is generated through the provision of education which refers to the library and
information science as well as the Indonesian National Standard (SNI) as
stipulated in the competency-based curriculum.
Pendahuluan
Dalam Pasal 2 UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dinyatakan bahwa:
Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat,
demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan.
Sedangkan dalam Pasal 3 dikatakan bahwa: Perpustakaan berfungsi sebagai wahana
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan
kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Sementara itu pada pasal 4 dinyatakan bahwa:
“Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan
1

kegemaran

membaca,


serta

memperluas

wawasan

dan

pengetahuan

untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Pernyataan pada pasal 2 menunjukkan bahwa pustakawan memiliki tanggung
jawab yang sangat besar dalam menjamin keberlangsungan proses pembelajaran
sepanjang hayat melalui berbagai kegiatan dan penyediaan koleksi yang lengkap dan
berkembang. Kemudian juga pustakawan bertanggung jawab menjamin bahwa
manajemen perpustakaan (mulai dari akuisisi, proses dan diseminasi - layanan - koleksi
pustaka) dilaksanakan atas azas demokrasi, keadilan, dan prinsip profesionalisme.
Pustakawan harus mampu membuat target perkembangan dan kemajuan perpustakaan

secara terukur. Dalam melaksanakan semua tanggung jawabnya, seorang pustakawan
harus membina kerjasama dengan berbagai pihak (perorangan, organisasi dan lembaga)
dengan prinsip kemitraan (saling menguntungkan secara wajar).
Pasal 3 menuntut tanggung jawab pustakawan untuk membuat perpustakaan
sebagai tempat masyarakat belajar tentang banyak hal, menjadi sumber data pendukung
penelitian. Pustakawan juga dituntut untuk melestarikan pengetahuan yang sangat
bermanfaat melalui berbagai usaha agar pengetahuan tersebut tidak hilang dan dapat
terus diwariskan pada generasi berikutnya. Tanggung jawab lain pustakawan adalah
menjamin tersedianya koleksi bacaan terpilih dan terselenggaranya kegiatan yang
bersifat rekreatif yang mampu mendorong kecerdasan dan kemampuan pemustaka
untuk mandiri.
Dari pasal 4 yang menyatakan bahwa Perpustakaan bertujuan memberikan
layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, terlihat bahwa yang
juga menjadi tanggung jawab pustakawan adalah mencerdaskan warga negara Indonesia
melalui pemberian layanan informasi dan pengetahuan. Pustakawan juga bertanggung
jawab meningkatkan kegemaran membaca melalui berbagai bentuk metode dan
kegiatan serta usaha yang intensif untuk mendorong masyarakat selalu menggunakan
sumber bacaan sebagai landasan tindakan dan perilaku, terutama dalam meningkatkan
keluasan wawasan, keahlian dan pengetahuan sebagai bekal menuju kesejahteraan

hidup.
Tugas Pustakawan Sesuai Tuntutan UU No. 43 Tahun 2007
2

Di samping tanggung jawab pustakawan yang tercermin dalam beberapa pasal di
atas, pustakawan juga memiliki tugas yang walaupun tidak langsung tersurat, namun
jelas tersirat dalam beberapa pasal UU No. 43 Tahun 2007, terutama dalam Pasal 32
yang menyebutkan bahwa Tenaga perpustakaan berkewajiban: a) memberikan layanan
prima terhadap pemustaka; b) menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan
c) memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Dari tiga kewajiban ini dapat didefinisikan bahwa tugas utama dalam
menjalankan kerja dan profesi seorang pustakawan adalah menciptakan kepuasan
kepada pemustakanya, yaitu dengan tindakan:
1. Memberikan layanan terbaik dan memuaskan untuk kepentingan pemustaka.
Layanan prima ini diberikan sejak kedatangan pemustaka yaitu dengan pembuatan
petunjuk dan rambu yang jelas, layanan saat pemustaka menelusur koleksi sampai
pemustaka meninggalkan perpustakaan sehingga tercipta kesan yang baik dan
menyenangkan dan membuatnya berminat kembali lagi ke perpustakaan.
2. Menciptakan suasana yang mampu mendorong dan merangsang pemustaka untuk

menggali dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di perpustakaan sehingga
dapat membantu dirinya menambah pengetahuan, mencari sumber pemecahan
masalah dan mengambil keputusan.
3. Menunjukkan kepada pemustakanya bahwa pustakawan adalah orang paling depan
dalam mencari informasi dan pengetahuan terbaru. Dengan demikian ia akan
menjadi teladan para pemustakanya untuk menjadi manusia yang selalu haus akan
informasi dan pengetahuan. Pustakawan juga berkewajiban menjaga etika dan
kesopanan dalam berperilaku karena ia adalah orang yang menjadi cerminan
lembaga perpustakaan sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Tidak boleh
seorang pustakawan berperilaku yang merendahkan pandangan pemustaka pada
perpustakaan dengan memberikan layanan yang buruk dan mengecewakan.
Kompetensi Pustakawan Berdasarkan Tugas dan Tanggung jawab
Dengan memperhatikan tugas dan tanggung jawab pustakawan sebagai ujung
tombak lembaga perpustakaan, maka dapat ditentukan kompetensi yang harus dimiliki
seorang pustakawan yang mampu mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
3

jawabnya sehingga dapat menciptakan kualitas layanan perpustakaan yang ideal.
Berikut adalah kompetensi pustakawan:
a. Kompetensi Untuk Melaksanakan Tanggung Jawab

Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab yang tertuang pada pasal 2, 3 dan 4
UU No. 43 Tahun 2007, maka seorang pustakawan harus memiliki kompetensi:
1. Membuat dan melaksanakan kegiatan yang menarik agar masyarakat secara terus
menerus belajar dari koleksi dan layanan informasi yang diberikan oleh
perpustakaan, memilih dan menyediakan secara lengkap koleksi yang selalu
dikembangkan mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat.
2. Menjalankan proses manajemen perpustakaan dengan keahlian teknis untuk akuisi
seperti penelusuran sumber informasi, kajian pemustaka (user studies), pemilihan
dan pengadaan koleksi; mengolah koleksi, mulai dari klasifikasi, katalog, pelabelan,
entri data dalam sistem komputer, sampai pada penyusunan koleksi di rak untuk
disajikan bagi pemustaka; memberikan layanan prima.
3. Menyusun program berbasis keberhasilan yang terukur dengan menggunakan
standar nasional.
4. Melakukan dan membina kerjasama dengan berbagai lembaga dan perorangan dan
membuat program untuk mengisi kerjasama yang sudah dijalin dengan prinsip
kemitraan.
5. Membuat dan melaksanakan program pelestarian dalam berbagai bentuk seperti alih
bentuk media, penanganan koleksi penting asli yang rapuh, dan program
mengatisipasi bencana (disaster preparedness).
6. Memilih dan menyediakan koleksi yang bersifat rekreatif berlandaskan prinsip etika

dan kesopansantunan, serta membuat kegiatan rekreatif yang menarik pemustaka
untuk berminat menggunakan layanan perpustakaan.
7. Memilihkan koleksi yang tepat untuk pemustaka yang ingin menambah pengetahuan
dan keahlian, menyajikankan koleksi yang lengkap dan mutakhir bagi pemustaka
yang sedang melaksanakan penelitian.
8. Secara kreatif membuat program yang menarik pemustaka untuk banyak membaca
dan mengunjungi perpustakaan. Membuat program kegiatan untuk menyadarkan
pemustaka tentang peran dan fungsi membaca sebagai landasan kegiatan yang
menyejahterakan kehidupan pribadi pemustaka dan lingkungannya.
4

b. Kompetensi Untuk Melaksanakan Tugas
Untuk dapat menjalankan tugas seperti yang tersirat dan tersurat pada Pasal 32
UU No. 43 Tahun 2007, maka seorang pustakawan harus memiliki kompetensi berikut:
1. Membuat program layanan yang berkualitas tinggi (prima) dalam bentuk pendidikan
pemustaka (user education) melalui program pendidikan khusus tentang
pemanfaatan layanan, program bantuan penelusuran (information searching) untuk
pemustaka, layanan referensi, dan penataan ruang sirkulasi, ruang koleksi dan ruang
baca yang menyamankan pemustaka.
2. Membuat suasana yang menarik pemustaka untuk memanfaatkan semaksimal

mungkin layanan yang disediakan melalui berbagai kampanye dan promosi tentang
manfaat layanan bagi peningkatan kecerdasan dan pengetahuan pemustaka, serta
dengan menyelenggarakan kegiatan diskusi interaktif antara pemustaka dan dengan
pustakawan.
3. Menunjukkan sikap dan perilaku positif pada fungsi dan peran informasi dan
pengetahuan dalam menjalankan tugas dan profesi sebagai pustakawan yang
nantinya akan diikuti oleh para pemustaka yang mendapatkan bukti positif tentang
manfaat informasi dan pengetahuan dalam berbagai segi kehidupan.
4. Menunjukkan sikap profesional dengan selalu mematuhi etika perilaku yang berlaku
di lembaga di m,ana perpustakaannya berada dan selalu menjaga agar keberadaan
lembaga, khususnya perpustakaan, selalu mendapat pandangan dan penilaian positif
dari pemustaka dan masyarakat umum.
c. Kompetensi Atas Tuntutan Kemajuan
Di samping kompetensi untuk melaksanaan tugas dan tanggung jawab, seorang
pustakawan harus juga memiliki beberapa kompetensi seperti yang dituntut oleh
beberapa pasal dalam UU No. 43 Tahun 2007 sebagai berikut :
a. Pasal 12 ayat (1) Koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan
dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan
b. Pasal 14 ayat (3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan

sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta ayat (7)
5

Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilaksanakan melalui jejaring telematika.
Kedua pasal ini menuntut pustakawan untuk memiliki kompetensi dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi (ICT - Information and Communication
Technology) dalam menjalankan perannya sebagai pustakawan yang profesional. Untuk
itu maka pustakawan harus memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi
komputer dalam berbagai program dalam manajemen perpustakaan, mulai dari entry
data sampai pemeliharaan basis data koleksi; mulai dari menggunakan jaringan Internet
sampai membuat situs jaringan; dari penelusuran informasi dalam sistem jaringan
sampai membaut jaringan kemitraan dengan berbagai perpustakaan, dalam dan luar
negeri. Pustakawan tidak dituntut untuk menjadi seorang programer sistem komputer
tetapi lebih pada kemampuan memilih program yang paling tepat untuk kondisi dan
kemampuan perpustakaannya.
Pendidikan Sebagai Pembentuk Kompetensi
Sesuai ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (8) yaitu Pustakawan
adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pasal dan ayat ini
mengartikan bahwa untuk menjadi pustakawan dengan kompetensi seperti di sebut di
pembahasan awal, seseorang harus menjalani program pendidikan secara khusus, baik
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pada jenjang diploma, sarjana dan
pascasarjana, atau program pelatihan yang sangat intensif.
Pendidikan

untuk

melahirkan

kompetensi

seorang

pustakawan

yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan (Program Studi Ilmu Perpustakaan dan

Informasi) terbagi atas tiga jenjang pendidikan sesuai dengan jenjang kompetensi dan
jenjang pekerjaan serta tanggung jawab yang dituntut. Pada jenjang tenaga terampil
(clerical) yang membutuhkan kompetensi keterampilan (skills) maka pendidikan yang
dibutuhkan adalah jenjang Diploma 3 (bergelar Ahli Madya - A.Md) dan Sarjana
Terapan (Sarjana Ahli Terapan setara D4), sedangkan untuk jenjang tenaga ahli
(managerial) maka pendidikan yang dibutuhkan adalah jenjang Sarjana (Strata S1), dan
6

untuk jenjang jabatan pengambil keputusan (top manager) harus ditangani oleh orang
dengan pendidikan jenjang Pascasarjana (Strata S2 dan/ S3). Tuntutan pada jenjang
pendidikan ini juga didukung oleh standarisasi yang dibuat oleh Badan Standardisasi
Nasional (BSN) No 82/KEP/BSN/9/2009 Tentang Penetapan 4 (empat) Standard
Nasional Indonesia (SNI) Tanggal 7 September 2009, yaitu untuk:
1. (SNI 7329:2009) untuk Perpustakaan Sekolah,
2. (SNI 7330:2009) untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi,
3. (SNI 7495:2009) untuk Perpustakaan Umum Kabupaten/ Kota,
4. (SNI 7496:2009) untuk Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah
Pada ke empat standar tersebut ditegaskan bahwa tenaga perpustakaan (pustakawan dan
tenaga tehnis) harus mendapatkan pendidikan di bidang kepustakawanan (jenjang
pelatihan sampai jenjang sarjana). Secara khusus disebutkan pada poin 2.11 (SNI 7496)
Pedoman Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, bahwa pustakawan di perpustakaan
khusus berpendidikan minimal Diploma II bidang Perpustakaan dan Informasi atau
yang disetarakan dengan pendidikan kepustakawanan yang diselenggarakan oleh
lembaga terakreditasi (dalam hal ini adalah Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi),
sedangkan untuk jabatan Kepala Perpustakaan sekurang-kurangnya berijazah strata 1
(S1) di bidang Ilmu Perpustakaan atau bidang lain ditambah dengan diklat penyetaraan
bidang perpustakaan. Sementara itu pada poin 9.1 (SNI 7496) disebutkan bahwa Kepala
Perpustakaan berijasah strata 1 (S1) atau S1 bidang lain dengan diklat penyetaraan
bidang perpustakaan setara 628 jam.
Dari UU dan BSN tentang pustakawan dapat ditegaskan bahwa bagi sorang
pustakawan, pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi adalah hal yang
mutlak dan tidak dapat ditawar lagi. Demikian pula bahwa sebuah perpustakaan tidak
dapat lagi dikelola oleh orang yang tidak berkompeten sesuai tuntutan. Ketegasan ini
adalah karena kompetensi seorang pustakawan sangatlah dituntut dan tidak dapat
diperoleh melalui kursus singkat atau sekedar pengalaman.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Penyelenggara program pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam
menjalankan kegiatan pendidikannya selalu didasari oleh kurikulum yang sudah
7

dirancang sesuai dengan tujuan pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi. Tujuan
pendidikan yang menghasilkan kompetensi ini sudah disusun jauh sebelum terbitnya
UU No. 47 dan SNI 2009, sehingga ketika terbit kedua keputusan ini, tidak ada
perubahan/ penyesuaian kurikulum yang harus dilakukan karena semua kompetensi
yang harus dimiliki oleh pustakawan sudah sesuai dengan kurikulum yang disusun dan
diterapkan dalam program pendidikan semua jenjang, mulai dari D3, D4, sarjana sampai
pascasarjana.
Kompetensi yang dijadikan landasan penyusunan kurikulum ilmu perpustakaan
dan informasi terkelompok pada tiga kompetensi utama:
1. Kompetensi Keterampilan (skill): katalogisasi, klasifikasi, data entry dan otomasi,
labelling dan shelving (penataan koleksi perpustakaan), penanganan arsip dan
dokumentasi pembuatan perangkat layanan, pembuatan media promosi, tehnik
pelestarian sederhana.
2. Kompetensi Manajerial: Analisis pemustaka, kajian pemustaka, pembuatan
program akuisisi, pembuatan program pengolahan koleksi terkomputerisasi,
pemilihan sistem klasifikasi, program penataan arsip dan dokumentasi, perancangan
sistem layanan, perancangan kegiatan pemasaran dan promosi, manajemen
pelestarian bahan pustaka.
3. Kompetensi Keilmuan: Teori informasi dan kepustakawanan, etika dan
profesionalisme penanganan informasi dan perpustakaan, pengembangan sistem
kearsipan dan dokumentasi, peran perpustakaan, arsip dan dokumentasi bagi
kehidupan masyarakat,

manajemen dan perencanaan kebencaaan (disaster

preparedness).
Di samping ke tiga kompetensi utama, semua lulusan pada setiap jenjang
program akan memiliki sikap dan prilaku yang profesional, insiatif dan kreatif serta
bertanggung dalam menangani berbagai hal. Lulusan program studi ilmu perpustakaan
juga memiliki pemikiran yang terbuka dan selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Yang paling utama adalah bahwa seluruh kompetensi yang
dimiliki akan diutamakan untuk menciptakan kondisi yang menumbuhkan minat belajar
pada masyarakat.

8

Kesimpulan
1. Fungsi perpustakaan sebagai sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa
hanya dapat dijalankan oleh pustakawan yang kompeten, berdedikasi dan
bertanggung jawab pada kualitas lembaga, kualitas layanan dan kualitas masyarakat.
2. Kompetensi seorang pustakawan hanya dapat dijamin melalui keikutsertaan pada
program pendidikan formal dan atau pelatihan penyetaraan yang memadai dan
dilakukan oleh lembaga yang terakreditasi.
3. Kurikulum yang disusun oleh pengelola program pendidikan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi seluruh jenjang (D3, S1, S2) sudah dapat menjamin dimilikinya
kompetensi bagi seorang pustakawan sesuai tuntutan UU No.43 Thun 2007 dan
Standar Nasional Indonesia yang dibuat oleh Badan Standarisasi Nasional Tahun
2009.

Daftar Pustaka
Buckland, Michael, 1998. The Landscape Of Information Science: The American
Society For Information Science At 62, Journal of the American Society of
Information Science, published for the American Society for Information Science
http://www.interscience.wiley.com/.
------------------------, 2000, The Academic Heritage of Library and Information Science:
Resources and Opportunities. The Norwegian Journal of Library Research, San
Antonio, Texas, Association for Library and Information Science Education 85th
Anniversary Celebration,
Fenner,Audrey, The Future in Context: How Librarians Can Think Like Futurists,
Library Philosophy and Practice Vol. 7, No. 1 (Fall 2004), , Greensboro, NC
Farkas, Meredith, 2006, Skills for the 21st Century Librarian, Information Wants to be
Free, http://meredith.wolfwater.com/wordpress/
Badan Standardisasi Nasional, 2009, Penetapan 4 (empat) Standar Nasional Indonesia,
Jakarta, BSN

9

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2009/ 2010, 2009, Bandung,
Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad
Undang-Undang

No.

43

Tahun

2007

Tentang

Perpustakaan,

Legalitas.org

(www.legalitas.org)

10