Profitabilitas Bank Umum Syariah pdf

ASET, DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Syariah (Ekonomi Islam)

Oleh: ROMDAYANAH 072411055

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Dr. IMAM YAHYA, M.Ag. Perum Pandana Merdeka H/2 Ngaliyan Semarang

RATNO AGRIYANTO, S.Pd, SE, M.Si Perum Griya Sekar Gading blok C/6 Kalisegoro Gunungpati

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks Hal

: Naskah Skripsi An. Sdri Romdayanah

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo

Assalamua'alaikum wr.wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudari Nama

: Romdayanah

Nomor Induk

Judul : Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank Syariah.

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudari tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap dijadikan maklum.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SYARI’AH Jl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

Skripsi Saudara

Judul : Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset, dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude/baik/cukup, pada tanggal : dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun akademik 2011/2012.

Semarang, 22 Desember 2011

MOTTO

Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan kami telah menghilangkan darimu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?, dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan

itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang lain, dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu

berharap. 1

1 Depertemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra,1989, h. 478.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan rasa syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya

penulisan skripsi ini

 Ayah & Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan segalanya bagiku hingga Aku seperti ini. Tiada yang dapat penulis perbuat untuk membalas kebaikan mereka. Hanya sekuntum do’a yang dapat Aku berikan, jazakum Allah Jazakum katsir “semoga Allah SWT. Membalas amal kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda” Amin.

 Para guru dan dosenku, Karena beliau aku dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal menggapai cita-cita.  Kakakku (mas bani dan mas rudi) tercinta yang selalu menemaniku dan keluargaku yang telah banyak memberikan motivasi, semangat dan bantuan hingga terselesainya kuliah ini.

 keluarga besar EIB ’07 khususnya ( Itus, Umi, Ani, Mustaqimah, Aena.. dkk), senior ku ( mbk Ekowati dan dani), keluarga besar posko 46, sahabat ku Tri, Muhayati dan keluarga besar Wisma Sari yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi.

 Almamater Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 8 Desember 2011 Deklarator,

Romdayanah

Abstrak

Profitabilitas harus dilihat sebagi faktor pendorong dalam memantau seluruh faktor baik kuantitatif maupun kualitaif. Seluruh faktor baik permodalan, kualitas aset, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko pasar serta faktor manajemen diformulasikan dan dikelola agar lebih efektif untuk menghasilkan profitabilitas yang maksimal. Apabila bank mampu menghasilkan keuntungan yang semakin meningkat dan berkesinambungan maka kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan akan meningkat serta modal akan mudah didapat dari para investor karena deviden yang akan diterima investor meningkat seiring meningkatnya keuntungan bank.

Adapun tujuan penelitian adalah menganalisa pengaruh faktor permodalan, kualitas aset, likiuiditas terhadap profitabilitas. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan purposive sampling. purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasakan pada kriteria tertentu. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 14.

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari perusahaan yang diperoleh dari Direktori Perbankan Indonesia di Bank Indonesia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan (financial ratio analysis), yaitu rasio permodalan, kualitas aset, likuiditas dan profitabilitas. Kemudian alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah uji signifikansi simultan (uji statistik f) dan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t).

Hasil penelitian menemukan bahwa, permodalan (KPMM), diketahui

B sebesar -0.05 yang menunjukkan bahwa KPMM berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (NOM). Kualitas aset

mempunyai nilai Unstandardize d Coefficient

B sebesar 37,003 hal ini menunjukkan bahwa kualitas aset yang diproyeksikan dengan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh positif terhadap NOM. Dari kondisi likuiditas

mempunyai nilai Unstanda rdize d Coefficient

(STM), diketahui bahwa nilai Unstanda rdize d Coefficient B sebesar 0,007 menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh postif terhadap NOM. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan likuiditas dapat meningkatkan profitabilitas perbankan syariah yang diproyeksikan dengan NOM.

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah Wasyukurillah , senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya, sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan Iman dan Islam.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepangkuan Rasulullah Muhammad SAW pembawa rahmat bagi makhluk sekian alam, keluarga, sahabat dan para tabi’in serta kita umatnya, semoga kita mendapat pertolongan di hari akhir nanti.

Pada penyusunan skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam ide, kritik, saran maupun dalam bentuk lainnya. Oleh karena itu penulis ingin ucapkan terima kasih sebagai penghargaan atau peran sertanya dalam penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang

2. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

3. Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

4. Bapak Dr. Ali Murtadho, M.Ag selaku ketua Jurusan Ekonomi Islam dan bapak Nur Fatoni, M.Ag selaku sekretaris jurusan, atas kebijakan yang dikeluarkan khususnya yang berkaitan dengan kelancaran penulisan skripsi ini

5. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ratno Agriyanto, S.Pd, SE, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu, dengan meluangkan waktu dan tenaganya yang sangat berharga semata-mata demi mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini

6. Segenap Dosen Fakultas Syariah yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis dan senantiasa mengarahkan serta memberi motivasi selama 6. Segenap Dosen Fakultas Syariah yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis dan senantiasa mengarahkan serta memberi motivasi selama

7. Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan membimbing serta memberikan dorongan kepada penulis, baik moral maupun spiritual. Serta kakak-kakak ku yang memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi ini

8. Terima kasih penulis uca pkan untuk keluarga besar EIB ’07 ( Itus, Umi, Ani, Mustaqimah, Aena dkk ), senior ku ( mbk Ekowati dan dani), keluarga besar posko 46, sahabat ku Tri, Muhayati dan keluarga besar Wisma Sari yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya ucapan terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan melimpahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal Alamin .

Wassalamualaikum Wr. Wb. Semarang, 8 Desember 2011

ROMDAYANAH 072411055

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Rasio Bank Syariah Lampiran 2. Uji Statistik Rasio Bank Syariah Lampiran 3. Laporan Keuangan Publikasi Bank Syariah Lampiran 4. Matriks Penilaian dan Penetapan Peringkat Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/24/DPbs.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Normal P-P plot

Gambar 4.3 Diagram Hetroskedasitisitas

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Rasio Keuangan Bank Syariah Tahun 2006-2009 Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Table 3.2 Ringkasan Definisi Operasional Tabel 4.1 Resum Data Kweuangan BNI Syariah Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Peringkat KPMM Bank Umum Syariah periode 2009-2011 Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Peringkat KAP Bank Umum Syariah periode 2009-2011 Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Peringkat STM Bank Umum Syariah periode 2009-2011 Tabel 4.5 Kriteria penilaian peringkat NOM Bank Umum Syariah periode 2009-2011 Tabel 4.6 Analisa Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolonieritas dengan Matriks Korelasi Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Nilai Tolerance Dan VIF Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasis Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik F Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi mempunyai tugas utama yaitu menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana

tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 1 Bank mempunyai kemampuan untuk meningkatkan atau mengurangi daya beli

masyarakat. Bank dapat meningkatkan daya beli masyarakat dimana, bank memeberikan pinjaman atau kredit kepada individu dan unit-unit usaha yang berasal dari dana yang dihimpun dari masyarakat yang berupa tabungan, giro, dan deposito berjangka. Bank juga dapat mengurangi daya beli masyarakat yaitu dengan meningkatkan suku bunga. Apabila suku bunga meningkat, mendorong individu dan unit usaha untuk menyimpan uangnya di bank, sehingga uang yang beredar di masyarakat berkurang dan kemampuan daya beli masyarakat juga

menurun. 2 Perbankan nasional belum mampu menjalakan fungsi intermediasi dengan

baik. Kondisi perbankan nasional berdasarkan data BI, menunjukkan bahwa: dari total aset pada akhir 2000 sebesar Rp. 1.030,5 Triliun, penyaluran kredit mencapai Rp. 320,4 Triliun sedangkan total obligasi berjumlah Rp. 658,7 Triliun.

1 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 11.

Komposisi aset seperti pada data diatas menunjukkan kondisi aset yang kurang sehat, karena kredit perbankan hanya menyumbang sebanyak 31,1% dari total

aset. Besarnya Loan Deposit Ratio (LDR) pada akhir 2001 sebesar 33,0% dan 41,2% pada akhir Mei 2003, rasio tersebut jauh dari patokan Bank Indonesia sebesar 90%-110%. Laba parbankan berdasarkan Retruns On Asset (ROA) sebesar 1,45% pada tahun 2001 dan naik tipis pada bulan maret 2002 sebesar

1,76%. 3 Perkembangan perbankan Indonesia mengalami pasang surut. Krisis

finansial tahun 1997 merupakan bukti merosotnya kondisi perbankan Indonesia yang ditandai dengan dilikuidasinya beberapa bank konvensional oleh Bank Indonesia (BI). Bunga bank menjadi permasalahan yang pelik, apabila bunga bank mengalami peningkatan secara otomatis bank akan memberikan kenaikan bunga sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan dananya di bank, disisi lain bank akan meningkatkan bunga kredit bagi debitur. Pembebanan bunga yang tinggi bagi debitur berdampak pada berkurangnya kemampuan mengembalikan dana, karena beban yang dipikul semakin bertambah. Munculnya bank syariah dieluh- eluhkan sebagai bank yang tahan terhadap terjangan krisis karena bank syariah menggunakan sitem bagi hasil yang tidak terpengaruh oleh naik-turunnya tingkat suku bunga.

Sejarah perbankan syariah di Indonesia mengalami perjalanan yang panjang. Pada tanggal 27 Oktober 1988 dikeluarkannya Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan Oktober (PAKTO) yang membuka peluang bagi berdirinya

3 Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan Konsep, Teori Dan 3 Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan Konsep, Teori Dan

dana masyarakat untuk menunjang pembangunan. 4 Setelah dikeluarkannya PAKTO kemudian diikuti dengan diterbitkannya Undang-undang No. 7 Tahun

1992. Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992 pada pasal 6 (m) dan pasal 13 ayat (c ) yang menyatakan bahwa salah satu usaha bank umum dan bank Bank Perkreditan Rakayat (BPR) adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah

berdasarkan prinsip bagi hasil. 5 Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,

dimana pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Undang-undang tersebut menetapkan bahwa bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank serta, bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainnya yang berhubungan dengan bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha

sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 6 Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dapat melakukan tindakan-

tindakan bagi bank yang melakukan penyimpangan terhadap aturan kesehatan bank. Tindakan Bank Indonesia (BI) tersebut tertuang dalam Undang-undang No.

4 Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005, h. 61.

5 Ibid, h. 61. 6 Totok Busantoso dan Siget Triandaru , Bank Dan Lambaga Keuangan Lain, Jakarta:

10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa, apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia (BI) dapat melakukan tindakan dengan upaya: penambahan modal oleh pemegang saham, penggatian dewan komisaris dan direksi bank, bank menghapuskan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian dengan modal, bank melakukan meager , penjualan bank pada pihak lain, menyerahkan pengelolaan kepada pihak lain, sampai dengan bank menjual sebagian atau seluruh harta atau kewajiban bank

tersebut kepada bank atau pihak lain. 7 Tingkat kesehatan perbankan syariah diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia No. 9/1/PBI/2007. Dalam peraturan tersebut dijelaskan secara spesifik sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah seperti yang tertuang dalam pasal 1 angka 6, 8, dan 9 PBI No. 9/1/PBI/2007 dimana, tingkat kesehatan bank didefinisikan sebagai hasil penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau Unit Usaha Syariah (UUS) melalui: a. penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, likuiditas dan sensitivitas

terhadap resiko pasar; dan b. penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen. 8 Meningkatnya produk jasa perbankan syariah yang semakin beragam akan

meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank berdasarkan prinsip syariah. Perubahan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi

7 Ibid, h. 66. 8 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan 7 Ibid, h. 66. 8 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan

Profitabilitas harus dilihat sebagi faktor pendorong dalam memantau seluruh faktor baik kuantitatif maupun kualitaif. Seluruh faktor baik permodalan, kualitas aset, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko pasar serta faktor manajemen diformulasikan dan dikelola agar lebih efektif untuk menghasilkan profitabilitas yang maksimal. Apabila bank mampu menghasilkan keuntungan yang semakin meningkat dan berkesinambungan maka kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan akan meningkat serta modal akan mudah didapat dari para investor karena deviden yang akan diterima investor meningkat seiring meningkatnya keuntungan bank.

Kinerja keuangan perbankan syariah dalam penelitian Ekowati dengan menggunakan tiga sampel bank syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank

Syariah Mandiri serta Bank Mega Syariah dapat dilihat dalam tabel 1.1 10

Tabel 1.1

Rata-rata Rasio Keuangan Bank Syariah Tahun 2006-2009

Nama Bank

Bank Muamalat 2006-2007 13,76

Bank Syariah

2006-2007 13,16

9 Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah, h. 1. www.bi.go.id diakses tanggal 20

agustus 2011.

10 Ekowati, Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum dan Pasca Krisis Global

Bank Mega

35,01 1,26 Sumber: Penelitian diolah, 2011

2008-2009 13,78

Pada tabel 1.1 di atas dapat dilihat perbandingan diantara faktor permodalan (CAR), kualitas aset (KAP) dan faktor likuiditas (STM) terhadap profitabilitas bank syariah yang ditunjukan dengan NOM mengalami banyak perbedaan pada setiap bank syariah. Pada kondisi rasio permodalan dari Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan dari periode awal tahun 2006-2007 hingga periode 2008-2009. Penurunan tersebut mempunyai pengaruh yang beragam terhadap profitabilitas yang ditunjukan dengan rasio NOM dimana, pada saat CAR Bank Muamalat mengalami penurunan sebesar 3,02% , NOM menunjukkan penurunan sebesar 0,21%. Hal ini berlawanan arah dengan rasio pada Bank Syariah Mandiri dimana, disaat CAR mengalami penurunan sebesar 0,3% dilain sisi NOM mengalami kenaikan sebesar 0,29%. Berbeda dengan Bank Mega Syariah dimana disaat CAR mengalami kenaikan, disisi lain NOM mengalami penurunan.

Kualitas aset yang ditunjukkan dengan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dibandikan dengan profitabilitas (NOM) dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa disaat KAP tidak mengalami perubahan pada setiap bank syariah, disisi lain NOM mempunyai perbadaan yang mencolok. Terjadi penurunan NOM pada Bank Muamalat dan Bank Mega Syariah pada kondisi KAP tetap, sedangkan NOM pada Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan sebesar 0,21%.

Dari tabel 1.1 juga dapat diketahui perbandingan antara faktor likuiditas (STM) terhadap profitabilitas (NOM). Secara teori bahwa semakin besar rasio likuiditas maka akan berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang akan didapat karena, dana yang dicadangkan untuk likuiditas lebih banyak

dibandingkan untuk kegiatan yang menghasilkan keuntungan. 11 Teori ini sejalan dengan kondisi likuiditas dan profitabilitas Bank Muamalat dan Bank Mega

Syariah dimana besarnya rasio likuiditas berbanding terbalik dengan besarnya rasio profitabilitas. Sedangkan pada Bank Syariah Mandiri mengalami perbedaan dimana, disaat rasio likuiditas yang ditunjukan dengan STM mengalami kenaikan sebesar 13,41% diikuti dengan kenaikan rasio profitabilitas yang ditunjukkan dengan NOM sebesar 0,21%.

Dengan melihat tabel 1.1 dapat diketahui kondisi profitabilitas apabila dilihat dari penilaian peringkat NOM dari Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah kurang menujukan hasil yang memuaskan. Bank Muamalat menduduki peringkat 4 dimana, kemampuan profitabilitas rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan peningkatan modal serta penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keunutngan

belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 12 Peringkat faktor profitabilitas pada Bank Mandiri Syariah menduduki peringakat 5 dimana, kemampuan profitabilitas

sangat rendah untuk mengantisipasi kerugian dan meningkatkan modal serta, penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya, dan

11 Harnanto, Akuntansi Keuangan Menengah, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002, h. 4.

12 Lampiran Peraturan Bank Indonesia No. 9/24/PBI/2007 tentang sistem penilaian 12 Lampiran Peraturan Bank Indonesia No. 9/24/PBI/2007 tentang sistem penilaian

kemampuan profitabilitas cukup tinggi untuk mengantisipasi kerugian dan meningkatkan modal serta, penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya, dan pembagian keuntungan belum sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. 14 Sedangkan pada tahun 2008-2009 rata-rata NOM Bank Mega Syariah hanya menduduki peringkat 3.

Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Faktor kuantitatif yang berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah perlu diperhitungkan dengan matang agar lebih efektif menghasilkan laba yang maksimal. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing- masing faktor permodalan, kualitas aset dan likuiditas terhadap faktor profitabilitas bank syariah yang diwakili oleh rasio utama, maka penulis

melakukan penelitian tentang: “PENGARUH FAKTOR PERMODALAN, KUALITAS ASET, DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS

BANK UMUM SYARIAH”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh faktor permodalan terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah?

13 Ibid

2. Bagaimana pengaruh kualitas aset terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah?

3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor permodalan terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas aset terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor likuiditas terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi perbankan syariah, sebagai bahan evaluasi kinerja keuangan bank syariah yang berkaitan dengan peningkatan profitabilitas sekaligus dapat mengetahui besarnya pengaruh faktor finansial baik permodalan, kualitas aset dan likuiditas terhadap profitabilitas sehingga dapat dijadikan sarana dalam menetapkan strategi usaha dari waktu kewaktu.

2. Bagi penulis

a. Untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh faktor permodalan, kualitas aset dan likuiditas Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, Bank Mega Syariah serta BNI Syariah terhadap profitabilitas bank.

b. Untuk menambah pengetahuan tentang pola perhitungan rasio-rasio keuangan bank syariah, serta untuk meningkatkan pola berfikir ilmiah penulis.

1.4 Sistematika Penelitian

Sistematika yang digunakan peneliti dalam penyusunan skripsi ini adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar balakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori, pemikiran terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian, kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan pengukurannya, metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian.

BAB IV: ANALISIS DATA DAN PERSEMBAHAN

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan serta saran mengenai hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank Syariah

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan tata-cara operasinya mengacu kepada ketentuan Al-Qur’an dan Hadis. Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam yaitu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya, yang menyangkut tata-cara bermuamalat secara Islam dengan menjauhi praktek-praktek yang dikhwatirkan

mengandung unsur-unsur riba. 15 Larangan riba tertuang dalam surah Al- Baqarah 278 berikut ini: 16

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.

Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 pasal 6 (m) dan pasal 13 ayat (c ) yang menyatakan bahwa salah satu usaha bank umum dan bank Bank Perkreditan Rakayat (BPR) adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat (13) menjelaskan maksud dari prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan

15 Karenaen Perwataatmadja dan M Syafi’I Antonio, Apa Bagaimana Bank Islam,

Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1992 , h. 1.

16 Depertemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya , Semarang: CV. Toha 16 Depertemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya , Semarang: CV. Toha

pihak lain. 17

2.1.2 Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan Standar Akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and

Auditing Organization for Islamic Financial Institution) adalah sebagai berikut: 18

1. Manajer investasi bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2. Investor bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3. Penyedia jasa lalulintas keuangan dan lalulintas pembayaran bank syariah dapat melakukan kegiatan layanan jasa perbankan sebagaimana lazimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan sosial sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

2.1.3 Produk-produk Bank Syariah

17 Wirdayaningsih, op.cit, h. 66. 18 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi,

Yogyakarta: EKONISIA, 2004, h. 39.

2.1.3.1 Produk Penyaluran Dana (Financing) Bank syariah menyalurkan dana yang telah diperolehnya dengan mengeluarkan produk-produk berikut:

a. Pembiayaan Mudharabah Al-Mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan

pengusaha, dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha bersama dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu pembiayaan akan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah. Apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan maka, pihak penyedia dana akan menanggung kerugian

manakala pengusaha akan menanggung kerugian manajerial, skill dan waktu. 19

b. Pembiayaan Musyarakah Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dan risiko yang akan ditanggung bersama. Ketentuan umum

pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut: 20

1. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola secara bersama-sama.

2. Biaya pada saat proyek berlangsung harus diketahui oleh kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai kontribusi modal.

19 Perwataatmadja & syafi’i Antonio, op.cit, h. 21. 20 Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT

3. Nasabah membayarkan dana yang dipinjam beserta bagi hasil atas keuntungan setelah proyek tersebut terselesaikan.

c. Pembiayaan Murabahah Prinsip Murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan

barang investasi. Murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang, tetapi kekurangan dana. Nasabah meminta pada bank agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya pada saat barang diterima. Harga jual pada pesanan adalah harga pokok ditambah margin keuntungan yang

disepakati. Kesepakatan harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli. 21

d. Pembiayaan Al-Bai Bitsaman Ajil) Bai Bitsaman Ajil artinya pembelian barang dengan pembayaran cicilan.

Bai Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal (investasi). 22

2.1.3.2 Pembiayaan Pengadaan Barang untuk Disewakan

a. Pembiayaan Ijarah Prinsip Ijarah sama dengan prinsip jual beli hanya saja, ijarah didasari

adanya pemindahan manfaat. Al-ijarah merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem

pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan. 23 Pihak bank dapat menjual barang yang telah disewakan kepada nasabah setelah masa sewa berakhir, praktek

21 Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004, h. 44.

22 Perwataatmadja & syafi’i Antonio , op.cit, h .27.

ini sering disebut dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa dengan berpidahnya kepemilikan). 24

b. Pembiayaan Bai Takjiri Al-Bai Takjiri adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan.

Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian daripadanya merupakan pembelian terhadap barang secara

berangsur. 25

c. Pembiayaan Qurdhul Hasan Al-Qurdhul Hasan merupakan bentuk peminjaman dana dari bank kepada

nasabah yang bersifat sosial. Nasabah tidak memberikan bagi hasil atas dana yang dipinjam melainkan hanya mengembalikan pokok yang dipinjam. 26

2.1.3.3 Produk Penghimpunan Dana (funding)

a. Prinsip Wadiah Wadiah merupakan titipan dari nasabah kepada pihak bank, dimana pihak bank bertanggungjawab untuk menjaga dan mengembalikan kapan saja penyimpan menghendakinya. Wadiah terdiri dari dua jenis yaitu wadi’ah yad al- amanah dan wadi’ah yad al-dhamanah. Dalam wadi’ah yad al-amanah barang yang dititipkan tidak boleh diambil manfaatnya dan penerima titipan bertanggungjawab atas kerusakan barang apabila terjadi unsur kecerobohan atau kelalaian. Sebagai kompensasi atas tanggungjawab pemeliharaan maka dapat dikenakan biaya penitipan. sedangkan Wadi’ah yad al-dhamanah barang yang dititipkan dapat diambil manfaatnya sebagai konsekuensinya, pihak penerima

24 Martono, op.cit, h. 99. 25 Perwataatmadja & syafi’i Antonio, op.cit, h. 32.

titipan berkewajiban menjaga dan bertanggungjawab atas kerusakan barang yang dititipkan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang, pihak penerima titipan dapat

memberikan bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya. 27

b. Prinsip Mudharabah Penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib. Dana tersebut digunakan bank untuk pembiayaan kepada pihak ketiga. Hasil dari pembiayaan kepada pihak ketiga akan dibagikan kepada penyimpan atau deposan sesuai akad awal. Tabungan dengan prinsip Mudharabah yaitu simpanan pihak ketiga di bank Islam yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian, bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al mal sesuai dengan nisbah yang telah

disetujui bersama. 28

2.1.3.4 Jasa Perbankan

1. Kafalah, bank Islam dapat memberikan fasilitas Letter of Guarantee (bank garansi) kepada para nasabah untuk tujuan tertentu atas dasar prinsip kafalah. Bank garansi dapat diberikan untuk tujuan jaminan pembayaran hutang atau jaminan prestasi. Untuk fasilitas bank garansi bank syariah dapat memungut

bayaran (fee). 29

2. Hiwalah, dalam dunia perbankan Hiwalah dapat diterapkan dalam proses Debet Transfer. 30

27 Ibid, 107. 28 Perwataatmadja & syafi’i Antonio, op.cit, h. 20. 29 Ibid, h. 40

3. Jo’alah, merupakan suatu kontrak dimana pihak pertama (jaa’el) menjanjikan untuk memberikan sejumlah imbalan tertentu (ja’l) kepada pihak kedua (amil) atas layanan proyek yang sifatnya dan batas-batasannya tertuang dalam

kontrak perjanjian. 31

4. Wakalah, merupakan akad pelimpahan kekuasaan dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

2.2 Permodalan Bank Syariah

Modal merupakan sejumlah dana yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha, pada perusahaan umumnya diperoleh dengan cara menerbitkan

saham. 32 Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposure

risiko yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan

penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 33

a. Rasio utama Rasio utama permodalan yaitu Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Modal Minimum (KPMM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank

31 Ibid, h. 41. 32 Sigit winarno dan Sujana Ismaya, Kamus Perbankan, Bandung: CV Pustaka Grafika,

2006, h. 401 33 Peraturan Bank Indonesia No. 9/24/DPbs perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan 2006, h. 401 33 Peraturan Bank Indonesia No. 9/24/DPbs perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan

M tier 1 +M tier 2 +M tier 3 - Penyertaan

KPMM =

ATMR Dimana:

M tier1 = Modal inti M tier2 = Modal pelengkap M tier3 = Modal pelengkap tambahan Penyertaan = Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah. ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko.

Modal BUS dan UUS, sebagaimana dijelaskan dalam PBI No. 7/13/PBI/2005, tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank umum berdasarkan prinsip syariah terdiri dari:

1. Modal Inti (tier 1) Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal.

Cadangan tambahan terdiri dari faktor penambah dan faktor pengurang. Faktor

34 Lampiran 1 Peraturan Bank Inidonesia No. 9/24/DPbs perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 1. www.bi.go.id diakses tanggal 25

agustus 2011.

penambah cadangan tambahan modal adalah: 1. Agio saham; 2. Modal sumbangan; 3. Cadangan umum; 4. Cadangan tujuan; 5. Laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak; 6. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak sebesar 50%; 7. Selisih dari penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri; 8. Dana setoran modal. Sedangkan faktor pengurang cadangan cadangan tambahan modal adalah: 1. Disagio; 2. Rugi tahun lalu; 3. Rugi tahu berjalan; 4. Selisih kekurangan penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar

negeri; 5. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual. 35

2. Modal Pelengkap (tier 2) Modal pelengkap terdiri dari: 1. Selisih penilaian kembali aktiva tetap; 2. Cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif setinggi-tingginya 1,25% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR); 3. Modal pinjaman yang memenuhi kriteria Bank Indonesia yaitu pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat yang mempunyai ciri-ciri berdasarkan prinsip Qardh, tidak dijamin oleh bank penerbit dan sifatnya dipersamakan dengan modal serta telah dibayar penuh, tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia, dan mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi; 4. Investasi subordinasi setinggi- tingginya sebesar 50% dari modal inti dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah, adanya perjanjian tertulis antara bank dengan investor, mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank

35 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan

Indonesia; 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-tingginya sebasar 45%. 36

3. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) Modal pelengkap tambahan (tier 3) digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar. modal pelengkap tambahan digunakan dengan kriteria tidak melebihi 250% dari modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan risiko pasar serta jumlah modal pelengkap tambahan setinggi-tingginya 100% dari modal inti. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum adalah investasi subordinasi jangka pendek yang memenuhi kriteria Bank Indonesia sebagai berikut: a. berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah; b. tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh; c. memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun; d. tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman dengan persetujuan Bank Indonesia; e. terdapat perjanjian penempatan investasi subordinasi yang jelas termasuk jadwal pelunasannya; f . memperoleh persetujuan

dari Bank Indonesia. 37

b. Rasio penunjang, meliputi:

1. Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku (write-off).

2. Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat likuidasi.

3. Trend/ pertumbuhan KPMM.

4. Kemampuan internal bank untuk menambah modal.

36 Ibid, h. 62.

c. Rasio pengamatan (observed), meliputi:

1. Intensitas fungsi keagenan bank syariah

2. Modal inti dibandingkan dengan dana mudharabah

3. Deviden Pay Out Ratio

4. Akses kepada sumber permodalan (eksternal support)

5. Kinerja keuangan Pemegang Saham (PS) untuk meningkatkan permodalan bank.

2.3 Kualitas Aset Bank Syariah

Aset mempunyai arti, segala sesuatu yang mempunyai nilai moneter, dimiliki oleh orang atau organisasi, biasanya sebesar biaya atau nilai wajar pasar, aset biasanya berupa barang sepesifik atau tagihan terhadap pihak lain. Aset dalam lembaga perbankan didifinisikan sebagai sesuatu yang bisa berupa barang- barang atau benda yang cepat dijual (current asset) atau aset tetap yang tidak

cepat dijual (fixed asset). 38 Sedangkan penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari

pembiayaan yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 39

38 Sigit winarno dan Sujana Ismaya, op. cit, h. 28.

a. Rasio utama Rasio utama faktor kualitas aset yaitu dengan menggunakan Kualitas

Aktiva Produktif (KAP). Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kualitas aktiva produktif. Rasio KAP dihitung dengan rumus sebagai berikut: 40

APYD (DPK,KL,D,M)

KAP = 1-

Aktiva Produktif

Dimana: APYD = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan adalah aktiva produktif yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: - 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus. - 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar. - 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan. - 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Perhitungan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang penilaian kualitas aktiva bagi bank yang berlaku. Cakupan komponen aktiva produktif berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang penilaian kualitas aktiva bagi bank syariah. Rasio dihitung per posisi tanggal penilaian.

b. Rasio penunjang, meliputi:

1. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti.

2. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti.

3. Kemampuan bank dalam menangani atau mengembalikan aset yang telah dihapusbuku.

4. Besarnya pembiayaan non perfoming.

c. Rasio pengamatan (observed), meliputi:

1. Tingkat kecukupan agunan

2. Proyaksi atau perkembangan kualitas aset produktif

3. Perkembangan atau trend aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi.

2.4 Likuiditas Bank Syariah

Likuid mempunyai dua pengertian. Pengertian likuid yang pertama merupakan posisi aktiva yang memiliki cukup kas atau harta yang mudah dicairkan menjadi kas untuk memenuhi keperluan pengeluaran. Pengertian likuid yang kedua merupakan posisi aktiva yang dengan cepat dapat diubah menjadi kas

tanpa kerugian yang berarti. 41 Likuiditas bank dipandang dari dua sisi pada neraca bank. Sebagai

lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah

Bank dapat dikatakan likuid apabila memenuhi kategori sebagai berikut: 43

1. Memegang alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya sama dengan jumlah likuiditas yang diperkirakan.

2. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid akan tetapi bank tersebut memiliki surat berharga berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo.

3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui penciptaan hutang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, atau dengan call money.

Sedangkan yang disebut dengan rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk memenuhi utang jangka pendeknya (termasuk bagian dari utang jangka pendek yang jatuh temponya dalam waktu sampai dengan satu tahun) dari

aktiva lancar. 44 Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah

diajukan. 45

42 Kasmir, ibid, h. 268. 43 Taswan, Manajemen Perbankan Konsep Teknik dan Aplikasi Banking Risk

Assessment, Yogyakarta: UPP STIM YKPM YOGYAKARTA, 2006, h. 96 44 Indra bastian, Suhardjono, Akuntansi Perbankan, Jakarta : Salemba Empat, 2006, h.

Penilaian faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 46

a. Rasio utama Rasio utama faktor likuiditas yaitu Short Term Mismatch (STM). STM

merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Rumus untuk mencari STM sebagai berikut: 47

Aktiva jangka pendek

STM =

Kewajiban jangka pendek

Aktiva jangka pendek adalah aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, SWBI dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban likuid kurang dari 3 bulan.

b. Rasio penunjang, meliputi:

1. Kemampuan aset jangka pendek, kas dan secondary reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2. Ketergantungan kepada dana deposan inti.

3. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga.

4. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi Mismatch.

5. Ketergantungan pada dana antar bank.

6. Pertumbuhan bank deposan inti terhadap total dana pihak ketiga.

c. Rasio pengamatan (observed)

46 Peraturan Bank Inidonesia No. 9/24/DPbs, op. cit, h. 6

1. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi Mismatch.

2. Ketergantungan pada dana atara bank.

2.5 Profitabilitas Bank Syariah

Profit (laba) merupakan kelebihan pendapatan dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 48 Analisa

profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya investor dan kreditor. Bagi investir laba merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek. Bagi kreditor, laba umumnya merupakan sumber pembiayaan bunga dan pokok. Penilaian profitabilitas bank syariah dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor profitabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-

komponen sebagi berikut: 49

a. Rasio utama Rasio utama yang digunakan untuk menilai profitabilitas bank syariah

dengan menggunakan Net Operating Margin (NOM). NOM digunakan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. NOM

dihitung dengan rumus sebagai berikut: 50

48 Sigit Winarno dan Sujana Ismaya, op.cit, h. 198. 49 Peraturan Bank Inidonesia No. 9/24/DPbs, op. cit, h. 5.

(PO - DBH) – BO

NOM =

Rata-rata AP

Pendapatan operasional adalah pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil dalam 12 bulan terakhir. Biaya operasional adalah beban operasional termasuk kekurangan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan dalam 12 bulan terakhir. Perhitungan rata-rata aktiva produktif merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan terakhir

b. Rasio penunjang, meliputi :

1. Return Of Asset (ROA).

2. Rasio efisiensi kegiatan operasional.

3. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan.

4. Diversifikasi Pendapatan

5. Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO).

c. Rasio pengamatan (observed)

1. Rasio Net Structural Operating Margin Utama (NSOM).

2. Return On Equity (ROE).

3. Komposisi penempatan dana pada surat berharga atau pasar keuangan.

4. Disparitasi imbalan jasa tertinggi dengan terendah.

5. Fungsi edukasi publik atau Corporate Social Responsibility (CSR).

6. Fungsi sosial.

7. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return atau bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah.

8. Rasio bagi hasil dan investasi.

9. Penyaluran dana yang driwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini berkaitan dengan rasio keuangan bank syariah yang meliputi faktor permodalan, kualitas aset, likuiditas dan profitabilitas sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: