HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN KEMAMPUAN ANGER MANAGEMENT PADA DOSEN FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN KEMAMPUAN ANGER
MANAGEMENT
PADA DOSEN FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Sri Nugroho Jati1) Dian Dwi Lestari2)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
[email protected]
ABSTRAK
Beban kerja yang cukup tinggi membuat dosen seringkali mengalami
stress kerja. Dampak ataupun konsekuensi daripada stress kerja ini menimbulkan
reaksi fisiologis maupun psikologis. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif yang bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat stress kerja dengan
kemampuan manajemen amarah (Anger Management) pada dosen di FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak.. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini ada skala tingkat stress dan skala Anger management. Sample
penelitian adalah dosen FKIP yang berjumlah + 20 orang. Data yang didapat akan
diolah dalam program SPSS for windows 17 dan dianalisis secara statistic
menggunakan korelasi product moment. Penelitian ini menguji validitas dan
reliabilitas intrumen penelitian. Uji reliabilitas menggunakan alpha croncbach’s.
Hasil penelitian menunjukkan berdasar hasil uji korelasi menggunakan korelasi
Pearson menunjukkan nilai Sig sebesar 0,070 yang dibandingkan dengan nilai
probabilitas 0,05, ternyata nilai proabilitas Sig lebih besar dari nilai probabilitas
0,05 atau (0,070 ≥0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
tidak ada hubungan secara signifikan antara stres kerja dengan anger
management. Artinya variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y, yaitu
stress kerja tidak mempengaruhi dengan kemampuan manajemen pengendalian
emosi marah. Hal-hal yang memicu stress pada dosen FKIP antara lain tuntutan
pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan, kelelahan di tempat kerja,
kesalahan dalam pekerjaan (ditunjukkan dengan skor yang tinggi pada workplace
stress scale). Pada kemampuan anger management, kemampuan menejemen
emosi marah sebagian (50%) dosen FKIP cukup baik
Kata Kunci : stres kerja, anger management, dosen.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami
oleh para pekerja di kota besar. Dalam sebuah Perguruan tinggi, dosen
dituntut untuk memiliki kinerja yang baik sesuai tri dharma perguruan tinggi,
baik dalam bidang pendidikan pengajaran, penelitian dan kegiatan
pengabdian untuk masyarakat. Beban kerja yang cukup tinggi membuat dosen
seringkali mengalami stress kerja selain itu dosen juga harus mampu
beradaptasi dengan segala perubahan yang ada termasuk meningkatkan
kinerjanya untuk bisa memberikan kontribusi pada perguruan tinggi karena
tingkat persaingan yang semakin tinggi antar perguruan tinggi terutama
perguruan tinggi swasta.
Dampak ataupun konsekuensi daripada stress kerja ini menimbulkan
reaksi fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, dengan tingkat stres
kerja yang tinggi dapat mengalami ganguan fisik seperti: sulit tidur,
perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual, tekanan darah
dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak
tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal. Sedangkan secara psikologis, timbul
ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada emosi seperti
cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan dan
sikap kasar.
Untuk bisa menetralisir tingkat stress kerja diperlukan kemampuan
mengelola emosi. Dosen sebagai pendidik tidak jarang mengalami kendala
dalam pengelolaan emosi terutama dalam mengendalikan emosi negatif
sehingga muncul rasa kesal, marah sebagai wujud reaksi negative. Anger
management atau managemen emosi marah. Sebagai bentuk pengendalian
emosi adalah suatu tindakan untuk mengatur pikiran, perasaan, nafsu amarah
dengan cara tepat dan positif serta dapat diterima secara sosial, sehingga
dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri. Manajemen
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
2
amarah (Anger managemen) dapat dikatakan sebagai cara-cara yang
digunakan
seseorang
agar
dapat
mengekspresikan
atau
mengatur
kemarahannya (Lench, 2004). Cara-cara tersebut juga dapat berupa kumpulan
strategi coping amarah yang digunakan seseorang untuk mengontrol
perasaan-perasaan emosional dan ekspresi kemarahan secara konstruktif
(Schultz, 2007). Pengalaman emosi akan kejadian yang tidak menyenangkan
ini menyebabkan individu menanggapi secara negative. Orang sering
terhambat dalam melakukan perubahan karena emosinya (Martin, 2005).
Padahal kemampuan mengelola emosi merupakan syarat penting bagi
keberhasilan individu dalam berbagai aspek kehidupannya.
Hipotesa dari penelitian ini adalah ada hubungan antara stress kerja
dengan kemampuan Manajemen Amarah (Anger Management) Pada Dosen
FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Stress
a. Stress Kerja
Stres kerja menyebabkan terganggunya fungsi emosi, kognitif maupun
fisiologik individu yang mengalaminya. Bagi individu yang mempunyai
penyesuaian diri baik, stres akan dengan mudah dan cepat ditanggulangi
tapi bagi yang penyesuaian dirinya jelek, stres akan menimbulkan
masalah dalam setiap langkah kehidupan individu (Sutrisno, 2010).
Indikator pengukuran stres kerja dalam penelitian ini adalah stressor
dari stres kerja (Rivai & Mulyadi, 2012) yang meliputi kondisi
pekerjaan, stres karena peran, faktor interpersonal, perkembangan
karier, struktur organisasi, serta tampilan rumah-pekerjaan.
Gibson et al (dalam Iwa Garniwa, 2007: 21) mengemukakan bahwa
stress kerja dikonseptualisasikan sebagai stimulus, stress sebaga
respond an stress sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus
merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
3
b. Jenis Stres
Holahan (dalam Prabowo, 1998) menyebutkan jenis stres yang dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu Systemic stress dan Psychological stress sebagai
berikut :
a. Systemic stress
Systemic stress didefinisikan oleh Selye sebagai respon non spesifik
dari tubuh terhadap tuntutan lingkungan.
b. Psychological Stress
Menurut Lazarus (dalam Prabowo, 1998) psychological terjadi ketika
individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh stres sebagai
ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan
copingnya.
c. Tahapan Stres
Selye (dalam Munandar, 2001) mengidentifikasikan 3 tahap dalam respon
sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, yang diistilahkan
General Adaptation Syndrome (GAS), yaitu :
a. Alarm Reaction
Organisme berorientasi pada tuntutan yang diberikan oleh
lingkungannya dan mulai menghayatinya sebagai ancaman.
b. Resistance (perlawanan)
Organisme memobilisasi sumber- sumbernya supaya mampu
menghadapi tuntutan.
c. Exhaustion
Jika tuntutan berlangsung lama, maka sumber-sumber penyesuaian ini
mulai habis dan organisme akan kehabisan tenaga. Jika reaksi badan
tidak cukup, berlebihan, atau salah, maka reaksi badan itu sendiri dapat
menimbulkan penyakit (diseases of adptation)
d. Sumber-sumber Stres
Sarafino (dalam Smet, 1994) membedakan sumber-sumber stres, yaitu
dalam diri individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.
a. Sumber-sumber stres di dalam diri seseorang
b. Sumber-sumber stres di dalam keluarga
c. Sumber-sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan
1. Pekerjaan
Diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull
adalah tuntutan kerja.
2. Stres yang berasal dari lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik,
seperti: kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
4
e. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Stressor
adalah
faktor-faktor
dalam
kehidupan
manusia
yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan
juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan
lingkungan luar lainnya. Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe
kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap
hariseperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau
kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual
seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,
masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
2. Manajemen Amarah (Anger Managemen)
a.
Pengertian Anger Management
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pengelolaan
adalah suatu proses, cara, dan perbuatan untuk mengendalikan,
menyelenggarakan, mengurus dan mengatur. Sedangkan emosi dalam
Oxford English Dictionary didefinisikan sebagai “setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu, atau setiap keadaan mental
yang hebat atau meluap-luap”. Goleman (1997) mengemukakan emosi
sebagai dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
masalah yang ada.
Menurut Tice (dalam Goleman 1997) amarah merupakan
emosi negatif yang paling sulit dikendalikan. Menurut Goleman
(1997) pengelolaan emosi adalah kemampuan untuk mengatur
perasaan, menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan,
kemurungan,
atau
ketersinggungan,
dengan
tujuan
untuk
keseimbangan emosi (keseimbangan antara perasaan dan lingkungan).
Alder (2001) menyebutkan bahwa pengelolaan emosi adalah suatu
tindakan yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau
mengelola keadaan. Kemampuan ini meliputi kecakapan untuk tetap
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
5
tenang, menghilangkan kegelisahan, kesedihan atau sesuatu yang
menjengkelkan. Orang dengan pengelolaan emosi yang baik akan
mampu mengenali perasaannya dan mengatur penyaluran perasaan
tersebut. Pengelolaan emosi menurut teori yang dikembangkan oleh
Freud (dalam Shapiro, 1999) adalah pengelolaan terhadap dorongandorongan id. Pengelolaan dorongan-dorongan ini dilakukan melalui
pengembangan ego sebagai penengah antara id dan super ego. Ego
akan berperan sebagi manajer emosi dengan cara “membisikkan”
alasan-alasan dan suatu gaya adaptif yang memungkinkan seseorang
mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara yang bisa diterima
oleh orang lain, yang tidak akan merugikan, baik dunia luar maupun
aturan-aturan dan sanksi-sanksi yang ada dalam dunianya sendiri.
b. Aspek-Aspek Pengelolaan Emosi Marah
Ada beberapa aspek dari pengelolaan emosi marah, yaitu:
a. Mengenali emosi marah
Menurut Goleman (1997) mengenali emosi marah merupakan
kemampuan untuk mengenali perasaan marah sewaktu perasaan
marah itu muncul, sehingga seseorang tidak dikuasai oleh amarah.
Kurangnya
kemampuan
mengenali
emosi
marah,
dapat
menyebabkan individu tidak mampu untuk mengendalikan
emosinya serta bereaksi secara tidak sesuai dan berlebihan.
Kekurangmampuan dalam mengenali emosi marah juga berdampak
pada kebingungan dalam mengenali secara pasti emosi yang sedang
dialaminya, sehingga seringkali bereaksi secara tidak tepat terhadap
situasi emosional (Goleman, 1997).
b. Mengendalikan amarah
Seseorang yang dapat mengendalikan amarah tidak membiarkan
dirinya dikuasai oleh amarah. Dia dapat mengatur emosinya dan
menjaga keseimbangan emosi, sehingga emosi marah tidak
berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi
(Goleman, 1997).
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
6
c. Meredakan amarah
Merupakan suatu kemampuan untuk menenangkan diri sendiri
setelah individu marah. Menurut Tice (dalam Goleman, 1997) salah
satu strategi efektif yang dilakukan individu secara umum untuk
meredakan kemarahan adalah pergi menyendiri. Alternatif lain
adalah pergi berjalan-jalan cukup jauh dari rumah, berlatih
olahraga secara aktif, melakukan metode-metode relaksasi seperti
menarik nafas dalam-dalam dan pelemasan otot-otot.
d. Mengungkapkan amarah secara asertif
Orang yang asertif dapat mengungkapkan perasaan marahnya
secara jujur dan tepat tanpa melukai perasaan orang lain. Menurut
Galassi (dalam Hartanti & Nanik 2003), orang yang asertif dapat
membela hak-hak pribadinya, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya,
menyatakan
ketidaksenangan,
mengungkapkan
pendapat pribadi, mengajukan permintaan dan tidak membiarkan
orang lain mengambil keuntungan dari dirinya. Pada saat yang
bersamaan, ia juga mempertimbangkan perasaan dan hak-hak orang
lain.
c.
Teknik Pengelolaan Emosi Marah
Adapun teknik-teknik yang sering digunakan untuk mengelola
emosi marah adalah C.A.R.E. dalam bukunya Hershorn menjelaskan
keempat langkah tersebut sebagai berikut:
1. Commitment to Change (komitmen untuk mengubah diri)
2. Awareness of Your Early Warning Signs (kesadaran akan
pertanda kemarahan)
3. Relaksasi
4. Exercising Self Control with Time Outs (latihan kontrol diri
dengan waktu jeda)
Selain itu ada juga terapy yang dapat digunakan sebagai salah
satu teknik untuk mengelola emosi seseorang, yaitu:
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
7
1. Cognitive Therapy
Terapi kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang
bertujuan mengubah suasana hati (mood) dan perilaku dengan
mempengaruhi pola berpikirnya. Bentuk dari terapi kognitif berupa
catatan harian pemikiran disfungsional.
2. Assertivity
Asertivitas adalah perilaku interpersonal yang mengandung
pengungkapan pikiran dan perasaan secara jujur dan relatif
langsung yang dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan dan
kesejahteraan orang lain. Seseorang dapat dikatakan berperilaku
asertif jika ia mempertahankan dirinya sendiri, mengekspresikan
perasaan yang sebenarnya, dan tidak membiarkan orang lain
mengambil keuntungan dari dirinya.
Tabel 2.1. Blue Print Sebaran Item
No.
Aspek
1 Mengenali emosi marah
2 Mengendalikan amarah
3 Meredakan amarah
4 Mengungkapkan marah secara asertif
Jumlah
Aspek
Mengenali Emosi Marah
Jumlah
7
7
7
7
28
Nomor Aitem
Favorable
Unfavorable
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
-
Bobot
25%
25%
25%
25%
100%
Frek
Persen
7
25%
Mengendalikan Marah
8, 9, 10, 11, 14
12, 13
7
25%
Meredakan Amarah
16, 17, 18, 19, 21
20
7
25%
Mengungkapkan Marah
22, 23, 24, 25, 26,
27, 28
-
7
25%
28
100%
secara Asertif
Total
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
8
C. METODE PENELITIAN
1.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi :
a. persiapan penelitian
b. menentukan sampel penelitian
c. mempersiapkan instrumen penelitian
d. melakukan penelitian di lokasi penelitian
e. melakukan skoring dan olah data penelitian
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak., Jl. A.Yani No. 111 Pontianak. Waktu penelitian akan
dilaksanakan selama enam- delapan bulan.
3.
Sampel Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Dosen FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang berjumlah + 30 orang yang diambil dari
tiga Program Studi yaitu : Prodi Pendidikan Kimia, Pendidikan Biologi
dan PG-PAUD.
4.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang terdiri
dari Workplace Stress Scale dan Anger Management Scale.
5.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan :
Hasil penilaian dan pengukuran Workplace Stress Scale dan Anger
Management Scale.
Penelusuran Kepustakaan
Penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara tertulis dengan mengutip literatur yang ada sebagai dasar
penelitian baik dari buku-buku perpustakaan, artikel, dan dari website
di Internet
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
9
6.
Teknik Analisa Data
Analisis terhadap data akan dilakukan secara kuantitatif deskriptif
dan uji statistik menggunakan teknik Uji Korelasi product moment.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Persiapan Instrumen Penelitian
Persiapan penelitian diawali dengan penyusunan skala stress kerja dan
skala anger management. Skala stress kerja terdiri dari 17 item yang
diadaptasi dari workplace stress scale terdiri 8 item dan dikembangkan lagi
sehingga menjadi 17 item. Pada skala anger management terdiri dari 28
item yang terdiri atas pernyataan yang favorable dan unfavorable.
2. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara stress kerja
dengan anger management pada dosen FKIP. Hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika isi pertanyaan/pernyataan
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2009: 49). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan 20
sampel dosen FKIP terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
dan diolah menggunakan SPSS 17.0 for windows. Validitas dihitung
dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel (r tabel = 0,195
dengan tingkat signifikansi 5%)
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel X (Stres Kerja)
Item
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Hasil Korelasi
(rxy)
0,597
0,788
0,747
0,629
0,604
0,437
α = 5%
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
r tabel
α = 1%
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
10
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
0,032
0,154
0,531
0,529
0,705
0,791
0,384
0,628
0,605
0,824
0,419
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Y (Anger Management)
Item
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
P27
P28
Hasil Korelasi
(rxy)
0,380
0,681
0,567
0,683
0,317
0,362
0,519
0,041
0,045
0,065
0,502
0,363
0,406
0,425
0,642
0,669
0,127
0,639
0,719
0,540
0,603
0,503
0,327
0,111
0,437
0,482
0,126
0,005
α = 5%
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
r tabel
α = 1%
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
TidakValid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
TidakValid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
TidakValid
Valid
Valid
TidakValid
TidakValid
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
11
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesoner
yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009 :
45). Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Cronbach’s Alpha (α)
Pada skala stress kerja menunjukkan hasil reliabilitas sebesar 0,845 dapat
dikatakan reliabel.
Reliabilitas Variabel X (Stres Kerja)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.845
17
Sedangkan uji relabilitas skala anger management menunjukan
hasil 0,813 sehingga dikatakan reliable. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji reliabilitas terhadap kuesioner dengan mengambil
keselurhan dosen tetap FKIP sebanyak 20 orang yang diolah menggunakan
SPSS 17.0 for Windows.
Reliabilitas Variabel Y (Anger Management)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.813
28
c. Uji Korelasi
Analisis Korelasi Sederhana
Correlations
Anger
Management
Stres Kerja
Stres Kerja
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
Anger Management
.413
.070
20
20
Pearson Correlation
.413
1
Sig. (2-tailed)
.070
N
20
20
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
12
1) Jika nilai proabilitas Sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(Sig ≤0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
2) Jika nilai proabilitas Sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(Sig ≥ 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
Hipotesis :
Ho : Tidak ada hubungan secara signifikan antara stres kerja dengan
anger management.
Ha : Ada hubungan secara signifikan antara stres kerja dengan anger
management.
Berdasarkan Tabel di atas diperoleh hasil uji korelasi menggunakan
korelasi Pearson menunjukkan nilai Sig sebesar 0,070 yang dibandingkan
dengan nilai probabilitas 0,05, ternyata nilai proabilitas Sig lebih besar dari
nilai probabilitas 0,05 atau (0,070 ≥0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha
ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan secara signifikan antara stres
kerja dengan anger management. Artinya variabel X tidak berpengaruh
terhadap variabel Y, yaitu stress kerja tidak mempengaruhi dengan
kemampuan manajemen pengendalian emosi marah.
3. Pembahasan
Hipotesis dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : tidak ada
hubungan yang signifikan antara stress kerja dengan anger management
pada dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak. Hal ini berarti
bahwa seberapa besar tingkat stress dosen selama bekerja tidak memiliki
pengaruh terhadap tingkat anger management. Dosen yang memiliki tingkat
stress yang tinggi belum tentu tingkat anger management yang dimilikinya
juga rendah.
Hasil penelitian pada 20 (duapuluh) orang sampel penelitian yaitu
dosen FKIP menunjukkan bahwa tingkat stress pada dosen FKIP tergolong
sedang dan tinggi. 60 % dosen rata-rata memiliki tingkatan stress kategori
rendah s/d sedang.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
13
Tabel 4.3 Kategori Skor Skala Stress Kerja
No
1
2
3
4
5
Range Skor
0 – 15
16 – 30
31 – 45
46 – 60
61 – 75
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sedangkan kemampuan manajemen emosi marah dalam kategori
sangat tinggi terdapat 10 orang dari 20 orang dosen artinya 50% dosen
sudah memiliki kemampuan mengendalikan emosi marah secara baik dan
tepat.
Tabel 4.4 Kategori Skor Skala Anger Management
No
1
2
3
4
5
Range Skor
0 – 15
16 – 30
31 – 45
46 – 60
61 – 75
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Interpretasi Skor Skala Kerja Stres
1. Total skor 0-15 atau lebih rendah dalam kategori ini: relatif tenang
2. Total skor 16 sampai 30: Cukup rendah. Mudah mengatasi hal-hal yang
menimbulkan stres.
3. Total skor 31-45 : stres Sedang.
4. Total skor 46-60: Tinggi .
5. Total skor 61–75: Tingkat Stres berpotensi berbahaya
Interpretasi Skor Skala Anger Management
1. Total skor 0-15 atau lebih rendah dalam kategori ini: manajemen
pengendalian emosi marah sangat rendah.
2. Total skor 16 sampai 30:manajemen pengendalian emosi marah kategori
rendah.
3. Total skor 31 sampai 45 manajemen pengendalian emosi marah dalam
kategori sedang
4. Total skor 46-60 : manajemen pengendalian emosi marah dalam kategori
tinggi
5. Total skor 61-75: manajemen pengendalian emosi marah dalam kategori
sangat tinggi
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
14
Stress sertingkali diartikan sebagai kemampuan / daya seseorang
dalam menanggapi stimulus di sekelilingnya yang bisa memberikan
tekanan-tekanan pada seseorang. Dosen memiliki kecenderungan untuk
mengalami stress kerja, seperti konflik antar individu, tututan tugas,
penyelesaian tugas, beban kerja, waktu kerja dan pengaruh kepemimpinan
terhadap kerja. Hal-hal yang memicu stress pada dosen FKIP ditunjukkan
dengan skor yang tinggi pada workplace stress scale yang sudah diisi antara
lain tuntutan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan,
kelelahan di tempat kerja, kesalahan dalam pekerjaan. Pada kemampuan
anger management, kemampuan menejemen emosi marah sebagian (50%)
dosen FKIP cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari skor jawaban yang tinggi
pada item mengontrol kata-kata agar orang lain tidak tersinggung, mencoba
care terhadap orang lain, mencoba tidak menimbulkan konflik dan rasa
marah dengan menghindari interaksi pada yang bersangkutan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkam hasil penelitian mengenai hubungan stress kerja dengan
kemampuan
anger
management
pada
dosen
FKIP
Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang dilakukan pada 20 orang dosen tetap FKIP,
maka disimpulkan sebagai berikut :
a. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara stress kerja dan kemampuan anger management pada
dosen tetap FKIP
b. Hasil uji analisis statistic menggunakan korelasi pearson diperoleh nilai
Sig sebesar 0,070 yang dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05,
ternyata nilai proabilitas Sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(0,070 ≥0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak.
c. Secara kualitatif stres kerja dosen FKIP 60% memiliki kecenderungan
tingkat stress kerja kategori rendah dan sedang. Hal-hal yang rata-rata
memicu tingkat stress dosen FKIP dan memperoleh skor tinggi yaitu
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
15
pada tuntutan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan,
kelelahan di tempat kerja, kesalahan dalam pekerjaan.
d. Pada kemampuan anger management,
secara kualitatif kemampuan
menejemen emosi marah sebagian dosen FKIP (50%) cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dari skor jawaban yang tinggi pada mengontrol kata-kata
agar orang lain tidak tersinggung, mencoba care terhadap orang lain,
mencoba tidak menimbulkan konflik dan rasa marah dengan menghindari
sementara berinteraksi.
2. Saran
a. Hal-hal yang memicu stress di tempat kerja menjadi tinggi seperti :
tuntutan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan,
kelelahan di tempat kerja, kesalahan dalam pekerjaan hendaknya lebih
diperhatikan lagi, sehingga kinerja dosen FKIP bisa lebih optimal lagi.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian tidak
hanya pada lingkup dosen tetap FKIP Universitas saja tetapi bisa
menyeluruh pada dosen dan karyawan di Universitas Muhammadiyah
Pontianak
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, S., Kamarck, T., and Mermelstein, R. (1983). The PSS Scale is reprinted
with permission of the American Sociological Association, A global
measure of perceived stress. Journal of Health and Social Behavior, 24,
386-396.
----------- and Williamson, G. Perceived Stress in a Probability Sample of the
United States. Spacapan, S. and Oskamp, S. (Eds.) The Social Psychology
of Health. Newbury Park, CA: Sage, 1988.
Bimantoro, W. (2012). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT
Tonga Tiur Putra. WIDYA , 23-29.
Lazarus, Richard S. (1991). Progress on a cognitive-motivational-relational theory
of Emotion. American Psychologist, 46(8), 819-834.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
16
Lench , H.C. (2004). Anger Management: Diagnostic Differences And Treatment
Implications. Journal of Social & Clinical Psychology , Aug; 23(4):512531.
Rice, P.L. (1998). Stress and health. Third Edition. Moorhead State University:
Brooks/Cole Publishing Company.
Sarwono, S.W. (2004). Kecerdasan emosi. http:sarlito.blogspot.com/2004_10_17_
Sarlito_archive.html. 19 Oktober 2004
Schultz, N. (2007). Anger Management. Boulder, Colorado; University of
Colorado, The Conflict Resolution Information Source.
Ridwan, Syafiudin. 2012. Manajemen Amarah petugas pengendali massa
(Dalmas) Polda Jatim. Jurnal Psikologi Undip Vol. 11. No. 2, Oktober
2012.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
17
MANAGEMENT
PADA DOSEN FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Sri Nugroho Jati1) Dian Dwi Lestari2)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
[email protected]
ABSTRAK
Beban kerja yang cukup tinggi membuat dosen seringkali mengalami
stress kerja. Dampak ataupun konsekuensi daripada stress kerja ini menimbulkan
reaksi fisiologis maupun psikologis. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif yang bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat stress kerja dengan
kemampuan manajemen amarah (Anger Management) pada dosen di FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak.. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini ada skala tingkat stress dan skala Anger management. Sample
penelitian adalah dosen FKIP yang berjumlah + 20 orang. Data yang didapat akan
diolah dalam program SPSS for windows 17 dan dianalisis secara statistic
menggunakan korelasi product moment. Penelitian ini menguji validitas dan
reliabilitas intrumen penelitian. Uji reliabilitas menggunakan alpha croncbach’s.
Hasil penelitian menunjukkan berdasar hasil uji korelasi menggunakan korelasi
Pearson menunjukkan nilai Sig sebesar 0,070 yang dibandingkan dengan nilai
probabilitas 0,05, ternyata nilai proabilitas Sig lebih besar dari nilai probabilitas
0,05 atau (0,070 ≥0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
tidak ada hubungan secara signifikan antara stres kerja dengan anger
management. Artinya variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y, yaitu
stress kerja tidak mempengaruhi dengan kemampuan manajemen pengendalian
emosi marah. Hal-hal yang memicu stress pada dosen FKIP antara lain tuntutan
pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan, kelelahan di tempat kerja,
kesalahan dalam pekerjaan (ditunjukkan dengan skor yang tinggi pada workplace
stress scale). Pada kemampuan anger management, kemampuan menejemen
emosi marah sebagian (50%) dosen FKIP cukup baik
Kata Kunci : stres kerja, anger management, dosen.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami
oleh para pekerja di kota besar. Dalam sebuah Perguruan tinggi, dosen
dituntut untuk memiliki kinerja yang baik sesuai tri dharma perguruan tinggi,
baik dalam bidang pendidikan pengajaran, penelitian dan kegiatan
pengabdian untuk masyarakat. Beban kerja yang cukup tinggi membuat dosen
seringkali mengalami stress kerja selain itu dosen juga harus mampu
beradaptasi dengan segala perubahan yang ada termasuk meningkatkan
kinerjanya untuk bisa memberikan kontribusi pada perguruan tinggi karena
tingkat persaingan yang semakin tinggi antar perguruan tinggi terutama
perguruan tinggi swasta.
Dampak ataupun konsekuensi daripada stress kerja ini menimbulkan
reaksi fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, dengan tingkat stres
kerja yang tinggi dapat mengalami ganguan fisik seperti: sulit tidur,
perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual, tekanan darah
dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak
tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal. Sedangkan secara psikologis, timbul
ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada emosi seperti
cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan dan
sikap kasar.
Untuk bisa menetralisir tingkat stress kerja diperlukan kemampuan
mengelola emosi. Dosen sebagai pendidik tidak jarang mengalami kendala
dalam pengelolaan emosi terutama dalam mengendalikan emosi negatif
sehingga muncul rasa kesal, marah sebagai wujud reaksi negative. Anger
management atau managemen emosi marah. Sebagai bentuk pengendalian
emosi adalah suatu tindakan untuk mengatur pikiran, perasaan, nafsu amarah
dengan cara tepat dan positif serta dapat diterima secara sosial, sehingga
dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri. Manajemen
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
2
amarah (Anger managemen) dapat dikatakan sebagai cara-cara yang
digunakan
seseorang
agar
dapat
mengekspresikan
atau
mengatur
kemarahannya (Lench, 2004). Cara-cara tersebut juga dapat berupa kumpulan
strategi coping amarah yang digunakan seseorang untuk mengontrol
perasaan-perasaan emosional dan ekspresi kemarahan secara konstruktif
(Schultz, 2007). Pengalaman emosi akan kejadian yang tidak menyenangkan
ini menyebabkan individu menanggapi secara negative. Orang sering
terhambat dalam melakukan perubahan karena emosinya (Martin, 2005).
Padahal kemampuan mengelola emosi merupakan syarat penting bagi
keberhasilan individu dalam berbagai aspek kehidupannya.
Hipotesa dari penelitian ini adalah ada hubungan antara stress kerja
dengan kemampuan Manajemen Amarah (Anger Management) Pada Dosen
FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Stress
a. Stress Kerja
Stres kerja menyebabkan terganggunya fungsi emosi, kognitif maupun
fisiologik individu yang mengalaminya. Bagi individu yang mempunyai
penyesuaian diri baik, stres akan dengan mudah dan cepat ditanggulangi
tapi bagi yang penyesuaian dirinya jelek, stres akan menimbulkan
masalah dalam setiap langkah kehidupan individu (Sutrisno, 2010).
Indikator pengukuran stres kerja dalam penelitian ini adalah stressor
dari stres kerja (Rivai & Mulyadi, 2012) yang meliputi kondisi
pekerjaan, stres karena peran, faktor interpersonal, perkembangan
karier, struktur organisasi, serta tampilan rumah-pekerjaan.
Gibson et al (dalam Iwa Garniwa, 2007: 21) mengemukakan bahwa
stress kerja dikonseptualisasikan sebagai stimulus, stress sebaga
respond an stress sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus
merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
3
b. Jenis Stres
Holahan (dalam Prabowo, 1998) menyebutkan jenis stres yang dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu Systemic stress dan Psychological stress sebagai
berikut :
a. Systemic stress
Systemic stress didefinisikan oleh Selye sebagai respon non spesifik
dari tubuh terhadap tuntutan lingkungan.
b. Psychological Stress
Menurut Lazarus (dalam Prabowo, 1998) psychological terjadi ketika
individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh stres sebagai
ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan
copingnya.
c. Tahapan Stres
Selye (dalam Munandar, 2001) mengidentifikasikan 3 tahap dalam respon
sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, yang diistilahkan
General Adaptation Syndrome (GAS), yaitu :
a. Alarm Reaction
Organisme berorientasi pada tuntutan yang diberikan oleh
lingkungannya dan mulai menghayatinya sebagai ancaman.
b. Resistance (perlawanan)
Organisme memobilisasi sumber- sumbernya supaya mampu
menghadapi tuntutan.
c. Exhaustion
Jika tuntutan berlangsung lama, maka sumber-sumber penyesuaian ini
mulai habis dan organisme akan kehabisan tenaga. Jika reaksi badan
tidak cukup, berlebihan, atau salah, maka reaksi badan itu sendiri dapat
menimbulkan penyakit (diseases of adptation)
d. Sumber-sumber Stres
Sarafino (dalam Smet, 1994) membedakan sumber-sumber stres, yaitu
dalam diri individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.
a. Sumber-sumber stres di dalam diri seseorang
b. Sumber-sumber stres di dalam keluarga
c. Sumber-sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan
1. Pekerjaan
Diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull
adalah tuntutan kerja.
2. Stres yang berasal dari lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik,
seperti: kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
4
e. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Stressor
adalah
faktor-faktor
dalam
kehidupan
manusia
yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan
juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan
lingkungan luar lainnya. Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe
kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap
hariseperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau
kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual
seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,
masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
2. Manajemen Amarah (Anger Managemen)
a.
Pengertian Anger Management
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pengelolaan
adalah suatu proses, cara, dan perbuatan untuk mengendalikan,
menyelenggarakan, mengurus dan mengatur. Sedangkan emosi dalam
Oxford English Dictionary didefinisikan sebagai “setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu, atau setiap keadaan mental
yang hebat atau meluap-luap”. Goleman (1997) mengemukakan emosi
sebagai dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
masalah yang ada.
Menurut Tice (dalam Goleman 1997) amarah merupakan
emosi negatif yang paling sulit dikendalikan. Menurut Goleman
(1997) pengelolaan emosi adalah kemampuan untuk mengatur
perasaan, menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan,
kemurungan,
atau
ketersinggungan,
dengan
tujuan
untuk
keseimbangan emosi (keseimbangan antara perasaan dan lingkungan).
Alder (2001) menyebutkan bahwa pengelolaan emosi adalah suatu
tindakan yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau
mengelola keadaan. Kemampuan ini meliputi kecakapan untuk tetap
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
5
tenang, menghilangkan kegelisahan, kesedihan atau sesuatu yang
menjengkelkan. Orang dengan pengelolaan emosi yang baik akan
mampu mengenali perasaannya dan mengatur penyaluran perasaan
tersebut. Pengelolaan emosi menurut teori yang dikembangkan oleh
Freud (dalam Shapiro, 1999) adalah pengelolaan terhadap dorongandorongan id. Pengelolaan dorongan-dorongan ini dilakukan melalui
pengembangan ego sebagai penengah antara id dan super ego. Ego
akan berperan sebagi manajer emosi dengan cara “membisikkan”
alasan-alasan dan suatu gaya adaptif yang memungkinkan seseorang
mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cara yang bisa diterima
oleh orang lain, yang tidak akan merugikan, baik dunia luar maupun
aturan-aturan dan sanksi-sanksi yang ada dalam dunianya sendiri.
b. Aspek-Aspek Pengelolaan Emosi Marah
Ada beberapa aspek dari pengelolaan emosi marah, yaitu:
a. Mengenali emosi marah
Menurut Goleman (1997) mengenali emosi marah merupakan
kemampuan untuk mengenali perasaan marah sewaktu perasaan
marah itu muncul, sehingga seseorang tidak dikuasai oleh amarah.
Kurangnya
kemampuan
mengenali
emosi
marah,
dapat
menyebabkan individu tidak mampu untuk mengendalikan
emosinya serta bereaksi secara tidak sesuai dan berlebihan.
Kekurangmampuan dalam mengenali emosi marah juga berdampak
pada kebingungan dalam mengenali secara pasti emosi yang sedang
dialaminya, sehingga seringkali bereaksi secara tidak tepat terhadap
situasi emosional (Goleman, 1997).
b. Mengendalikan amarah
Seseorang yang dapat mengendalikan amarah tidak membiarkan
dirinya dikuasai oleh amarah. Dia dapat mengatur emosinya dan
menjaga keseimbangan emosi, sehingga emosi marah tidak
berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi
(Goleman, 1997).
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
6
c. Meredakan amarah
Merupakan suatu kemampuan untuk menenangkan diri sendiri
setelah individu marah. Menurut Tice (dalam Goleman, 1997) salah
satu strategi efektif yang dilakukan individu secara umum untuk
meredakan kemarahan adalah pergi menyendiri. Alternatif lain
adalah pergi berjalan-jalan cukup jauh dari rumah, berlatih
olahraga secara aktif, melakukan metode-metode relaksasi seperti
menarik nafas dalam-dalam dan pelemasan otot-otot.
d. Mengungkapkan amarah secara asertif
Orang yang asertif dapat mengungkapkan perasaan marahnya
secara jujur dan tepat tanpa melukai perasaan orang lain. Menurut
Galassi (dalam Hartanti & Nanik 2003), orang yang asertif dapat
membela hak-hak pribadinya, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya,
menyatakan
ketidaksenangan,
mengungkapkan
pendapat pribadi, mengajukan permintaan dan tidak membiarkan
orang lain mengambil keuntungan dari dirinya. Pada saat yang
bersamaan, ia juga mempertimbangkan perasaan dan hak-hak orang
lain.
c.
Teknik Pengelolaan Emosi Marah
Adapun teknik-teknik yang sering digunakan untuk mengelola
emosi marah adalah C.A.R.E. dalam bukunya Hershorn menjelaskan
keempat langkah tersebut sebagai berikut:
1. Commitment to Change (komitmen untuk mengubah diri)
2. Awareness of Your Early Warning Signs (kesadaran akan
pertanda kemarahan)
3. Relaksasi
4. Exercising Self Control with Time Outs (latihan kontrol diri
dengan waktu jeda)
Selain itu ada juga terapy yang dapat digunakan sebagai salah
satu teknik untuk mengelola emosi seseorang, yaitu:
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
7
1. Cognitive Therapy
Terapi kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang
bertujuan mengubah suasana hati (mood) dan perilaku dengan
mempengaruhi pola berpikirnya. Bentuk dari terapi kognitif berupa
catatan harian pemikiran disfungsional.
2. Assertivity
Asertivitas adalah perilaku interpersonal yang mengandung
pengungkapan pikiran dan perasaan secara jujur dan relatif
langsung yang dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan dan
kesejahteraan orang lain. Seseorang dapat dikatakan berperilaku
asertif jika ia mempertahankan dirinya sendiri, mengekspresikan
perasaan yang sebenarnya, dan tidak membiarkan orang lain
mengambil keuntungan dari dirinya.
Tabel 2.1. Blue Print Sebaran Item
No.
Aspek
1 Mengenali emosi marah
2 Mengendalikan amarah
3 Meredakan amarah
4 Mengungkapkan marah secara asertif
Jumlah
Aspek
Mengenali Emosi Marah
Jumlah
7
7
7
7
28
Nomor Aitem
Favorable
Unfavorable
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
-
Bobot
25%
25%
25%
25%
100%
Frek
Persen
7
25%
Mengendalikan Marah
8, 9, 10, 11, 14
12, 13
7
25%
Meredakan Amarah
16, 17, 18, 19, 21
20
7
25%
Mengungkapkan Marah
22, 23, 24, 25, 26,
27, 28
-
7
25%
28
100%
secara Asertif
Total
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
8
C. METODE PENELITIAN
1.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi :
a. persiapan penelitian
b. menentukan sampel penelitian
c. mempersiapkan instrumen penelitian
d. melakukan penelitian di lokasi penelitian
e. melakukan skoring dan olah data penelitian
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak., Jl. A.Yani No. 111 Pontianak. Waktu penelitian akan
dilaksanakan selama enam- delapan bulan.
3.
Sampel Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Dosen FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang berjumlah + 30 orang yang diambil dari
tiga Program Studi yaitu : Prodi Pendidikan Kimia, Pendidikan Biologi
dan PG-PAUD.
4.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang terdiri
dari Workplace Stress Scale dan Anger Management Scale.
5.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan :
Hasil penilaian dan pengukuran Workplace Stress Scale dan Anger
Management Scale.
Penelusuran Kepustakaan
Penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara tertulis dengan mengutip literatur yang ada sebagai dasar
penelitian baik dari buku-buku perpustakaan, artikel, dan dari website
di Internet
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
9
6.
Teknik Analisa Data
Analisis terhadap data akan dilakukan secara kuantitatif deskriptif
dan uji statistik menggunakan teknik Uji Korelasi product moment.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Persiapan Instrumen Penelitian
Persiapan penelitian diawali dengan penyusunan skala stress kerja dan
skala anger management. Skala stress kerja terdiri dari 17 item yang
diadaptasi dari workplace stress scale terdiri 8 item dan dikembangkan lagi
sehingga menjadi 17 item. Pada skala anger management terdiri dari 28
item yang terdiri atas pernyataan yang favorable dan unfavorable.
2. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara stress kerja
dengan anger management pada dosen FKIP. Hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika isi pertanyaan/pernyataan
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2009: 49). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan 20
sampel dosen FKIP terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
dan diolah menggunakan SPSS 17.0 for windows. Validitas dihitung
dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel (r tabel = 0,195
dengan tingkat signifikansi 5%)
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel X (Stres Kerja)
Item
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Hasil Korelasi
(rxy)
0,597
0,788
0,747
0,629
0,604
0,437
α = 5%
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
r tabel
α = 1%
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
10
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
0,032
0,154
0,531
0,529
0,705
0,791
0,384
0,628
0,605
0,824
0,419
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Y (Anger Management)
Item
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
P27
P28
Hasil Korelasi
(rxy)
0,380
0,681
0,567
0,683
0,317
0,362
0,519
0,041
0,045
0,065
0,502
0,363
0,406
0,425
0,642
0,669
0,127
0,639
0,719
0,540
0,603
0,503
0,327
0,111
0,437
0,482
0,126
0,005
α = 5%
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
0,195
r tabel
α = 1%
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
0,256
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
TidakValid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
TidakValid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
TidakValid
Valid
Valid
TidakValid
TidakValid
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
11
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesoner
yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009 :
45). Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Cronbach’s Alpha (α)
Pada skala stress kerja menunjukkan hasil reliabilitas sebesar 0,845 dapat
dikatakan reliabel.
Reliabilitas Variabel X (Stres Kerja)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.845
17
Sedangkan uji relabilitas skala anger management menunjukan
hasil 0,813 sehingga dikatakan reliable. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji reliabilitas terhadap kuesioner dengan mengambil
keselurhan dosen tetap FKIP sebanyak 20 orang yang diolah menggunakan
SPSS 17.0 for Windows.
Reliabilitas Variabel Y (Anger Management)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.813
28
c. Uji Korelasi
Analisis Korelasi Sederhana
Correlations
Anger
Management
Stres Kerja
Stres Kerja
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
Anger Management
.413
.070
20
20
Pearson Correlation
.413
1
Sig. (2-tailed)
.070
N
20
20
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
12
1) Jika nilai proabilitas Sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(Sig ≤0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
2) Jika nilai proabilitas Sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(Sig ≥ 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
Hipotesis :
Ho : Tidak ada hubungan secara signifikan antara stres kerja dengan
anger management.
Ha : Ada hubungan secara signifikan antara stres kerja dengan anger
management.
Berdasarkan Tabel di atas diperoleh hasil uji korelasi menggunakan
korelasi Pearson menunjukkan nilai Sig sebesar 0,070 yang dibandingkan
dengan nilai probabilitas 0,05, ternyata nilai proabilitas Sig lebih besar dari
nilai probabilitas 0,05 atau (0,070 ≥0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha
ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan secara signifikan antara stres
kerja dengan anger management. Artinya variabel X tidak berpengaruh
terhadap variabel Y, yaitu stress kerja tidak mempengaruhi dengan
kemampuan manajemen pengendalian emosi marah.
3. Pembahasan
Hipotesis dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : tidak ada
hubungan yang signifikan antara stress kerja dengan anger management
pada dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak. Hal ini berarti
bahwa seberapa besar tingkat stress dosen selama bekerja tidak memiliki
pengaruh terhadap tingkat anger management. Dosen yang memiliki tingkat
stress yang tinggi belum tentu tingkat anger management yang dimilikinya
juga rendah.
Hasil penelitian pada 20 (duapuluh) orang sampel penelitian yaitu
dosen FKIP menunjukkan bahwa tingkat stress pada dosen FKIP tergolong
sedang dan tinggi. 60 % dosen rata-rata memiliki tingkatan stress kategori
rendah s/d sedang.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
13
Tabel 4.3 Kategori Skor Skala Stress Kerja
No
1
2
3
4
5
Range Skor
0 – 15
16 – 30
31 – 45
46 – 60
61 – 75
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sedangkan kemampuan manajemen emosi marah dalam kategori
sangat tinggi terdapat 10 orang dari 20 orang dosen artinya 50% dosen
sudah memiliki kemampuan mengendalikan emosi marah secara baik dan
tepat.
Tabel 4.4 Kategori Skor Skala Anger Management
No
1
2
3
4
5
Range Skor
0 – 15
16 – 30
31 – 45
46 – 60
61 – 75
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Interpretasi Skor Skala Kerja Stres
1. Total skor 0-15 atau lebih rendah dalam kategori ini: relatif tenang
2. Total skor 16 sampai 30: Cukup rendah. Mudah mengatasi hal-hal yang
menimbulkan stres.
3. Total skor 31-45 : stres Sedang.
4. Total skor 46-60: Tinggi .
5. Total skor 61–75: Tingkat Stres berpotensi berbahaya
Interpretasi Skor Skala Anger Management
1. Total skor 0-15 atau lebih rendah dalam kategori ini: manajemen
pengendalian emosi marah sangat rendah.
2. Total skor 16 sampai 30:manajemen pengendalian emosi marah kategori
rendah.
3. Total skor 31 sampai 45 manajemen pengendalian emosi marah dalam
kategori sedang
4. Total skor 46-60 : manajemen pengendalian emosi marah dalam kategori
tinggi
5. Total skor 61-75: manajemen pengendalian emosi marah dalam kategori
sangat tinggi
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
14
Stress sertingkali diartikan sebagai kemampuan / daya seseorang
dalam menanggapi stimulus di sekelilingnya yang bisa memberikan
tekanan-tekanan pada seseorang. Dosen memiliki kecenderungan untuk
mengalami stress kerja, seperti konflik antar individu, tututan tugas,
penyelesaian tugas, beban kerja, waktu kerja dan pengaruh kepemimpinan
terhadap kerja. Hal-hal yang memicu stress pada dosen FKIP ditunjukkan
dengan skor yang tinggi pada workplace stress scale yang sudah diisi antara
lain tuntutan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan,
kelelahan di tempat kerja, kesalahan dalam pekerjaan. Pada kemampuan
anger management, kemampuan menejemen emosi marah sebagian (50%)
dosen FKIP cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari skor jawaban yang tinggi
pada item mengontrol kata-kata agar orang lain tidak tersinggung, mencoba
care terhadap orang lain, mencoba tidak menimbulkan konflik dan rasa
marah dengan menghindari interaksi pada yang bersangkutan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkam hasil penelitian mengenai hubungan stress kerja dengan
kemampuan
anger
management
pada
dosen
FKIP
Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang dilakukan pada 20 orang dosen tetap FKIP,
maka disimpulkan sebagai berikut :
a. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara stress kerja dan kemampuan anger management pada
dosen tetap FKIP
b. Hasil uji analisis statistic menggunakan korelasi pearson diperoleh nilai
Sig sebesar 0,070 yang dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05,
ternyata nilai proabilitas Sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(0,070 ≥0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak.
c. Secara kualitatif stres kerja dosen FKIP 60% memiliki kecenderungan
tingkat stress kerja kategori rendah dan sedang. Hal-hal yang rata-rata
memicu tingkat stress dosen FKIP dan memperoleh skor tinggi yaitu
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
15
pada tuntutan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan,
kelelahan di tempat kerja, kesalahan dalam pekerjaan.
d. Pada kemampuan anger management,
secara kualitatif kemampuan
menejemen emosi marah sebagian dosen FKIP (50%) cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dari skor jawaban yang tinggi pada mengontrol kata-kata
agar orang lain tidak tersinggung, mencoba care terhadap orang lain,
mencoba tidak menimbulkan konflik dan rasa marah dengan menghindari
sementara berinteraksi.
2. Saran
a. Hal-hal yang memicu stress di tempat kerja menjadi tinggi seperti :
tuntutan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan, penilaian atasan,
kelelahan di tempat kerja, kesalahan dalam pekerjaan hendaknya lebih
diperhatikan lagi, sehingga kinerja dosen FKIP bisa lebih optimal lagi.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian tidak
hanya pada lingkup dosen tetap FKIP Universitas saja tetapi bisa
menyeluruh pada dosen dan karyawan di Universitas Muhammadiyah
Pontianak
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, S., Kamarck, T., and Mermelstein, R. (1983). The PSS Scale is reprinted
with permission of the American Sociological Association, A global
measure of perceived stress. Journal of Health and Social Behavior, 24,
386-396.
----------- and Williamson, G. Perceived Stress in a Probability Sample of the
United States. Spacapan, S. and Oskamp, S. (Eds.) The Social Psychology
of Health. Newbury Park, CA: Sage, 1988.
Bimantoro, W. (2012). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT
Tonga Tiur Putra. WIDYA , 23-29.
Lazarus, Richard S. (1991). Progress on a cognitive-motivational-relational theory
of Emotion. American Psychologist, 46(8), 819-834.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
16
Lench , H.C. (2004). Anger Management: Diagnostic Differences And Treatment
Implications. Journal of Social & Clinical Psychology , Aug; 23(4):512531.
Rice, P.L. (1998). Stress and health. Third Edition. Moorhead State University:
Brooks/Cole Publishing Company.
Sarwono, S.W. (2004). Kecerdasan emosi. http:sarlito.blogspot.com/2004_10_17_
Sarlito_archive.html. 19 Oktober 2004
Schultz, N. (2007). Anger Management. Boulder, Colorado; University of
Colorado, The Conflict Resolution Information Source.
Ridwan, Syafiudin. 2012. Manajemen Amarah petugas pengendali massa
(Dalmas) Polda Jatim. Jurnal Psikologi Undip Vol. 11. No. 2, Oktober
2012.
Jurnal Ilmiah Pena Kreatif FKIP Unmuh Pontianak
17