ANALISIS PENGARUH ASAS KERAHASIAAN DALAM

ANALISIS PENGARUH ASAS KERAHASIAAN DALAM TAX AMNESTY
TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
MUHAMMAD THAUFIK HIDAYAT 8111416276
muhammadthaufik401@yahoo.com
HUKUM PAJAK ROMBEL 6
Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Bagi banyak negara, pengampunan pajak (tax amnesty) seringkali dijadikan alat untuk
menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak secara cepat dalam jangka waktu yang
relatif singkat. Program tax amnesty ini dilaksanakan karena semakin parahnya upaya
penghindaran pembayaran pajak oleh wajib pajak. Kebijakan ini dapat memperoleh manfaat
perolehan dana yaitu bisa menambah pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Dalam penerapan pajak di setiap negara termasuk Indonesia, ada salah satu asas perpajakan
yang menjadi penting dalam pelaksanaannya yaitu asas kerahasiaan pajak. Asas ini
dimaksudkan bahwa untuk menjaga kerahasiaan setiap pajak yang terutang oleh wajib pajak
dan tidak diperkenankan untuk menyebarluaskan informasi tentang suatu pajak seseorang
kepada orang lain. Namun hal ini tidak berlaku bagi wajib pajak yang tidak beritikad baik dan
tidak jujur dalam melaporkan kondisi pajak yang sesungguhnya. Hal ini untuk
keberlangsungan proses penegakan hukum di Indonesia khususnya hukum perpajakan.
Kata Kunci: tax amnesty, asas kerahasiaan, penegakan hukum.

ABSTRACT
For many countries, tax forgiveness is often used as a tool to quickly collect tax revenues in a
relatively short period of time. The program is not implemented amnesty because the more
severe attempts to avoid tax payments by taxpayers. This policy can benefit from the
acquisition of funds that can add revenue and state expenditure budget. In the application of
taxes in every country including Indonesia, there is one of the principles of taxation that
becomes important in the implementation of the principle of secrecy tax. This principle is
intended that to maintain the confidentiality of any tax payable by the taxpayer and not
allowed to disseminate information about a tax a person to others. But this does not apply to
dishonest taxpayers in reporting actual tax conditions. This is for the sustainability of law
enforcement process in Indonesia especially tax law.
Key words: tax amnesty, principle of secrecy, law enforcement.
1

I.

PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung
mengalami perlambatan yang berdampak pada turunnya penerimaan pajak dan juga
telah mengurangi ketersediaan likuiditas dalam negeri yang sangat diperlukan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, banyak harta warga negara
Indonesia yang ditempatkan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik
dalam bentuk likuid maupun nonlikuid, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
menambah likuiditas dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional.1
Permasalahannya adalah bahwa sebagian dari harta yang berada di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut belum dilaporkan oleh pemilik Harta
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilannya sehingga terdapat
konsekuensi perpajakan yang mungkin timbul apabila dilakukan pembandingan dengan
harta yang telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
yang bersangkutan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan para
pemilik harta tersebut merasa ragu untuk membawa kembali atau mengalihkan harta
mereka dan untuk menginvestasikannya dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Selain
itu, keberhasilan pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal
dari masyarakat, yaitu penerimaan pembayaran pajak. Agar peran serta ini dapat
terdistribusikan dengan merata tanpa ada pembeda, perlu diciptakan sistem perpajakan
yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum.2
Hal ini didasarkan pada masih maraknya aktivitas ekonomi di dalam negeri
yang belum atau tidak dilaporkan kepada otoritas pajak. Aktivitas yang tidak
dilaporkan tersebut mengusik rasa keadilan bagi para wajib pajak yang telah

berkontribusi aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakan karena para pelakunya
tidak berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan nasional. Untuk itu, perlu
diterapkan langkah khusus dan terobosan kebijakan untuk mendorong pengalihan harta
ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus memberikan jaminan
keamanan bagi warga negara Indonesia yang ingin mengalihkan dan mengungkapkan
harta yang dimilikinya dalam bentuk pengampunan pajak.3

1

Brotodihardjo R. Santoso, Pengantar Hukum
Pajak, Refika Aditama, Bandung, 1998, hlm. 89.
2
Subiyantoro, Heru dan Riphat, Singgih, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran Konsep dan
Implementasi, Penerbit Buku Kompas, 2004, hlm. 121.
3
Ibid., hlm. 122.

2

Kebijakan Pengampunan Pajak dilakukan dalam bentuk pelepasan hak negara

untuk menagih pajak yang seharusnya terutang. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika
wajib pajak diwajibkan untuk membayar uang tebusan atas pengampunan pajak yang
diperolehnya. Dalam rangka pelaksanaan undang-undang ini, penerimaan uang tebusan
diperlakukan sebagai penerimaan pajak penghasilan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Kebijakan pengampunan pajak seyogianya diikuti dengan kebijakan
lain seperti penegakan hukum yang lebih tegas dan penyempurnaan Undang-Undang
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan, Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta kebijakan strategis lain di bidang perpajakan
dan perbankan.4
Undang-undang perpajakan yang kini masih berlaku memang menentukan
bahwa
wajib pajak dituntut untuk aktif dalam menghitung dan melaporkan pajak sendiri
kepada negara (Asas Self Assessment System). Ini berarti bahwa asas tersebut
memberikan kepercayaan kepada para wajib pajak. Modal utama pelaksanaan Self
Assessment System yang murni memang ada pada adanya itikad baik dan kejujuran
wajib pajak dalam melakukan serangkaian proses pembayaran pajak. Namun sayang,
kepercayaan tersebut adakalanya tidak diikuti dengan itikad baik dan kejujuran dalam
memberikan informasi atau keterangan mengenai kondisi wajib pajak yang
sesungguhnya. Hal tersebut masih menjadi permasalahan utama, sehingga sampai

dengan saat ini masih saja dijumpai adanya manipulasi-manipulasi dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan. Kondisi yang kurang kondusif itulah yang tampaknya juga ikut
menghambat pelaksanaan asas tersebut
secara sempurna. Namun demikian, pelaksanaan asas ini tidak menutup jalan bagi
petugas pajak untuk menguji laporan penghitungan pajak sendiri oleh wajib pajak.
Kewenangan petugas pajak untuk melakukan pemeriksaan itu adalah dalam rangka
meminimalisir adanya kemungkinan pemanipulasian angka-angka kekayaan wajib
pajak.
Salah satu tempat penyimpan kekayaan wajib pajak adalah dalam bentuk simpanan
kekayaan pada sebuah bank.5
4

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak
5
Chandra Dewi Puspitasari, Upaya Penegakan Kepatuhan Pajak, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta,hlm.3.

3


Kekayaan wajib pajak yang tersimpan dalam sebuah bank mendapatkan suatu
perlindungan yang sifatnya pribadi. Namun demikian, nasabah yang sekaligus wajib
pajak juga dituntut oleh dunia perpajakan untuk memberikan keterangan yang sebenarbenarnya mengenai jumlah pajak terhutangnya. Jika hal itu tidak dilakukan atau
dihindari, maka aparat pajak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
salah satunya dengan mencari data pada lembaga perbankan tempat wajib pajak
tersebut mempercayakan sebagian kekayaannya berada. Oleh sebab itu, tulisan ini akan
membahas terkait berlakunya asas kerahasiaan dalam tax amnesty sebagai upaya
penegakan hukum di Indonesia.
II.

PEMBAHASAN
 Pelaksanaan Tax Amnesty di Indonesia
Bagi banyak negara, pengampunan pajak (tax amnesty) seringkali dijadikan
alat untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak secara cepat dalam
jangka waktu yang relatif singkat. Program tax amnesty ini dilaksanakan karena
semakin parahnya upaya penghindaran pembayaran pajak oleh wajib pajak.
Kebijakan ini dapat memperoleh manfaat perolehan dana yaitu bisa menambah
pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak dijelaskan bahwa definisi pengampunan

pajak merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam undangundang.6
Di Indonesia sendiri sudah pernah menerapkan kebijakan pengampunan
pajak sebanyak 3 kali. Yang pertama di tahun 1965, yang kedua di tahun 1984, dan
yang terakhir di tahun 2016. Pada kebijakan tax amnesty di tahun 1965 dan 1984
tidak ditemukan data yang lengkap mengenai dana yang berhasil dihimpun. Tetapi
jika dilihat maraknya penyelundupan pajak di Indonesia akhir-akhir ini dapat
dikatakan bahwa kedua program tax amnesty tersebut tidak berhasil meningkatkan
basis pajak. Oleh sebab itu di tahun 2016 Indonesia kembali mencoba menerapkan
program pengampunan pajak. Penerapan program ini karena Indonesia sebagai salah
satu negara yang menyetujui perjanjian Sistem Pertukaran Informasi Otomatis atau

6

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak

4


Automatic Exchange System of Information (AEoI) antarnegara dalam forum
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Turki, dan harus memenuhi setiap syarat
yang diperjanjikan. Salah satunya adalah kesanggupan melakukan pertukaran data
perbankan untuk kepentingan perpajakan antarnegara pada tahun 2018.7
Diterapkannya program tax amnesty didasarkan pada masih maraknya
aktivitas ekonomi di dalam negeri yang belum atau tidak dilaporkan kepada otoritas
pajak. Aktivitas yang tidak dilaporkan tersebut mengusik rasa keadilan bagi para
wajib pajak yang telah berkontribusi aktif dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan karena para pelakunya tidak berkontribusi dalam pembiayaan
pembangunan nasional. Terobosan kebijakan berupa Pengampunan Pajak atas
pengalihan Harta ini juga didorong oleh semakin kecilnya kemungkinan untuk
menyembunyikan kekayaan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
karena semakin transparannya sektor keuangan global dan meningkatnya intensitas
pertukaran informasi antarnegara. Kebijakan pengampunan pajak dilakukan dalam
bentuk pelepasan hak negara untuk menagih pajak yang seharusnya terutang. 8
Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika Wajib Pajak diwajibkan untuk
membayar uang tebusan atas pengampunan pajak yang diperolehnya. Dalam rangka
pelaksanaan UndangUndang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
penerimaan uang tebusan diperlakukan sebagai penerimaan Pajak Penghasilan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam jangka pendek, hal ini akan dapat

meningkatkan penerimaan pajak pada tahun diterimanya uang tebusan yang berguna
bagi negara untuk membiayai berbagai program yang telah direncanakan. Dalam
jangka panjang, negara akan mendapatkan penerimaan pajak dari tambahan aktivitas
ekonomi yang berasal dari Harta yang telah dialihkan dan diinvestasikan di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.9
Berdasarkan Undang-Undang Pengampunan Pajak, sudah tercantum beberapa
tujuan penerapan tax amnesty, meliputi :
1. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan
Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas

7

Majalah Kementerian Keuangan, Media Keuangan Transparansi Informasi Kebijakan
Fiskal, Volume XI, No.103, April, 2016, hlm. 14.
8
Mia Amalia, Kebijakan Hukum terhadap Pelaksanaan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia, Jurnal Hukum Mimbar Justitia
Universitas Suryakancana, Vol.3, No.1, Juni, 2017, hlm. 19.
9
Ibid.


5

domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan
peningkatan investasi;
2. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih
berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid,
komprehensif, dan terintegrasi; dan
3. Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk
pembiayaan pembangunan.10
Diatas sudah disinggung bahwa penerapan kebijakan pengampunan pajak di
Indonesia pada tahun 2016 merupakan suatu konsekuensi dari perjanjian Sistem
Pertukaran Informasi Otomatis atau Automatic Exchange System of Information
(AEoI) antarnegara dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Turki
yang salah satu syaratnya adalah kesanggupan melakukan

pertukaran data

perbankan untuk kepentingan perpajakan antarnegara pada tahun


2018. Apa

hubungan perpajakkan dengan perbankan? Perlu diketahui kebanyakan para wajib
pajak menyimpan harta kekayaannya di bank baik itu di dalam negeri maupun di
luar negeri dan harta kekayaannya itu tidak di laporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) pajak. Sehingga harta-harta tersebut tidak bisa terdeteksi oleh aparat
perpajakan. oleh sebab itu diperlukan suatu hubungan atau kerjasama yang baik
antara pihak perbankan dengan pihak perpajakan dalam upaya penegakan hukum di
Indonesia.
 Penerapan Asas Kerahasiaan dalam Hukum Perpajakan
Upaya untuk meningkatkan pemasukan atau penerimaan pajak sebagai sumber
pembiayaan pembangunan negara menjadi sebuah tantangan yang cukup berat di
negara kita. Padahal jika pelaksanaan pemungutan pajak dapat ditertibkan lagi, maka
pendapatan negara dari sektor pajak dapat lebih dioptimalkan, yang pada akhirnya
akan mampu mendorong laju kegiatan pembangunan dan kemandirian pembiayaan
oleh negara. Tampaknya tantangan tersebut salah satunya terletak pada masih
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sehingga hal
tersebut berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan pajak. Artinya, selama ini
belum terlaksana praktek disiplin berpajak (tax consciousness).11

10

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak
11
Chandra Dewi Puspitasari, Upaya Penegakan Kepatuhan Pajak, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta,hlm.2.

6

Undang-undang perpajakan yang kini masih berlaku memang menentukan
bahwa wajib pajak dituntut untuk aktif dalam menghitung dan melaporkan pajak
sendiri kepada negara (Asas Self Assessment System). Ini berarti bahwa asas tersebut
memberikan kepercayaan kepada para wajib pajak. Modal utama pelaksanaan Self
Assessment System yang murni memang ada pada adanya itikad baik dan kejujuran
wajib pajak dalam melakukan serangkaian proses pembayaran pajak.

Namun

sayang, kepercayaan tersebut adakalanya tidak diikuti dengan itikad baik dan
kejujuran dalam memberikan informasi atau keterangan mengenai kondisi wajib
pajak yang sesungguhnya. Hal tersebut masih menjadi permasalahan utama,
sehingga sampai dengan saat ini masih saja dijumpai adanya manipulasi-manipulasi
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Kondisi yang kurang kondusif itulah yang
tampaknya juga ikut menghambat pelaksanaan asas tersebut secara sempurna.
Namun demikian, pelaksanaan asas ini tidak menutup jalan bagi petugas pajak untuk
menguji laporan penghitungan pajak sendiri oleh wajib pajak. Kewenangan petugas
pajak untuk melakukan pemeriksaan itu adalah dalam rangka meminimalisir adanya
kemungkinan pemanipulasian angka-angka kekayaan wajib pajak. Salah satu tempat
penyimpan kekayaan wajib pajak adalah dalam bentuk simpanan kekayaan pada
sebuah bank.12
Kekayaan wajib pajak yang tersimpan dalam sebuah bank mendapatkan suatu
perlindungan yang sifatnya pribadi. Artinya, bahwa keterangan yang menunjukkan
keadaan sebenarnya atas nama seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain selain
pemilik simpanan atau seseorang yang telah diberikan kuasa kepadanya untuk dapat
mengetahui simpanan atas nama orang yang memberinya kuasa, dan tentunya oleh
pejabat bank yang bersangkutan. Perlindungan ini erat kaitannya dengan
kepercayaan (trust) yang ditawarkan sebuah lembaga perbankan kepada nasabahnya,
sebab memang dari kepercayaan itulah “roda kehidupan” sebuah bank akan terus
berjalan. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap profesionalitas sebuah lembaga
perbankan akan berdampak pada turunnya kuantitas himpunan dana dari masyarakat.
Namun demikian, nasabah yang sekaligus wajib pajak juga dituntut oleh dunia
perpajakan untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya mengenai jumlah
pajak terhutangnya. Jika hal itu tidak dilakukan atau dihindari, maka aparat pajak
mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan salah satunya dengan

12

Ibid. Hlm.3.

7

mencari data pada lembaga perbankan tempat wajib pajak tersebut mempercayakan
sebagian kekayaannya berada.
Dalam dunia perbankan ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh
setiap usaha perbankan salah satunya adalah kewajiban dalam menjaga kerahasiaan
keuangan setiap nasabahnya. Namun, berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 ada pengecualian-pengecualian yang disediakan oleh undangundang, sehingga kewajiban mengenai rahasia bank tersebut dapat disimpangi
pemberlakuannya, salah satu hal yang dapat disimpangi adalah kepentingan
perpajakan.13
Rendahnya tingkat kesadaran pajak masyarakat sangat memungkinkan
terjadinya pelanggaran-pelanggaran pajak. Terbukanya peluang untuk melakukan
pemeriksaan pajak dengan menerobos ketentuan mengenai rahasia bank sebenarnya
sangat membantu proses penegakan kepatuhan pajak. Tentu saja ketentuan yang
demikian tetap harus disertai dengan aparat-aparat pajak yang profesional.
Bagaimanapun sempurnanya ketentuan yang ada tetapi jika tidak didukung oleh
aparat yang profesional juga tidak akan mewujudkan kepatuhan pajak yang
diharapkan. Barangkali justru penghindaran diri dari kewajiban membayar pajak
semakin menjamur dan “membudaya”.14
Pembahasan asas kerahasiaan dalam pengampunan pajak memang mau tidak
mau harus dikaitkan dengan dunia perbankan. Karena para wajib pajak negeri ini
kebanyakan menyimpan harta kekayaannya dalam bank baik itu bank-bank dalam
negeri maupun bank-bank luar negeri. Harta kekayaan para wajib pajak yang di
simpan di bank-bank itu kebanyakan belum atau tidak di laporkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT). Oleh sebab itu peran perbankan dengan aparat
perpajakan menjadi penting untuk menegakan hukum di Indonesia.
Selain asas kerahasiaan dibahas dalam undang-undang perbankan, juga
dibahas atau dijelaskan dalam undang-undang tentang pengampunan pajak. Dalam
Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang tentang Pengampuan pajak dijelaskan bahwa
“Menteri, Wakil Menteri, pegawai Kementerian Keuangan, dan pihak lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan Pengampunan Pajak, dilarang membocorkan,
menyebarluaskan, dan/atau memberitahukan data dan informasi yang diketahui atau
diberitahukan oleh Wajib Pajak kepada pihak lain”. Pada ayat selanjutnya juga di
13

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Chandra Dewi Puspitasari, Upaya Penegakan Kepatuhan Pajak, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta,hlm.18.
14

8

jelaskan “Data dan informasi yang disampaikan Wajib Pajak dalam rangka
Pengampunan Pajak tidak dapat diminta oleh siapapun atau diberikan kepada pihak
manapun berdasarkan peraturan perundang-undangan lain, kecuali atas persetujuan
Wajib Pajak sendiri”.Bagi mereka yang menyebarluaskan informasi tentang data
wajib pajak atau yang melanggar ketentuan dalam undang-undang berdasarkan pasal
23 UU Pengampuan Pajak akan dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5
tahun.15
 Analisis Penulis
Kebijakan atau program pengampunan pajak (tax amnesty) yang dilakukan
oleh pemerintah ini ditujukan supaya ada peningkatan pendapatan negara. Salah satu
alasan diterapkannya kebijakan ini adalah menurunnya target pendapatan negara
melalui pajak di setiap tahunnya. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi penurunan
pendapatan pajak secara terus menerus, pemerintah mengambil langkah preventif
atau pencegahan yaitu dengan dilaksanakannya program tax amnesty. Dengan
diadakannya program ini diharapkan para wajib pajak baik pribadi maupun badan
hukum yang belum melaporkan seluruh harta kekayaannya bisa segera melakukan
pendataan terhadap harta kekayaannya masing-masing yang kemudian melakukan
pembayaran terhadap uang tebusan tanpa mendapatkan sanksi administratif dan
sanksi pidana.
Kebijakan tax amnesty ini seharusnya bisa dilihat dengan perspektif yang
luas. Pengampunan pajak bukan semata persoalan tentang penerimaan negara tetapi
juga potensi untuk menggerakan roda perekonomian Indonesia. Pada jangka yang
lebih panjang, perluasan basis data wajib pajak tentu bisa mendukung terwujudnya
postur APBN yang lebih baik. Pada akhirnya, penerimaan pajak yang lebih tinggi
bisa meningkatkan kapasitas belanja pemerintah, bukan hanya untuk pembangunan
infrastruktur,

melainkan

juga

menjalankan

program-program

kesejahteraan

masyarakat lainnya.
Sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya mengerti bahwa pajak
merupakan kewajiban bagi setiap warga negara untuk membiayai dan membangun
negeri tercintanya. Suatu negara bisa menjalankan aktivitasnya yaitu dengan adanya
pajak. Oleh sebab itu pajak menjadi penting dalam suatu negara termasuk juga
Indonesia. Pajak didapatkan melalui iuran-iuran setiap warga negara yang nantinya
15

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak

9

digunakan untuk keperluan negara termasuk juga keperluan-keperluan umum. Setiap
pajak yang dibayarkan oleh warga negara pasti nantinya akan dirasakan kembali
oleh yang orang yang membayar pajak, namun memang manfaatnya tidak bisa
dirasakan secara langsung karena pajak yang dibayarkan tersebut harus melalui
proses terlebih dahulu yang nantinya baru bisa dirasakan oleh seluruh warga yang
sudah melakukan pembayaran pajak misalnya seperti pembuatan jalan raya, subsidi
bahan bakar, beasiswa pendidikan,dll.
Namun, apa yang diharapkan atau diinginkan pemerintah ini tidak sesuai
dengan kenyataan. Fakta di lapangan membuktikan bahwa masih banyak para warga
negara yang enggan untuk melakukan pembayaran pajak. ada anggapan di dalam
masyarakat jika pajak itu tidak penting dan tidak merubah kehidupan mereka.
Anggapan-anggapan yang salah inilah yang harus dirubah oleh pemerintah melalui
sosialisasi pentingnya pajak serta manfaat pajak. Perlu di ketahui bahwa pajak
memang suatu iuran wajib warga negara yang manfaatnya tidak bisa secara langsung
dirasakan. Berbeda dengan retribusi, dalam retribusi manfaatnya bisa dirasakan
secara langsung misalnya retribusi parkir. Selain faktor masyarakat yang enggan
melakukan pembayaran pajak, juga masih banyak masyarakat yang belum memiliki
NPWP atau belum menjadi wajib pajak padahal sudah memiliki penghasilan. Tentu
hal ini perlu ada kebijakan pemerintah yang lebih tegas untuk menegakan hukum
pajak di Indonesia.
Permasalahan pajak negeri ini memang tidak bisa secara instan menjadi lebih
baik, pasti membutuhkan proses yang tidak sebentar. Faktor yang paling menjadi
penghambat proses perpajakan di Indonesia adalah masih banyaknya para wajib
pajak yang mangkir dari kewajibannya. Banyak para wajib pajak yang tidak
melaporkan harta kekayaan secara sepenuhnya artinya ada beberapa harta kekayaan
yang disimpan ditempat lain misalnya di bank baik dalam negeri maupun luar negeri
yang tidak dilaporkan. Sebagai suatu lembaga keuangan, dunia perbankan juga ikut
andil dalam masalah perpajakkan. Walaupun perbankan dan perpajakan sama-sama
berkelud dibidang keuangan namun peranannya sangat berbeda.
Dalam dunia perbankan, setiap orang yang ingin menyimpan harta
kekayaannya akan sangat dilindungi kerahasiaannya, meskipun pihak bank tidak
mengetahui apakah harta kekayaan tersebut sudah dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) atau belum. Pihak bank juga tidak mau ikut campur

10

masalah pelaporan-pelaporan pajak yang demikian, yang menjadi fokus pihak bank
adalah menjaga kerahasiaan setiap data keuangan nasabahnya.
Berbeda dengan dunia perpajakan, data keuangan yang menyangkut harta
kekayaan setiap wajib pajak menjadi penting untuk diketahui supaya aparat pajak
bisa menentukan jumlah harta kekayaannya dan jumlah pajak yang dikenakan
berdasarkan seluruh data kekayaan yang dihitung aparat pajak. Harta kekayaan
setiap wajib pajak kebanyakan di simpan di dalam bank. Oleh sebab itu, aparat pajak
harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan pihak bank untuk menentukan harta
kekayaan para wajib pajak yang di simpan di dalam bank. Namun, perlu diketahui
dalam dunia perbankan tidak segampang itu untuk mengetahui data informasi
keuangan seseorang karena dunia perbankan menjunjung tinggi kerahasiaan data
nasabahnya.
Akan tetapi berdasarkan Undang-Undang Perbankan, ada beberapa yang
dapat disampingkan atau diterobos terkait kerahasiaan data informasi, yaitu terkait
masalah perpajakan para nasabahnya. nasabah yang sekaligus wajib pajak juga
dituntut oleh dunia perpajakan untuk memberikan keterangan yang sebenarbenarnya mengenai jumlah pajak terhutangnya. Jika hal itu tidak dilakukan atau
dihindari,

maka

aparat

pajak

mempunyai

kewenangan

untuk

melakukan

pemeriksaan salah satunya dengan mencari data pada lembaga perbankan tempat
wajib pajak tersebut mempercayakan sebagian kekayaannya.
Sudah seharusnya para wajib pajak mengerti akan pentingnya pajak bagi
keberlangsungan negara Indonesia. Inilah tugas besar pemerintah Indonesia untuk
menjadikan warganya tertib akan pajak. fakta di lapangan membuktikan bahwa
masih banyak para wajib pajak yang tidak beritikad baik dan tidak jujur dalam
melaporkan kondisi kekayaan yang sesungguhnya. Apabila hal ini terus-terusan
terjadi maka penegakkan hukum khususnya hukum perpajakan akan tidak bisa
terwujud. Pentingnya kesadaran setiap wajib pajaklah yang menentukan proses
penegakan hukum di Indonesia, selain itu yang menjadi penting adalah aparat pajak
dan regulasi tentang perpajakannya. Penerapan asas kerahasiaan dalam pajak juga
menjadi penting dalam penegakan hukum di Indonesia yaitu untuk melindungi data
keuangan setiap para wajib pajak yang taat dan patuh akan pajak.
Penerapan asas kerahasiaan ini memang hanya ditujukan bagi mereka para
wajib pajak yang patuh atau taat dalam melaporkan setiap harta kekayaannya.
Berbeda dengan mereka para wajib pajak yang nakal, yang tidak jujur dalam
11

melaporkan harta kekayaannya. Para wajib pajak yang nakal tidak berlaku asas
kerahasiaan ini, jadi setiap harta kekayaannya yang semisal belum di laporkan dan
berada dalam bank atau yang masih berada dalam luar negeri mau tidak mau harus
di cari datanya oleh para aparat pajak. ini sebagai konsekuensi mereka yang
menghindar dari pembayaran pajak dan untuk menegakan hukum pajak di Indonesia.
Apabila seluruh lapisan masyarakat memahami arti penting pajak bagi
keberlangsungan negara Indonesia maka negara ini akan menjadi negara yang
mandiri dalam segala aspek.
III. PENUTUP
 Simpulan
Upaya untuk meningkatkan pemasukan atau penerimaan pajak sebagai
sumber pembiayaan pembangunan negara menjadi sebuah tantangan yang cukup
berat di negara kita. Padahal jika pelaksanaan pemungutan pajak dapat ditertibkan
lagi, maka pendapatan negara dari sektor pajak dapat lebih dioptimalkan, yang pada
akhirnya akan mampu mendorong laju kegiatan pembangunan dan kemandirian
pembiayaan oleh negara. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemasukan atau
penerimaan negara adalah melalui program pengampunan pajak. Pengampunan
pajak merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam undangundang.
Diterapkannya program tax amnesty didasarkan pada masih maraknya
aktivitas ekonomi di dalam negeri yang belum atau tidak dilaporkan kepada otoritas
pajak. Selain itu masih banyaknya harta kekayaan para wajib pajak baik yang ada di
dalam negeri maupun di luar negeri, baik yang ada di bank maupun di luar bank,
yang belum dilaporkan pada otoritas pajak. Namun, kebanyakan harta kekayaan para
wajib pajak itu tersimpan dalam bank sehingga sulit untuk diketahui apalagi
ditambah dalam dunia perbankan sangat tidak diperbolehkan menyebarluaskan
informasi data keuangan kepada orang lain.
Dalam dunia perbankan ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh
setiap usaha perbankan salah satunya adalah kewajiban dalam menjaga kerahasiaan
keuangan setiap nasabahnya. Namun, berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 ada pengecualian-pengecualian yang disediakan oleh undangundang, sehingga kewajiban mengenai rahasia bank tersebut dapat disimpangi
12

pemberlakuannya, salah satu hal yang dapat disimpangi adalah kepentingan
perpajakan.
Setiap nasabah yang sekaligus wajib pajak juga dituntut oleh dunia
perpajakan untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya mengenai jumlah
pajak terhutangnya. Jika hal itu tidak dilakukan atau dihindari, maka aparat pajak
mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan salah satunya dengan
mencari data pada lembaga perbankan tempat wajib pajak tersebut mempercayakan
sebagian kekayaannya berada.
Penerapan asas kerahasiaan ini memang hanya ditujukan bagi mereka para
wajib pajak yang patuh atau taat dalam melaporkan setiap harta kekayaannya.
Berbeda dengan mereka para wajib pajak yang nakal, yang tidak jujur dalam
melaporkan harta kekayaannya. Para wajib pajak yang nakal tidak berlaku asas
kerahasiaan ini, jadi setiap harta kekayaannya yang semisal belum di laporkan dan
berada dalam bank atau yang masih berada dalam luar negeri mau tidak mau harus
di cari datanya oleh para aparat pajak. ini sebagai konsekuensi mereka yang
menghindar dari pembayaran pajak dan untuk menegakan hukum pajak di Indonesia.
 Saran
1) Seharusnya pemerintah membuat regulasi tentang perpajakan yang lebih
tegas sehingga para wajib pajak tidak bisa lari dari tanggung jawabnya untuk
membayar pajak.
2) Seharusnya setiap wajib pajak sadar akan arti pentingnya pajak bagi
keberlangsungan bangsa Indonesia dengan cara ikut membayar pajak secara
rutin dan jujur dalam melaporkan setiap harta kekayaannya.
3) Pemberlakuan asas kerahasiaan pajak bagi para wajib pajak nakal harus terus
diupayakan untuk mencari data kekayaan para wajib pajak yang tidak jujur
dalam melaporkan harta kekayaannya. Misalnya harta kekayaan wajib pajak
disimpan di dalam bank, maka aparat pajak berhak untuk mencari data
kekayaannya di dalam bank tersebut. Bank tempat menyimpan kekayaan
wajib pajak tersebut harus mau memberi informasi terkait keuangan
nasabahnya tersebut karena undang-undang mengamanahkan bahwa ada
pengecualian tentang rahasia bank salah satunya adalah yang berkaitan
dengan kepentingan perpajakan.
4) Sudah seharusnya seluruh elemen bangsa Indonesia baik pemerintah maupun
masyarakat ikut mendukung proses penegakan hukum di Indonesia.
13

5) Buat pemerintah Indonesia sudah seharusnya memikirkan bagaimana
caranya supaya masyarakat Indonesia ini bisa sadar akan pentingnya pajak
6) Dalam mengelola pajak, sebaiknya pemerintah benar-benar memperhatikan
program-program yang bisa bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
7) Dengan kondisi pendapatan pajak yang begitu tinggi di Indonesia sudah
seharusnya bisa membuat negeri ini maju, mandiri, dan tidak memiliki
hutang kepada negara-negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan.
Chandra Dewi Puspitasari, Upaya Penegakan Kepatuhan Pajak, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Brotodihardjo R. Santoso, Pengantar Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung,
1980.
Subiyantoro, Heru dan Riphat, Singgih, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran Konsep
dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, 2004.
Majalah Kementerian Keuangan, Media Keuangan Transparansi Informasi
Kebijakan Fiskal, Volume XI, No.103, April, 2016.
Mia Amalia, Kebijakan Hukum terhadap Pelaksanaan Pengampunan Pajak
(Tax Amnesty) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia, Jurnal
Hukum Mimbar Justitia Universitas Suryakancana, Vol.3, No.1, Juni, 2017.

14

15