PENATALAKSANAAN MIKRODONSIA PADA ANAK AN

PENATALAKSANAAN MIKRODONSIA PADA ANAK-ANAK

Rizky Herdiansyah Pratama1, Rosita Anggraeni1, Sofyan Achmad Fauzi1, Yunia Amina Faurur1,Dinar Windiayu2
1

Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia
Bagian Ilmu Ortodontik Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia

2

e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan.
Pendahuluan. Mikrodonsia merupakan kelainan ukuran gigi yang lebih kecil dari normal. Penyebab mikrodonsia adalah multifaktorial, tetapi paling
sering dikaitkan dengan faktor genetik. Pemeriksaan klinis dan radiografis diperlukan untuk diagnosis. Perawatan mikrodonsia tergantung jumlah gigi
yang terlibat. Laporan Kasus. Seorang gadis berusia 13 tahun datang dengan keluhan utama gigi 22 berbentuk kecil sehingga menyebabkan diastem
dan masalah estetik. Diagnosis mikrodonsia. Perawatan restorasi komposit sebagai perawatan sementara dan jacket crown sebagai perawatan
permanen. Pembahasan. Mikrodonsia merupakan kelainan ukuran gigi yang terjadi pada tahap tunas (bud stage). Mikrodonsia memperlihatkan ukuran
mahkota kecil dan terkadang bentuk mengerucut atau conical teeth yang lebih sering terjadi pada insisivus lateral, serta profil margin gingiva terlihat
lebih sempit. Perawatan mikrodonsia dapat dilakukan dengan restorasi estetik, penggunaan piranti ortodontik, atau kombinasi keduanya. Kesimpulan.
Mikrodonsia adalah kelainan bentuk gigi yang lebih kecil dari ukuran normal terutama gigi anterior. Perawatan diperlukan untuk memperbaiki masalah

estetik.
Keyword: mikrodonsia, etiologi, pemeriksaan, penatalaksanaan

PENDAHULUAN
Mikrodonsia merupakan suatu kelainan ukuran
gigi yang menunjukkan ukuran gigi yang lebih kecil dari
normal dan dapat juga disertai kelainan bentuk berupa
bentuk kerucut atau konus (conical teeth). Insidensinya
pada anak-anak sekitar 0,2%. Umumnya kelainan ini
terjadi pada gigi tetap dan jarang pada gigi sulung. 1
Mikrodonsia terbagi menjadi dua tipe yaitu true
microdontia dan pseudo microdontia. True microdontia
merupakan kelainan pada ukuran gigi yang lebih kecil
dari normal pada rahang yang berukuran normal,
sedangkan pseudo microdontia adalah keadaan seluruh
gigi terlihat kecil pada rahang yang berukuran besar.
Berdasarkan banyak gigi yang terlibat, mikrodonsia
terbagi menjadi localized microdontia dan generalized
microdontia. True generalized microdontia adalah
keadaan seluruh gigi berbentuk lebih kecil dari normal,

generalized relative microdontia adalah seluruh gigi
berukuran lebih kecil dari normal dengan rahang besar
dari normal, sedangkan localized microdontia hanya
melibatkan satu atau beberapa gigi saja yang biasanya
terjadi pada gigi insisivus 2 dan molar 3.2
Penyebab mikrodonsia adalah multifaktorial.
Faktor utama yang sering kali dikaitkan dengan kelainan
ini adalah faktor genetik. Menurut Rakosi dkk. (1993)
faktor genetik mempengaruhi bentuk, jumlah, mineralisasi

gigi, lokasi, dan posisi erupsi benih gigi. Penelitian
sebelumnya menyatakan pengaruh yang sangat kuat dari
faktor genetik adalah untuk memperkirakan morfologi
mahkota hingga 90%. Pada saudara kembar dengan
hubungan darah mereka, ditemukan hampir tidak ada
variasi dalam ukuran gigi.3 Pertumbuhan dan
perkembangan gigi juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, tetapi tidak sebesar faktor genetik yang
hanya sekitar 20%. Faktor lingkungan yang dimaksud
adalah nutrisi. Penelitian sebelumnya pada populasi

Amerika di Amerika Serikat, Jepang, dan Cina
menunjukkan bahwa orang Amerika yang lahir di
negaranya sendiri dibandingkan yang lahir di Jepang dan
Cina memiliki perbedaan pada ukuran mesiodistal gigi.3
Mikrodonsia lebih sering mengenai gigi anterior
terutama insisivus lateral yang menyebabkan ukuran gigi
lebih kecil daripada variasi normal disertai bentuk yang
mengerucut (conical teeth). Profil margin gingiva terlihat
lebih sempit dari normal. Kelainan ini juga lebih sering
pada jenis kelamin wanita dibandingkan laki-laki.
Pemeriksaan klinis mikrodonsia dapat dilakukan dengan
inspeksi visual, pemeriksaan radiografis, dan kombinasi
keduanya. Diagnosis mikrodonsia harus ditegakkan
sedini mungkin untuk mengamati dan memelihara
perkembangan gigi agar tidak terjadi masalah dikemudian
hari.3

Perawatan mikrodonsia terbagi berdasarkan
jumlah gigi yang terlibat. Perawatan tersebut dapat
berupa perawatan restoratif estetik, penggunaan piranti

ortodontik, dan kombinasi keduanya. Masing-masing
pilihan perawatan memiliki keunggulan dan kekurangan
masing-masing tergantung kasus yang dihadapi.4 Tujuan
penulisan ini untuk mengetahui diagnosis dan
penatalaksaan mikrodonsia.

LAPORAN KASUS
Seorang gadis berusia 13 tahun datang ke
praktek dokter gigi di London dengan keluhan utama gigi
22 memiliki bentuk dan ukuran yang abnormal sehingga
menyebabkan diastema dan masalah estetik. Riwayat
medis pasien baik.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan bahwa pasien
memiliki profil datar, tidak ada kelainan pada TMJ,
hubungan mulut dan bibir. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan maloklusi kelas 1 dengan overjet dan
overbte angle light. Mikrodonsia pada gigi 22 dengan
sedikit rotasi ringan dari arah distal. Pemeriksaan visual
dengan radiografi menunjukkan mikrodonsia di gigi 22

(Gambar 1 dan 2).

Diagnosis
Dari hasil pemeriksaan didiagnosa bahwa pasien
mengalami mikrodonsia pada gigi insisivus lateral kiri.
Manajemen kasus
Manajemen kasus pasien adalah dengan restorasi
komposit sebagai perawatan sementara dan jacket crown
sebagai perawatan permanen. Perawatan ini dilakukan
menggunakan resin komposit. Langkah-langkah
perawatan:
1. Pertama, drainase dan isolasi gigi menggunakan
kapas.
2. Mengetsa selama 20 detik ke seluruh permukaan
gigi.

Gambar 3. Pemberian etsa
3. Hasil etsa dapat terlihat melalui perubahan gigi yang
memutih dan bentuk tag mikroskopis. Kemudian
dilanjutkan pemberian resin bonding dan penyinaran

dengan light cure selama 15-20 detik (Gambar 4)
4.Setelah aplikasi resin bonding gigi akan menjadi lebih
opak. Tumpatan komposit siap dilakukan dan
polishing dilakukan dengan rubberpolishing (Gambar
5).

Gambar 1 mikrodonsia pada gigi 22

Gambar 4. Hasil etsa
Gambar 2. Foto radiografi periapikal

Gambar 5. Restorasi resin aestetik
5. Hasil menunjukkan gigi 22 memiliki bentuk dan
ukuran dengan gigi 12 dan tidak ada diastema.
(Gambar 6).

Gambar 6. Hasil Perawatan

PEMBAHASAN
Mikrodonsia merupakan kelainan bentuk gigi

lebih kecil dari normal yang terjadi pada tahap tunas (bud
stage) yang disebabkan faktor keturunan dalam bentuk
lokalnya dan disfungsi endokrin dalam bentuk
keseluruhan dari gigi yang terlibat.5 Kelainan ini terbagi
true generalized microdontia yang melibatkan seluruh gigi
berbentuk lebih kecil dari normal, generalized relative
microdontia melibatkan seluruh gigi berukuran lebih kecil
dari normal dengan rahang besar dari normal, sedangkan
localized microdontia hanya melibatkan satu atau
beberapa gigi saja yang biasanya terjadi pada gigi
insisivus 2 dan molar 3.2
Penyebab mikrodonsia adalah multifaktorial,
keturunan, dan sering kali mengikuti berbagai sindrom.
Gangguan pada tumbuh kembang gigi dapat
menyebabkan mikrodonsia. Gangguan tersebut
disebabkan oleh adanya gangguan faktor sistemik dan
genetik, dalam hal ini adalah kelainan kromosom 21.

Mikrodontia terjadi sebagai akibat adanya gangguan
tahap bud stage yaitu saat embrio berusia 8 minggu.

Gangguan yang terjadi berupa obstruksi lamina dentalis
sehingga terjadi gangguan proliferasi dari bakal
ameloblas dan odontoblas. Gangguan proliferasi ini
mengakibatkan penyimpangan diferensiasi sel-sel bakal
ameloblas (pembentuk email) dan odontoblas
(pembentuk dentin) sehingga keadaan ini menghasilkan
bentuk gigi yang tidak sempurna atau mempunyai ukuran
mesodistal lebih kecil dari normal.6
Studi oleh Alborg membuktikan bahwa
mikrodonsia terjadi karena hambatan pertumbuhan sejak
dari dalam kandungan. Pasien tersebut mengalami
kekurangan hormon pertumbuhan yang akan
berpengaruh pada berkurangnya proses pertumbuhan
secara keseluruhan dan penurunan ukuran gigi.
Mikrodontia biasanya mengikuti beberapa sindrom.
Sindrom yang disertai mikrodontia adalah sindrom Down,
ektodermal displasia, Silver-Russel, William sindrom,
Gorlin-Chaundhry-Moss, dan Coffen-Siris. Selain itu
mikrodontia sering terlihat pada kasus cleft lip serta
palatum dan umumnya mengenai gigi anterior terutama

insisif. Sebanyak 35% penderita sindrom Down
mempunyai bentuk dan ukuran gigi insisif 2 lebih kecil
dari normal terutama pada insisif lateral sehingga terjadi
diastema. Sindrom Gorlin-Chaudhry-Moss ditandai
dengan gangguan/ retardasi pertumbuhan, tubuh pendek,
retardasi mental ringan, dan beberapa kelainan fisik.
Sindrom Gorlin-Chaudhry-Moss, menunjukan penutupan
sutura coronalis yaitu sutura terbentuk dari tulang frontal
dan tulang parietal dari tengkorak yang prematur
sehingga menyebabkan kepala abnormal, berukuran
pendek (brachycephaly), Keadaan rongga mulut
memperlihatkan gigi mungkin tidak ada (hypodontia),
mikrodonsia atau berbentuk abnormal. Sindrom William
adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan
cacat intelektual ringan sampai sedang atau kesulitan
belajar, karakteristik kepribadian yang unik, fitur wajah
khas dan masalah kardiovaskular. anak-anak dengan
sindrom William memiliki fitur wajah khas termasuk dahi
yang lebar, hidung pendek dengan ujung yang luas, pipi
tebal, dan mulut lebar dengan bibir tebal. Penderita

umumnya mengalami masalah gigi seperti mikrodonsia,
diastema atau anodonsia (tidak memiliki gigi).7 Sindrom
Coffen-Siris merupakan multiple anomaly kongenital
dengan ciri-ciri tidak terdapat/ hipoplasia ruas jari terakhir

pada ke-5 jari, hypoplasia kuku jari, dan kelainan
pertumbuhan dengan gambaran tubuh pendek.8 Sindrom
Silver-Russel merupakan sindrom dengan gangguan
pertumbuhan, gambaran klinis tubuh pendek,
pertumbuhan satu sisi berlebih, wajah khas segitiga, dan
cacat pada jari kaki. Ectodermal dysplasia adalah
kelainan herediter berupa gangguan perkembangan
struktur organ-organ yang berasal dari lapisan
ektodermal seperti rambut, gigi, kuku, dan kelenjar
keringat.9
Mikrodonsia akan memperlihatkan ukuran
mahkota yang lebih kecil dari normal (Gambar 7),
terutama insisivus lateral disertai bentuk mengerucut atau
conical teeth. Profil margin gingiva terlihat lebih sempit
(Gambar 8). Pemeriksaan dan diagnosis harus

ditegakkan sedini mungkin untuk mengamati dan
memelihara perkembangan gigi agar tidak terjadi
masalah dikemudian hari. Pemeriksaan tersebut meliputi
pemeriksaan bentuk dan ukuran gigi. Ukuran dan bentuk
gigi tersebut jelas secara klinis lebih kecil atau berbentuk
konus. Pengukuran mesiodistal gigi dapat menggunakan
sliding caliper atau penggaris. Pemeriksaan radiografis
juga dapat digunakan untuk pemeriksaan tambahan. Foto
radiografi periapikal dapat digunakan untuk mengetahui
gambaran ketebalan struktur keras gigi dan rongga pulpa
(Gambar 9). Pengambilan foto rontgent periapikal
menggunakan dosis radiasi yang rendah, karena harus
mempertimbangkan manfaat dari radiografi dental
terhadap meningkatnya konsekuensi paparan radiasi
terhadap pasien. 3

Gambar 7. Lebar mesio distal gigi permanen normal

Gambar 8.. Gambaran klinis mikrodonsia

Gambaran 9. Foto radiografi periapikal
mikrodonsia
Perawatan mikrodonsia tergantung jumlah gigi
yang terlibat. Mikrodonsia pada kasus di atas termasuk
localized microdontia yang hanya melibatkan satu gigi
yaitu gigi 22. Terdapat beberapa perawatan alternatif
yang dapat dilakukan pada mikrodonsia yang melibatkan
satu atau lebih gigi. Pertama dapat menggunakan
restorasi estetik seperti pada kasus. Restorasi estetik
pada gigi anterior merupakan suatu restorasi yang
membutuhkan rasa seni. Keahlian dan pemilihan bahan
restorasi sangat dibutuhkan. Pemilihan bahan harus
sesuai dengan kebutuhan estetik dan ketahanan.
Terdapat beberapa cara dalam melakukan restorasi
estetik pada kasus mikrodonsia lokal, antara lain.10
1. Restorasi menggunakan resin komposit untuk
mengembalikan gigi ke ukuran normal dengan cara
sederhana.11 Bahan ini dipilih karena memiliki
beberapa keunggulan yaitu memiliki nilai estetis yang
bagus, perlekatan mikromekanis yang kuat pada gigi,
dan memiliki kekuatan tekan dan tarik yang cukup
besar.12 Restorasi komposit digunakan untuk kasus
diastem ringan pada gigi anterior dengan membentuk
kembali permukaan mesial dan distal atau menutupi
seluruh mahkota dengan bahan tersebut. 11
2. Porcelain laminates veneer. Pilihan ini digunakan
pada gigi dengan akar muda dan belum berkembang
secara lengkap serta rongga pulpa yang besar.
Restorasi jenis ini memiliki resistensi abrasi yang baik,
tiidak menyebabkan perubahan oklusi, dan
biokompatibel dengan jaringan sekitarnya.13
3. Jacket Crown dengan bahan porcelain fused metal
(PFM). Bahan ini dipilih karena memiliki nilai estetik
dan ketahanan terhadap beban kunyah yang tinggi..
Kekurangan PFM adalah logam nikel yang biasa
digunakan dapat memicu efek alergenik pada
pemakai dan efek toksisitas pada teknisi laboratorium

dan pemakai protesa dan harga yang tergolong mahal
untuk beberapa kalangan. 14
Pilihan perawatan mikrodonsia lainnya adalah
penggunaan piranti ortodontik untuk penutupan diastem
(diastem closure) pada kasus ringan. Keuntungan dari
pilihan jenis perawatan ini adalah perubahan minimal dari
overjet dan overbite pasien. Alat ortodontik yang dapat
digunakan adalah busur labial, coil spring, dan proximal
spring. Penutupan diastem dilakukan dengan
menggerakkan gigi insisivus lateral ke arah mesial hingga
kontak dengan insisivus sentral. Kekurangan perawatan
ini adalah timbulnya ruangan di daerah distal dari gigi
insisvus lateral, oleh karena itu pada umumnya
perawatan ini tidak dapat diterima dalam hal estetik
kecuali tersisa ruangan kecil di daerah distal. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat menggunakan kombinasi
perawatan pergerakan gigi dengan ortodontik dan
restorasi estetik pada gigi anterior. Gigi insisivus lateral
bergerak ke posisi normal dengan alat ortodontik cekat
sehingga tersedia cukup ruang untuk perawatan restoratif
estetik. Ini adalah perawatan terbaik.10
KESIMPULAN
Mikrodonsia adalah kelainan bentuk gigi yang lebih kecil
dari ukuran normal. Kondisi ini lebih sering terjadi pada
gigi anterior. Diagnosis perlu ditegakkan sedini mungkin
untuk mengatasi masalah estetik. Perawatan yang dapat
dilakukan dapat berupa restorasi, perawatan ortodontik,
maupun gabungan keduanya.

REFERENSI
1. Laskaris, G., 2000, Color Atlas of Oral Disease
in Children and Adolescents, Thieme, Stuttgart,
New York.
2. Cameron, A., Widner, R., 2013, Handbook of
Pediatric dentistry, 4th, Mosby Elsevier, New
York.
3. Sasmita, I.S., 2015, Dental Care Management
Anomaly Microdontia on Children: Case Report,

International Journal of Clinical Case Report, 5
(29): 1-5.
4. Proffit, W.R., 2000, Contemporary Ortodontics,
3rd ed, Mosby Inc., St. Louis.
5. Bath-Balogh, M., Fehrenbach, M.J., 2006,
Dental Embriology, Histology, and Anantomy, 2nd
Ed, Elsevier Saunders, New York.
6. Balogh, M.B., Fehrenbach, M.J., 2006, Dental
Embriology, Histology, and Anatomy, 2nd, Elsevier
Saunders, St. Louis.
7. Shamsudeen. S. M., Ibrahim, M. M.,
Muruganandhan, J., Sujatha, G., Kumar N.,
Kumar S., 2016, Non Syndromic True
Generalized Microdontia with Multiple Talons
Cusp - Unusual Case Report., Journal of Dental
and Medical Sciences, 15(3):1-4.
8. Flynn, M. A., Milunsky, J. M., 2006, Clinical
Report Autosomal Dominant Syndrome
Resembling Coffin–Siris Syndrome, Am J Med
Genet Part A 140A:1326–1330.
9. Apriani,A.,
Sasmita,
I.
S.,
2014,
Penatalaksanaan Oligodontia pada Anak 14
Tahun dengan Sindrom Ectodermal Dysplasia:
Laporan Kasus, MKB. 47(4):255–60
10. Pinkham, J.R., 2001, Pedriatric Dentistry:
Infancy Through Adolscence, W.B. Saunders
Co., Philadelphia.
11. Ascheeim, K.W., Dale, B.G., 2001, Esthetic
Dentistry a Clinical Approach to Technique and
Materials, 2nd ed., Mosby, Philadelphia.
12. Soeprapto, A., 2015, Rangkuman Teori
Penunjang Klinik FKG UI, FKG UI, Jakarta.
13. Mount, G.J., Hume, W.R., 1998, Preservation
and Restoration of Tooth Structure, Mosby,
Philadelphia.S.
14. Anusavice, K.J., 2014, Philips : Buku Ajar Ilmu
Bahan Kedokteran Gigi, edisi 10, EGC, Jakarta.

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25