INOVASI DAN TANTANGAN BELAJAR PANCASILA

INOVASI DAN TANTANGAN BELAJAR PANCASILA

Nama : RYAN HEDY SAPUTRA
Prodi : S1 FARMASI

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak indikator telah menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita masih sedemikian
memprihatinkan. Rendahnya rerata NEM yang dapat dicapai oleh siswa dari Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menengah Atas memberi petunjuk betapa rendahnya mutu pendidikan
terhadap penguasaan bahan ajar yang dapat diserap.
KesXenjangan yang bertingkat juga terjadi dan dirasakan oleh masing-masing jenjang
seperti halnya sering dilansir kalangan Perguruan Tinggi yang merasa bahwa bekal
kemampuan lulusan SMA masih dipandang kurang memadai, selanjutnya di kalangan guruguru SMA dirasakan betapa rendahnya kemampuan lulusan SMP, demikian selanjutnya guruguru SMP juga mengeluh betapa lemahnya kemampuan para lulusan SD. Belum lagi adanya
88,4% lulusan SMA tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan 34,4% lulusan SMP tidak
dapat melanjutkan ke SMA (Balitbang Diknas, 2000). Hal ini tentunya juga berlanjut yakni
betapa masih banyaknya lulusan SD yang tak dapat melanjutkan ke SMP.
“Keterpurukan pendidikan” kita juga akan tampak semakin jelas bila kita mengacu pada
komparasi internasional, dimana diketahui betapa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
sebagaimana yang dilaporkan oleh Human Development Index yakni Indonesia menduduki
peringkat 102 dari 106 negara yang disurvai, satu peringkat di bawah Vietnam. Sementara itu

hasil survai the Political Economic Risk Consultation (PERC) melaporkan bahwa Indonesia
berada di peringkat ke 12 dari 12 negara yang disurvai, juga satu peringkat di bawah
Vietnam.
Ketika mutu pendidikan belum dapat teratasi, tantangan lain juga tengah muncul seperti
angka putus sekolah sebagaimana yang telah disinggung di atas yang relatif tinggi, daya
tampung sekolah yang masih sangat terbatas, angka pengangguran yang terus meningkat,
lapangan kerja yang masih terbatas, dan seterusnya. Kesan-kesan sementara yang dapat
ditangkap adalah bahwa pendidikan baru pantas dinikmati oleh sekelompok orang yang
berduit. Kesan semacam ini tampak mencolok ketika sebuah sekolah dan perguruan tinggi
favorit secara terbuka memberikan “kesempatan kepada siapapun” untuk menjadi
siswa/mahasiswa sejauh mampu memberikan sejumlah dana yang ditawarkan. Sementara itu
masyarakat awam tidak banyak memiliki infomasi tentang hak dan kriterianya untuk menuju
kesana.
Tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas dengan
mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkan segala daya

dan kemampuanya untuk selalu berinofasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat
membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala kemampuanya
maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman yang selalu berkembang.
jujur saja saya ini bodoh, makalah ini saya dapat dari internet dan copy paste. Dalam dunia

pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi
kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen
kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social dan lain-lain.
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang di paparkan di atas. Maka dapat dirumuskan masalah :
1. Pengertian demokrasi pendidikan
2. Demokrasi pendidikan di Indonesia
3. Munculnya permasalahan-permasalah demokrasi pendidikan yang ada di Indonesi
4. Upaya dalam penyelesaian masalah-masalah demokrasi pendidikan
5. Pengertian Inovasi Pendidikan
6. Inovasi pendidikan dan model pembelajaran di Indonesia
7. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan
8. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan
B. PEMBAHASAN
1. DEMOKRASI PENDIDIKAN

a.

Pengertian Demokrasi Pendidikan
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang

sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan
kemampuannya.1[1][1] Pengertian demokratik di sini mencakup arti baik secara horizontal
maupun vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya,
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini tercermin
pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat
kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya
sesuai dengan kemampuannya.

1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan kontol
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan
pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi,
kesehatan, keadaan sosial, dan sebagainya)[2][2]. Di kalangan Taman Siswa dianut sikap
tutwuri handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh dan
berkembang menurut kodratnya.
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang

mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan
pengelola pendidikan.
Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal
yaitu :2[3][3]
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin
persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama
dan bangsa. Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang
perbedaan antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik kontol
hubungan dengan gurunya yang saling menghargai dan menghormati.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena
dengan pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang lebih sehat, baik
dan sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalanpersoalannya sendiri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak
didik memiliki wawasan, kemampuan dan kesempatan yang luas.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan
individu-individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain

menghormati kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya
berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain kontol kebebasannya sendiri.
Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai bila setiap warga negara kontol
anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga kontol pikirannya untuk memanjukan
2

kepentingan bersama karena kebersamaan dan kerjasama inilah pilar penyangga demokrasi.
Berkenaan dengan itulah maka bagi setiap warga negara diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1. pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah kewarganegaraan (civic), ketatanegaraan,
kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang penting;
2. suatu keinsyafan dan kesanggupan semangat menjalankan tugasnya dengan mendahulukan
kepentingan negara kontol masyarakat daripada kepentingan sendiri;
3.

suatu keinsyafan dan kesanggupan memberantas kecurangan-kecurangan dan perbuatanperbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran masyarakat dan pemerintah.3[4][4]

b.

Prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah antara lain

:
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka[5][5]
Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan
itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis masyarakat dimana mereka
berada, karena dalam realitasnya bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu akan
banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Misalnya
masyarakat agraris akan berbeda dengan masyarakat metropolitan dan modern, dan
sebagainya.
Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi
pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang harus
diketahui dan diperhatikan,diantaranya :

1. Keadilan dalam pemerataan kesempata belajar bagi semua warga negara dengan cara adanya
pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik;
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.
Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada cita-cita dan
nilai demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :[6][6]

1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya

3

2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti
luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka
mengembangkan kreasinya ke arah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan
pihak lain.

c. Demokrasi pendidikan di Indonesia
Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menuntut pendidikan
pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara legal sebagai-mana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan.[7][7] Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang
mencakupi orang tua, masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban dalam bertanggung
jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Mengenai tanggung jawab
pemerintah secara tegas telah dicantumkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
ayat (3) yang menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menye-lenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Terkait dengan pernyataan tersebut, sejak tanggal 8 Juli 2003 pemerintah telah
mengesahkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menggantikan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 yang dianggap sudah tidak memadai lagi.
Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasioanal dilakukan untuk memperbarui visi, misi, dan
strategi pembangunan pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tersebut secara tegas memperkuat tentang amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
tentang pendidikan.
Secara retorik kedua ayat tersebut, telah cukup dapat dipergunakan sebagai jawaban
atas tuntutan reformasi di bidang pendidikan yakni diberinya peluang bahkan dalam batas
tertentu diberikan kebebasan, kepada keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan dan
menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat serta sesuai
dengan kondisi dan tuntuan lapangan kerja. Hal ini berarti bahwa intervensi pemerintah yang
berlebihan dalam penyelenggaraan pendidikan perlu ditiadakan, dikurangi kontol setidaknya
ditinjau kembali hal-hal yang sudah tidak relevan.

Dalam kaitannya dengan masyarakat belajar (learning society) perlu diberikan
kebebasan kepada masyarakat untuk dapat memilih belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan falsafah negara.

Demikian pula halnya dengan pelaksanaan prinsip belajar seumur hidup.
Selama ini memang kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan telah
menuju pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga secara konseptual pemerintah
telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan undang-undang. Namun secara
realitas masih cukup banyak diantara kelompok usia sekolah yang tidak/belum dapat
menikmati pendidikan karena alasan tertentu baik karena ketidakterjangkauan biaya, tempat
maupun kesempatan, sehingga hak mereka seolah “terampas” dengan sendirinya
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi
dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga sekarang. Hal ini terdapat
dalam :
1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2.
2.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3.

3. Garis-garis Besar Haluan Negara di Sektor Pendidikan.

d. Permasalahn Pendidikan di Indonesia
Salah satu penghambat dalam pendidikan di Indonesia adalah munculnya beberapa

masalah. Padahal pendidikan merupakan cara yang utama dalam peningkatan mutu SDM
Indonesia. Kali ini masalah yang muncul dalam pembahasan makalah demokrasi pendidikan
di Indonesia meliputi :4[8][8]
a. Rendahnya partisipasi masyarakat
UUSPN pasal 54 ayat 2 menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan.
Setelah dijelaskan di atas tentang undang-undang yang menerangkan pentingnya
partisipasi masyarakat. Tapi dalam praktiknya peran masyarakat dalam pendidikan rendah.
Misalnya masih rendahnya pemikiran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, ada

4

kalanya dalam hal kegiatan sekolah kadang kala orang tua kurang mendukung dalam kegiatan
sekolah tersebut, dan lain-lain
b. Rendahnya inisiatif kebijakan yang kurang demokratis
Telah dijelaskan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan. Kebijakan
Pemerintah ini kurang demokratis dalam hal kurang meratanya pendidikan. Pemerintah hanya
mempertimbangkan potensi pendidikan secara nasional. Padahal setiap daerah potensi dalam

hal pendidikan berbeda-beda. Masalah ini menimbulkan kurang demokratisnya kebijakan
pemerintah.
c. Tantangan kehidupan global
Lambat laun semua hal mengalami perkembangan. Salah satunya dalam hal pendidikan.
Pendidikan juga mengalami perkembangan secara global. Buktinya pemerintah kita
menyempurnakan kurikulum yang dulunya hanya menyangkut kognitif saja. Sekarang terdiri
aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Lebih khusus dalam hal demokrasi pendidikan juga
mengalami perkembangan. Tapi hal-hal yang terkait dalam pendidikan belum mengikuti
perkembangan global.

e. Usaha Dalam Penyelesaian Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa usaha,
antara lain sebagai berikut:[9][9]
1)

Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan
standar kompetensi pendidikan misalnya dengan penyempurnaan kurikulum, pelaksanaan
paradigma pendidikan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
dasar Negara Indonesia yaitu pancasila yang didalamnya mengandung unsur – unsur
pendidikan yang Berketuhanan, Berkemanusiaan, dan Berbudi pekerti luhur dengan
diterapkannya paradigma ini maka demokrasi pendidikan akan dapat diwujudkan.

2)

Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan misalnya kebijakan pemerintah dengan
mencananangkan DANA BOS [bantuan operasional sekolah] ini sangat bermanfaat untuk
perbaikan gedung – gedung sekolah , menambah media belajar siswa ,untuk memperbaiki
sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai,menambah referensi buku – buku
perpustakaan , membuat laboratorium praktek sesuai standar selain DANA BOS ada juga
beasiswa bagi anak yang orang tuanya kurang mampu maupun anak yang berprestasi baik ,ini
sangat membantu kelangsungan pendidikan mereka.

3)

Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada ketidakserasian antara
hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia kerja. Yang menjadi masalah utama karena
ketrampilan yang di miliki tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Sehingga sekarang banyak
berdiri sekolah-sekolah kejuruan yang mencetak siswa untuk dapat mempunyai ketrampilan
sesuai profesi yang diinginkan. Misal STM , SMK, Sekolah ketrampilan.

4)

Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang mengeluarkan
kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan dalam proses belajar mengajar
harus sesuai dengan kode etik guru untuk meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan,serta
guru itu tidak hanya mengajar tetapi harus memberi contoh yang baik kontol teladan bagi
siswa – siswanya.

5)

Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah menaikkan gaji
guru ,berupa gaji pokok,tunjangan yang melekat pada gaji ,tunjangan profesi dan lain-lain,
sehingga dengan meningkatkan kesejahteraan guru diharapkan guru itu dapat mencintai
profesinya dengan utuh artinya guru itu tidak akan mencari pekerjaan sampingan untuk
menambah penghasilan jadi dapat berkonsentrasi dalam proses pendidikan khususnya proses
belajar mengajar.

2. INOVASI PENDIDIKAN
a. Pengertian Inovasi Pendidikan
Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or
other unit of adoption[10][10]. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu
gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti
perubahan.[11][11] Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang.
Contoh bidangnya adalah :
1. Managerial
2. Teknologi
3. Kurikulum

Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention
dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya
manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada

sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru
dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim
(1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang,
kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang kontol
sekelompok orang (masyarakat).5[12][12]
Maka dapat ditarik kesimpulan Ibahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang
dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang
baru bagi dunia pendidkan. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan
kualitas pendidikan serta sebagai alat kontol cara baru dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru kontol cara baru dalam
melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu
upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak
hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan
informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.
b. Inovasi pendidikan dan model pembelajaran di Indonesia[13][13]
1) Top Down Inovation
Inovasi model Top Down ini sengaja diciptakan oleh atasan (pemerintah) sebagai
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan kontol pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, kontolpun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan
sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara
mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk
kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

2) bottom up Inovation
Yaitu model ionovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan
sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Biasanya
dilakukan oleh para guru.
5

3) Desentralisasi dan Demokratisasi pendidikan.
Perjalanan pendidikan nasional yang panjang mencapai suatu masa yang demokratis
kalau tidak dapat disebut liberal-ketika pada saat ini otonomisasi pendidikan melalui berbagai
instrument kebijakan, mulai UU No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
privatisasi perguruan tinggi negeri-dengan status baru yaitu Badan Hukum Milik Negara
(BHMN) melalui PP No. 60 tahun 2000, sampai UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah yang mengatur konsep, sistem dan pola pendidikan, pembiayaan
pendidikan, juga kewenangan di sektor pendidikan yang digariskan bagi pusat maupun
daerah. Dalam konteks ini pula, pendidikan berusaha dikembalikan untuk melahirkan insaninsan akademis dan intelektual yang diharapkan dapat membangun bangsa secara demokratis,
bukan menghancurkan bangsa dengan budaya-budaya korupsi kolusi dan nepotisme, dimana
peran pendidikan (agama, moral dan kenegaraan) yang didapat dibangku sekolah dengan
tidak semestinya.
Jika kita merujuk pada undang-undang Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang
otonomi pemerintahan daerah maka Desentralisasi pendidikan bisa diartikan sebagai
pemberian kewenangan untuk mengatur pendidikan di daerah. Ada dua konsep desentralisasi
pendidikan.
Pertama, desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan. Desentralisasi lebih kepada
kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Kedua, desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar
di

tingkat

sekolah.

Konsep pertama berkaitan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke
daerah sebagai bagian demokratisasi. Konsep kedua lebih fokus mengenai pemberian
kewenangan yang lebih besar kepada manajemen di tingkat sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.

4) KTSP
KTSP yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan
kurikulum yang bersifat operasional dan dilaksanakan dimasing-masing tingkat satuan

pendidikan. Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-undang Sikdiknas No. 20 Tahun
2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun oleh masing-masing sekolah dengan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Penyerahan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada tiap sekolah dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan bertujuan agar kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan karakter dan tingkat
kemampuan sekolah masing-masing.
Pedoman penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik mengacu pada SKL yang
meliputi kompetensi untuk kelompok mata pelajaran kontol kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran yang dinilai berdasarkan kualifikasi kemampuan mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
5) Quantum learning
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik
meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi
DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu
para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan
realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi
Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya
suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif
kontol negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di
dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh.
Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam
seni pengajaran sugestif bermunculan.6[14][14]
6

Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengasumsikan kekuatan energi sebagai
bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka
alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”.
“Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan,
inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar
6. PAKEM
Adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar
memang

merupakan

suatu

proses

aktif

dari

si

pembelajar

dalam

membangun

pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang
pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif
dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain
biasa.

d. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan
1) konflik dan motivasi yang kurang sehat

2) lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi
yang dihasilkan
3) keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
4) penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
5) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi[15][15]
e. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama
yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan
fasilitas, dan program/tujuan.
1) Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas.
Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal
yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang
diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar
individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam
proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta
masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian,
maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi
pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar
bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin
mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan
sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan
miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu
ketenangan dan kelancaran tugas mereka.[16][16]
Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama
terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai
teman, sebagai dokter, sebagai motivator dan lain sebagainya.
2) Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat
menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik,

pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal
ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun
hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan
tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam
inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa
bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk,
dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai
dengan penerapannya, siswa perlu diajak kontol dilibatkan sehingga mereka tidak saja
menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang
diuraikan sebelumnya.
3) Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program
pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi
pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam
pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di
dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu
sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai
dengan perubahan kurikulum kontol perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan
pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.7[17][17]
4) Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam
proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan,
tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan
tidak akan berjalan dengan baik.Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal
yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu,
jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya
ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.
7

5) Lingkup Sosial Masyarakat.
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam
pelaklsanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung kontol tidak
langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan.
Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat
menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan
masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak
apabila mereka tidak diberitahu kontol dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi
pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan
inovasi pendidikan.

C. Kesimpulan
Demokratisasi pendidikan merupakan suatu kebijakan yang sangat didamba-kan oleh
masyarakat. Melalui kebijakan tersebut diharapkan peluang masyarakat untuk menikmati

pendidikan menjadi semakin lebar sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki.
Jurang pemisah antara kelompok terdidik dan belum terdidik menjadi semakin terhapus,
sehingga informasi pembangunan tidak lagi menjadi hambatan. Ungkapan pendidikan untuk
semua dan semuanya untuk pendidikan diharapkan bukan sekedar wacana tetapi sudah harus
merupakan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Dengan demikian isu tentang besarnya putus sekolah, elitisme, ketidakterjangkauan
dalam meraih pendidikan, dan seterusnya dapat terhapus dengan sendirinya.
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi
harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara
inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja
ditentukan oleh satu kontol dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan
fasilitas.