ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, INFLASI, DAN NILAI
KURS TERHADAP PENERBITAN SUKUK KORPORASI DI INDONESIA
PERIODE TAHUN 2014-2016
Nur Indah Dwi Savitri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email : nurindahds@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penerbitan sukuk korporasi di Indonesia. Penerbitan sukuk korporasi
dapat dipengaruhi dari dua macam faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Pada penelitian ini akan membahas mengenai faktor eksternal dari penerbitan sukuk
korporasi yang berupa beberapa variabel makro ekonomi, yaitu PDB, Inflasi, dan Nilai
Tukar. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
regresi linier berganda yang kemudian diuji asumsi klasik. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa hanya variabel bebas PDB yang signifikan positif terhadap
penerbitan sukuk korporasi. Sedangkan Nilai adjusted R Square sebesar 0.802, hal ini
berarti 80,2% variabel Penerbitan Sukuk Korporasi yang digambarkan lewat nilai emisi
dapat dijelaskan oleh variabel independen Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Nilai
Tukar. Sedangkan sisanya, (100% - 80,2% = 19,8%) dijelaskan oleh variabel lain di luar
penelitian.

Kata kunci : sukuk korporasi, PDB, Inflasi, Nilai Tukar,
1. PENDAHULUAN
Pasar modal syariah dinilai bisa menjadi alternatif bagi para investor yang
menginginkan risiko yang kecil dalam melakukan investasi yang instrumennya dan
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Salah satu instrumen keungan pada
pasar modal syariah yang cukup diminati para investor adalah sukuk. Sukuk merupakan
instrumen yang menarik dalam keuangan syariah. Instrumen ini memiliki bentuk
spesifik dalam struktur keuangan Islam berdasarkan beberapa alasan. Pertama, sukuk
sebagai tolok ukur untuk obligasi dalam sistem konvensional dimana pasar obligasi
meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Karenanya, kemunculan sukuk di
bidang keuangan syariah bisa menarik perhatian dunia ekonomi. Kedua, sukuk
meningkat secara signifikan, ketika kondisi industri keuangan mengalami krisis yang
serius dan hutang (interest base) diakui sebagai faktor utama yang menyebabkan
terjadinya krisis keuangan. Karena itu, sukuk sebagai alternatif obligasi konvensional
dapat membantu dalam menstabilkan pasar keuangan (Qoyum dan Ardiansyah 2010).
Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Trenggono
mengatakan secara umum untuk pasar sukuk sebenarnya cukup menjanjikan, apalagi
Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, sehingga menjadi

Page | 1


pasar potensial untuk produk sukuk. Akan tetapi dari sisi pasar primer, sukuk masih jauh
tertinggal dibanding pasar konvensional. Sukuk sebagai salah satu investasi yang dapat
mendanai kepentingan-kepentingan infrastruktur negara, memenuhi kebutuhan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta secara khusus bertujuan
menutup defisit anggaran pemerintah. 1 Dalam menjalani sebuah bisnis atau perusahaan,
salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara untuk
memperoleh dana agar perusahaan tetap berjalan dengan baik. Dalam pemenuhan dana
tersebut, alternatif yang dapat dilakukan adalah melalui saham dan obligasi. Penerbitan
obligasi dianggap sebagai good news oleh para investor dengan persepsi perusahaan
akan berprospek bagus di masa yang akan datang karena penerbitan obligasi dapat
digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan perusahaan. 2 Penerbitan sukuk
dianggap lebih aman karena memiliki waktu pengembalian yang relatif lama dan dapat
menghindari fluktuasi jangka pendek yang terdapat pada pasar modal konvensional.
Adapun perkembangan penerbitan sukuk korporasi di Indonesia dapat dilihat
dari grafik berikut ini :

Sumber : Satatistik Sukuk – Desember 2016 (www.ojk.co.id)
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan penerbitan sukuk
korporasi dari tahun 2011 sampai pada Desember 2016 terus meningkat signifikan

dilihat dari nilai akumulasi penerbitan yang terus meningkat. Hal tersebut menunjukan
bahwa potensi dari penerbitan sukuk korporasi sebenarnya memiliki masa depan yang
cukup baik untuk dikembangkan sebagai upaya alternatif dalam pemenuhan dana suatu
perusahaan. Walaupun pada jumlah emisi sukuk korporasi setiap tahunnya mengalami
kenaikan angka, angka tersebut masih dinilai lamban jika dibandingkan dengan obligasi
korporasi dan SBSN. Dikutip dari website kontan.co.id menyatakan bahwa jumlah
penerbitan sukuk korporasi terbilang masih minim. Melansir data Indonesia Bond
Pricing Agency (IBPA) sejak awal tahun hingga 31 Agustus 2017, total penerbitan
sukuk korporasi senilai Rp 4,08 triliun. Nominal ini jauh berada di belakang penerbitan
1

Abdul Qoyum. 2017. Lembaga Keuangan Islam di Indonesia . (Yogyakarta. Elmatera Publishing). Hlm
178
2
Ilsa Yunita. Pengaruh Penerbitan obligasi syariah (sukuk) perusahaan-perusahaan terhadap reaksi pasar
tahun 2002-2013. (Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014). Hlm 4.

Page | 2

obligasi korporasi konvensional yang mencapai Rp 95,9 triliun pada periode yang

sama.3 Kemudian dikutip dari berita Merdeka.com bahwa SBSN sendiri sudah
diterbitkan sejak tahun 2008, dengan total akumulasi hingga saat ini sebesar Rp680,21
triliun. Jumlah outstanding SBSN yaitu nilai dari SBSN yang telah diterbitkan dan
dibayarkan kembali, per 19 Mei 2017, adalah sebesar Rp490,90 triliun.
Untuk menciptakan kodisi investasi sukuk korporasi yang optimal maka perlu
dianalisis kondisi perekonomian yang ada, bisa dengan menganalisis faktor makro
ekonomi maupun faktor mikro ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
minimnya penerbitan sukuk korporasi jika dibandingkan dengan obligasi korporasi
ataupun SBSN, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Karena keterbatasann
dari penulis, pada penelitian ini yang akan diteliti hanya dari faktor eksternalnya saja,
yaitu berupa variabel makro ekonomi negara Indonesia seperti PDB, Inflasi, dan Nilai
Tukar. Peneliti bermaksud meneliti faktor apa saja yang dapat mempengaruhi minimnya
penerbitan sukuk korporasi di Indonesia sedangkan potensi dari produk tersebut
berkembang di masa depan dinilai besar. Seberapa besar Pengaruh Produk Domestik
Bruto, Inflasi, dan Nilai Kurs Terhadap Minimnya Penerbitan Sukuk Korporasi di
Indonesia.
2. KERANGKA TEORI
Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal, dan keuntungan yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan
serta pajak langsung lainnnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan
pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). 4 Menurut Tandelilin
(2012:212) menyatakan bahwa pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pengaruh positif dari PDB terhadap penerbitan sukuk
korporasi yang telah diuji dataanya pada penelitian ini dikarenakan oleh pertumbuhan
ekonomi yang membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat. Hal tersebut
merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya.
Dengan demikian, pemerintah dan korporasi akan meningkatkan penerbitan sukuk
karena melihat kondisi pasar yang baik. Perusahaan atau korporasi akan menerbitkan
sukuk guna memperoleh dana untuk memperlancar proses kegiatan ekonomi di suatu
perusahaan.
Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
... “Penerbitan Sukuk Korporasi Masih Minim.” diakses dari web
http://investasi.kontan.co.id/news/penerbitan-sukuk-korporasi-masih-minim-3 pada tanggal 8 November
2017
4

Paulus Kurniawan dan Made Kembar. Pengantar Ekonomi Mikro & Makro . (Yogyakarta: Andi Offset),
hlm 117

3

Page | 3

kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Dengan kata lain, terlalu banyak uang
yang memburu barang yang terlalu sedikit. Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga
konsumen, tapi bisa juga menggunakan harga-harga lain (harga perdagangan besar,
upah, dsb)5.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga
dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa
dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di
pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.6
Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah : 7

In =

IHK n − IHK n −1
IHK n −1

100%

Keterangan :
In
= inflasi
IHK n = indeks harga konsumen tahun dasar
IHK n−1 = indeks harga konsumen tahun berikutnya

In =

��n − ��n −1
��� −1

100%


Inflasi dapat berdampak pada ketidakstabilan ekonomi negara. Pada saat inflasi terjadi,
masyarakat cenderung berbondong-bondong mendatangi Bank untuk mengambil
tabugan mereka guna membeli dan menumpuk barang sehingga bank di rush. Keadaan
dimana para nasabah secara bersamaan mengambil tabungan mereka di bank dapat
mengakibatkan bank kekurangan dana dan berdampak pada penutupan atau
kebangkrutan, serta rendahnya dana investasi yang tersedia. Jika dikaitkan dengan
penerbitan sukuk, inflasi memiliki hubungan yang negatif yaitu ketika negara
mengalami kenaikan inflasi, kondisi perekonomian negara menjadi tidak stabil dan
mengakibatkan penerbitan sukuk akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan
pemerintah dan korporasi selaku emiten akan melihat dan menyesuaikan jumlah sukuk
yang diterbitkan dengan kondisi pasar yang terjadi. 8
Nilai Tukar
Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara
harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misalnya kurs rupiah
terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan
5

Nurul Huda, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. (Jakarta: Kencana, 2014). Hlm 175
Inflasi diakses pada web http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx pada
tanggal 13 November 2017

7
Iskandar Putong. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro . (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003). Hlm 254255.
8
Irfan Syauqi Beik. “Dampak Sukuk terhadap Indikator Makroekonomi”, dalam
http://irfansb.blogdetik.com/2012/06/30/dampak-sukuk-terhadap-indikator-makroekonomi. Diakses 11
Desember 2017.
6

Page | 4

dengan satu dollar Amerika. Besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk
memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila
kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh
perubahan nilai tukar secara substansional. 9
Melemahnya rupiah berdampak buruk terhadap kegiatan konsumsi dan investasi karena
dua hal, yaitu yang pertama: memicu kenaikan harga barang impor dan inflasi, apalagi
setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga memikul daya beli dan
konsumsi masyarakat. Kedua: kenaikan inflasi secara tajam akan memaksa Bank
Indonesia (BI) menaikan suku bunga secara tajam. 10 Biasanya apabila perekonomian
tumbuh dan berkembang, jumlah uang yang beredar juga bertambah. Menurut Sukirno

(2006:236) Komposisi jumlah uang beredar di masyarakat dapat dibedakan menjadi dua
bagian. Pertama adalah uang beredar dalam pengertian sempit, yang digunakan untuk
transaksi yaitu M1 (narrow money). Kedua adalah uang beredar dalam arti luas yang
biasa disebut dengan M2 (broad money).
3. HIPOTESIS PENELITIAN
Penelitian ini akan meneliti pengaruh variabel-variabel independen ( PDB, Inflasi, dan
Nilai Tukar) terhadap variabel dependen ( Penerbitan Sukuk Korporasi), oleh karena itu
ada tiga hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini, ketiga hipotesis tersebut
adalah:
1. H1o = Tidak terdapat pengaruh PDB (X1) terhadap penerbitan sukuk korporasi
(Y)
H1a = Terdapat pengaruh PDB (X1) terhadap penerbitan sukuk korporasi (Y)
2. H2o = Tidak terdapat pengaruh Inflasi (X2) terhadap penerbitan sukuk korporasi
(Y)
H2a = Terdapat pengaruh Inflasi (X2) terhadap penerbitan sukuk korporasi (Y)
3. H3o = Tidak Terdapat pengaruh Nilai Tukar (X 3) terhadap penerbitan sukuk
korporasi (Y)
H3a = Terdapat pengaruh Nilai Tukar (X3) terhadap penerbitan sukuk korporasi
(Y)
4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian terapan ( Applied Research) merupakan tipe
penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah-masalah praktis. Penelitian ini
diarahkan untuk menjawab pertanyaan spesifik dalam rangka penentuan kebijakan,
tindakan atau kinerja tertentu.11 Sedangkan berdasarkan sifatnya, penelitian ini bersifat
eksplanatif, yaitu penelitian yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti
serta hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainnya, dalam hal ini hubungan

9

Sadono Sukino. Pengantar Teori Makro Ekonomi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002). Hlm
178.
10
Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi ). (Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia). Hlm 314
11
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. Metode Penelitian Bisnis (untuk Akuntansi dan Manajemen).
(Yogyakarta BPFE, 2014). Hlm 24

Page | 5

yang saling mempengaruhi. 12 Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini meliputi
Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Nilai Kurs. Sedangkan variabel terikat adalah
penerbitan sukuk korporasi.
Pada penelitian ini, populasinya adalah jumlah sukuk yang dapat diakses dari
situs resmi Otoritas Jasa Keuangan bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2016
yang diwakili oleh jumlah emisi sukuk korporasi. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah pertumbuhan perkembangan penerbitan sukuk korporasi yang
dapat dilihat di Statistik Pasar Modal Syariah (www.ojk.co.id) pada bulan Januari 2014
sampai Desember 2016. Karena populasi dalam penelitian ini relatif kecil maka
penelitian ini menggunakan semua populasi yang ada.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Sedangkan untuk
sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
digunakan pada penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id, Bank Indonesia
(www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id). Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data yang telah didokumentasikan
kemudian disesuaikan dan diolah agar memenuhi kesesuaian dalam penelitian. Dalam
langkah awal yaitu studi kepustakaan dengan landasan teori yang matang. Kemudian
diuji sesuai prosedur pengujian penelitian dengan menggunakan aplikasi SPSS metode
regresi linier berganda dan uji asumsi klasik.
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas). Hasil analisis
regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Rumus
manual untuk regresi linear berganda dengan metode Least Square ini adalah dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
Y = a + � � + � � + � � + + �� � � + e
Keterangan:
a
= Konstanta persamaan regresi
b
= Koefisien variabel independen
Y
= Variable dependent (penerbitan sukuk korporasi)
X1
= Variable independent (PDB)
X2
= Variable independent (Inflasi)
X3
= Variable independent (Nilai Tukar)
e
= Variabel pengganggu atau faktor-faktor lain di luar variabel yang tidak
dimasukkan sebagai variabel model di atas.
b1 , b2 , bn = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel
independen. Apabila (+) maka terjadi kenaikan, dan apabila(-) maka terjadi penurunan.
Hasil persamaan regresi tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan
pengujian selanjutnya.

12

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: Alfabeta, 2008). Hlm 8.

Page | 6

5. ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Uji Asumsi Klasik
1) Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas digunakan untuk melihat apakah data residual terdistribusi
normal. Data penelitian haruslah terdistribusi secara normal, ada beberapa cara
untuk melakukan uji asumsi normalitas, yaitu uji grafik/normal P-Plot dan uji
kolmogorov-smirnov. Namun untuk hasil yang lebih pasti lebih baik
menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Setelah melakukan pengolahan data
dengan uji kolmogorov-smirnov dengan menggunkan SPSS 16.0 maka diperoleh
hasil seperti pada gambar berikut :
Tabel 1
Tabel uji kolmogorov-smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters

35
a

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

.0000000
1.06054686E3

Absolute

.090

Positive

.090

Negative

-.071

Kolmogorov-Smirnov Z

.535

Asymp. Sig. (2-tailed)

.937

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Output SPSS
Untuk melihat data terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari tabel OneSampel Kolmogorov-Smirnov Test pada Asymp. Sig. (2-tailed), dengan cara
membandingkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dengan 0,05 (taraf signifikan α=
5%). Untuk mengambil keputusan dengan pedoman jika nilai Sig. < 0,05 maka
data tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya jika nilai Sig. > 0,05 maka
data berdistribusi normal. Pada hasil pengujian data, Tabel 1 menjelaskan bahwa
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.937 berada di atas 0.05. yang artinya data
penelitian terdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen.
Jika hubungan itu mendekati 1 artinya hubungannya mendekati sempurna.

Page | 7

Syarat lolos uji Multikolinearitas biasanya nilai korelasinya harus < 0,80. Dapat
juga dengan melihat jika nilai Tolerance > 0,10 atau nilai VIF (Variance
inflation Factor) < 10), maka tidak ada multikolinearitas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Berikut ini hasil dari uji
multikolinearitas pada penelitian ini:
Tabel 2
Uji Multikolinearitas
a

Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)

B

Std. Error

-21590.233

8421.825

.018

.003

249.081
-.466

PDB
INFLASI
NILAI_TUKAR

Standardized
Coefficients
Beta

Collinearity
Statistics
t

Sig.

Tolerance

VIF

-2.564

.015

.777

7.060

.000

.481

2.079

303.380

.068

.821

.418

.857

1.167

.304

-.177

-1.535

.135

.440

2.273

a. Dependent Variable: NILAI_EMISI

Sumber : output SPSS
Dari hasil output data diperoleh hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan
tidak ada variabel independen (PDB, Inflasi, Nilai Tukar) yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0.010 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan tidak ada data yang lebih dari 10 sehingga dapat dikatakan model
regresi dalam penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi diguanakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan
periode sebelumnya (t-1). Ada beberapa pengujian yang dapat dilakukan seperti
Uji Durbin-Watson (DW), Uji Lagrange Multiplier (LM), Uji Statistics Q: BoxPierce dan Ljung Box, serta uji Run Test. Namun pada penelitian ini peneliti
akan memakai Uji Run Tes saja. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi autokorelasi. Berikut ini hasil dari Uji Run Tes:
Tabel 3
Uji Run Tes
Runs Test
Unstandardized
Residual
a

Test Value

102.58024

Cases < Test Value

17

Cases >= Test Value

18

Total Cases

35

Number of Runs

11

Z

-2.399

Page | 8

Asymp. Sig. (2-tailed)

.016

Sumber : Output SPSS
Salah satu cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan melihat
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari Uji Run Tes. Jika nilai dari Asymp. Sig. (2tailed) berada diatas 0,05 berarti data residual terjadi secara random atau tidak
terjadi autokorelasi antara residual. Sedangkan pada hasil Uji Run Tes pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05
yang berarti terjadi autokorelasi, maka perlu dilakukan penyembuhan agar data
menjadi tidak autokorelasi. Hasil dari penyembuhan autokorelasi sebagai berikut
Tabel 4
Hasil Penyembuhan Autokorelasi
Runs Test
RES2
a

Test Value

5.62E5

Cases < Test Value

17

Cases >= Test Value

18

Total Cases

35

Number of Runs

13

Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-1.712
.087

a. Median

Dari hasil penyembuhan uji autokorelasi dengan menggunakan residual 2 dan
Uji Run Tes maka diperoleh hasil dari Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,087 yaitu
lebih dari 0,05. Sehingga data residual terjadi secara random atau tidak terjadi
autokorelasi antara residual.
4) Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengematan yang lain.
Ada beberapa cara untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas:
Melihat grafik plot (ZPRED dan SRESID), Uji Park, Uji Glejser, dan Uji White.
Untuk penelitian ini, penulis akan menggunakan uji grafik plot, berikut ini hasil
output SPSS:

Page | 9

Gambar 1
Uji Grafik Plot

Pada prinsipnya, untuk mendeteksi model regresi hetero atau tidak, dapat dilihat
dari letak titik-titik pada grafik di atas. Jika data menyebar secara acak di atas
dan di bawah angka nol dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat
disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Dari hasil output di
atas memperlihatkan bahwa data menyebar dibawah dan di atas nol dan tidak
membentuk pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan model regresi tersebut
tidak terdapat heterokedastisitas.
B. Pengujian Secara Statistik
1) Pengujian Secara Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk melihat pengaruh secara parsial atau secara
individu antara X1 (PDB) terhadap Y (Penerbitan Sukuk Korporasi), X2 (Inflasi)
terhadap Y (Penerbitan Sukuk Korporasi), X3 (Nilai Tukar) terhadap Y
(Penerbitan Sukuk Korporasi), pengambilan dengan dua cara yaitu, pertama :
jika sig > 0,05 maka hipotesis tidak teruji dan sebaliknya jika sig < 0,05 maka
hipotesis teruji. Kedua, jika t hitung < t tabel maka hipotesis tidak teruji dan
sebaliknya jika t hitung > t tabel maka hipotesis teruji.
Tabel 5
a

Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)
PDB
INFLASI
NILAI_TUKAR

B

Standardized
Coefficients

Std. Error

-21590.233

8421.825

.018

.003

249.081
-.466

Beta

t

Sig.

-2.564

.015

.777

7.060

.000

303.380

.068

.821

.418

.304

-.177

-1.535

.135

a. Dependent Variable: NILAI_EMISI

Page | 10

a. Pengaruh variabel Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Penerbitan
Sukuk Korporasi
Berdasarkan tabel coefficients di atas terlihat bahwa variabel Produk
Domestik Bruto (PDB) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yaitu lebih
kecil dari taraf signifikansi (α = 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
variabel Penerbitan Sukuk korporasi dipengaruhi oleh variabel bebas PDB.
Sehingga H1o ditolak dan H1a diterima yang berarti Produk Domestik Bruto
berpengaruh signifikan terhadap penerbitan sukuk korporasi.
b. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Penerbitan Sukuk
Korporasi
Berdasrkan tabel coefficients di atas terlihat bahwa variabel inflasi
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,418 yaitu lebih besar dari taraf
signifikansi (α = 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel
Penerbitan Sukuk korporasi tidak dipengaruhi oleh variabel bebas Inflasi.
Sehingga H1o diterima dan H1a ditolak yang berarti inflasi tidak berpengaruh
terhadap penerbitan sukuk korporasi.
c. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Penerbitan Sukuk Korporasi
Berdasarkan tabel coefficients di atas terlihat bahwa variabel Nilai
Tukar Rupiah atau Kurs memiliki nilai signifikansi sebesar 0,135 yaitu lebih
besar dari taraf signifikansi (α = 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
variabel penerbitan sukuk korporasi tidak dipengaruhi oleh variabel bebas
nilai tukar. Sehingga H1o diterima dan H1a ditolak yang berarti nilai tukar
tidak berpengaruh terhadap penerbitan sukuk korporasi.
2) Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel bebas mampu secara
bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Nilainya dapat diambil dari tabel
Anova (b) dalam SPSS. Kriteria dari uji F ini adalah jika F hitung > F tabel atau
nilai probabilitas signifikansi < 0,05. Jika memenuhi kriteria, artinya semua
variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Berikut ini hasil output dari data uji F:
b

ANOVA
Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

1 Regression

1.738E8

3

Residual

3.824E7

31

Total

2.120E8

34

F

5.792E7 46.950

Sig.
a

.000

1233607.346

a. Predictors: (Constant), NILAI_TUKAR, INFLASI, PDB
b. Dependent Variable: NILAI_EMISI

Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 46,950 dengan
probabilitas 0.000. Karena probabilias jauh lebih kecil dari 0.05, maka model
Page | 11

regresi dapat digunakan untuk memprediksi Penerbitan Sukuk Korporasi atau
dapat dikatakan bahwa variabel PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar secara bersamasama berpengaruh terhadap Penerbitan Sukuk Korporasi.
3) Pengujian Koefisien Determinasi (R-Square)
Digunakan untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Besarnya nilai koefisien
determinasi berkisar 0 ≤ R2 ≤ 1. Mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kebanyakan penggunaan
koefisien determinasi (R2) dalam SPSS diambil melalui nilai Adjusted R2. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen. Adj. R 2
digunakan karena nilainya tidak terpengaruh oleh banyaknya variabel
independen. Berikut ini hasil outpur dari koefisien determinasi (R-Square):
Model Summary
Model
1

R
.905a

R Square
.820

Adjusted R
Square

Std. Error of the
Estimate

.802

1110.67878

a. Predictors: (Constant), NILAI_TUKAR, INFLASI, PDB

Dari tampilan output SPSS model summary, besarnya adjusted R Square
adalah 0.802, hal ini berarti 80,2% variabel Penerbitan Sukuk Korporasi dapat
dijelaskan oleh variabel independen PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar. Sedangkan
sisanya, (100% - 80,2% = 19,8%) dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
4) Pengujian Koefisien Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil output SPSS di atas maka dapat diperoleh sebuh persamaan,
yaitu dengan persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang
dihipotesiskan. Persamaan dari hubungan antara Produk Domestik Bruto (PDB),
Inflasi, dan Nilai Tukar terhadap Penerbitan Sukuk Korporasi adalah sebagai
berikut:
Y = -21.590,233 + 0.018 PDB + 249,081 Inflasi – 0,466 Nilai Tukar + e
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Jika PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar (variabel independen) nol, maka nilai
Penerbitan Sukuk Korporasi (Variabel dependen) adalah
-21.590,233
2. Jika PDB naik 1 satuan, maka Penerbitan Sukuk Korporasi naik 0.018
satuan.
3. Jika Inflasi naik 1 satuan, maka Penerbitan Sukuk Korporasi naik sebesar
249,081 satuan.
4. Jika Nilai Tukar naik 1 satuan, maka Penerbitan Sukuk Korporasi turun
sebesar 0,466 satuan.
5. Variabel PDB menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.018 dengan
signifikansi 0.000 (< 0.05). Hal ini menujukkan bahwa variabel PDB

Page | 12

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel Penerbitan Sukuk
Korporasi.
6. Variabel Inflasi menunjukkan koefisien regresi sebesar 249,081 dengan
signifikansi 0.418 (>0.05). Hal ini menujukkan bahwa variabel IHSG
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel Penerbitan Sukuk
Korporasi.
7. Variabel Nilai Tukar menunjukkan koefisien regresi sebesar -0,466 dengan
signifikansi 0.135 (> 0.05). Hal ini menujukkan bahwa variabel aset
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel Penerbitan Sukuk
Korporasi.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis Analisis Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi, dan
Nilai Tukar Terhadap Penerbitan Sukuk Korporasi di Indonesia Periode Tahun 20142016 dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik uji asumsi klasik
dapat diambil kesimpualan sebagai berikut:
1. Nilai F hitung sebesar 46,950 dengan probabilitas 0.000. karena probabilias jauh
lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
Penerbitan Sukuk Korporasi atau dapat dikatakan bahwa variabel PDB, Inflasi,
dan Nilai Tukar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Penerbitan Sukuk Korporasi di Indonesisa periode tahun 2014 sampai dengan
2016.
2. Secara parsial, variabel Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dari taraf signifikansi (α = 0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel Penerbitan Sukuk korporasi
dipengaruhi oleh variabel bebas PDB. Sehingga H1o ditolak dan H1a diterima
yang berarti Produk Domestik Bruto berpengaruh signifikan terhadap penerbitan
sukuk korporasi.
3. Secara parsial, variabel inflasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,418 yaitu
lebih besar dari taraf signifikansi (α = 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
variabel Penerbitan Sukuk korporasi tidak dipengaruhi oleh variabel bebas
Inflasi. Sehingga H1o diterima dan H1a ditolak yang berarti inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerbitan sukuk korporasi.
4. Secara parsial, variabel Nilai Tukar atau Kurs memiliki nilai signifikansi sebesar
0,135 yaitu lebih besar dari taraf signifikansi (α = 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel penerbitan sukuk korporasi tidak dipengaruhi oleh
variabel bebas nilai tukar. Sehingga H1o diterima dan H1a ditolak yang berarti
nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap penerbitan sukuk korporasi.
5. Nilai adjusted R Square adalah 0.802, hal ini berarti 80,2% variabel Penerbitan
Sukuk Korporasi yang digambarkan lewat nilai emisi dapat dijelaskan oleh
variabel independen Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Nilai Tukar.
Sedangkan sisanya, (100% - 80,2% = 19,8%) dijelaskan oleh variabel lain di
luar penelitian.

Page | 13

6. Variabel paling dominan mempengaruhi Penerbitan Sukuk Korporasi di
Indonesia adalah Produk Domestik Bruto. Artinya, variabel ini mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya perkembangan
Penerbitan Sukuk Korporasi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
“Apa
Saja
Instrumen
Pasar
Modal
Syariah”,
http://scdc.binus.ac.id/financeclub/2017/08/apa-saja-instrumen-pasar-modalsyariah/, diakses pada 08 November 2017
“Begini
Perkembangan
Pasar
Modal
Syariah
Selama
20
Tahun”,
https://economy.okezone.com/read/2017/05/31/278/1704045/beginiperkembangan-pasar-modal-syariah-selama-20-tahun, diakses pada 08 November
2017
Abdul Qoyum, 2017, Lembaga Keuangan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Elmatera
Publishing)
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik Dengan SPSS 16.0, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2009)
Ali Mauludi, Teknik Belajar Statistika 2, (Jakarta: Alim’s Publising, 2016)
Dr. M. Muchson, Statistik deskriptik, Guepedia
Drs Waluyo Hadi., Dini H, 2011, Kamus Terbaru Ekonomi & Bisnis, Surabaya. Reality
Publisher
Duwi Priyatno, Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20, (Yogyakarta: ANDI
OFFSET, 2012)
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11#subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1
Idris, Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif dengan Program SPSS, (Padang: FEUNP, 2010)
Ilsa Yunita, Pengaruh Penerbitan obligasi syariah (sukuk) perusahaan-perusahaan
terhadap reaksi pasar tahun 2002-2013, (Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan,
2014
Inflasi diakses dari web www.bi.go.id
Irfan Syauqi Beik, “Dampak Sukuk terhadap Indikator Makroekonomi”, dalam
http://irfansb.blogdetik.com/2012/06/30/dampak-sukuk-terhadap-indikatormakroekonomi
Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003)
Misnen A, Qizam, Razaliharon, Qoyum, “Predicting Sukuk Default Probability and Its
Relationship With Systematic and Unsystematic Risks: Case Study Of Sukuk In
Indonesia,” dalam International Journal Of Research In Commerce, Economics &
Management Vol. 3, 2013: 21.
Nilai Kurs diakses pada website www.bi.go.id, diakses pada tanggal 9 Desember 2017
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis (untuk Akuntansi dan
Manajemen), (Yogyakarta BPFE, 2014)
Nurul Huda, 2007, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta.Kencana

Page | 14

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2014)
Singgih Santosa, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo)
Statistik Pasar Modal Syariah Juni 2015 diakses dari website www.ojk.co.id
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2008)
Sukirno, Sadono.2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 , (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 153.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.

Page | 15