INOVASI DESAIN PRODUK TEKSTIL DARI BAHAN PERCA UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL PRODUK

Surakarta

Oleh MUHAMMAD AL ARIF C0906023

JURUSAN KRIYA SENI TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

commit to user

NAMA

: MUHAMMAD AL ARIF

NIM

: C 0906023

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul INOVASI DESAIN

PERCA UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL PRODUK adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam pengantar Tugas Akhir ini diberi citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Surakarta, ..................................2012 Yang Membuat Pernyataan

Muhammad Al Arif

commit to user

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.

QS.Al Faatihah: 6.

Orang yang tidak tahu, tapi bertindak, akan dibuat tahu saat bertindak.

Mario Teguh.

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. Andrew Jackson.

commit to user

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada: Bapak dan ibu tercinta, Keluargaku tercinta Sahabat dan teman-teman yang aku sayangi Teman-teman Seni Rupa Serta adik-adikku Kriya Tekstil Almamater

commit to user

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul INOVASI DESAIN PRODUK TEKSTIL DARI BAHAN PERCA UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL PRODUK yang merupakan salah satu syarat kelulusan dalam menempuh studi di Jurusan Kriya Seni / Tekstil, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pengantar karya yang telah disusun ini diharapkan dapat membuka wawasan baru terutama bagi penulis dan semua pihak yang terkait. Penulisan Pengantar Karya ini disusun atas masukan, saran, serta bantuan dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaiakan terima kasih pada:

A. Drs. Riyadi Santoso, M.Pd.,P.hD, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Dra. Tiwi Bina Affanti, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing Tugas Akhir, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan pengarahan, dukungan, dan semangat kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini..

C. Ir.Adji Isworo Josef,M.Sm. dan Sujadi R. Hidayat, S.Sn, M.Sn., selaku pembimbing Tugas Akhir, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan pengarahan, dukungan, dan semangat kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

commit to user

kasih atas ilmu yang diberikan selama ini.

E. Orang tuaku dan kakakku tercinta yang selalu memberikan do’a, perhatian dan dukungan agar cepat selesai kuliah tepat pada waktunya.

F. Teman-temanku khususnya angkatan 2006, alumni dan adik tingkatku serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan serta bantuannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

G. Teman IAM Futsal yang telah memberikan tempat dan waktunya ketika penyusunan proposal dan membantu dari awal sampai akhir.

H. Pihak lain yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Pengantar Karya Tugas Akhir ini sudah sempurna. Namun segala masukan ataupun kritikan penulis jadikan pembelajaran yang membangun. Semoga segala kebaikan dari semua pihak akan mendapat balasan yang nikmat dari Allah SWT dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta bermanfaat untuk penulis tentunya.

Surakarta, 2012

Penulis

commit to user

A. Kesimpulan ................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........ ............................................................................... 56 LAMPIRAN

commit to user

Lampiran 2. Jumlah potongan dan ukuran desain 1. Lampiran 3. Langkah penjahitan desain 2.1. Lampiran 4. Langkah penjahitan desain 2.2. Lampiran 5. Jumlah potongan dan ukuran desain 2. Lampiran 6. Langkah penjahitan desain 3.1. Lampiran 7. Langkah penjahitan desain 3.2. Lampiran 8. Jumlah potongan dan ukuran desain 3. Lampiran 9. Langkah penjahitan desain 4. Lampiran 10. Jumlah potongan dan ukuran desain 4. Lampiran 11. Langkah penjahitan desain 5.1. Lampiran 12. Langkah penjahitan desain 5.2. Lampiran 13. Jumlah potongan dan ukuran desain 5. Lampiran 14. Langkah penjahitan desain 6.1. Lampiran 15. Langkah penjahitan desain 6.2. Lampiran 16. Jumlah potongan dan ukuran desain 6. Lampiran 17. Bahan perca. Lampiran 18. Perca setelah disetrika. Lampiran 19. Proses pemotongan pola. Lampiran 20. Potongan perca sesuai pola. Lampiran 21. Penyusunan sebelum dijahit. Lampiran 22. Penyusunan sesuai pola dan motif. Lampiran 23. Proses penjahitan. Lampiran 24. Hasil jahitan.

commit to user

Bahan Perca untuk Meningkatkan Daya Jual Produk. Tugas Akhir: Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas yaitu: bagaimana inovasi desain produk tekstil dengan bahan perca agar daya jual produk lebih meningkat. Strategi yang digunakan untuk mewujudkan proses penciptaan ini adalah dengan melakukan survey dan observasi ke pengrajin dan pasar, pengumpulan data dan gambar, selanjutnya dengan melakukan uji coba untuk menghindari kesalahan.

Tujuan perancangan ini adalah untuk memanfaatkan kembali limbah perca dan meningkatkan nilai jualnya melalui inovasi desain. Dengan adanya pengembangan desain maka terciptalah produk dari perca yang menarik minat masyarakat dan mempunyai nilai lebih. Untuk proses penciptaan dengan menggunakan teknik patchwork dengan memanfaatkan perca dengan bentuk dan ukuran yang berbeda sehingga terciptalah produk bed cover dengan motif tiga dimensi yang menjadi keunggulan dari produk-produk sebelumnya.

commit to user

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perca adalah salah satu limbah yang dihasilkan oleh konveksi ataupun pabrik garmen, apabila tidak dimanfaatkan limbah ini akan menjadi sampah. Berkembangnya industri garmen dan konveksi mengakibatkan limbah perca dan menjadi masalah yang perlu untuk diselesaikan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka sangat dibutuhkan tangan-tangan terampil untuk memanfaatkan dan mendaur ulang perca sebagai solusi untuk mengurangi penumpukan sampah dari limbah perca, misalnya dengan memanfaatkan perca sebagai bahan untuk produk yang dibutuhkan masyarakat.

Perca saat ini sudah mulai digarap oleh pengrajin, produk yang dihasilkan dari pengrajin perca bermacam-macam mulai dari produk souvenir (dompet, tas kecil, gantungan kunci, boneka dan lain-lain), baju, bed cover, keset dan paralatan rumah tangga lainnya. Dari berbagai macam produk perca yang digarap secara keseluruhan masih menggunakan pengolahan perca yang hanya disambung sesuai dengan ukuran perca, selain itu ada juga yang mengolah dengan memotong perca sesuai dengan bidang yang sama dan disambung secara langsung dan terlihat masih monoton pada motifnya. Misalnya pada pembuatan bed cover pengrajin memilih perca dari katun yang berukuran kisaran 15cm x 20cm – 20cm x 30 cm. Secara teknik pembuatan bed cover sudah bagus karena mereka mempunyai keahlian dalam menjahit, sehingga dalam pengerjaannya mereka mempunyai

commit to user

bahan dan warna yang ada, pengrajin menyusun sesuai dengan pola dan bahan perca sehingga terciptalah produk bed cover. Kelemahan dalam penyusunan warna dan motif saat ini menjadikan permasalahan, karena pengrajin terbiasa dengan pengolahan pola dan ukuran bahan yang sama. Hal inilah yang membuat produk dari bed cover belum mempunyai nilai keindahan atau estetis yang tinggi, karena produk yang dihasilkan masih monoton sehingga perlu untuk dikembangkan, dan membuka peluang untuk lebih meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk bed cover dari bahan perca.

Gambar 1. Produk tas perca. Sumber. Rumah batik perca Laweyan

commit to user

Gambar 2. Produk selimut perca. Sumber. Tetoti Collection

Gambar 3. Bed cover dari perca Sumber. Batik Griya Jawi

commit to user

Gambar 4. Produk tas laptop dari perca

Sumber. Tetoti collection

Gambar 5. Produk jaket perca. Sumber. Batik Lawasan dan perca Laweyan

commit to user

Gambar 6. Produk bed cover dari perca

Sumber. Batik Tjahaja Baroe

Gambar 7. Produk Bed cover Sumber. Bapak Amien Laweyan

commit to user

Gambar 8. Produk Bed Cover perca Sumber. Tiara collection

Berdasarkan pada konsep industri kreatif, dimana pengembangan produk dengan bahan perca yang diarahkan pada produk kerajinan termasuk di dalam salah satu sektor industri kreatif yaitu pada sektor kerajinan. Sektor kerajinan merupakan sektor industri yang berkaitan dengan distribusi produk-produk kerajinan yang di dalamnya meliputi fashion, aksesoris, emas, kayu, kaca, porselen dan lain-lain. Pemerintah sejak tahun 2008 terlihat giat dalam menyuarakan pentingnya mengembangkan sektor ekonomi kreatif sebagai salah satu upaya untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam Pekan Produk Budaya Indonesia, Presiden Yudhoyono sempat menyatakan bahwa ekonomi kreatif merupakan modal utama dalam pembangunan ekonomi. Hal ini tentu saja dapat kita artikan sebagai angin segar. Tindak lanjut dari ajakan Kepala Negara itu ialah menumbuhkembangkan partisipasi, pembukaan akses seluas- luasnya hingga ke desa, serta permodalan bergulir yang tepat sasaran. Desa, sebagai wilayah penyangga ekonomi di Republik ini, perlahan tapi pasti telah

commit to user

pemberdayaan nasional (www.republika.com).

Dari uraian di atas timbul permasalahan dalam pengolahan perca yaitu, masih banyaknya perca yang belum dimanfaatkan, produk yang dihasilkan masih sebatas pengolahan secara teknik dari perca dan kurang memperhatikan penyusunan motif sehingga terlihat monoton dan perlu untuk meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk dari perca. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan ide kreatif dalam pengolahan perca, hal itu bisa dilakukan dengan adanya penyegaran/pembaruan desain dan penciptaan dalam pengolahan produk tekstil dari bahan perca. Pengembangan desain yang diambil adalah pengolahan perca dengan memanfaatkan potongan yang berbeda ukuran dan disambung dengan teknik patchwork untuk diolah menjadi produk dengan motif dari sambungan tersebut, karena pengolahan perca saat ini masih menyambung dengan bentuk potongan yang sama dan terlihat monoton. Pengembangan ini bertujuan untuk memaksimalkan pengolahan perca, sehingga dari limbah kita bisa memanfaatkan sebagai bahan untuk produk yang mempunyai kualitas dan mempunyai daya tarik terhadap masyarakat.

B. FOKUS PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian di atas penulis memfokuskan permasalahan dalam pengembangan perca yaitu bagaimana inovasi desain produk tekstil dengan bahan perca agar daya jual produk lebih meningkat?

commit to user

1. Unsur – Unsur Estetis Kriya Tekstil.

Unsur adalah elemen atau bagian – bagian yang dapat dilihat secara visual yang disusun/diorganisir menjadi suatu karya seni ataupun desain yang serasi dan harmonis. Unsur – unsur dalam suatu karya seni dan desain secara visual dapat berupa garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna. Komposisi atau perpaduan dari unsur – unsur desain kriya tekstil dapat disusun berdasarkan pada prinsip – prinsip atau kaidah – kaidah desain seperti: kesatuan, irama, keseimbangan, aksentuasi, sehingga terwujud suatu karya yang serasi, indah dan menarik.

a. Garis Garis merupakan kumpulan dari titik, dan garis merupakan unsur desain yang terbentuk dari adanya goresan yang nyata sehingga garis merupakan unsur yang paling utama.

b. Bentuk Bentuk adalah suatu permukaan yang dibatasi oleh garis dan mempunya kesan dua dimensi, yaitu dimensi yang memiliki panjang dan lebar, dan bentuk tiga dimensi yaitu dimensi yang memiliki panjang, lebar, dan volume.

c. Arah Arah merupakan unsur rupa dan desain yang menghubungkan bentuk dengan ruang. Macam – macam arah yaitu vertikal, horisontal, diagonal dan miring.

d. Warna Warna adalah suatu unsur seni dan desain yang secara visual sangat

commit to user

dan dinikmati adalah warnanya.

e. Tekstur Tekstur dapat diartikan sebagai tampang visual permukaan dari suatu benda, karena permukaan setiap benda memiliki sifatnya yang khas, misalnya polos atau bercorak, licin atau kasar, kusam, lunak atau keras (Karmila dan Marlina, 2010 : 14 – 19).

Setelah semua unsur – unsur tersebut terpenuhi langkah selanjutnya adalah metode yang digunakan untuk menyusun bahan antara lain:

a. Irama atau ritme Irama atau ritme berasal dari kata rhythm (Inggris) yang artinya irama, di mana dalam hal ini diartikan sama dengan keselarasan karena sesuatu yang berirama mesti harus laras atau selaras. Sesuatu dikatakan berirama jika terdapat keselarasan.

b. Kesatuan Kesatuan (unity) merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa. Karya seni atau desain harus menyatu, Nampak seperti menjadi satu (kempel, gumolong, golong gilig, Jw .), satu sama lain unsure yang disusun tidak dapat dipisah-pisah, semua menjadi satu unit (unity).

c. Dominasi Dominasi adalah istilah yang digunakan untuk menterjemahkan kata kerja “domination”(Inggris) yang artinya penjajah (E. Pino, kamus Indonesia-Inggris,

hal. 123), dengan demikian dominasi dalam karya seni bisa disebut penjajah atau

commit to user

keunikan, keganjilan, atau kelainan dan setiap karya seni harus memiliki dominasi agar menarik.

d. Keseimbangan Keseimbangan atau balans dari kata balance (Inggris) merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa. Karya seni atau desain harus memiliki keseimbangan, agar enak dilihat, tenang, tidak berat sebelah, tidak menggelisahkan.

e. Proporsi Proporsi atau perbandingan merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa untuk memperoleh keserasian.

f. Kesederhanaan Kesederhanaan (simplicity)menjadi tuntutan pada semua seni ataupun desain. Kesederhanaan artinya tidak lebih dan tidak kurang, jika di tambah terasa menjadi ruwet dan jika dikurangi terasa ada yang hilang. Sederhana bukan berarti harus sedikit tetapi yang tepat adalah “pas” artinya tidak lebih dan tidak kurang.

g. Kejelasan Jelas artinya mudah dipahami, mudah dimengeerti, tidak memiliki dua atau banyak art. Prinsip kejelasan (clarity) sesungguhnya lebih tepat untuk tujuan tata desain, karena adalah seni terap yang ditujukan untuk kepentingan orang lain, di mana desain harus dapat dimengerti orang lain.

Hal tersebut di atas adalah beberapu unsur rupa yang digunakan sebagai pedoman atau konsep dasar tata rupa (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005: 6-, 115-209).

commit to user

Menurut kamus besar bahasa indonesia (Balai Pustaka 19890), kriya adalah pekerjaan atau kerajinan tangan. Di dalam Encyclopedia of World Art, diuraikan sebagai berikut: The World handicraft refers to useful or decorative objects made by hand or with tools by a work man who direct over the product during all stages of production. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat dimasukkan dalam kategori kriya apabila memiliki syarat: 1. Dikerjakan dengan tangan ataupun menggunakan bantuan alat tertentu, 2. Secara visual memiliki aspek dekoratif atau memiliki nilai keindahan, dan 3. Memiliki fungsi pakai/kegunaan tertentu.

Kriya atau craft adalah suatu kegiatan kreatif dalam menciptakan berbagai karya kerajinan yang mempunyai nilai estetis (benda hias), nilai fungsi/kegunaan (benda pakai), ataupun memiliki nilai keduanya yaitu memiliki nilai estetis dan nilai fungsi. Kriya tekstil merupakan hasil gagasan, ide, pikiran, apresiasi, dan ciptaan manusia melalui kegiatan kreatif yang memiliki nilai estetik, nilai kegunaan tertentu yang diwujudkan dalam bentuk karya/benda dengan menggunakan bahan utama dari tekstil. Kriya tekstil dalam lingkup seni rupa, merupakan seni pakai (applied art), dan dan kriya tekstil dilihat dari prosesmerupakan kerajinan yang lebih menitik beratkan pada keterampilan, mulai dari keterampilan dalam membuat desain produk dan desain hiasnya, sampai dengan keterampilan dalam mengkreasikan berbagai unsur dan prinsip desain sampai menjadi produk kriya yang memiliki nilai seni/nilai estetis, nilai fungsi tertentu, bahkan sampai nilai ekonomis (Karmila dan Marlina, 2010:9).

commit to user

Kreatifitas dalam membuat produk kriya tekstil yang unik, indah dan menarik, dan nilai tersebut dapat diterima oleh setiap orang dapat terwujud apabila dalam proses pembuatan produk kriya tersebut memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan seni, yaitu:

a. Kreatif Sifat kreatif adalah salah satu ciri yang membedakan seni dengan kegiatan

yang lainnya. Seni dengan sifat kreatifnya merupakan rangkaian kegiatan manusia yang selalu menghasilkan sesuatu yang baru atau memiliki nilai kebaruan yang belum pernah dipikirkan orang lain.

b. Kesatuan (unity) Suatu benda yang memiliki nilai estetis, dapat diwujudkan melalui

penyusunan berbsgsi unsur seni dan desain yang terpadu dalam bentuk karya yang indah, serasi, dan sempurna.

c. Kerumitan (complexity) Benda yang mempunyai nilai estetis dibuat berdasarkan konsep yang

matang dan membutuhkan eksperimen sampai betul – betul menghasilkan suatu karya yang maksimal.

commit to user

Suatu benda yang dikatakan memiliki nilai estetis bukanlah suatu benda yang kosong, melainkan memiliki kualitas atau makna tertentu dalam setiap penampilannya. Nilai itu bisa bersifat konkrit, yaitu nilai yang dapat dilihat secara visual, ataupun nilai abstrak yaitu maknaan nilai yang terkandung dalam suatu karya seni dan sangat tergantung dari penikmat seni itu sendiri dalam memaknainya.

e. Keabadian Seni mempunyai sifa abadi, karena suatu karya seni yang sudah diterima

oleh penikmat seni yang diciptakan seseorang bisa tetap langgeng walau penciptanya sudah tiada. Suatu karya seni yang tercipta dari seorang seniman, akan tetap bertahan terhadap pergeseran waktu dan hidup terus sepanjang masa selama penikmat seni masih mengapresiasi karya seni tersebut.

f. Semesta Seni bersifat semesta karena seni ada pada setiap diri manusia yang

dianugerahkan sang maha Khaliq sejak manusia lahir. Setiap manusia memiliki perasaan dan seni merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan itu. Jadi seni berada dimana – mana dan terus berkembangkarena seni mempunyai nilai bagi kehidupan manusia (Karmila dan Marlina, 2010 : 9 – 12).

commit to user

Desain merupakan salah satu langkah awal dalam mewujudkan suatu karya seni, dan desain merupakan rancangan yang akan memudahkan dala pencapaian tujuan atau penciptaan karya seni. Dengan demikian desain dapat diartikan sebagai suatu rancangan gambar yang dapat diwujudkan dalam bentuk karya nyata dengan tujuan tertentu yaitu berupa susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur. Secara garis besar desain tekstil harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Desain Struktur. Desain struktur merupakan upaya pemberian rupa dan warna pada saat

atau bersamaan proses pertenunan atau jalinan. Seperti kain anyaman satin, tenun Lurik, tenun Songket, tenun Ikat, kain jala para nelayan, tas simpul dari suku pedalaman Asmat, makrame, kain renda dan sebagainya. Penciptaan pada metode ini dilakukan dengan jalan mengolah susunan benang dan faktor- faktor kontruksi tenun, sehingga akan mendapat bentuk, sifat, pola, tekstur dan warna tekstil sesuai rancangan.

b. Desain Permukaan. Desain permukaan merupakan upaya pemberian rupa dan warna pada permukaan kain setelah proses pertenunan. Seperti batik, ikat celup/sasirangan, novelty /imbuhan seperti bordir/sulam, prada, payet/manik-manik, tekstil cetak dan quilt . Pada desain permukaan faktor kemampuan dan kepekaan mengolah rupa dan warna merupakan masalah utama menambah nilai lebih pada permukaan

commit to user

5. Patchwork

Patchwork adalah seni ketrampilan cara menggabungkan potongan- potongan kain menurut pola yang diinginkan dengan cara dijahit tangan atau mesin. Kemudian disempurnakan dengan cara dijahit tindas (quilting). Yaitu lembaran potongan-potongan kain digabungkan dengan lembaran kain yang memiliki lebar dan panjang yang sama dan sisipi dakron di tengahnya kemudian dijahit tindas mengikuti pola potongan kain tersebut (Stephanie Tjahjadi 2010:5).

Sebelum melakukan proses pembuatan patchwork yang harus diperhatikan adalah (Stephanie Tjahjadi 2010:5):

a. Pemilihan warna yang sesuai.

b. Penggunaan bahan katun 100% atau dengan campuran polyester dan tidak luntur.

c. Hindari kain yang berbulu.

d. Pembuatan pola dengan kertas karton atau plastik yang agak tebal.

e. Menjiplak pola di atas kain .

f. Pemotongan kain sesuai dengan pola.

commit to user

Gambar 9 : Patchwork Sumber . Buku Patchwork and Quilting

6. Karakteristik Bahan Tekstil

a. Bahan Katun

a) Katun berasal dari biji polong kapas

b) Sifat bahan kuat, menyerap basah, menarik panas bahan, kusut, susut/mengerut.

c) Konstruksi bahan berubah – ubah dengan bermacam berat dan tekstur.

d) Penyempurnaan warna bahan relatif mudah dan daya gabungnya bagus.

e) Jatuhnya bahan tidak bagus.

f) Tekstur bahan gemersik dan kaku (Goet Puspo 2005:76).

7. Ukuran Matras

Ukuran standar yang beredar di pasaran adalah; 100 x 200 cm, 120 x 200 cm, 160 x 200 cm (Queen size), 180 x 200 ( King size ) dan 200 x 200.( Majalah Rumahku edisi Saturday, 19 March 2011).

commit to user

METODE PENCIPTAAN

A. ANALISA PERMASALAHAN

Permasalahan yang diangkat dalam penciptaan tugas akhir ini adalah “Inovasi Desain Produk Tekstil dari Bahan Perca untuk Meningkatkan Daya Jual

Produk ”. Sebelum menginjak permasalahan pokok tentang pengembangan perca ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pengolahan perca saat ini. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pengolahan perca yaitu; perlunya pengembangan ide desain dalam pengolahan perca dan cara untuk merealisasikan produk dari bahan perca. Untuk memecahkan masalah tersebut maka dibutuhkan analisa terhadap permasalahan yang ada.

Permasalahan pertama pada pengolahan perca saat ini adalah dengan menganalisa produk-produk tekstil yang dihasilkan dari bahan perca mulai dari produk yang berskala kecil sampai dengan produk berskala besar. Analisa ini digunakan untuk mengetahui produk yang saat ini sedang diminati masyarakat, dan mengetahui kekurangan dan kelebihan produk, dengan analisa tersebut diharapkan mampu menjadikan ide untuk mengembangkan produk dari bahan perca dan meningkatkan daya jual produk tekstil dari perca. Analisa permasalahan ini meliputi perkembangan produk perca yang selama ini ada di masyarakat, dengan menganalisa perkembangan produk maka ditemukan kekurangan dan kelebihan produk dari perca. Untuk kelebihan produk yang dihasilkan adalah adanya produk yang menggunakan teknik penyambungan yang rapi dan teratur

commit to user

yang sama, sehingga memudahkan dalam proses pengerjaan. Kelemahan dari proses ini adalah produk yang dihasilkan masih monoton, yaitu penyusunan bidang yang digunakan masih mempunyai bentuk yang sama dan disambung untuk menjadi produk tekstil.

Permasalahan yang selanjutnya adalah menganalisa teknik yang digunakan oleh pengrajin untuk membuat produk dari perca, analisa ini meliputi proses dari awal sampai akhir pembuatan yang digunakan sebagai pedoman teknik yang digunakan untuk merealisasikan produk. Permasalahan teknik ini bersangkutan dengan estetika yang ada pada penciptaan desain produk dari bahan perca, karena teknik yang digunakan adalah patchwork maka desain yang digunakan harus sesuai dengan teknik yang digarap supaya desain mampu untuk direalisasikan menjadi karya. Penciptaan desain tidak bisa lepas dari teknik yang akan digunakan untuk menggarap, karena teknik penyambungan ini mempunyai kerumitan untuk menyambung potongan yang berbeda bentuk dan ukuran, sehingga membutuhkan strategi untuk mengatasi permasalahan ini.

B. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan hasil analisa permasalahan di atas maka dibutuhkan strategi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan, langkah yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah:

1. Strategi pemecahan masalah yang pertama adalah melakukan survey, survey dilakukan di daerah pengrajin perca yang ada di Surakarta diantaranya

commit to user

2. Langkah selanjutnya yang diambil untuk menentukan bahan yaitu dengan melakukan pengumpulan kain perca dari berbagai konveksi yang ada di solo, bahan-bahan yang digunakan merupakan perca dari sisa potongan jahitan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan bahan dasar serat, motif, warna dan ukuran. Setelah bahan dan teknik langkah selanjutnya adalah dengan melakukan percobaan, percobaan ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan dalam proses pembuatan karya.

3. Survey pasar dilakukan untuk mengetahui selera masyarakat dan untuk mengetahui produk perca seperti apa yang saat ini ada di pasaran, karena sesbelum memulai proses perancangan maka yang harus dilakukan adalah mengetahui selera masyarakat. Survey ini dilakukan di PGS, BTC, Pasar Klewer, Pasar Ngarsopuro dan pengrajin yang ada di sekitar Solo khususnya daerah Laweyan.

4. Pengembangan desain sangat berkaitan dengan teknik yang digunakan karena teknik yang digunakan adalah patchwork yaitu menyambung, untuk menyambung potongan yang berbeda ukuran dan bentuk maka desain yang digunakan harus disesuaikan dengan teknik penyambungan, sehingga dalam penciptaan desain menggunakan langkah penyambungan secara detail untuk mengantisipasi kesalahan dalam proses produksi. Untuk memecahkan proses visualisasi maka setiap desain diberikan nomor urut yang berfungsi sebagai acuan untuk menyambung perca.

commit to user

Perca adalah potongan-potongan kain yang dihasilkan dari sisa produksi, perca mempunyai ukuran, bahan, dan motif atau warna yang bermacam-macam.

Teknik patchwork mempunyai kriteria yang sesuai dengan pengolahan perca karena teknik ini mempunyai prinsip menyambung kain dan perca mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Dengan menjahit dan menggabungkan potongan-potongan kain maka akan terbentuk lembaran kain yang baru sesuai dengan desain yang beraneka ragam. Keunggulan dari teknik patchwork adalah bahan dari perca bisa diolah secara maksimal karena teknik ini mempunyai prinsip menyambung dan tidak membatasi ukuran kain. Selain itu penyusunan warna dan motif dengan memperhatikan prinsip desain akan menghasilkan karya yang eksklusif, karena perca mempunyai keterbatasan warna dan motif sesuai bahan yang tersedia. Teknik patchwork mempunyai kelemahan dalam teknik penjahitan, karena struktur perca berbeda-beda sehinga mempunyai karakteristik yang berbeda dalam penyambungan dan menyulitkan dalam proses penjahitan (Mila Karmila dkk, 2010 : 38 – 39).

Bahan yang digunakan dalam pengolahan perca adalah bahan dari kain katun karena kain katun mempunyai karakteristik yang mudah ditekuk, kusut, tidak panas dan menyerap keringat. Penggunaan bahan dasar perca mempengaruhi dari hasil yang digarap, bahan yang mudah disambung dan mempunyai tekstur mudah kusut memudahkan pengolahan perca (Goet Puspo, 2005 : 76).

commit to user

mampu meningkatkan daya jual maka diperlukan pengamatn terhadap selera masyarakat akan produk-produk yang dihasilkan dari bahan perca. Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa masyarakat lebih memilih produk perca yang mempunyai fungsi sebagai pelengkap rumah tangga dibandingkan dengan aksesoris, misalnya bed cover, penutup galon, selimut dan bantal untuk kursi. Kriteria produk yang dipilih umumnya yang dibuat dari 100% perca karena produk ini mempunyai keunggulan yaitu eksklusif dan terbatas. Berikut ini adalah dokumentasitasi dari berbagai data gambar yang di ambil dari berbagai sumber:

Gambar 10. Bed dari perca Sumber. Batik Tjahaja Baroe

commit to user

Gambar 11: Pemanfaatan untuk pelengkap. Sumber. Batik Perca dan Lawasan Laweyan

Gambar 12. Penutup Galon Sumber. Tetoti Collection.

commit to user

Gambar 13. Selimut perca. Sumber. Batik Tjahaja Baroe

Gambar 14. Bed Cover Perca Sumber. Tiara Collection

commit to user

Gambar 15. Bed Cover Perca Sumber. Batik Tjahaja Baroe

D. UJI COBA

Ujicoba atau eksperimen dilakukan untuk mengurangi kesalahan selain itu digunakan sebagai teknik yang dipilih untuk penggarapan perca sesuai dengan tema. Berikut ini adalah hasil uji coba teknik sambung perca atau patchwork yang dilakukan dengan pengrajin perca di solo:

1. Pengumpulan perca berdasarkan warna dan bahan

Gambar 16. Pengumpulan perca

Sumber. Dokumentasi arif

commit to user

Gambar 17. Potongan perca Sumber. Dokumentasi Arif

3. Menyetrika kain yang sudah dikelompokkan berdasarkan bahan dan warna.

Gambar 18. Hasil perca setelah disetrika Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

Gambar 19. Hasil pembuatan pola dengan kertas karton. Sumber. Dokumentasi Arif

5. Penjiplakan pola di atas kain.

Gambar 20. Penjiplakan pola Sumber. Dokumentasi Arif

Gambar 21. Penjiplakan pola

Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

6. Hasil potongan sesuai pola.

Gambar 22. Hasil potongan. Sumber. Dokumentasi Arif

7. Penyusunan berdasarkan warna.

Gambar 23. Penyusunan sebelum dijahit. Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

Gambar 24. Penyusunan berdasarkan repeat

Sumber. Dokumentasi Arif

E. GAGASAN AWAL DAN ALTERNATIFNYA

Gagasan awal pada penciptaan karya tugas akhir ini mengambil pokok bahasan pengembangan inovasi desain dan produk tekstil dari perca untuk meningkatkan daya jual produk, dengan pertimbangan unsur-unsur desain dan berbagai acuan data yang digunakan untuk mengembangkan produk dengan teknik patchwork. Pertimbangan aspek bahan, aspek teknik, aspek estetik dan aspek fungsi ini menjadi nilai penting pada penciptaan tekstil dengan teknik patchwork . Pengembangan desain perca dengan teknik patchwork ditujukan untuk meningkatkan dan memaksimalkan pengolahan perca menjadi produk yang fungsional yaitu produk pelengkap rumah tangga. Produk yang dibuat adalah pelengkap peralatan tidur yaitu bed cover.

Perca mempunyai bentuk, bahan dan warna yang beraneka ragam dengan adanya pengolahan warna dan motif yang tersedia di perca terbentuklah motif yang baru/nilai estetis baru yang ada dalam produk dan menjadikan lembaran kain

commit to user

dihasilkan diolah kembali menjadi sebuah bed cover yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Potongan yang digunakan dalam pengolahan ini adalah geometris, karena dengan potongan geometris memudahkan untuk penyambungan dan penyusunan. Penyusunan bidang dipilih dengan mengolah bidang yang berbeda misalnya dengan mencampurkan bentuk segitiga dengan segi empat yang ditata dengan komposisi berdasarkan bentuknya untuk menjadikan motif baru. Penyambungan perca dilakukan dengan memberikan sisa sambungan kurang lebih 0,5cm pada jahitan sambungan dan ukuran minimal 10cm pada setiap potongan perca.

Alternatif kedua yang digunakan adalah pengembangan teknik patchwork dengan pengolahan bidang yang sama pada perca,misalnya pada potongan persegi digabungkan dengan persegi sehingga dalam pengolahan ini hanya memainkan warna dan motif yang ada pada perca. Gagasan alternatif ini diambil jika gagasan awal dari proses pengolahan mengalami permasalahan sehingga membutuhkan alternatif gagasan dalam pengolahan perca.

commit to user

PROSES PENCIPTAAN

A. BAGAN PEMECAHAN MASALAH

Inovasi Desain Produk Tekstil dari Bahan Perca untuk Meningkatkan Daya Jual Produk.

Analisa Pengolahan Perca

Kelebihan pengolahan perca

Identifikasi Permasalahan

a. Permasalahan desain dan teknik pengolahan perca

Strategi Pemecahan Masalah Survey proses dan teknik pengolahan

perca Survey pemilihan bahan

Survey pasar Uji coba teknik

Konsep penciptaan Estetik - Proses dan teknik Bahan - Fungsi

Desain

Visualisasi Karya

B. KONSEP PENCIPTAAN

Penciptaan dan pengembangan nilai estetis perca ini ditujukan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap produk perca, dalam hal ini produk

Kekurangan pengolahan Perca

commit to user

untuk melengkapi kebutuhan. Pemilihan bed cover sebagai produk karena bed cover yang diolah untuk saat ini masih mempunyai kekurangan dalam kreasi desain, selain itu bed cover merupakan produk yang mampu untuk menyerap perca yang lebih banyak dibandingkan dengan produk lainya misalkan aksesoris. Produk bed cover merupakan salah satu produk yang peminatnya adalah masyarakat kelas menengah ke atas dengan demikian peluang untuk meningkatkan daya jual perca sangat terbuka yaitu dengan pengolahan desain yang lebih variatif dengan memperhatikan aspek-aspek desain agar tercipta produk bed cover dengan desain yang lebih beraneka ragam.

Konsep penciptaan yang ditawarkan adalah pengolahan perca yang digunakan sebagai sebagai pembuatan bed cover, tema yang diambil yaitu pengolahan bidang geometris yang berbeda bentuk dan ukuran disambung dengan menggunakan teknik patchwork. Pemilihan potongan geometris yang berbeda bentuk dan ukuran karena selama ini produk yang dihasilkan oleh pengrajin masih menggunakan teknik menyambung dengan bentuk dan ukuran yang sama yang disusun berdasarkan warna dan meghasilkan produk yang masih monoton untuk motifnya. Untuk itulah pengolahan geometris yang berbeda bentuk diambil sebagai teknik yang bertujuan untuk meningkatkan nilai estetis dan ketertarikan masyarakat terhadap produk dari bahan perca.

Penggunaan potongan geometris ini diterapkan pada perca yang dipotong sesuai dengan bidang yang berbeda-beda yaitu ukuran dan bentuknya, kemudian potongan itu disambungkan dengan teknik patchwork yang disusun dengan

commit to user

Indonesia, mozaik adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan berwarna yang disusun untuk menjadi bentuk baru. (Depdiknas 2001:756).

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk memvisualisasikan karya antaralain :

1. Estetis

Untuk mencapai visual desain yang mempunyai nilai estetika baru maka dibutuhkan beberapa langkah, yaitu dengan memperhatikan komposisi bentuk, pengaturan warna dan motif pada sambungan, teknik penyambungan perca dan pemilihan bahan dasar perca. Pengaturan komposisi bentuk perca dilakukan dengan memotong perca dan ukurannya berbeda-beda, hal ini ditujukan agar sambungan yang dihasilkan mempunyai efek motif yang berbeda sehingga membentuk tekstur sesuai dengan motif yang digunakan. Langkah yang selanjutnya adalah pemilihan warna dan motif, pemilihan warna dan motif disesuaikan dengan desain yang digarap berdasarkan ketersediaan perca dan dikomposisikan berdasarkan urutan warna yang diambil. Motif yang diambil adalah penyusunan bidang geometris, yaitu dengan menyusun bidang geometris melalui penyusunan letak sambungan, warna perca dan bidang yang berbeda ukuran. Efek warna yang dihasilkan dengan mengkomposisikan warna dan motif akan terlihat jika potongan perca mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar yaitu 10cm – 25cm, karena jika potongan terlalu besar maka kemungkinan akar terjadi efek blok sehingga menimbulkan efek yang terpisah.

commit to user

bahan ini dilakukan agar tercipta keselarasan bahan dengan fungsinya. Bahan yang digunakan harus mempunyai karakteristik yang sama, pemilihan bahan menggunakan kain katun yang mudah ditekuk. Kesamaan bahan juga berpengaruh pada proses pembuatannya karena dengan bahan yang sama maka akan mempermudah proses penyambungan dan produk yang dihasilkan bisa lebih baik dari percampuran bahan.

Selain bahan, teknik juga sangat mempengaruhi nilai estetis karya, karena bentuk potongan yang disambung mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda- beda maka dibutuhkan langkah-langkah secara urut dalam pembuatan desain dengan menyesuaikan bentuk dan teknik sambungan. Pemberian nomor urut merupakan salah satu langkah yang digunakan untuk menyusun sambungan sesuai dengan motif dan desain sehingga dalam prosesnya penjahit mampu untuk memvisulisasikan produk sesuai dengan desain, karena teknik sangat berkaitan dengan estetis, fungsi dan bahan.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada pembuatan teknik patchwork terdiri dari bahan pokok dan bahan tambahan. Bahan pokok yaitu berupa perca.

a. Perca Perca yang digunakan untuk membuat patchwork dipilih perca yang sejenis, memiliki berat, tenunan, dan serat yang sama agar tidak mulur dan tidak terjadi tarik menarik antara kain yang lebih kuat menarik perca yang lainnya,

commit to user

patchwork . Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah dengan cara menyeimbangkan berat kain melalui pemberian lapisan (viseline) pada bagian kain yang ringan. Kain katun merupakan kain yang dapat menghasilkan teknik patchwork yang baik, karena memiliki daya lipat yang baik, teksturnya tidak licin, dan sifatnya yang sedikit kaku, sehingga akan memudahkan dalam proses pengerjaannya.

b. Benang Jahit Benang jahit berfungsi untuk menjahit potongan kain perca yang satu dengan yang lainnya. Warna benang hendaknya disesuaikan dengan warna kain pokok. Jenis benang yang dapat digunakan adalah benang katun.

c. Peralatan Jahit

3. Proses

Teknik yang digunakan dalam visualisasi karya adalah dengan menggunakan teknik patchwork, patchwork adalah seni dan kreasi dalam menggabungkan potongan – potongan perca satu dengan yang lainnya dan memiliki motif atau warna yang berbeda – beda sehingga menjadi suatu bentuk tertentu. Teknik ini dipilih karena patchwork merupakan teknik yang sesuai dengan karakter perca yang berupa potongan kain dan disambung untuk menjadi lembaran kain baru yang digunakan sebagai bahan pembuatan bed cover.

Proses penyambungan mempunyai tingkat kerumitan karena potongan- potongan perca mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, untuk itu penyambungan dilakukan dengan memperhatikan bentuk yang sesuai langkah

commit to user

Langkah-langkah dalam pengerjaan teknik patchwork terdiri dari tiga tahap, yaitu:

a. Membuat Pola Memilih dan menentukan motif patchwork, kemudian membuat polanya dari desain motif tersebut pada kertas milimeter blok, kemudian digunting pola dengan menggunakan gunting kertas.

b. Menjiplak Pola pada Kain Menjiplak pola pada kain dengan bantuan pensil lalu melebihkan 1cm dari tepi pola pada setiap sisinya untuk kampuh.

c. Memotong Kain Pemotongan kain menggunakan alat pemotong kain dan gunting, karena ukuran perca yang berbeda-beda maka dibutuhkan gunting dan alat pemotong kain. Untuk perca yang berukuran besar dipotong secara bersamaan dengan pemotong kain untuk perca yang berukuran kecil digunting sesuai dengan ukuran dan jiplakan.

d. Menyambung Kain Menyambung kain dilakukan dengan menggunakan mesin jahit lurus. Penyambungan dengan mesin digunakan pada penyambungan kain sesuai dengan pola yang ditentukan.

Proses penyambungan dengan menggunakan potongan yang berbeda bentuk dan ukuran mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pengerjaannya. Kelebihan dari proses ini yaitu dengan menyambung bentuk yang berbeda-beda

commit to user

karena tekstur yang dihasilkan dari sambungan itu bermacam-macam sehingga produk lebih beraneka ragam dan lebih menarik daripada produk yang sudah ada. Kelemahan yang dihadapi yaitu membutuhkan teknik dan kerumitan yang lebih karena kain yang disambung mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sehingga dibutuhkan kejelian dalam proses penyambungan.

4. Fungsi

Penciptaan pada pengembangan nilai estetis perca ditujukan untuk mengolah perca dengan teknik patchwork menjadi bed cover yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bed cover berfungsi sebagai penutup sekaligus pelapis kasur. Isi untuk bed cover dan kain penutupnya dijahit permanen dan lebih tebal untuk melapis ranjang. Lebar bed cover 30cm – 40cm lebih panjang daripada lebar ranjang.

Dalam aspek fungsi ini bahan juga sangat berkaitan dengan fungsi bed cover , karena berfungsi sebagai pelindung maka bahan yang digunakan harus benar-benar rapat dan mampu untuk menutupi seluruh bagian dari kasur dan melindungi dari debu dan kotoran. Bahan katun dipilih sebagai bahan utama karena katun mudah untuk dijahit sehingga jahitan yang dihasilkan dari sambungan bisa rapat dan tidak tertembus oleh debu.

C. KRITERIA PENCIPTAAN

Kriteria penciptaan pada pengembangan perca adalah dengan memanfaatkan perca yang ada dimanfaatkan dengan pengolahan motif yang ada pada perca kemudian dipotong bentuk geometris sesuai ukuran. Pengolahan ini

commit to user

nilai estetis yang baru dan menarik, sehingga perca mampu dimanfaatkan secara maksimal. Produk yang dihasilkan adalah bed cover dari sambungan perca dan mempunyai bentuk potongan bidang geometris dan digunakan sebagai bed cover.

D. PEMECAHAN DESAIN

Pemecahan desain adalah langkah yang ditempuh untuk penyelesaian desain yang digarap. Langkah pertama yang diambil adalah pemilihan bahan dari perca, perca yang diambil adalah perca yang mempunyai kesamaan karakteristik yaitu tingkat kelenturan bahan dan tidak terlalu tebal agar memudahkan pengolahan. Bahan yang dipilih adalah perca dari katun, karena kain katun mempunyai karakteristik yang mudah ditekuk, kusut, tidak panas dan menyerap keringat. Penggunaan bahan dasar perca mempengaruhi dari hasil yang digarap, bahan yang mudah disambung dan mempunyai tekstur mudah kusut memudahkan pengolahan perca. Proses selanjutnya adalah menentukan teknik, teknik yang dibutuhkan adalah teknik menyambung perca/patchwork untuk dijadikan lembaran kain. Pemilihan teknik sangat berkaitan dengan estetis, karena keunggulan dari pengembangan ini adalah menyambung perca yang berbeda bentuk dan disesuaikan dengan desain. Warna dan motif yang dipilih adalah warna-warna yang tersedia dari bahan perca, yaitu komposisi dari warna kontras dan warna lembut. Motif yang dipakai adalah motif mozaik yang disusun menjadi bentuk tiga dimensi berupa kubus yaitu dengan pengolahan potongan perca untuk disambung menjadi motif tiga dimensi, dengan demikian motif akan terlihat seperti sebuah bidang yang mempunyai ruang.

commit to user

untuk menjadi motif baru/nilai estetis baru yang menarik. Untuk menghasilkan desain yang menarik maka dibutuhkan potongan dari bidang geometris yang terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan disusun secara acak untuk menghasilkan motif yang menarik. Dalam pembuatan desain dibutuhkan kesesuaian teknik penyambungannya, untuk mengatasi masalah pada penyambungan maka setiap desain diberikan urutan langkah penyambungan dan penyusunan perca sesuai dengan desain, karena potongan yang disusun mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

commit to user

VISUALISASI

A. URAIAN DESKRIPTIF

Hasil akhir dalam pengembangan nilai estetis pada produk perca adalah terwujudnya produk bed cover yang terbuat dari bahan perca dengan menggunakan teknik patchwork yaitu menyambung potongan perca untuk dijadikan bed cover. Konsep penciptaan yang diambil yaitu pengolahan bidang geometris yang berbeda bentuk yang disusun menjadi motif geometris sehingga menghasilkan nilai estetis yang menarik.

B. HASIL DESAIN

Gambar 25: Desain 1

commit to user

Gambar 26. Hasil Produk desain 1 Sumber: Dokumentasi Arif

Gambar 27. Aplikasi Produk Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

Desain ini mempunyai ukuran 160cm x 200cm dengan menggunakan perca katun, untuk penggunaan warna menyesuaikan dengan ketersediaan perca yaitu merah, coklat tua, coklat muda, hijau, hitam dan biru.

Pengolahan motif geometris menggunakan 3 bidang yang berbeda bentuk dan ukuran yaitu: bidang segitiga dan segi panjang yang disusun menjadi sebuah bangun persegi panjang yang disusun seolah-olah menjadi tumpukan balok. Motif terinspirasi dari tumpukan anak tangga yang mempunyai efek tiga dimensi seperti tumupukan balok, motif ini diaplikasikan ke desain bed cover yang menggunakan teknik patchwork dan menyambung potongan perca geometris disusun menjadi kubus dan ditumpuk menyerupai anak tangga.

Efek tiga dimensi dimunculkan dengan pengolahan quilting pada bagian motif kubusnya sehingga tindasan dari jahitan akan membentuk garis yang memunculkan efek tiga dimensi.

commit to user

Gambar 28: Desain 2

Gambar 29. Hasil produk desain 2 Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

Gambar 30. Aplikasi Produk Sumber. Dokumentasi Arif

2. Bed cover 2

Desain ini mempunyai ukuran 160cm x 200cm menggunakan bahan dari perca dengan pengolahan warna yang tersedia dari perca yaitu: coklat muda dikombinasikan dengan biru muda, merah dikombinasikan dengan warna putih dan hitam.

Pengolahan motif geometris menggunakan 2 bidang yang berbeda bentuk dan ukurannya, bentuk yang diolah yaitu: segitiga disambung dengan belah ketupat. Pengolahan motif sesuai dengan urutan yang ada dalam urutan penyambungan dan membentuk motif kubus yang disusun dengan efek seperti tumpukan kubus.

Teknik yang digunakan adalah patchwork yaitu dengan menyambung perca yang dipotong dengan ukuran geometris berupa segitiga dan belah ketupat

commit to user

quilting dengan menindas setiap potongan belah ketupat yang disusun sesuai dengan motif kubus.

Motif ini terinspirasi dari tumpukan kado ulang tahun, yaitu hiasan pita diaplikasikan dengan desain yang divisualisasikan dengan warna hitam dan putih sebagai penghias pada tumpukan kubus.

Gambar 31: Desain 3

commit to user

Gambar 32. Hasil produk desain 3 Sumber. Dokumentasi Arif

Gambar 33. Aplikasi Produk Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

Pengolahan desain yang ke 3 mempunyai ukuran 160cm x 200cm menggunakan 4 warna dari perca yang dipotong secara geometris dan menggunakan 2 bidang yang berbeda dan disusun untuk secara acak.

Bentuk yang dioalah yaitu: persegi panjang dan segitiga dan disusun secara miring sesuai dengan urutan penyambungan dan menghasilkan motif yang menarik. Pemilihan motif menggunakan tumpukan kubus yang terinspirasi oleh kotak perhiasan yang disusn menjadi dua tumpukan. Untuk background menggunakan susunan potongan segitiga.

Teknik yang digunakan adalah patchwork yaitu dengan menggunakan penyambungan potongan perca dan disusun sesuai dengan motif kubus yang ditumpuk menyerupai kotak hiasan. Lapisan yang digunakan langsung menggunakan kain prima putih sebagai pelapis bagian dalam untuk menutupi sambungan perca.

commit to user

Gambar 34: Desain 4

Gambar 35. Hasil produk desain 4 Sumber. Dokumentasi Arif

commit to user

Gambar 36. Aplikasi Produk Sumber. Dokumentasi Arif

4. Bed cover 4

Pengolahan desain ini mempunyai ukuran lebar 260cm x panjang 200cm menggunakan bahan perca yang terdiri dari 4 warna yang disusun sesuai dengan potongan geometris. Potongan- potongan tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda yaitu segi tiga dan persegi panjang dan disambung sesuai dengan langkah penyabungan yang digunakan sebagai acuan untuk memudahkan proses produksi.

Motif yang digunakan adalah tumpukan kubus yang terinspirasi dari susunan anak tangga sehingga menghasilkan afak tiga dimensi, penguat efek tiga dimensi dengan memberikan tambahan warna putih disela tumpukan agar terlihat seperti lubang.

commit to user