ISU PERBEDAAN JENIS KELAMIN DALAM MANAJE

ISU PERBEDAAN JENIS KELAMIN
DALAM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Disusun Oleh :
1. Heppy Setiawati
2. Mohammad Anindityo
3. Muhammad Dahri Zikri Purba
4. Nanda Yaumun Niam
5. Niken Dyah Wanodyanti
6. Sabilil Hakimi A

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
1

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1


Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................................4

1.3

Tujuan...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1

Motivasi............................................................................................................................5

2.2

Orientasi............................................................................................................................6

2.3


Skill...................................................................................................................................7

2.3.1

Skill Laki-laki............................................................................................................8

2.3.2

Skill Perempuan.........................................................................................................9

2.4

Sikap................................................................................................................................10

SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................................12
3.1

Simpulan.........................................................................................................................12


3.2

Saran................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

2

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya informasi dan ilmu pengetahuan dari zaman ke
zaman banyak perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek bidang kehidupan.
Salah satunya adalah perubahan yang terjadi dibidang ekonomi dan manajemen. Hanya
perusahaan yang inovatif yang dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat ini.
Sebagai dampaknya, suatu organisasi dihadapkan pada perubahan eksternal yang serba
tidak pasti, tingkat persaingan yang semakin kompertitif, dan berbagai keadaaan lain
yang tidak bisa ditawar lagi, mau tidak mau harus dihadapai oleh para pelaku ekonomi.
Adalah suatu keharusan bagi suatu organisasi perusahaan untuk memberikan respon yang
baik dan tepat agar dapat menanggapi berbagai kondisi dan perubahan yang terjadi.
Perubahan eksternal yang dialami oleh pelaku ekonomi harus diikuti dengan

perubahan internal agar organisasi ekonomi yang bersangkutan dapat berjalan selaras
dalam menjalankan usahanya. Perubaahan internal tersebut ialah manajemen sumber
daya manusia. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari manajemen pada umumnya, yakni merupakan kunci utama dalam
pencapaian tujuan organisasi (Rallahalo, 2009).
Pada era globalisasi ini, terdapat suatu tren yang sangat menarik, yaitu semakin
banyaknya tenaga kerja usia muda/produktif yang memasuki dunia kerja, dan terutama
adanya peningakatan jumlah tenaga kerja perempuan yang masuk ke dunia kerja
profesional. Kondisi ini pada suatu sisi menggembirakan, karena hal ini menunjukkan
semakin besarnya akses bagi kaum perempuan untuk masuk dalam dunia kerja, dan
semakain terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan diri dalam
dunia kerja.
Dengan semakin meningkatnya komposisi SDM (Sumber Daya Manusia)
Perempuan yang ada pada suatu organisasi berimplikasi pada praktek manajemen SDM
yang berbeda pula. Seorang manager harus dapat mengoptimalkan SDM yang ada agar
produktivitas organisasi selalu meningkat. Dalam pengoptimalanya maka perbedaan jenis
kelamin kerap menjadi isu yang berkembang dalam manajemen SDM. Maka pada paper
ini akan diulas perbedaan-perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan yang akan
menimbulkan tindakan manajemen yang baik agar hambatan yang timbul dari perbedaan
SDM berdasarkan jenis kelamin dapat diatur dengan baik yang mana akan berpengaruh

pada kinerja perusahaan.

3

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka kami dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimana perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan jika dilihat dari beberapa
indikator yaitu motivasi kerja, orientasi, perilaku/sikap, dan skill?

2. Masalah manajemen apa yang mungkin timbul dari perbedaan antara SDM Laki-laki
dan Perempuan?
3. Bagaimana solusi dalam bentuk tindakan manajemen untuk menyelesaikan
permaslahan tersebut?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan jika dilihat dari
beberapa indikator yaitu motivasi kerja, orientasi, perilaku/sikap, dan skill.
2. Mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dari perbedaan antara SDM Laki-laki

dan Perempuan
3. Mengidentifikasi tindakan manajemen untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul.

4

PEMBAHASAN
2.1 Motivasi
Motivasi merupakan keinginan seseorang melakukan sesuatu akibat dorongan dari
diri sendiri maupun dari luar diri pegawai. Selain itu motivasi dapat pula diartikan
sebagai dorongan pegawai untuk melakukan tindakan karena mereka ingin
melakukannya. Motivasi karyawan dalam bekerja mempunyai peranan sangat penting
dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Motivasi dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tertentu, sehingga motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan
dalam melakukan pekerjaan.
Berdasarkan jenis kelamin ada perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan yang
berkaitan dengan motivasi antara lain pola fikir Laki-laki yang fokus dan logis,
sedangkan Perempuan lebih meluas dan mengandalkan perasaan. Dalam hal ini pola pikir
seorang Laki-laki yang cenderung berpaku pada fakta, sementara pola pikir Perempuan
yang cenderung mengacu pada konsep dan sesuatu yang saling berhubungan. Hal ini

mampu menyebabkan bahwa pola pikir dari seorang Perempuan cenderung lebih luas
daripada seorang Laki-laki yang straight to the point. Begitu pula terkait dengan
mengatasi permasalahan, Laki-laki akan berpikir untuk mencari jalan keluarnya. Bagi
Perempuan, tidak cukup hanya dengan memikirkan permasalahan yang dihadapi.
Perempuan memerlukan seseorang untuk mendengarkan keluhannya walaupun orang
tersebut tidak selalu harus memberi solusi. Laki-laki memerlukan solusi. Laki-laki senang
memecahkan permasalahan, tidak hanya membicarakannya. Begitu pula saat memberi
komentar, Laki-laki dapat memberikan komentar secara terus terang dan memotong
pembicaraan orang lain bila ingin berkomentar, sementara Perempuan cenderung lebih
peka dan berhati-hati.
Berdasarkan perbedaan yang telah dijelaskan pada paragraf di atas, umumnya
akan menimbulkan beberapa masalah dalam organisasi kerja. Dalam hal pola fikir yang
fokus dan meluas dapat terjadi perdebatan yang cukup lama saat rapat. Kondisinya Lakilaki berpendapat berdasarkan fakta, sementara Perempuan akan mengaitkan pendapat
yang satu dengan yang lain. Jika pemimpin rapatnya kurang memiliki karakter
leadership, maka akan berdampak dengan kondisi waktu rapat yang panjang dan
mengurangi efisiensi kerja. Sehingga untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan
karakter leadership yang baik pada atasan / pimpinan.
Berdasarkan perbedaan mengandalkan logika pada Laki-laki dan perasaan pada
Perempuan, akan berdampak pada profesionalitas kerja. Dalam hal ini, Perempuan sangat
bergantung dengan perasaannya (moody). Sewaktu-waktu Perempuan bisa tidak nyaman

perasaannya dan mengakibatkan produktivitas kerjanya menurun. Hal ini bisa disebabkan
karena permasalahan pribadi atau keluarga yang dibawa ke tempat kerja. Untuk
mengatasi permasalahan ini diperlukan kegiatan briefing pagi sebelum kerja. Kegiatan ini
5

bisa sebagai bentuk pengkondisian awal penyamaan frekuensi. Dalam hal ini bisa
memotivasi satu sama lain dan meningkatkan semangat kerja.
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Perbandingan Motivasi Kerja dan Disiplin
Kerja Antara Karyawan Laki-laki dan Perempuan Sebagai Model Peran Bagi
Karyawan (Fajriati 2011). Penelitian ini dilakukan dengan sampel karyawan KOP SAE
Pujon sebanyak 60 sampel (30 Laki-laki dan 30 Perempuan).
Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
motivasi kerja antara karyawan Laki-laki dan Perempuan, dan terdapat perbedaan yang
signifikan disiplin kerja antara karyawan Laki-laki dan Perempuan. Dari hasil tersebut
tingkat motivasi kerja karyawan Laki-laki lebih tinggi di bandingkan dengan karyawan
Perempuan, sedangkan tingkat disiplin kerja karyawan Laki-laki lebih rendah di
bandingkan dengan karyawan Perempuan.
Indikator
1. Motivasi


Laki-laki
Pola fikir fokus

Perempuan
Pola fikir meluas

Berdasarkan
logika

Berdasarkan
perasaan

Problem
Solusi
Sulit mengambil Pengaruh
keputusan
saat leadership atasan
rapat
terhadap
bawahan

pada
saat rapat
Profesionalitas
Briefing sebelum
kerja
mulai kerja

Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Motivasi

2.2 Orientasi
Pada sisi orientasi, terdapat perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan untuk
beberapa aspek. Laki-laki pada umumnya mimiliki orientasi fokus pada hasil, berfikir
objektif dan pemikiran bersifat long term, beda halnya dengan Perempuan pada
umumnya memiliki orientasi fokus pada relasi, berfikir subjektif dan pemikiran bersifat
short term. Perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan menimbulkan konflik yang sering
terjadi di dalam sebuah organisasi/perusahaan.
Seperti pandangan Perempuan pada umumnya yang lebih subjektif terhadap suatu
hal dibanding Laki-laki yang lebih objektif, dapat menimbulkan Perempuan kurang
inovatif dibandingkan dengan Laki-laki. Laki-laki memiliki pemikiran jangka panjang
(long term) di bandingkan dengan Perempuan yang memiliki pemikiran jangka pendek

(short term), hal tersebut menimbulkan Perempuan kurang cermat dalam hal pemecahan
masalah dibandingkan dengan Laki-laki terutama pada saat rapat (meeting).
Seperti contoh kasus pada perusahaan terkenal di Redmond, Washington DC.
Perusahaan teknologi Microsoft Corp, menerima gugatan hukum di Amerika Serikat (AS)
karena kebijakan perusahaan tersebut dalam penentuan promosi jabatan dan kenaikan gaji
karyawan diduga mendiskriminasi Perempuan. Chief Executive Officer (CEO) Microsoft,
6

Satya Nadella dikritik karena memberikan karyawannya peringkat numerik berdasarkan
evaluasi kerja. Peringkat yang diberikan secara rutin kepada pekerja perempuan lebih
rendah dibandingkan Laki-laki dan lebih berdasarkan kriteria yang subjektif. Sumber:
viva.co.id
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali
seseorang bekerja di lingkungan yang baru, akan nampak bahwa orang tersebut tidak
familiar terhadap pekerjaannya. Situasi seperti itu juga terjadi pada Laki-laki dan
Perempuan, suasana serba baru seperti lingkungan kerja baru, teman kerja baru, prosedur
kerja baru dan sebagainya dapat membuat pegawai baru baik Perempuan dan Laki-laki
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Untuk mengatasi hal tersebut
organisasi/perusahaan membuat program pengenalan yang disebut dengan orientasi.
Orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong pegawai baru (yang
lulus seleksi) mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya bekerja. Memperkenalkan
para karyawan dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan
karyawan lain. Orientasi dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan waktu
untuk dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.
Perusahaan/organisasi dihimbau untuk mengadakan seminar atau pelatihan
kepada karyawannya, baik itu tentang status ketenaga kerjaan, sosial, budaya yang
berlaku di perusahaan, professionalitas dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan
penyesuaian diri. Kegiatan tersebut berguna untuk menyetarakan pemikiran para
karyawannya baik Laki-laki dan Perempuan dalam berkerja, meningkatkan kinerja dan
semangat karyawan, menanamkan prinsip yang kuat kepada karyawan, dan dapat
menurunkan tingkat turn over karyawan.
Indikator
3. Orientasi

Laki-laki
Perempuan
Fokus
pada Fokus pada relasi
hasil

Problem
Kurang
profesional

Solusi
Adanya
pelatihan
Management Trainee
karyawan
General
Detail
Kurang teliti Adanya
sistem
/
terhadap hal format pada setiap
kecil
kegiatan di organisasi
Long term
Short term
Kurang
Sering
mengikuti
inovatif
seminar / pelatihan
Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Orientasi

2.3 Skill
Secara umum soft skills diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis
dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal (Prastiwi,
2011: 3).
Para ahli memberikan definisi soft skills dengan sangat beragam. Menurut Berthal
(dalam Muqowim, 2012: 5), soft skills diartikan sebagai perilaku personal dan
7

interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia. Sedangkan
menurut Putra dan Pratiwi (2005: 5) soft skills adalah kemampuan-kemampuan tak
terlihat yang diperlukan untuk sukses, misalnya kemampuan berkomunikasi,
kejujuran/integritas dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa soft skills
merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang yang tidak dapat dilihat dengan
kasat mata jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan-kemampuan
ini hanya dapat dilihat jika orang tersebut mau menerapkannya dalam kehidupannya.
Kemampuan-kemampuan yang dimaksud bukan kemampuan akademis yang
tinggi, tetapi kemampuan interaksi sosial yang baik, kemampuan untuk bergaul, mampu
berbicara di depan umum, dan lain-lain. Soft skills merupakan jenis keterampilan yang
lebih banyak terkait dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya. Karena itu dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap bisa dirasakan
seperti perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan untuk dapat bekerjasama,
membantu orang lain, dan sebagainya.
Dengan memiliki soft skills, setiap individu akan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dan tanggap terhadap kondisi dan situasi sekitarnya sehingga dapat
berfikir, berucap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dimana
seseorang hidup dan juga di lingkungan kerjanya.
2.3.1

Skill Laki-laki
Pada umumnya seorang laki-laki dalam organisasi memiliki leadership,
karena Laki-laki cenderung memiliki emosi yang stabil dalam beberapa keadaan
dan bisa berpikir jernih dalam suasana keruh. Harus diakui pula bahwa Laki-laki
memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi ketimbang dipengaruhi, oleh
karena itu, laki-laki menjadi syarat utama seorang pemimpin. Karena
bagaimanapun juga laki-laki adalah pemimpin bagi kaum Perempuan.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum Perempuan, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka Perempuan yang shalihah ialah yang ta’at kepada
Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta
memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada
suami untuk mempergauli isterinya dengan baik). (QS An-Nisaa’/ 4:34). Ayat ini
menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum Perempuan.
Dalam pandangan tradisional, Perempuan masih diidentikkan dengan
sosok yang lemah, halus dan emosional. Sementara laki-laki digambarkan sebagai
sosok yang gagah, berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan
Perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa
bergantung pada kaum laki-laki. Akibatnya, jarang sekali Perempuan untuk bisa
8

tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi laki-laki
dengan male chauvinistic-nya.
Dengan semakin menjamurnya jumlah organisasi pada saat ini, bahwa
semakin minimnya jumlah tenaga kerja berkualitas yang dimiliki oleh negara,
menyebabkan bahwa perluasan spesifikasi tenaga kerja yang diminta pun semakin
meluas guna menjaga kualitas kerja dari sebuah organisasi. Beberapa divisi atau
jabatan kerja tertentu seperti yang dapat diperhatikan akan diduduki oleh
seseorang dengan gender tertentu, apabila diperhatikan pada umumnya divisi
keamanan suatu organisasi kebanyakan didominasi oleh Laki-laki.
2.3.2

Skill Perempuan
Fenomena yang terjadi di Indonesia mengenai peminat konsentrasi Public
Relations yang didominasi perempuan memang kerap terjadi di berbagai
organisasi. Public relations memang erat kaitannya dengan publik, karena fungsi
Public relations salah satunya menjadi jembatan komunikasi antara organisasi dan
publiknya. Oleh karena itu, menurut jurnal yang berjudul Perempuan Dalam
Dunia Public Relations, terdapat stereotype yang menyatakan bahwa Public
Relations lebih cocok dilakukan oleh perempuan (Kurnia, Nova, dan I Gusti
Ngurah Putra, 2004: 394).
Hal ini memang membawa dampak adanya kecenderungan tinggi tingkat
minat perempuan dalam memasuki bidang kerja humas. Perempuan diidentikkan
sebagai makhluk yang ramah, luwes, fleksibel dalam bergaul dan mungkin juga
lebih mudah dalam membujuk orang lain (konsumen). Terdapat kecenderungan
perempuan diletakkan di posisi yang dapat memberikan keramahan dan
keluwesan agar konsumen dapat terbujuk.
Seorang Perempuan yang cenderung lebih komunikatif dan lebih mudah
untuk melakukan hubungan keluar akan menjadi senjata yang cukup ampuh untuk
meningkatkan hubungan eksternal dari organisasi anda, inilah salah satu alasan
mengapa seringkali anda temui seorang customer service adalah seorang
Perempuan.
Perbedaan dari masing-masing gender dapat menjadi faktor pemicu
kesuksesan pada suatu organisasi namun dapat pula menjadi “boomerang” bagi
organisasi apabila pemimpin organisasi memberikan bentuk penanganan maupun
penempatan yang salah.

Indikator
6. Skill

Laki-laki
Leadership,

Perempuan
Administratiion,

Problem
Solusi
Kinerja
tidak HRD
harus
9

technical,
strategic

relationship

optimal, jika salah selektif
dalam
penempatan
penempatan
bidang kerja
Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Skill

2.4 Sikap
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2004) mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara
negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. Sedangkan La Pierre (dalam
Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan
yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa
diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada
benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapatpendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya
positif atau negatif terhadap obyek atau situasi
Pada indikator sikap ini, Laki-laki cenderung lebih tegas namun fleksibel
dibandingkan Perempuan yang cenderung membawa perasaan/emosional, biasanya Lakilaki cenderung lebih tegas dalam memberikan sebuah perintah (order) disebabkan oleh
sifat seorang Laki-laki pada umumnya yang tidak suka bertele-tele, sedangkan
Perempuan akan lebih mengutarakan perintah mereka dengan kata-kata yang lebih halus
dan lebih mudah diterima. Perempuan cenderung membawa perasaan/emosional disatu
sisi mereka berusaha mempertahankan keharmonisan, tetapi di sisi lain mereka memberi
penekanan seperti kata-kata yang diucapkan di akhir kalimat, seperti, “Kamu bisa, kan?”
selain itu pada umumnya Perempuan memiliki respon yang lebih kuat dan lebih intensif
emosional dari kaum Laki-laki. Apalagi jika mereka dihadapkan dengan masalah yang
rumit yang melibatkan mereka, mereka cenderung untuk emosi. Sedangkan Laki-laki
lebih sulit untuk mengekspresikan emosi dan tekanan hati.
Selain itu Laki-laki dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya.
Perempuan pada umumnya sulit untuk dapat bekerja sama dengan orang yang tidak
disukainya. Hal ini dikarenakan Laki-laki dapat memilah-milah, “Pekerjaan, ya,
pekerjaan.” Sebaliknya, Perempuan dalam melakukan sesuatu selalu menghubungkan hal
satu dan lainnya. Contohnya, bisa saja terjadi mereka tidak dapat bekerja dengan si X
yang sering bercanda dengan cara tidak sopan.hal tersebut menunjukkan bahwa jika
10

Perempuan lebih sensitif dalam hal emosional sedangkan Laki-laki lebih mengedepankan
profesionalitas dalam bekerja.
Laki-laki cenderung lebih objektif daripada Perempuan yang cenderung subjectif
dalam segala hal karena Perempuan cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang
pribadi (subjektif), sedangkan Laki-laki tidak banyak terpengaruh oleh perasaan
pribadinya (objektif).
Berdasarkan dari keterangan dan contoh diatas sehingga timbul masalah
ketidakprofesionalan dalam bekerja yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial antar
karyawan, timbul keresahan dalam perusahaan tersebut, dan mengakibatkan pekerjaan
yang diharapkan dapat selesai menjadi terabaikan atau terbengkalai karena kurang adanya
kepedulian terhadap pekerjaan tersebut. Sehingga dalam menghadapi permasalahan ini
seharusnya perusahaan menghidupkan kembali nilai-nilai dan budaya dalam perusahaan
tersebut dan pemimpin memberi contoh teladan bagi bawahan dalam sikap dan perilaku
mereka.
Indikator
7. Sikap

Laki-laki
Perempuan
Problem
Tegas, objektif, Mengandalkan
Tidak profesional
dan fleksibel
perasaan
dan
subjektif

Solusi
Hidupkan nilainilai dan budaya
di
organisasi
perusahaan

Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Sikap

11

SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan perbedaan dan masalah
yang akan timbul antara SDM Laki-laki dan Perempuan jika dilihat dari beberapa indikator
yaitu motivasi kerja, orientasi, perilaku/sikap, dan skill sebagai berikut :
Indikator
Motivasi

Orientasi
Sikap
Skill

Laki-laki

Perempuan

Pola fikir fokus

Pola pikir meluas

Berdasarkan logika
Fokus pada hasil

Berdasarkan perasaan
Fokus pada relasi

General

Detail

Problem
Sulit mengambil keputusan
saat rapat
Profesionalisme kerja
Kurang profesional
Kurang teliti terhadap hal
kecil
Kurang inovatif

Long term
Short term
Tegas, objektif, dan Mengandalkan
Tidak profesional
fleksibel
perasaan dan subjektif
Leadership, technical, Administration,
Kinerja tidak optimal, jika
strategic
relationship
salah penempatan
Tabel Perbedaan Kinerja dan Problem

3.2 Saran
Dari perbedaan dan masalah yang mungkin timbul antara SDM Laki-laki dan
Perempuan, dapat pula dirumuskan solusi manajemen untuk mengatasinya. Solusi tersebut
antara lain terangkum dalam tabel di bawah ini :
Indikator
Motivasi

Orientasi
Sikap
Skill

Problem

Solusi

Sulit
mengambil
keputusan saat rapat
Profesionalitas kerja
Kurang profesional
Kurang teliti terhadap hal
kecil
Kurang inovatif

Pengaruh leadership atasan terhadap bawahan pada
saat rapat
Briefing sebelum mulai kerja
Adanya pelatihan Management Trainee karyawan
Adanya sistem / format pada setiap kegiatan di
organisasi
Sering mengikuti seminar / pelatihan
Hidupkan nilai-nilai dan budaya di organisasi
perusahaan

Tidak profesional

Kinerja tidak optimal, jika
HRD harus selektif dalam penempatan bidang kerja
salah penempatan
Tabel Problem dan Solusi
12

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008.
Perbedaan
Laki-laki
dan
Perempuan
di
http://nasional.kompas.com/read/2008/10/11/09065775/perbedaan.Lakilaki.dan.Perempuan.di.dunia.kerja [diakses tanggal 14 Januari 2016]

Dunia

Kerja.

Fajriati, Ike. 2011. Analisis Perbandingan Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Antara
Karyawan Laki-laki dan Perempuan Sebagai Model Peran Bagi Karyawan [skripsi].
Malang: Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.
Kustiana, Fenny. 2009. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan di
PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung [skripsi]. Bandung: Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Bandung.
Wahyono,
Kevin.
2012.
Laki-laki
dan
Perempuan
dalam
Pekerjaan.
http://www.puncakbukit.net/2012/01/Laki-laki-dan-Perempuan-dalam-pekerjaan.html.
[diakses tanggal 12 Januari 2016 pukul 21:57 WIB]

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/675378-diduga-diskriminasi-pekerjaPerempuan--microsoft-digugat [diakses tanggal 11 Januari 2016 pukul 20:14 WIB]
Sarwono, S. W. 2004 . Psikologi remaja. Edisi revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka,
2004.
Azwar, Saifuddin 2003. Sikap Manusia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Soetarno, R. 1994. Psikologi Sosial.Yogyakarta : Kanisius

13