PEMBENTUKAN GREEN ENTREPRENEURIAL BEHAVIOR PADA MAHASISWA Hastin Umi Anisah

PEMBENTUKAN GREEN ENTREPRENEURIAL BEHAVIOR PADA MAHASISWA

Hastin Umi Anisah

[email protected]

Wimby Wandary

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

This study is an effort to grow and to develop student’s green entrepreneurial behavior (GEB), which served as the basis for practicing entrepreneurial behavior that keeping the balance of economy, organizational and society aspects. In particular, this study aims to describe the differences of student’s perception about GEB values, whom are majoring in Accounting and Management, by the specific course of Entrepreneurship within Academic Year of 2014/2015. Provided with ordinal data, this study approached non-parametrically using the Mann-Whitney for hypothesis testing, to find out the differences on student’s level of GEB values among the two sampel group, they are students whom are taking the course of Entrepreneurship in the research period. They were treated differently, stimulate by diferent literatur based for their course of material. One group was based on Rumah Perubahan, while the other was not. The different literatur characterizes on the different student’s GEB values comprehension. Stratified random sampling was applied and it resulted in 121 respondents. The result found that there is no difference among the two groups of students that was stimulated differently to comprehend the values of GEB to implement the green values.

Key words: entrepreneurial behavior, green entrepreneurship, entrepreneurial

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menumbuh kembangkan perilaku berwirausaha yang hijau, yakni perilaku bisnis mandiri yang praktiknya memperhatikan keseimbangan antara aspek ekonomi, aspek keorganisasian, dan aspek masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan perbedaan persepsi dasar perilaku berwirausaha secara hijau antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan Manajemen yang mengambil Mata kuliah Kewirausahaan pada TA 2014/2015 untuk dapat menerapkan nilai-nilai Green Entrepreneurial Behavior (GEB). Dengan jenis data primer adalah data ordinal, maka pendekatan non-parametrik digunakan dalam penelitian ini. Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney untuk menguji perbedaan respon pada

2 kelompok sampel mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan pada masa penelitian berlaku, yakni Semester Gasal TA 2014/2015 di Jurusan Manajemen dan Jurusan Akuntansi. Perbedaan perlakuan pada responden terletak pada materi perkuliahan bahwa tidak setiap kelompok sampel menerima materi yang mendasarkan pada materi dari Rumah Perubahan sebagai literatur dasar perkuliahan. Adapun asumsi terhadap literatur dasar adalah pada menyampaikan secara implisit mengenai green entrepreneurship yang membekali GEB mahasiswa. Adapun teknik penentuan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan terhadap dasar perilaku berwirausaha secara hijau antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan Manajemen yang mengambil Mata kuliah Kewirausahaan pada TA 2014/2015 untuk dapat menerapkan nilai-nilai Green Entrepreneurial Behavior.

Kata kunci: perilaku kewirausahaan, kewirausahaan yang hijau, kewirausahaan

PENDAHULUAN

yang tersedia, yang mana hal tersebut Pasar tenaga kerja yang ada pada saat ini

menjadi meningkatkan urgensi aktivitas belum mampu menyerap angkatan kerja

kewirausahaan pada perannya sebagai

398 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

pendorong perekonomian Negara. Ketika kemakmuran suatu bangsa mensyaratkan jumlah pelaku wirausaha adalah 2% dari jumlah penduduknya. Syarief dalam Hadi dan R. Jihad (2012, 8 Juni) menyampaikan bahwa jumlah pengusaha Indonesia adalah 1,56%. Masih rendahnya jumlah pelaku wirausaha di Indonesia dapat dilihat dari perbandingan jumlah pelaku wirausaha dengan negara lain, seperti AS (12%), Jepang (10%) dan Singapura (7%). Realita tersebut mendorong pemerintah untuk mengarahkan pelajar dan mahasiswa untuk berwirausaha, dengan harapan akan tercipta generasi bangsa yang mampu bersaing, maju dan mandiri. Oleh karena itu, kolaborasi dengan dunia pendidikan dilakukan melalui pe- nerapan kurikulum yang menempatkan Pendidikan Kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib.

Sementara itu, perkembangan dan pe- rubahan yang terjadi terkait dengan aspek lingkungan dan aspek bisnis yang terjadi pada dekade terakhir, mengarahkan dunia internasional kepada penerapan konsep green economy. Degradasi kualitas kesejah- teraan kehidupan memaksa manusia untuk memperhatikan sepenuhnya aspek sosial, lingkungan dan ekonomi sebagai pengeja- wantahan dari konsep sustainable develop- ment, bahwa upaya pemenuhan kebutuhan kehidupan pada saat agar tidak mengabai- kan kemampuan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Terkait dengan hal tersebut, kesenjangan yang terjadi antara upaya penciptaan pelaku wirausaha terdidik sebagai sarjana melalui penerapan mata kuliah wajib Pendidikan Kewirausahaan, adalah pada kenyataan bahwa belum secara eksplisit disampaikan- nya materi mengenai kewirausahaan yang hijau/green entrepre-neurship, sehingga orien- tasi dagang menjadi lebih kuat daripada focus pada sustainabilitas bisnis bagi ling- kungan, ekonomi, dan lingkungan. Dampak jangka panjang dari praktik bsnis mandiri belum sepenuhnya diperhatikan karena hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek. Akhirnya, hal tersebut mengarah

pada tingkat kontribusi dunia wirausaha terhadap Negara, karena masih berbasis pada kewirausahaan yang bersifat konvensi- onal.

Dengan demikian, pendekatan perilaku terhadap kewirausahaan yang hijau (Green entrerepneurial behavior /GEB) dilakukan me- lalui penyampaian nilai-nilainya di jenjang pendidikan tinggi. Adapun harapan yang ingin dicapai adalah bahwa hal tersebut dapat menjadi jembatan bagi kesenjangan yang terjadi, yang mana pembentukan sikap green economy dapat mendorong pe- ngembangan aktivitas kewirausahaan yang memperhatikan keseimbangan antara aspek keorganisasian, lingkungan, dan masya- rakat. GEB akan menekan bahkan meng- eliminasi orientasi jangka pendek dari aktivitas kewirausahaan, terutama yang konvensional. Perlu menjadi perhatian juga bahwa jiwa kewirausahaan perlu dibangun, dibina, dan dipelihara, karena GEB adalah perilaku yang bersifat intentional/diniatkan, sehingga memerlukan inisiatif, proaktivitas, konsistensi maupun komitmen untuk ber- pikir dan bertindak dengan dasar dan cara yang hijau.

Pada realitas bahwa komposisi pelaku wirausaha Indonesia yang bekum mencapai 2%, pada dasarnya terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan sebagai penyebab kondisi tersebut. Umumnya, aspek finansial terkait dengan kapasitas permodalan me- rupakan alasan utama dalam berwirausaha, yang merupakan aspek terpenting untuk menginfirasi bisnis. Aspek non-finansial yang juga memiliki peran tidak kalah penting cenderung diabaikan. Seperti halnya keberadaan persepsi social masyarakat Indonesia yang cenderung mengidolakan profesi pegawai (untuk instansi pemerintah, dan karyawan untuk instansi swasta). Persepsi masyarakat tersebut mencerminkan tingkat uncertainty avoidance yang cukup tinggi, karena menjadi pegawai/karyawan menempatkan masyarakat kada kondisi terjamin dalam hal pendapatan (gaji) yang disertai dengan tunjangan dan fasilitas lain yang menyertai. Terutama pada harapan

Pembentukan Green Entrepreneurial Behavior... – Anisah, Wandary

dan jaminan akan memperoleh pensiun setelah tunai masa kerja di instansi terkait. Keengganan masyarakat untuk berwira- usaha pun disampaikan oleh Vinten dan Alcock (2004), yang menyarakan bahwa tidak setiap orang menghendaki untuk berwirausaha. Terlebih dengan adaya mitos yang berkembang di lingkungan bisnis Indo- nesia yang dirasakan/dinyatakan kurang bersahabat dengan aktivitas wirausaha, demikian juga menurut Ihfam dan Helmi (2002), walaupun sesungguhnya berwira- usaha merupakan pilihan yang tepat bagi mahasiswa untuk dapat menggali dan mengembangkan potensinya.

Kenyataan lain yang terjadi adalah berwirausaha menjadi pilihan terakhir bagi angkatan kerja ketika mereka tidak terserap atau pun diterima menjadi pegawai/karya- wan di pasar tenaga kerja. sementara itu mereka harus bertahan hidup di tengah nilai ekonomi yang dinamis dengan adanya inflasi yang meningkatkan harga produk, sementara dengan daya beli terbatas mem- buat produk pemenuhan kebutuhan hidup menjadi terasa mahal. Pada orientasi peme- nuhan kebutuhan hidup yang mahal ter- sebut, mampu mengarahkan praktik bisnis- nya untuk berorientasi jangka pendek yang berfokus pada profit semata, dengan meng- abaikan dampak yang dilibatkannya yang mengarah pada dampak negatif kepada lingkungan dan masyarakat. Orientasi jang- ka pendek pun terjadi pada kapasitas ekono- mi yang lebih tinggi ketika seseorang me- miliki akses terhadap sumber daya yang dinilainya tidak terbatas. Atau juga dapat disebabkan oleh sikap mental yang negatif. Memang diperlukan pembuktian lebih lanjut hal apakah yang mendominasi dorongan berwirausaha pada populasi tertentu secara lebih spesifik yang tak jarang tidak dapat di generalisasikan.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uni- versitas Lambung Mangkurat (FEB-Unlam) sebagai institusi pendidikan tinggi, melalui fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi ber- upaya menghasilkan SDM terdidik yang terbaik di bidangnya. Hal tersebut dinyata-

kan pada salah satu pernyataan misinya yang menyatakan diri untuk menyeleng- garakan pendidikan tinggi yang meng- hasilkan lulusan ahli madya, sarjana, pen- didikan profesi dan magister dalam bidang Ilmu Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi yang berdaya saing secara nasional, dan memiliki integritas untuk memenuhi ke- butuhan tenaga kerja pada sektor bisnis maupun sektor publik dan calon wirausaha handal (FEB Unlam, 2014). Hal tersebut ter- cemin pada penerapan mata kuliah Kewira- usahaan yang telah menjadi mata kuliah wajib bagi 2 jurusan di FEB Unlam, yaitu: Jurusan Manajemen dan Akuntansi sejak kurikulum tahun 2003, dan menyediakan pilihan konsentrasi Bidang Kewirausahaan dan Manajemen Strategi sejak kurikulum tahun 2009. Dengan adanya pilihan konsen- trasi bidang tersebut, FEB diharapkan mam- pu untuk menghasilkan lulusan/sarjana yang bermental wirausaha dan juga siap wirausaha pada kualitas yang mampu ber- kontribusi untuk menekan tingkat pengang- guran di wilayah pada khususnya, dan Indonesia kelak pada umumnya. Dengan demikian, pondasi Pendidikan Kewira- usahaan yang kuat, diharapkan mampu untuk mempengaruhi pola pikir dan pola sikap mahasiswa di masa yang akan datang. Kelak ketika meraka sudah kembali dan terjun ke dalam masyarakat dengan men- jiwai nilai-nilai green entrepreneurial behavior, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas bisnis, serta menerima dan menerapakan nilai-nilai tersebut dengan lebih mudah dan tepat dalam segenap aspek kehidupan.

Minat dan sikap kewirausahaan me- rupakan faktor penting untuk dipertim- bangkan ketika pengembangan kewira- usahaan dilakukan di tingkat perguruan tinggi, menurut Viviers, at al. (2013), hal tersebut mengisyaratkan adanya dukungan pemanfaatan pengetahuan yang relevan. Perguruan tinggi memiliki peran psikologis, terutama melalui aspek kognitif dalam menjabarkan perilaku kewirausahaan pada elemen self efficacy, naskah, gaya pemaha- man, dan penemuan dalam bidang kewira-

400 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

usahaan (Sánchez, at al. 2011). Dengan demi- kian, seseorang menerima nilai-nilai dan penerapan kewirausahaan sebagai suatu kesatuan utuh yang disadari secara internal. Bahkan, beberapa sekolah kewirausahaan mengusung beberapa atribut dan kapabilitas pelaku wirausaha seperti: Great Person yang berdasar pada pemikiran bahwa seorang wirausaha memiliki kemampuan intuisi alami yang bercirikan adanya intuisi, gigih, dan percaya diri; Psychological Characteristics yang berdasar pada pemikiran bahwa se- orang wirausaha memiliki nilai, sikap, dan kebutuhan yang menjadi pendorong yang berdirikan adanya kebutuhan berprestasi dan nilai kepribaduan yang kuat; Classic yang berdasar pada pemikiran bahwa karakter utama perilaku kewirausahaan adalah inovatif, yang berdirikan adanya inovasi dan kreatifitas; Management yang berdasar pada pemikiran bahwa seorang wirausaha adalah mereka yang memulai dan mengelola suatu usaha, dan ketrampilannya dapat dikembangkan. Adapun cirinya ada- lah adanya aktifitas perencanaan, pengang- garan, dan permodalan; Leadership yang berdasar pada pemikiran bahwa seorang wirausaha adalah mereka yang mencapai tujuannya dengan mengembangkan timnya dengan berdirikan adanya moticasi, pe- ngembangan dan pengarahan; dan Entre- preneurship yang berdasar pada pemikiran bahwa seorang wirausaha itu mampu untuk mengembangkan inisiatif dalam perusahaan yang berdirikan dengan mawas peluang dalam lingkungan perusahaan (Couto et al., 2013). Maka, arah didik menjadi lebih spesifik terkait dengan ciri bagi atribut yang ingin dilekatkan pada peserta didiknya.

Berdasar pada pertimbangan dan hal– hal yang disampaikan sebelumnya, maka perlu untuk mendeskripsikan persepsi mahasiswa terhadap keberadaan nilai-nilai GEB individunya dalam mata kuliah Pen- didikan Kewirausahaan pada hal materi pembelajaran yang mereka terima dalam kerangka membangun lulusan/sarjana yang siap wirausaha; perbedaan proses pem- belajaran yang terjadi karena perbedaan

literatur yang digunakan (dengan literatur berdasar pada Rumah Perubahan yang action oriented sementara literatur lainnya cen- derung concept only). Sementara itu, maha- siswa memerlukan adanya pencerahan dan contoh tindakan untuk menerapkan nilai maupun konsep kewirausahaan yang telah dipelajari. Hal ini berfokus pada identifikasi potensi mahasiswa akan keberadaan nilai- nilai GEB walaupun nilai-nilai tersebut belum secara eksplisit disampaikan. Oleh karena itu, pernyataan rumusan masalah dalam penelitian ini dinyatakan sebagai: apakah terdapat perbedaan dasar perilaku kewirausahaan yang hijau/GEB antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan Manaje- men yang mengambil Mata kuliah Kewira- usahaan pada TA 2014/2015 untuk dapat menerapkan nilai-nilai GEB?

Dengan demikian, penelitian ini ber- tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dasar perilaku kewirausahaan yang hijau/GEB antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan Manajemen yang mengambil Mata kuliah Kewirausahaan pada TA 2014/2015 untuk dapat menerapkan nilai- nilai GEB, melalui pengujian hipotesis pe- nelitian dengan asumsi bahwa dengan literatur yang berbeda menyebabkan terjadi- nya perbedaan dasar GEB antara mahasiswa untuk dapat menerapkan nilai-nilai GEB.

TINJAUAN TEORETIS Kewirausahaan

Penjabaran Kewirausahaan oleh Shane dan Venkataraman dalam Shane, Locke, dan Collins (2003) menyataakan bahwa kewira- usahaan sebagai suatu proses, yang mana proses yang dimaksud adalah proses bagi peluang untuk menciptakan barang dan jasa dimasa yang akan datang itu ditemukan, dievaluasi, dan dieksplotasi. Penjabaran ter sebut tidak mewajibkan bahwa seorang wirausaha sebagai pendiri organisasi bisnis. Namun, pada umumnya, menjadi pelaku wirausaha adalah hal-hal mengenai mem- pekerjakan diri-sendiri dan memulai, meng- atur, mengelola, dan bertanggung jawab akan suatu usaha. Hal–hal tersebut me-

Pembentukan Green Entrepreneurial Behavior... – Anisah, Wandary

nawarkan tantangan pribadi yang membuat

Green entrepreneurship

banyak orang memilih untuk menjadi Praktik kewirausahaan konvenional karyawan (Segal, Borgia, and Schoenfeld,

umumnya cenderung memperhatikan hanya 2005). Seorang pelaku wirausaha akan

pada faktor ekonomi yang menanggung menanggung risiko dan sekaligus manfaat

risiko finansial saja. Namun, pada taraf ada- yang dihasilkan dari aktivitas usaha

nya kesadaran untuk perlunya memelihara mandirinya, dan hal tersebut memang tidak

keberlangsungan kebidupan, dengan dasar mudah.

bahwa upaya memenuhi kebutuhan saat ini To become an entrepreneur is not a one-day

seyogyanya tidak menciderai kemampuan game (Aslam et al., 2012). Semakin tidak

generasi penerus untuk memenuhi ke- mudah terutama bagi masyarakat dengan

butuhannya. Konsep green economy di- tingkat uncertainty avoidance yang tinggi,

bangun sebagai dasar bagi pengembangan karena masyarakat tersebut cenderung

konsep yang berfokus pada kesejahteraan menghindari ketidak pastian, dan kewira-

yang memperhatikan keseimbangan pada usahaan menawarkan ketidak-pastian ter-

aspek ekonomi, lingkungan, dan masyarakat sebut. Model Perilaku Kewirausahaan Misra

dalam berwirausaha, atau diistilahkan de- and Kumar (2009) menempatkan 5 faktor

ngan green entrepreneurship. Seperti halnya utama yang melatar belakangi perilaku

kepedulian lingkungan dengan praktik kewirausahaan, yakni: faktor latarbelakang

reduce – reuse – recycle – repair memberikan (yakni: demografis dan karakteristik psiko-

wacana ide bisnis dengan green concept. logis), sikap, situasi, niat, kecerdikan ber-

Umumnya, yang menjadi praktisi adalah wirausaha, dan lingkungan kewirausahaan.

UMKM (Usaha Menengah dan Kecil Masya- Pengkondisian guna membangun persepsi

rakat), seperti yang diungkapkan oleh positif terhadap kewirausahaan yang dapat

Yaacob (2010) bahwa bisnis daur ulang meningkatkan minat untuk berwirausaha

dilakukan oleh UMKM. Prinsip hijau yang menjadi semakin tinggi.

dijalankan belum sepenuhnya memenuhi Di Indonesia sendiri, kewirausahaan

prinsip green, karena tingkat permintaan pada mahasiswa menjadi fenomena menarik

produk olahan sampah plastic yang masih pada tahun 2000an Ifham dan Helmi (2002).

rendah. Padahal dampak kerusakan plastic Penelitian tersebut menemukan bahwa ke-

teerhadap lingkungan jauh lebih tinggi dari cerdasan emosi berkorelasi positif pada

produk kalen, kertas, prolduk elektronik, kewirausahaan mahasiswa. Sementara itu,

accu , besi.

Garba, Kabir, dan Nalado (2014) menemu- Pachaly (2012) menyatakan bahwa green kan bahwa minat pelajar untuk berwira-

entrepreneurship memperhatikan aspek indi- usaha tergantung pada 2 hal, yakni: perceived

vidu dan organisasi yang terlibat dalam desireability (perasaan tertarik untuk ber-

aktivitas kewirausahaan yang menciptakan wirausaha), dan perceived feasibility (tingkat

manfaat bagi lingkungan dengan menawar- individu mempertimbangkan diri untuk

kan green products. Adapun model bagi melakukan perilaku kewirausahaan).

konsep green entrepreneurship disajikan pada Gambar 1 berikut ini.

Green Entrepreneurship

Sumber: Pachaly (2012)

Gambar 1 Model Green Entrepreneurship

402 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

Menurut Vargas Hernández, at al. (2010), pendekatan terhadap kewirausahaan dapat dilakukan dari beberapa perspektif, ter- gantung pada konteksnya, selama tidak ter- jadi penyimpangan konten. Terutama pada kategori negara berkembang yang memerlu- kan praktik kewirausahaan untuk berperan dalam aktivitas pembangunan dan per- kembangan ekonomi makro, termasuk pada konteks non-ekonomi seperti pada negara muslim, yang mana prinsip green cukup dekat dengan nilai-nilai ekonomi syariah dalam hal capaian yang ingin diraih, yakni kesejahteraan bagi masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Sama halnya dengan dalam konteks bisnis keluarga (Kellermanns, at al., 2008).

Entrepreneurial Behavior

Bird and Schjoedt dalam Cavus (2014) mendefinisikan perilaku kewirausahaan se- bagai suatu studi mengenai perilaku manu- sia yang terlibat dalam upaya mengidentifi- kasi dan mengeskploitasi peluang melalui penciptaan dan pengembangan usaha baru sambil mengeksplorasi dan menciptakan peluang baru dalam proses memunculkan perusahaan baru. Dengan demikian, dalam tatanan yang lebih luas, perilaku kewira- usahaan merupakan istilah komprehensif yang memotret seluruh tindakan anggota organisasinya yang terkait dengan penemu- an, evaluasi dan eksplorasi peluang kewira- usahaan.

Green Entrepreneurial Behavior/ GEB

Pada pemahaman akan perilaku kewira- usahaan tersebut, sebagai perilaku yang diniatkan (intentional behavior, Green entre- preneurial behavior merupakan segala peri- laku/tindakan dalam suatu usaha mandiri yang terkait dengan penemuan, evaluasi dan eksplorasi peluang kewirausahaan yang memperhatikan aspek masyarakat, lingku- ngan, dan ekonomi. Dengan demikian, perilaku kewirausahaan yang hijau (GEB) lebih bersifat proaktif pada penerapannya, bukan hanya perilaku yang reaktif saja. Terdapat 9 prinsip bagi perilaku proaktif

(Myers dan Smith, n.d.) yakni: (1) Valuable atau berharha, yakni memiliki nilai tukar yang tinggi dengan meningkatkan minat dan tugas dari perspektif pengguna sebagai pihak yang menikmati perilaku yang dilakukan; (2) Pertinent yakni secara relevan terkait dan dengan secara penuh memper- hatikan situasi pada saat ini; (3) Competent yakni ada dalam jangkauan kemampuan dan pengetahuan agen; (4) Unobtrusive atau ren- dah hati, dengan tidak bertentangan dengan aktivitas atau perhatian pengguna sebagai pihak yang menikmati perilaku tanpa peringatan sebelumnya; (5) Transparent yak- ni nyata atau jelas dengan dapat dipahami oleh pengguna yang menikmati perilaku; (6) Controllable atau dapat dikendalikan dengan terbuka terhadap penelitian yang cermat dan mengacu pada amanat pengguna yang menikmati perilaku; (7) Different yakni me- nunjukkan perbedaan dengan anggun yang tidak memaksakan; (8) Anticipatory atau anti- sipatif dengan menyadari kebutuhan dan peluang saat ini dan masa yang akan datang; (9) Safe atau aman dengan meminimalkan konsekuensi negatif, menurut pendapat pengguna sebagai penikmat perilaku.

Mengidentifikasi Green Entrepreneurial Behavior

Setelah mengenali prinsip perilaku pro- aktiv, mengenali perilaku yang mendasar- kan pada prinsip-prinsip dalam konteks kewirausahaan mengarahkan pandangan pada ciri perilaku kewirausahaan yang diajukan oleh Timmons et al. dalam Text- book Equity (2011) yang mengidentifikasi 14 karakteristik sebagai ciri-ciri kewirausahaan dengan perspektif bahwa perilaku tersebut bersifat individual, merupakan proses, dan dampak-nya organisasional serta berorien- tasi pada publik, organisasi, dan ekonomi dalam bertindak. Adapun ke-14 karakter- istik tersebut adalah: (1) Drive and Energy; (2) Self-Confidence; (3) High Initiative and Personal Responsibility; (4) Internal Locus of Control; (5) Tolerance of Ambiguity; (6) Low Fear of Failure; (7) Moderate Risk Taking; (8) Long-Term Involvement; (9) Money as A Measure Not

Pembentukan Green Entrepreneurial Behavior... – Anisah, Wandary

Merely an End; (10) Use of Feedback; (11)

Penelitian Terdahulu

Continuous Pragmatic Problem Solving; (12) Middleton (2010) pada disertasinya, Use of Resources; (13) Self-Imposed Standards;

membahas mengenai bagaimana perkem- (14) Clear Goal Setting . Dan entrepreneurial

bangan dan fasilitasi perilaku kewirau- behavior terkait dengan eksistensi Ventura

sahaan di universitas bagi pelaku wirausaha sangat memperhatikan penetapan legalitas

baru, mengingat pada umumnya perilaku dan mengurangi ketidak pastian dan ambi-

tersebut diterapkan dalam aktivitas usaha guitas, sehingga, pada batasan karakteristik

mandiri yang coba-coba, belum sepenuhnya kewirausahaan tersebut, GEB dijabarkan

diniatkan. Middleton mempertanyakan ke- sebagai: bentuk perilaku cerminan dari

mampuan para wirausahan baru untuk kandungan nilai pada karakter kewira-

berperilaku dalm meraih ambisinya dalam usahaan, yang mana operasional-isasinya

menciptakan usaha baru. memenuhi prinsip perilaku proaktif dengan

Jenjang perguruan tinggi dipilih dengan memperhatikan unsur legalitas dan juga

setting empiris karena kemampuannya mengurangi ketidak pastian dan ambiguitas.

untuk memfasilitasi aktivitas yang meng- Pada batasan karakteristik kewirausahaan

hasilkan usaha-usaha baru yang berdasar tersebut, green entrepreneurial behavior me-

pada peluang, serta memiliki berpotensi rupakan bentuk perilaku yang mencermin-

pertumbuhan yang tinggi. Pendekatan pe- kan nilai-nilai yang terkandung dalam

nelitian tindakan yang digunakan diguna- karakteristik kewirausahaan, yang dalam

kan untuk mempelajari kasus-kasus instrin- operasionalisasinya yang memenuhi prinsip

sik yang kemudian dibandingkan dengan perilaku proaktif dengan memperhatikan

lingkungan lain untuk tujuan memahami unsur legalitas dan juga mengurangi ketidak

bagaimana pengembangan perilaku difasili- pastian dan ambiguitas.

tasi.

Tabel 1

14 Entrepreneurial Characteristics and its Green Operationalization Timmon’s et.al Entrepreneurial

Operationalization Characteristics

Drive and Energy

Green Drive and Energy

Self-Confidence

Green Self-Confidence

High Initiative and Personal Responsibility Green Initiative and Personal Responsibility Internal Locus of Control

Green Internal Locus of Control Tolerance of Ambiguity

Green Tolerance of Ambiguity Low Fear of Failure

Low Fear of Failure for the green practices Moderate Risk Taking

Green Moderate Risk Taking Long-Term Involvement

Green Long-Term Involvement Money as A Measure Not Merely An End

Money as A Measure Not Merely an End Use of Feedback

Green Use of Feedback

Continuous Pragmatic Problem Solving Green Continuous Pragmatic Problem Solving

Use of Resources

Green Use of Resources

Self-Imposed Standards Green Self-Imposed Standards Clear Goal Setting.

Green Clear Goal Setting.

Sumber: Textbook Equity (2011) dimodifikasi.

404 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

Tabel 2 Operasionalisasi Karakteristik Kewirausahaan

Operasionalisasi karakteristik

Definisi Operasional sebagai Green Entrepreneurial Behavior kewirausahaan

Timmons’s et.al.

Green Drive and Suatu konstelasi sifat dan motif berwirausaha yang mencerminkan Energy

tingkat upaya tinggi dengan memperhatikan aspek publik- organisasi-ekonomi.

Green Self- Tingkat kepercayaan diri yang dilengkapi oleh sikap mawas diri Confidence

bahwa keyakinan terhadap aktivitas wirausahanya memperhatikan aspek publik-organisasi-ekonomi.

Green Initiative and Inisitatif perilaku berwirausaha yang memperhatikan aspek publik- Personal

organisasi-ekonomi dan secara individu menunjukkan perilaku Responsibility

yang mencerminkan rasa tanggungjawab terhadap praktik bisnis yang berwawasan hijau dengan adanya perhatian terhadap aspek publik-organisasi-ekonomi secara sadar

Green Internal Locus Perilaku yang secara sadar mencerminkan persepsi positif of Control

individual terhadap penyebab peristiwa yang terjadi pada dirinya dengan berdasar pada perhatian terhadap aspek publik-organisasi- ekonomi.

Green Tolerance of Perilaku yang menunjukkan optimisme terhadap aktivitas Ambiguity

berwirausaha yang memperhatikan aspek publik-organisasi- ekonomi.

Low Fear of Failure Perilaku yang menunjukkan keberanian dalam menghadapi kegagalan akibat aktivitas berwirausaha yang memperhatikan aspek publik-organisasi-ekonomi.

Green Moderate Risk Mengacu pada upaya meminimalkan risiko dalam berwirausaha Taking

dengan perilaku menghindari aktivitas yang menimbulkan risiko baru dengan memperhatikan aspek publik-organisasi-ekonomi.

Green Long-Term Orientasi berwirausaha jangka panjang yang memperhatikan aspek Involvement

publik-organisasi-ekonomi.

Money as A Measure Perilaku berwirausaha yang menempatkan aspek financial sebagai Not Merely an End

alat ukur-bukan tujuan akhir, dengan memperhatikan aspek publik- organisasi-ekonomi.

Green Use of Perilaku pemanfaatan umpan balik dalam berwirausaha yang Feedback

memperhatikan aspek publik-organisasi-ekonomi. Green Continuous

Perilaku pemecahan masalah praktis dan tepat guna pada waktunya Pragmatic Problem

dalam berwirausaha dengan memperhatikan aspek publik- Solving

organisasi-ekonomi.

Green Use of Perilaku memanfaatkan sumber daya dalam berwirausaha dengan Resources

memperhatikan aspek publik-organisasi-ekonomi. Green Self-Imposed

Perilaku yang menghindarkan aktivitas yang membebani diri- Standards

sendiri di luar batas kemampuan dengan memperhatikan aspek memperhatikan aspek publik-organisasi-ekonomi.

Green Clear Goal Perilaku dalam penetapan tujuan yang jelas dengan memperhatikan Setting.

aspek publik-organisasi-ekonomi secara sadar

Sumber: adaptasi dari Textbook Equity (2015)

Pembentukan Green Entrepreneurial Behavior... – Anisah, Wandary

Perlu diperhatikan, bahwa pendefinisian terhadap karakteristik kewirausahaan dalam konteks green economy menuju GEB memiliki penerapan yang tidak terbatas, selama pengguna sebagai pihak yang menikmati dan mengenali perilaku proaktif berprinsip green.

Perspektif system membuat mem- pelajari perilaku kewirausahaan dapat ber- kontribusi melalui beberapa tingkat analisis dalam campuran mikro–agregat, dari indi- vidual hingga masyarakat. Beberapa teori yang digunakan untuk meneliti bagaimana perilaku dikembangkan dan dikonfirmasi atau ditolak selama interaksi oleh wirausaha baru dan penetapan perannya adalah Social Learning Theory dan Positioning Theory. Pada kenyataannya, para wirausaha baru meng- hadapi hambatan seperti: kurangnya ke- baruan dan kurangnya jaringan sosial. Mereka diuntungkan dari pelatihan dan dukungan fasilitas legitimasi yang menetap- kan mereka sebagai pelaku wirausaha, dan pemastian tersebut mengurangi ketidak pastian dan ambigutas, maka, dengan ke- untungan tersebut lah persiapan dan pem- buatan keputusan sebagai usaha baru di- lakukan. Komponen lingkungan structural dan social memudahkan pengembangan perilaku. Pembelajaran melalui interaksi dengan peran yang ditetapkan memudah- kan wirausaha baru untuk melakukan tindakan antisipatif, dan mengurangi ke- tidak pastian serta ambiguitas. Para wira- usaha baru dapat dilatih mengenai aktivitas bisnis dalam proses membangun bisnisnya untuk mengembangkan perilaku dalam karir kewirausahaan-nya.

Pihie dan Bagheri (2011) menemukan bahwa dampak langsung dari pendidikan kewirausahaan pada lulusan/sarjana adalah kurangnya motivasi dan kompetensi yang diperlukan untuk penciptaan usaha baru. Dalam penelitiannya menemukan bahwa pelajar di Malaysia memiliki sikap positif terhadap kewirausahaan, dan memiliki tingkat self-eficacy yang sedang saja, tidak terlalu tinggi, walaupun mereka telah

dibekali dengan pengetahuan dan metode mengenai kewirausahaan. Pengukuran di- lakukan dengan instrumen Entreupre-neurial Attitide Orientation (EAO) yang merupakan adaptasi dari Robinson memiliki tingkat

reliabilitas 0,94 dari  (tinggi), dan peng- ukuran entreuprenuerial self-efficacy dilaku- kan dengan instrument adaptasi dari De Noble memiliki tingkat reliabilitas 0,89 dari  (tinggi). Korelasi signifikan antara kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan yang dilaksana- kan oleh pemerintah Malaysia telah efektif dalam pengembangan kewirausahaan yang memposisikan kewirausahaan sebagai sa- rana krusial bagi kondisi sosio ekonomi Negara untuk kemudian berfokus dalam peningkatan self-esteem pelajarnya. Idealnya memang motivasi berwirausaha dan kompe- tensinya dapat sangat dipengaruhi oleh sikap pengajarnya dan self-efficacy kewira- usahaan. Dibalik itu semua, juga ditemukan bahwa hanya sedikit pengetahuan mengenai sikap kewirausahaan dan self-efficacy kewira- usahaan pada para guru, karena umumnya yang menjadi obyek studi adalah para peserta didik di berbagai jenjang pendidi- kan, bukan pengajarnya. Hal tersebut lah yang mendasari penelitian Pihie dan Bagheri, yang mengkhususkan pada popu- lasi guru sekolah kejuruan dan pada pendidikan vokasi. Merode penelitian survei yang digunakan untuk mengetahui sikap kewirausahaan dan self-efficacy para guru menemukan bahwa sikap kewirausahaan yang dimiliki para guru sama konsistennya dengan para pelaku wirausaha, dan mereka memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi. Labih khusus lagi dapat dinyatakan bahwa para guru yang memiliki skor tinggi pada dimensi sikap kewirausahaan, kecuali pada hal–hal pengaruh: self-esteem dan perilaku, pengendalian diri, kesadaran akan pengen- dalian diri, dan perilaku inovatif. Para guru memiliki sikap positif terhadap kewira- usahaan dan memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi namun anak

didiknya

406 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

ditemukan kurang termotivasi untuk ber- diajarkan sejak dini. Dengan melekatkan wirausaha dan kurang memiliki kompetensi

entrepreneurial qualities pada system pen- kewirausahaan. Hal tersebut terjadi karena

didikan, maka akan menciptakan kesadaran para guru membangun sikap positif ter-

bahwa berwirausaha merupakan pilihan hadap kewirausahaan dan self-efficacy-nya

profesi di kemudian hari, mengingat umum- berdasar pada pelatihan (practices in the

nya seseorang memulai bisnis mandiri pada classroom ).

usia 25-40 tahun. Middleton (2010) mem- Nitu dan Feder (2012) melakukan studi

bahas mengenai bagaimana perkembangan entreupreneurial framework, national framework

dan fasilitasi perilaku kewirausahaan di dan innovation di UMKM Rumania. Ke-

universitas bagi pelaku wirausaha baru, rangka kerja Eropa mengenai inovasi

mengingat pada umumnya perilaku tersebut didominasi oleh asumsi mengenai sasaran

diterapkan dalam aktivitas usaha mandiri Lisbon Strategy, sehingga penelitian mereka

yang coba-coba, belum sepenuhnya diniat- merupakan usulan model bagi proses

kan. Kemudian Pihie dan Bagheri (2011) kewirausahaan di Rumania yang tergantung

menemukan bahwa pelajar di Malaysia pada tahap pengembangan ekonomi dan

memiliki sikap positif terhadap kewira- tingkat persaingan dalam negara. Kedua hal

usahaan dan tingkat self-eficacy yang mode- tersebut pun tergantung pada dimana di

rat walaupun telah dibekali dengan penge- tangkaikan, keadaan kerangka kewirausa-

tahuan dan metode kewirausahaan. Peng- haan itu sendiri dan kewirausahaannya, dan

ukuran dilakukan dengan instrumen output kewirausahaan dan inovasi untuk

Entreupreneurial Attitide Orientation (EAO) UMKM. Ternyata pada korelasinya ditemu-

yang merupakan adaptasi dari Robinson dan kan bahwa national framework cukup mem-

pengukuran entreuprenuerial self-efficacy di- pengaruhi secara positif dan signifikan

lakukan dengan instrument adaptasi dari De terhadap entreupreneurial framework (0,757)

Noble. Korelasi signifikan antara kedua dan antara entreupreneurial framework dengan

variabel tersebut menunjukkan bahwa pen- innovation output (0,796). Terdapat hubungan

didikan kewirausahaan yang dilaksanakan antara national framework and innovation

oleh pemerintah Malaysia telah efektif output (0,358) dan antara entrepreneurial

dalam pengembangan kewirausahaan yang behavior dengan innovation output (0,426).

mana hal tersebut memposisikan kewira- Sementara itu terdapat hubungan negative

usahaan sebagai sarana krusial bagi kondisi antara national framework dan entreupreneurial

sosio ekonomi Negara untuk kemudian framework (-0,079) dan antara entrepreneurial

berfokus dalam peningkatan self-esteem framework dengan entrepreneurial behavior

pelajarnya. Nitu dan Feder (2012) pada studi (-0,187). Adanya insfrastruktur yang me-

mengenai entreupreneurial framework, national madai, pendidikan dasar, dan kesehatan

framework dan innovation pada UMKM yang bagus merupakan starting points yang

Rumania menemukan bahwa national frame- menjamin kondisi kerangka kewirausahaan

work cukup mempengaruhi secara positif berkaitan dengan efisiensi dan inovasi.

dan signifikan terhadap entreupreneurial Faktor–faktor yang kompetitif tersebut se-

framework (0,757) dan antara entreupreneurial cara positif mempengaruhi peran kewira

framework dengan innovation output (0,796). usahaan dan aktivitas kewirausahaan secara

Terdapat hubungan antara national frame- alami dai dalam negara.

work and innovation output (0,358) dan antara Kuip dan Verheu (2003) berupaya me-

entrepreneurial behavior dengan innovation mahami peran pendidikan kewirausahaan

output (0,426). Sementara itu terdapat dalam pengembangan entrepreneurial quali-

hubungan negative antara national framework ties secara kualitatif, dan menyimpulkan

dan entreupreneurial framework (-0,079) dan bahwa karakteristik kewirausahaan cende-

antara entrepreneurial framework dengan rung bersifat personal dan seharusnya

entrepreneurial behavior (-0,187).

Pembentukan Green Entrepreneurial Behavior... – Anisah, Wandary

Cavus, et al. (2014) mendefinisikan perbedaan terhadap dasar perilaku ber- entrepreneurial behavior sebagai studi ke-

wirausaha secara hijau antara mahasiswa perilakuan manusia yang terlibat pada

jurusan Akuntansi dan Manajemen yang upaya mengenali dan memanfaatkan secara

mengambil Mata kuliah Kewirausahaan maksimal/eksploitasi peluang melalui pen-

pada TA 2014/2015 untuk dapat menerap- ciptaan dan pengembangan ventura baru

kan nilai-nilai GEB (H a ). sama halnya seperti mengeksplorasi dan menciptakan peluang sambil berada dalam

METODE PENELITIAN

proses membuat organisasinya. Maka, pada Lokasi penelitian berada di dalam dasarnya terdapat pembeda utama perilaku

lingkungan FEB-Unlam, Jl. Brigjen Hasan wirausaha dibandingkan dengan perilaku

Basry Banjarmasin, 70123. Fakultas Ekono- dagang, yakni pada keberadaan orientasi

mi Universitas Lambung Mangkurat, yang pertumbuhan. Sebagai studi perilaku, me-

sejak 2014 menjadi Fakultas Ekonomi dan nentukan jenis kepribadian bagi pelaku

Bisnis, didirikan atas dasar PP No.41/1960 wirausaha cukup sulit. Mc Clelland dalam

tanggal 29 Oktober 1960, berkedudukan di Cavus (2014)

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. karakteristik pribadi dasar dari perilaku

mengajukan

beberapa

Fakultas ini secara resmi dibuka pada 3 wirausaha, yakni: (1) High need for achieve-

Oktober 1961 oleh Prof. Dr. Ir. Tojib ment. K hususnya bagi pemenuhan kebutuh-

Hadiwidjaja selaku Menteri Perguruan an untuk sukses, untuk berprestasi, dan

Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Perubahan untuk mencapai tugas yang menantang bagi

nama fakultas adalah penting, yang tidak pelaku wirausaha yang berorientasi pada

hanya untuk mengakomodasi program pertumbuhan mengarahkan mereka pada

studi Manajemen dan Akuntansi yang hasrat kuat untuk mandiri; (2) Low need to

tidak ternaungi dengan nama Fakultas conform. Pelaku wirausaha yang ber-

Ekonomi saja, namun juga secara jangka orientasi pada pertumbuhan memiliki ke-

panjang untuk kepentingan memasuki cenderungan untuk menyimak, namun

komunitas internasional. Perubahan nama jarang melaksanakannya. Mereka cenderung

Fakultas Ekonomi (FE) menjadi Fakultas menggunakan unpopular course of action;

Ekonomi dan Bisnis (FEB) telah juga ( 3) Persistence. Pelaku wirausaha yang ber-

disepakati bersama dalam Forum Dekan orientasi pada pertumbuhan sangat berfokus

Fakultas Ekonomi di Universitas Cendra- pada kesuksesan usahanya sehingga sangat

wasih, Papua pada bulan Desember 2012 memperhatikan detil dan dengan kuat

yang lalu (Profil FE UNLAM, 2014). berusaha untuk menjadi lebih mampu

Penelitian ini menggunakan jenis pe- menghasilkan laba; (4) High energy level. Hal

nelitian kuantitatif dengan pendekatan tersebut diperlukan sebagai kapasitas upaya

ststistik Non Parametrik. Teknik pengum- yang berkesinambungan; (5) Risk taking

pulan data primer yang digunakan adalah tendency. Pelaku wirausaha yang berorien-

kuesioner, yang mana respondennya di- tasi pada pertumbuhan sangat yakin pada

tentukan dengan teknik Stratified Random kemampuannya untuk berprestasi, bahwa

Sampling, yang mana oleh Singarimbun dan mereka tidak melihat banyaknya kemungki-

Effendi, (2011) dinyatakan sebagai sistem nan untuk gagal. Jadi, mereka menerima

pengambilan sampel yang dibagi menurut risiko dan menganggapnya motivasional.

lapisan atau kelompok tertentu dan masing- Dengan demikian, stimulan pendidikan

masing kelompok memiliki populasi untuk tinggi berperan dalam mendorong peserta

diambil sejumlah sampel. Populasi peneliti- didiknya untuk menentukan sikap ber-

an ini adalah mahasiswa FEB Unlam yang wirausaha dan berperilaku hijau pada

memilih untuk menempuh mata kuliah khususnya, sehingga hipotesis yang akan

Kewirausahaan dalam kurun waktu pe- diuji dalam penelitian ini adalah: Terdapat

nelitian, yakni pada Semester Gasal TA

408 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

2014/2015, yang ada pada 2 jurusan yaitu lakukan dengan bantuan IBM SPSS Statistic jurusan Akuntansi dan manajemen. Dengan

vesion 19 for Windows Program termasuk pada rekapitulasi terlihat pada Tabel 3.

uji validitas dan reliabilitas instrument pe- nelitian. Uji Mann-Whitney Uji hipótesis

Tabel 3

digunakan dengan asumsi bahwa hipótesis

Populasi Penelitian

penelitian bertujuan untuk menguji beda 2 kelompok sampel yang menerima treatment

No Jurusan

Kelas

Jumlah

berbeda pada konteks yang sama, yakni

perbedaan literatur mata kuliah Kewira-

Genap

usahaan dalam upaya mengidentifikasi ke-

2 Manajemen

A 64 beradaan prinsip-prinsip GEB yang di-

B 32

sampaikan secara tersirat dalam pertemuan

C 36 perkuliahan.

Jumlah

Sumber: Bagian Akademik FEB Unlam, 2014

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini ditujukan untuk menge- Jumlah sampel/responden kontributor data

tahui apakah terdapat perbedaan dasar primer penelitian diperhitungkan seperti

terlihat pada Tabel 4. perilaku kewirausahaan yang hijau/GEB antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan

Jenis data dalam penelitian ini adalah Manajemen yang mengambil Mata kuliah

data ordinal, karena penggunaan skala Kewirausahaan pada TA 2014/2015 untuk dalam instrument adalah mengkuantatifkan dapat menerapkan nilai-nilai GEB. Sebagai data kualitatif melalui skala Likert. Sumber awalan guna mencapai tujuan tersebut data penelitian adalah: 1) Data sekunder adalah mengetahui bahwa pendidikan yang diperoleh dari fakultas dan literatur kewirausahaan di FEB Unlam secara formal lain yang relevan dengan topik penelitan., dilaksanakan melalui penyampaian mata dan 2) Data primer yang diperoleh langsung

dari hasil isian kuesioner responden pada kuliah Kewirausa-haan sebagai mata kuliah wajib bagi semua jurusan baik jurusan

kurun penelitian, yakni Semester Gasal Manajemen, Akuntansi, dan Ilmu Ekonomi

Tahun Ajaran 2014/2015 di FEB Unlam Banjarmasin pada Jurusan Manajemen dan

Studi Pembangunan, walaupun pada kenyataan masih diterpkan hanya pada 2

Akuntansi. Selanjutnya, deskripsi data jurusan saja, yakni Jurusan Akuntansi dan

mentah dan uji hipotesis penelitian di-

Manajemen.

Tabel 4 Data Sampel Penelitian

Jumlah

1+(N x N/ (1 + (N x Jml Jurusan/ Kelas

Nx

Populasi e²

28 Manjemen/ B

Manajemen/ A

14 Manajemen/ C

15 Akuntansi/ Ganjil

35 Akuntansi/ Genap

Total Manajemen

Total Akuntansi

Sumber: data primer diolah (2014)

Pembentukan Green Entrepreneurial Behavior... – Anisah, Wandary

Mata kuliah Kewirausahaan di FEB sebut, diasumsikan bahwa mahasiswa yang Unlam menyampaikan wacana teori dan

ada pada usia produktif tersebut memiliki praktek, yang mana teori-teori kewira-

daya juang yang kuat untuk kreatif dan usahaan yang diberikan kepada mahasiswa

berwirausaha, dengan mempertimbangkan berperan untuk membekali mahasiswa

ketidak mampuan pasar tenaga kerja me- mereka sebelum melakukan tindakan ke-

nyerap angkatan kerja yang ada. wirausahaan atau implementasi kewirausa-

Karakteristik responden berdasar pada haan di lapangan. Oleh karena itu, setelah

Angkatan/tahun masuk kuliah, menunjuk- lulus mahasiswa diharapkan untuk (di-

kan bahwa 90,9% mahasiswa adalah angkat- tuntut) mendirikan atau menjalankan suatu

an 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha sehingga mereka sungguh-sungguh

mayoritas mahasiswa yang menempuh mata berperan dalam hal penyediaan lapangan

kuliah Kewirausahaan adalah mahasiswa kerja bagi angkatan kerja yang ada.

baru, bukan mahasiswa yang melakukan re- Karakteristik responden berdasar jenis

course. Pada komposisi tersebut dapat di- kelamin dibagi dalam 2 (dua) kategori dari

asumsikan bahwa mayoritas mahasiswa 121 responden (37,2%) laki-laki dan 62,8%

pada angkatan sebelumnya memperoleh wanita. Mereka adalah mahasiswa yang

nilai yang qualified untuk tidak kembali me- sedang menempuh mata kuliah Kewirausa-

nempuh ulang mata kuliah Kewirausahaan. haan. Mengingat bahwa mata kuliah Ke-

Kondisi tersebut menceminkan mahasiswa wirausahaan masih merupakan mata kuliah

menerima dan cukup menguasai materi wajib, belum merupakan mata kuliah pe-

Kewirausahaan sehingga kelak dapat me- minatan, hal ini menunjukkan bahwa maha-

nerapkan nilai-nilai secara praktis. siswa baru yang wajib menempuh mata

Karakteristik responden berdasar pada kuliah Kewirausahaan di semester 3 adalah

status kewirausahaannya menunjukkan bah- mahasiswa wanita. Keadaan tersebut belum

wa mayoritas mahasiswa sebesar (79,3%) mencerminkan intensi terhadap kewira-

belum berwirausaha atau memiliki usaha usahaan, namun menyiratkan bahwa wanita

baik sendiri atau menjalankan usaha orang memiliki berkedudukan setara untuk mem-

lain dan sisanya yang telah memiliki/ peroleh pendidikan tinggi.

memulai usaha bisnis mandiri. Bagi yang Karakteristik responden berdasar usia

belum memiliki usaha, setelah mereka mem- berada pada rentang 17 hingga 22 tahun dari

peroleh pendidikan kewirausahaan diharap- 121 responden dengan komposisi terbesar

kan dapat mengaplikasikan dalam kehidup- (69,4%) usia 19 tahun, (14,9%) usia 18 tahun,

an mereka dengan membuka usaha sendiri. (10,7%) usia 20 tahun dan sisanya pada

Dengan demikian, mata kuliah Kewira- kelompok usia 17, 21, dan 22 tahun. Pada

usahaan yang disampaikan, diharapkan dominasi usia yang terjadi, mahasiswa

mampu menggugah motivasi berwirausaha mengalami masa tumbuh kembang pada

mahasiswa.

menjelang akhir masa pemerintahan Orde Karakteristik responden berdasar pada Baru, yakni menjelang tahun 1998 yang

profesi orang tua/wali menunjukkan bahwa mana pada kurun waktu tersebut stabilitas

mayoritas orang tua/wali mahasiswa adalah ekonomi, sosial dan politik memasuki kon-

pegawai (45,6%), baik swasta (25,6%) mau- disi yang rentan sebelum akhirnya nilai

pun sipil (20%), sedangkan yang murni Rupiah terhadap USD jauh melemah dan

dinyatakan berwirausaha hanya (38%), dan terjadi krisis multidimensi. Mereka me-

sisanya adalah profesi lainnya yang tidak nyaksikan perjuangan orang tuanya di masa

mereka sebutkan. Hal ini menjadi per- perekonomian yang sulit dimana harga

timbangan bahwa latar belakang profesi produk cenderung naik akibat lemahnya

orang tua/wali merupakan stimulan bagi nilai tukar Rupiah. Melalui stimulan ter-

mahasiswa yang mana mempengaruhi

410 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 19, Nomor 3, September 2015 : 397 – 415

persepsi mahasiswa terhadap aktivitas ini df = 18-2 = 16 dengan r-hitung yang wirausaha sebagai pilihan profesi.

diketahui melalui uji statisitik. Pada tingkat Perhitungan deskripsi statistik pada

signifikansi 10% maka nilai r-Tabel yang tanggapan respondent terhadap item–item

diperoleh adalah 0,400 (r-tabel = 0,400). Uji dalam kuesioner guna mengetahui variasi

validitas dilakukan 2 putaran, karena pada tanggapan responden menemukan bahwa

putaran pertama masih terdapat item yang pada 121 responden, rerata skor GEB adalah

tidak valid. Putaran ke-2 menghasilkan item 4,1267 dengan standar deviasi 0,3369. Stan-

yang valid bagi pengujian lanjutan dengan dar deviasi rerata skor GEB tersebut di-

nilai alpha 0,797. Dengan demikian, uji pertimbangkan sebagai kecil variasinya,

hipotesis dilakukan berdasar pada data yang karena tidak melebihi 20% nilai mean, yakni

valid dan reliabel dengan menggunakan uji 0,82534. Dalam pendekatan penelitian ini,

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25