Mrk 07 Naskah Seminar Kitab Suci 2011 .d

SEMINAR KITAB SUCI

Perintah Allah dan Adat-Istiadat Yahudi
Tafsir Kitab Suci Perjanjian Baru
Markus 7:1-13
Dosen:

Rm. Prof. Dr. Hendricus Pidyarto O.Carm

Marcellius Ari Christy CP (09.09042.000071)
Theresia Anik Kurniawati PK (09.09042.000072)

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI
WIDYA SASANA MALANG
2011

0

Perintah Allah dan Adat-Istiadat Yahudi
(Mrk 7:1-13)
I. Pengantar

Teks Markus 7:1-13 ini secara umum mengisahkan adanya suatu pertentangan antara
Yesus dengan kaum Farisi dan para ahli Taurat. Pertentangan yang ditonjolkan dalam bab
ini adalah pertentangan antara perintah Allah dan adat-istiadat Yahudi. Dari pertentangan
tersebut, Markus sang penginjil berhasil menyampaikan suatu ajaran Yesus tentang mana
yang lebih penting bagi manusia. Kami memilih teks ini (7:1-13) untuk dibahas karena
bagian inilah yang lebih menonjolkan adanya pertentangan antara Yesus dengan adatistiadat Yahudi. Selain itu, bagian ini juga menarik untuk dibahas karena dari sini kita
diingatkan untuk tidak mempertahankan suatu tradisi yang justru melalaikan maksud
utama munculnya tradisi tersebut, atau bahkan mengingkari peraturan yang lebih penting
dari sekadar tradisi.
II. Kritik Teks
A. Kaitan dengan Teks Sebelum dan Sesudahnya
Bab 7 adalah kumpulan kedua ajaran Yesus setelah kumpulan pertama ajaran
Yesus yang dibahas pada bab 4 (ay. 1-34).1 Markus menyajikan ajaran pertama Yesus
berupa perumpamaan-perumpamaan yang menjelaskan Kerajaan Allah yang
diwartakan oleh Yesus. Pada bab 6 (ay. 30-52) Markus menggambarkan kekuatkuasaan dan kemuliaan Yesus, sementara pada ay. 31-34 dan ay. 54-56 Markus
menggambarkan keberhasilan pewartaan Yesus yang ditampakkan oleh banyaknya
orang yang mengikuti-Nya.2 Namun ada pula yang berpendapat bahwa bagian ini
tidak ada hubungannya dengan bagian yang mendahuluinya.3
Dapat dikatakan bahwa dari kekuat-kuasaan, kemuliaan dan karya Yesus di tengah
orang-orang non-Yahudi, Markus ingin sekali lagi menunjukkan kuasa Yesus atas

tradisi-tradisi manusia yang ditetapkan oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat.
Kekuasaan Yesus ini bukan dalam arti menghapus atau menghilangkan hukum atau
1
2
3

Stefan Leks, Tafsir Injil Markus, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm. 240.
D.E. Nineham, Saint Mark. Middlesex: Penguin Books, 1963, hlm. 188.
Lembaga Biblika Indonesia, Injil Markus, Yogyakarta: Kanisius, 1982, hlm. 69.

1

adat-istiadat Yahudi, melainkan memurnikan ajaran hukum Taurat yang banyak
terkontaminasi oleh tradisi-tradisi manusia.
Perikop Injil Markus 7:1-13 bisa juga mempersiapkan pembaca untuk memasuki
perjalanan Yesus sebelum Ia memulai karya-Nya di tanah orang non-Yahudi. Hal ini
tampak pada perikop berikutnya (7:24-30) di mana dikisahkan bahwa Yesus pergi ke
Kota Tirus dan bertemu dengan seorang perempuan Siro-Fenisia yang memohonkan
kesembuhan bagi putrinya.
B. Susunan Teks

Menurut Morna, Markus bab 7 memiliki beberapa frase pengantar, misalnya pada
ayat 9, 14, dan 17.4 Hal ini menunjukkan bahwa Markus 7 bukan suatu kisah yang
terjadi dalam satu rentetan peristiwa, melainkan suatu kumpulan ajaran. Sayangnya,
Morna tidak membahas lebih lanjut mengenai susunan teksnya.
Kami mengambil acuan untuk susunan teks ini dari pengamat lain. A. M. Hunter
membagi perikop ini menjadi tiga bagian yaitu:5
7:1-8

: Perdebatan tentang kenajisan

7:9-13 : Persoalan korban bakaran
7:14-23 : Kemurnian yang sejati
Dalam seminar ini, kami mengambil dua bagian pertama (7:1-13).
Lebih rinci lagi, kisah yang kami bahas dalam seminar ini dapat dibagi lagi
sebagai berikut:6
Ay. 1 – 2 : situasi atau latar cerita
Ay. 3 – 4 : penjelasan tentang tradisi Yahudi
Ay. 5

: pertanyaan atau tuduhan orang Farisi dan ahli Taurat


Ay. 6 – 8 : jawaban pertama Yesus (nubuat Yesaya)
Ay. 9 – 13 : jawaban kedua Yesus (perihal kurban kepada Allah dan bakti kepada
orangtua)
C. Perbandingan Teks Paralelnya
Teks ini dalam Injil sinoptik hanya muncul dalam Injil Matius (15:1-9)
dan Markus, sementara dalam Injil Lukas tidak ada.

Markus 7:1-13
7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan
4
5
6

Matius 15:1-9
15:1 Kemudian datanglah beberapa orang Farisi

Morna D. Hooker, The Gospel According to St. Mark, London: A & C Black, 1991, hlm. 173.
A. M. Hunter, The Gospel According to Saint Mark, London: SCM Press, 1949, hlm. 77-79.
J. Sutopo, SJ, Mysterium Christi, Yogyakarta: Kanisius, 1970, hlm. 198.


2

beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang
menemui Yesus.

dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan
berkata:

7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang
murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu
dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang
Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak
melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena
mereka berpegang pada adat-istiadat nenek
moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak
makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan
dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka

pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi
dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa
murid-murid-Mu tidak hidup menurut adatistiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan
tangan najis?”

15:2 “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adatistiadat nenek moyang kita? Mereka tidak
membasuh tangan sebelum makan.”

7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat
Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!
Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku
dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku,
sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang
pada adat-istiadat manusia.”


15:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka:
“Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah
demi adat-istiadat nenek moyangmu?
15:4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu
dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.
15:5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata
kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang
ada padaku yang dapat digunakan untuk
pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk
persembahan kepada Allah,
15:6 orang itu tidak wajib lagi menghormati
bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman
Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adatistiadatmu sendiri.

7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh
pandai kamu mengesampingkan perintah Allah,
supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu
sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah

ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata
kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada
padaku, yang dapat digunakan untuk
pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban
-- yaitu persembahan kepada Allah --,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi
berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu
nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang
kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu
yang kamu lakukan.”

15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat
Yesaya tentang kamu:
15:8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan
bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
15:9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku,
sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah

perintah manusia.”

Dari perbandingan ini kita dapat melihat bahwa peristiwa pertentangan antara
Yesus dengan para ahli Taurat dan orang Farisi dalam Injil Markus lebih panjang (13
ayat) daripada Matius (9 ayat). Kisah dalam Injil Markus menjadi lebih panjang

3

karena Markus memasukkan penjelasan mengenai adat-istiadat Yahudi berkaitan
dengan kemurnian dan kenajisan (ay. 3-4). Hal ini dapat dimengerti karena Injil
Markus memang ditujukan pada orang-orang Kristen di luar komunitas Yahudi.7
Kita juga melihat adanya perbedaan susunan antara Matius dan Markus. Dalam
Markus, Yesus menjawab tuduhan para ahli Taurat dan orang Farisi pertama-tama
dengan mengutip nubuat Yesaya (ay. 6-8), lalu disusul dengan perihal korban (ay. 913). Dalam Matius, Yesus menanggapi para ahli Taurat dan orang Farisi pertama-tama
dengan menyinggung perihal korban (ay. 3-6). Setelah itu, Yesus mengutip nubuat
nabi Yesaya (ay. 7-9).
D. Analisis Kisah dan Teks
Ada beberapa hal yang dapat dikritisi dalam kisah ini, antara lain:8
1. Para penafsir sepakat melihat bahwa Markus bermaksud menuliskan sebuah cerita
secara terpadu dalam satu peristiwa, namun lebih lanjut baik pembaca umum

maupun penafsir justru kesulitan mencari keterkaitan antara bagian yang satu
dengan yang lain.
2. Teguran para ahli Taurat dan kaum Farisi berupa pertanyaan mengenai makan
dengan tangan najis tidak dijawab atau dilanjutkan oleh Yesus.
3. Tanggapan Yesus begitu tajam terhadap pertanyaan orang-orang Farisi dan ahli
Taurat. Yesus menghardik mereka dengan keras (ay. 6).
4. Selanjutnya Yesus malah membahas kurban bakaran dan bakti kepada orangtua
yang tidak ada sangkut-pautnya dengan tangan najis.
Menurut Carlston – dalam buku Jakob van Bruggen berjudul Markus: Injil menurut
Petrus – sebenarnya kisah ini terdiri atas kumpulan ajaran yang disatukan Markus
dari komunitas jemaat di mana ia hidup.
III. Tafsir Teks9
7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui
Yesus.

7

8
9


Bdk. Prof. Dr. Henricus Pidyarto O.Carm, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, Malang: STFT Widya
Sasana, 2002, hlm. 61.
Bdk. Jakob van Bruggen. Markus: Injil menurut Petrus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Sebagian besar pembahasannya disadur dari penafsiran Morna D. Hooker, The Gospel According to St.
Mark, London: A & C Black, 1991, (hlm. 440-445). Tambahan lainnya diambil dari Lembaga Biblika
Indonesia, Injil Markus, Yogyakarta: Kanisius, 1982, (hlm. 69-71) dan Dennis Eric Nineham, Saint Mark,
Middlesex: Penguin Books, 1963, (hlm. 187-196).

4

Perlawanan terhadap Yesus kerap kali datang dari Yerusalem. Bagi Markus,
Yerusalem merupakan pusat perlawanan karena di sanalah pusat pengatur segala bentuk
tradisi dan tata cara hidup dan peribadatan orang-orang Yahudi yang dipegang oleh kaum
Farisi dan ahli Taurat. Kaum Farisi dan ahli Taurat acap kali memiliki pandangan yang
berseberangan dengan Yesus, misalnya tentang pergaulan dengan para pendosa (2:15-17),
tentang puasa (2:18-22), atau hari Sabat (2:23-28).10
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan
yang tidak dibasuh.

Orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem selalu mengamat-amati Yesus dan para
pengikut-Nya. Yesus dianggap sebagai “perusak” adat-istiadat orang Yahudi, karena
sering kali Yesus melakukan hal-hal yang bertentangan dengan adat-istiadat Yahudi. Kali
ini konflik muncul karena ‘ulah’ beberapa murid. Muncul pertanyaan mengapa perbuatan
Yesus sendiri tidak dipersoalkan? Dapatkah disimpulkan bahwa Yesus mengikuti tradisi
kaum Farisi sementara murid-murid-Nya tidak? Namun bukan ini permasalahannya.
Dalam penafsiran saat ini, sebenarnya kisah ini mau menggambarkan perdebatan antara
komunitas Kristen dengan otoritas Yahudi pada masa Injil ini ditulis. Yang menjadi
permasalahan di sini ialah makan dengan tangan najis – tangan yang tidak dibasuh.
Tangan yang tidak dibasuh di sini bukan perkara kebersihan (higienis), tetapi masalah
kesucian (kultis).
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan
pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang mereka;

Di sini Markus hendak menjelaskan kepada para pembaca Injil – yang berasal dari
luar kalangan Yahudi – adat-istiadat orang Yahudi. Masalahnya, pernyataan Markus
tentang “semua orang Yahudi harus membasuh tangan” justru tidak sepenuhnya benar.
Hal ini justru semakin menyulitkan. Kebiasaan membasuh tangan sebenarnya hanya
dilakukan oleh imam sebelum memakan hidangan yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Tradisi ini di kemudian hari diterapkan juga pada orang awam, di mana semua makanan
diperlakukan sama seperti yang dipersembahkan ke bait Allah. Kemungkinan, hal ini
dilakukan oleh para rabi Yerusalem abad-abad pertama.
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakasperkakas tembaga.

10

Stefan Leks, Tafsir Injil Markus, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm. 245.

5

Selanjutnya tradisi yang dijelaskan di sini bukan soal Taurat, tetapi soal tradisi nenek
moyang. Frasa “dari pasar” di sini muncul, mungkin karena kaum Farisi melihat bahwa di
pasar ada begitu banyak orang di luar kalangan Yahudi, orang kafir. Pentingnya
membasuh tangan dan mencuci makanan muncul karena konsep bahwa segala sesuatu
yang dipegang oleh orang kafir adalah najis. Uang, perkakas makan, barang dagangan,
dsb. adalah barang-barang yang banyak dipegang orang dan dengan demikian semua yang
datang dari pasar, bahkan tubuhnya pun harus dibersihkan (disucikan) sekembalinya dari
pasar. Maka adalah wajib bagi orang Yahudi untuk mencuci makanannya dan menyucikan
tangannya secara ritual sebelum makan.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-muridMu tidak hidup menurut adat-istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”

Jelas bahwa yang dipermasalahkan adalah para murid Yesus yang tidak mengikuti
tradisi nenek moyang orang Yahudi. Pertanyaan yang muncul ini sebenarnya merupakan
sebuah tantangan sekaligus tuduhan bahwa Yesus telah gagal mendidik murid-murid-Nya
dalam menjaga tradisi nenek moyang. Atau bisa juga dikatakan bahwa Yesus membiarkan
murid-murid-Nya untuk tidak menaati tradisi nenek moyang bangsa Yahudi.
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab
ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

Markus menuliskan jawaban pertama Yesus sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang
menuduh ini. Jawaban Yesus ini lebih mengacu pada kritik-Nya sendiri ketimbang
keberatan yang dilontarkan oleh para lawannya. Yesus mengutip Yes 29:13 yang dalam
teks aslinya lebih mendekati teks Septuaginta daripada teks Ibrani. Hal ini menunjukkan
bahwa kutipan ini diambil dari naskah yang sudah diadaptasi dari bahasa Yunani.
Istilah munafik sendiri dalam Injil Markus muncul pertama kali di sini. Kiranya
dapat kita duga seberapa kerasnya Yesus ketika berhadapan dengan kaum Farisi dan ahliahli Taurat. Memang bukan pada kemarahan-Nya yang kita perhatikan, melainkan apa
yang menimbulkan kegeraman Yesus yang sedemikian tajam. Kaum Farisi dan ahli Taurat
lebih mementingkan hal-hal kecil yang bisa dilihat orang, tetapi batin mereka jauh dari
‘kekudusan’ yang dapat dilihat orang.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.”

Ini adalah kesimpulan yang diajukan Yesus setelah Ia mengutip kitab Yesaya. Karena
kaum Farisi dan ahli Taurat merasa berkuasa atau memiliki otoritas untuk mengatur

6

segala adat-istiadat, mereka justru mengatasi hukum Taurat itu sendiri dengan penafsiran
mereka sendiri. Memang, beberapa tradisi memiliki dasarnya pada hukum Taurat, namun
tradisi ini justru menyimpang dari tujuan aslinya. Yang semula untuk memperkuat hukum
Taurat, malah mengaburkan atau bahkan mengabaikan Taurat sendiri.
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya
kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.

Pada jawaban kedua, Yesus mengulangi atau menegaskan kembali apa yang telah Ia
sebutkan pada ay. 8. Di sini dapat muncul persoalan bahwa kisah ini merupakan
rangkaian dari beberapa peristiwa dan ajaran. Timbul kesan bahwa selain diambil dari
peristiwa yang berlainan waktu dan tempat, ungkapan ini diatas-namakan Yesus oleh
Markus untuk menambah kewibawaan tulisannya.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau
ibunya harus mati.

Kutipan ini berasal dari kitab Kel 20:12. Hukuman mati untuk peraturan ini pada
zaman Yesus sudah tidak berlaku lagi. Kata-kata Musa, dalam ayat ini digunakan untuk
mengontraskannya dengan kata-kata yang digunakan oleh para ahli Taurat dan orang
Farisi pada ayat selanjutnya.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang
dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada
Allah --,

Dalam ayat ini, Yesus mengambil salah satu contoh penyelewengan sabda Allah.
Yesus menunjukkan bahwa telah terjadi suatu pemerkosaan sabda Allah. Tradisi – yang
adalah ketetapan manusia – digunakan untuk mengatasi perintah Allah berkaitan dengan
hormat dan bakti kepada orangtua.
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.

Tampaknya memang terdengar agak ‘konyol’, berkaitan dengan kesimpulan yang
ditarik dari ayat sebelumnya. Markus menjelaskan kepada para pembaca non-Yahudi-nya
bahwa apa yang telah dipersembahkan kepada Allah, tidak boleh digunakan lagi untuk
hal-hal di luar ritus keagamaan orang Yahudi. Dalam ayat ini digambarkan, ada seorang
anak yang justru mencampakkan orangtuanya dengan alasan: apa yang seharusnya ia
berikan untuk mendukung orangtuanya, sudah habis digunakan untuk kurban bakaran
bagi Allah. Lantas mereka tidak lagi memperhatikan kesejahteraan orangtuanya,

7

melainkan hanya sekadar menjalankan tradisi tanpa menyadari bahwa apa yang mereka
lakukan justru melanggar salah satu perintah Allah.
Penjelasan lainnya adalah bahwa anak ini memang tidak memiliki apa-apa untuk
digunakan merawat orangtuanya. Si anak lantas berkata kepada orangtuanya bahwa
merawat orangtua adalah suatu kurban. Dengan kata lain, si anak melihat orangtuanya
sudah tidak berguna lagi, tidak perlu diurus, karena toh tidak memberikan pemasukan
apapun bagi anak. Uang yang dimiliki si anak hanya bisa digunakan untuk kurban
bakaran.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu.
Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”

Pernyataan bahwa firman Allah tidak berlaku lagi, dan terkait pula dengan “banyak
hal lain yang kamu lakukan”, hanya dapat dimungkinkan bila orang-orang tidak menaati
hukum Tuhan. Hal ini terjadi pada mereka yang tidak sepenuhnya menaati sabda Allah,
tradisi, dan mereka yang tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Di sini
Yesus menyindir para ahli Taurat dan kaum Farisi yang banyak melakukan praktik-praktik
buruk dalam menjalankan tugas keagamaannya.
IV. Penutup
Dari kisah ini, dapat kita simpulkan bahwa tradisi tidak boleh menjadi bumerang
bagi peraturan atau ketetapan awali. Sering kali tradisi dipertahankan justru demi kepentingan
pribadi segelintir orang yang mempermainkan hukum untuk membatalkan hukum itu sendiri.
Yesus mengecam orang-orang yang demikian, dengan mengatakan bahwa mereka (para ahli
Taurat dan orang Farisi) adalah orang-orang munafik.
Selain itu, tradisi yang ditetapkan para ahli Taurat dan orang Farisi mempertinggi
tembok pemisah antara yang tahir dan yang najis, antara orang Yahudi dengan orang nonYahudi (bdk. alasan mengapa orang Yahudi diharuskan membasuh tangan dirinya). 11 Dari
kisah ini pula, Markus menunjukkan usaha Yesus untuk menyatukan seluruh umat manusia.

11

Bdk. Stefan Leks, Tafsir Injil Markus, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm. 241.

8

Daftar Pustaka
Sumber Utama:
Hooker, Morna D. The Gospel According to St. Mark. London: A & C Black, 1991.
Sumber Pendukung:
Bruggen, Jakob van. Markus: Injil menurut Petrus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Guthrie, Donald, et all. (eds.). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius - Wahyu. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1982.
Hunter, A.M. The Gospel According to Saint Mark. London: SCM Press, 1949.
Leks, Stefan. Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Lembaga Biblika Indonesia. Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 1982.
Nineham, Dennis Eric. Saint Mark. Middlesex: Penguin Books, 1963.
Painter, John. Mark’s Gospel. London: Routledge New Fetter, 1997.
Pidyarto, Henricus. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, Malang: STFT Widya Sasana,
2002.
Sloyan, Gerard S. The Gospel of Saint Mark. Minnesota: The Liturgical Press, 1960.
Sutopo, J. Mysterium Christi. Yogyakarta: Kanisius, 1970.

9

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR YANGMEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR DI DESA SEMBORO KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER TAHUN 2011

2 53 20

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 22 0

PROGRAM BK SAKETI 2 07 08

19 122 18

Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas 3 SD Kelas 3 Suyanto Suyoto 2011

4 108 178

ANALISIS NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BANK INDONESIA, POLRI, DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 SEBAGAI MEKANISME PERCEPATAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERBANKAN KHUSUSNYA BANK INDONESIA SEBAGAI PIHAK PELAPOR

1 17 40

KOORDINASI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DENGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DAN BANK INDONESIA (BI) DALAM UPAYA PENANGANAN BANK BERMASALAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

3 32 52