LAPORAN KOMODITAS TEMBAKAU DI JEMBER JAW

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMODITAS TEMBAKAU

Oleh:
Golongan A/ Kelompok 3
1. Ekan Novi Pangestu

(151510501230)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAK ULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tembakau (Nicotina tabacum L.) adalah tanaman perkebunan yang
memiliki nilai jual yang tinggi meskipun banyak pertentangan tentang tanaman
tembakau. Tembakau memiliki fungsi yang sangat besar bagi jutaan rakyat

Indonesia mulai dari petani hingga pekerja buruh di pabrik rokok. Tembakau
diolah menjadi rokok serta menghasilkan devisa yang tinggi bagi negara karena
bea cukainya, ada beberapa negara yang melarang penggunaan produk yang
memiliki kandungan nikotin. Tembakau di Indonesia berkembang sejak jaman
kolonial Belanda, banyak gudang tembakau yang merupakan peninggalannya.
Jenis tembakau yang ada di Jember saja sudah beragam, harga dari komoditas
tembakau sangatlah ditentukan oleh kualitas dan kuantitas, karena tembakau hasil
panennya berupa daun. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
tembakau, bisa faktor lingkuangan maupun bukan faktor lingkungan.
Tanaman tembakau adalah tanaman perkebunan semusim yang dapat
dipanen berkali-kali. Tanaman tembakau merupakan tanaman dengan akar
tunggang yang memiliki batang bulat serta pada batangnya banyak terdapat bulu
halus yang lengket jika dipegang. Daunnye memiliki bentuk runcing dan lonjong,
serta berwarna hijau segar pada saat muda dan berubah menjadi coklat ketika
sudah dioven. Tembakau memiliki bunga yang beberbentuk seperti trompet
dengan warna kuning kemerahan, biji tanaman tembakau warnanya coklat hingga
hitam dengan ukuran yang sangat kecil sekali dan bentuknya bulat. Ketika
dilakukan penyemaian, maka biji harus dicampur dengan abu atau air agar pada
saat penyebarannya bisa maksimal.
Faktor iklim harus diperhatikan penuh dalam budidaya tembakau guna

meningkatkan kualitas serta kuantitas tembakau (Dongfeng et al., 2014). Iklim
berpengaruh pada suhu, kelembapan, cahaya matahari serta kecepatan angin. Suhu
yang optimal bagi pertumbuhan tembakau yaitu sekitar 21-28ºC, jika suhu yang
terlalu rendah maka pertumbuhan daun akan terhambat, sementara itu jika suhu
terlalu panas maka tanaman banyak melakukan evapotranspirasi sehingga

tanaman mampu menjadi layu. Kcepatan angin berpengaruh pada daun, karena
jika angin semakin cepat daun bisa terlipat dan sobek, ini sangat bahaya untuk
tembakau cerutu serta angin yang kencang mampu merobohkan tanaman. Teknik
pasca panen pada tiap jenis tembakau itu berbeda, pada beberapa petani tembakau
sigaret pada umumnya dirajang terlebih dahulu kemudian dijemur, sementara itu
pada tembakau cerutu dioven terlebih dahulu kemudian diolah. Teknik
pemanenan yaitu dengan memetik beberapa helai dan kemudian dilakukan
kegiatan pasca panen yaitu sujen dan pengovenan pada gudang pengering.
Pengovenan pada umumnya banyak diguanakan dengan menggunakan kayu pada
gudang yang terbuat dari bangunan yang memiliki tingkkat pertukaran udara yang
tinggi.

1.2 Tujuan
1.


Mampu memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman tembakau

2.

Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen
budidaya yang baik bagi tanaman tembakau.

BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan acara “Komoditas Tembakau”
dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Desember 2017 pukul 06.00 WIB-selesai
bertempat di Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.

2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Kamera (HP)
2. Alat tulis


2.2.2 Bahan
1. Kertas kuisioner

2.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menentukan lokasi areal pertanaman tembakau yang akan dijadikan sebagai
areal observasi lapang budidaya tanaman tembakau.
2. Melakukan kegiatan observasi lapang budidaya tembakau dengan mengajukan
beberapa pertanyaan pada kuisioner di areal pertanaman tembakau.
3. Mewajibkan mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.
4. Mengharuskan

membuat

laporan

tertulis

dan

mewajibkan


mempresentasikannya setelah kegiatan observasi selesai.

2.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang digunakan yaitu mewawancarai petani terkait
budidaya tanaman tembakau.

2.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada praktikum yaitu menggunakan analisa
data deskriptif

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
A. Profil Petani Kebun
No Uraian

Keterangan

1


Nama Petani

Boiman

2

Foto Petani

3

Foto Areal
Pertanaman

4

Hari/waktu/tanggal
pelaksanaan

Sabtu/08:00/9 Desember 17


5

Jenis Tembakau

N-Oogst

6

Lokasi Areal
Penanaman

Rt : 04 /Rw : 02, Ds Kesilir, Kec Wuluhan, Jember

7

Luas Areal
Penanaman

500 m²


B. Sejarah Penggunaan Lahan dan Tanaman
No

Uraian

Keterangan

1

Mulai penggunaan lahan
untuk tanaman Tembakau

Akhir Agustus

2

Penggunaan lahan
sebelum tanaman
tembakau


Padi

3

Jumlah Pohon

±1000 pohon

4

Varietas tanaman
tembakau yang ditanam

Besuki

5

Asal usul bahan tanaman


Mmebenihkan sendiri

6

Jarak tanam

100 x 50

7

Sistem pengolahan lahan

Pembajakan dengan rotari

8

Pelaksanaan punggel dan
wiwil/suli

Tidak ada


C. Pelaksanaan Pemupukan Tanaman
No

Uraian

Keterangan

1

Jenis Pupuk

Urea, Saprodap, KS

2

Waktu Pemupukan

H+15, H+30

3

Sistem Pemupukan

Disebar diantara jarak tanam, kemudian
diari dengan diesel

4

Biaya Penggunaan Pupuk

1.325.000

D. Pelaksanaan Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma
Pengendalian Hama Utama,
Penyakit utama, dan Gulma
Utama

Keterangan

Hama Utama /Potensial
1

Jenis Hama

Ulat, Kutu daun

2

Saat serangan

Pembibitan hingga menjelang panen

3

Intensitas Serangan

Ulat tinggi, kutu rendah

4

Macam Pengendalian

Fisik : ulat
Kimia : ulat dan kutu

5

Biaya Pengendalian

300.000

6

Biaya Tenaga kerja
pengendalian hama

Disemprot sendiri

Penyakit Utama / Potensial
1

Jenis penyakit

Lanas, tol-tol, TMV

2

Saat serangan

Lanas 2 mst, TMV & Tol-tol 5 mst

3

Intensitas Serangan

Tol-tol tinggi, TMV & Lanas rendah

4

Macam pengendalian

Kimiawi dan mekanik

5

Biaya pengendalian

100.000

6

Biaya tenaga kerja
pengendalian penyakit

Disemprot sendiri

Gulma Utama/potensial
1

Jenis Gulma

Rumput teki, bayam duri dan cakar ayam

2

Saat seranggan

Sejak awal tanam hingga akhir panen

3

Intensitas serangan

Rumput teki tinggi, cakar ayam rendah dan
bayam duri sedang

4

Macam pengndalian

Kimiawi dan mekanik

5

Biaya pengendalian

100.000

6

Biaya tenaga kerja
pengendalian gulma

Disemprot sendiri

7

Total biaya pengendalian
hama penyakit dan gulma
pada budidaya tembakau

Rp 500.000

E. Panen dan pengolahan pasca panen
1

Waktu panen

Akhir Oktober

2

Sistem pemanenan

Berkala, 9 kali panen

3

Umur tanaman saat
dipanen

± 55 hst

4

Jumlah tenaga kerja
(HKO)

8

5

Biaya tenaga kerja (HKO)

35.000

6

Teknik proses pasca panen

Diopen pada gudang pengering

7

Produksi terakhir

0,75 kw

8

Harga

Tergantung tingkatan/kualitas

9

Penjualan kepada

Tengkulak tembakau

F. Transfer Teknologi
No

Macam Teknologi

Diperoleh dari

1

Petani melaksanakan
teknologi untuk
pengelolaan pertanaman
tembakau

Dengan menggunakan alat mesin pertanian
untuk mengolah tanah dan mesin diesel
untuk mengambil air.

2

Teknologi budidaya
diperoleh dari

Petani sendiri

3

Teknologi panen dan pasca

Dengan mengovennya pada gudang

4

panen

pengering

Teknologi prosesing
diperoleh dari

Petani sendiri

G. Penghasilan diluar tanaman tembakau
No

Macam penghasilan

1

Menggarap sawah /buruh
tani

2

Supir

3

Ternak

4

Lain-lain(........................)



H. Macam Kelembagaan petani yang menyangkut tanaman tembakau
No

Macam kelembagaan

1

Kelompok Tani

-

2

Koperasi tani

-

I. Peran lembaga pemerintahan/swasta menyangut tanaman tembakau
no

Macam Kelembagaan

1

Disbun

Melakukan penyuluhan

2

Bank/ Lembaga Keuangan

Untuk penyedian modal

3

Eksportir

Penjualan tembakau dari petani

4

Universitas

Melakukan penelitian dan pengenmbangan

5

Lain- lain

-

J. Inovasi dan Permasalahan Budidaya Tanaman Tembakau
a. Inovasi
Dalam melakukan pengolahan tanah, harus menggunakan traktor untuk
membajaknya agar tanah menjadi gembur serta populasi gulma menurun.
Dalam melakukan pasca panen dengan cara pengovenan dengan api di
gudang pengering.

b. Permasalahan Budidaya Tanaman Tembakau
Harganya yang sangat ditentukan oleh kualitas sehingga dibutuhkan iklim yang
mendukung, akan tetapi sekarang iklimnya yang sering sulit untuk diramalkan
dan berubah-ubah, sehingga banyak penyakit yang menyerang tembakau.

2.1 Pembahasan
Tembakau adalah tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah Jember
karena memiliki karakteristik wilayah yang cocok untuk perkebunan tembakau.
Tembakau merupakan tanaman yang membutuhkan suhu optimum sekitar 27º C,
curah hujan merupakan keadaan iklim yang sangat berpengaruh besar terhadap
kelaitas dan kuantitas, karena hujan dapat berpengaruh terhadap perkembangan
penyakit serta ketebalan daun. Tekstur tanah yang diinginkan oleh tanaman
tembakau yaitu tanahy yang gembur serta yang memiliki pori yang baik untuk
sirkulasi udara serta jalannya air di tanah yang dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.Tembakau pada dasarnya merupakan tanaman yang dapat
tumbuh dengan baik pada iklim kereing, kecepatan angin pada suatu wilayah
sangat berpengaruh terhadap daun tembakau, karena angin yang terlalu kencang
berpengaruh pada terlipatnya daun serta dapat menyobekkan daun dan
merobohkan tanaman. Proses penyinaran matahari sangat dikehendaki oleh
tanaman tembakau, karena apabila penyinarannya kurang dapat berpengaruh
terhadap produktifitas dan hasil tanaman. Tanaman tembakau dapat tumbuh di
daerah dataran rendah maupun tinggi dengan rentang antara 0-900 mdpl.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 Desember
2017 pada bapak Boiman, yang bertempat di desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan,
Kabupaten Jember. Daerah di Jember Selatan memiliki potensi untuk
menghasilkan tembakau cerutu dengan mutu tinggi (Djajadi., 2008). Jenis
tembakau yang beliau tanam yaitu Na-Oogst dengan luas areal penanaman sekitar
500 m². Beliau menyukai budidaya tanaman tembakau karena sangat
menguntungkan bila dilakukan pada musim yang tepat dengan perlakuan yang
baik. Informasi dalam budidaya tanaman tembakau diperoh dari beliau yang
sudah bercocok tanam tembakau sejak tahun 90’an yang dilakukannya secara
otodidak dan mandiri.
Lahan tembakau beliau gunakan semenjak akhir bulan Agustus, karena
pada wilayah tersebut pada waktu itu curah hujan yang rendah dibandingkan
dengan bulan-bulan lainnya pada tahun yang sama. Sebelum menanam tembakau,
komoditas yang sering ditanam yaitu padi, sehingga setelah padi dipanen maka

dapat dilakukan pengolahan tanah untuk tembakau. Jumlah pohon sekitar 1000
pohon dengan jarak tanam 100x50 cm, jarak tanam tersebut sangat optimum
mengingat tanaman tembakau memiliki tajuk yang sangat lebar sehingga daun
tembakau dapat berkembang dengan baik pada jarak tersebut. Varietas yang
ditanam yaitu Besuki, bibit didapatkan oleh petani dengan persemaian sendiri
pada bedengan kemudian bibit di transplanting pada media polybag kecil,
sehingga ketika ditanam kembali di lahan, akar sudah terbentuk dengan baik pada
saat pembibitan, dan mengurangi tingkat kematian pada saat di lahan. Pengolahan
tanah dilakukan dengan menggunakan bajak rotari sehingga tanah dapat terbalik
dengan sempurna dan gulma menjadi mati. Karena ini adalah tembakau Na-Oogst
maka tidak dilakukan kegiatan punggel atau wiwil.
Pemupukan dilakukan guna menambah unsur hara yang hilang karena
diserap tanaman juga untuk menambahkan unsur hara yang belum ada pada tanah.
Pemupukan dapat meningkatkan kuliatas tanaman serta mampu meningkatkan
pendapatn dari petani tersebut (Rumaskam dan Yuwono., 2002). Pupuk yang
digunakan oleh petani yaitu pupuk Urea, Saprodap dan KS. Pupuk urea
merupakan pupuk tunggal dengan kandungan 46% N sehingga mampu membuat
daun menjadi lebih rimbun, segar dan berwarna lebih hijau serta meningkatkan
pertumbuhan pada tinggi tanaman. Saprodap merupakan pupuk majemuk dengan
kandungan N 16% P2O5 20% S 12%, sehingga memiliki fungsi pada tanaman
untuk meningkatkan warna daun, meningkatkan pertumbuhan serta kekuatan pada
batang tembakau. Pupuk KS (Kalk Salpeter) adalah pupuk yang memiliki
kandungan N 15,5%, NO3N 14,4 %, Kalsium 19% dan NH4N 1,1 %. Pupuk KS
memiliki fungsi untuk tanaman yaitu untuk meningkatkan elastisitas dan
kehalusan pada daun, serta memperbaiki pada sistem perakaran, kalsium pada
tembakau berfungsi untuk menghindari tanaman dari daun cacat, tipis, serta
matinya pucuk. Pemupukan pada H+15 adalah dengan menggunakan pupuk
saprodap dan KS, sementara itu pada H+30 menggunakan pupuk urea. Sistem
pemupukannya dengan cara disebar diantara jarak tanam kemudian diairi dengan
menggunakan mesin pompa air diesel, sehingga pupuk yang sudah disebar

langsung terserap ke dalam tanah dan dapat digunakan oleh tanaman. Biaya
pemupukan yang dikeluarkan oleh petani mencapai Rp 1.325.000.
Jenis hama yang menyerang tanaman tembakau antara lain ulat dan kutu
daun. Ulat menyebabkan daun menjadi berlubang-lubang yang dapat mengurangi
kualitas tembakau cerutu. Pada serangan yang parah dapat menyebabkan hanya
tersisa tulang daunnya saja. Kutu daun menyerang daun tembakau dengan
menghisap cairan pada daun sehingga daun menjadi mengkerut, tanaman menjadi
kerdil dan kualitasnya menjadi turun. Serangan ulat terjadi pada fase pembibitan
hingga menjelang panen, akan tetapi pada kutu terjadi ketika pada fase di lahan.
Pengendalian pada ulat dilakukan dengan cara langsung membunuhnya,
pengendalian kimiawi juga dilakukan untuk mengurangi populasi hama ulat dan
kutu daun. Biaya pengendalian hama mencapai Rp 300.000 untuk pembelian
pestisida serta tidak ada biaya tenaga kerja karena disemprot sendiri. Penyakit
yang menyerang tembakau yaitu lanas, tol-tol serta TMV. Serangan tol-tol yang
tinggi, TMV serta lanas yang rendah. Serangan terjadi pada waktu yang berbeda,
pada lanas terjadi ketika tanaman berumur 3 mst, sementara itu pada tol-tol dan
TMV sekitar 5mst. Pengendalian dilakukan secara kimiawi dan mekanik, secara
mekanik dengan cara mencabut tanaman yang terinfeksi serta membuangnya
karena virus, jamur ataupun bakteri mampu menyebar melalui udara serta air.
Ketika kelembapan udara tinggi, maka penyakit mampu berkembang cepat dan
tanaman mampu menjadi busuk (Agustina dkk., 2013). Pengendalian secara
kimiawi dengan aplikasi pestisida dan disemprot oleh petani sendiri, sehingga
biaya untuk pembelian pestisida sekitar Rp 100.000. Jenis gulma yang menyerang
yaitu rumput teki, bayam duri serta cakar ayam. Serangan terjadi ketika sejak awal
tanam hingga akhir panen, intensitas terbesar yaitu pada rumput teki, kemudian
bayam duri dan cakar ayam. Gulma merupakan tanaman yang diluar tanaman
budidaya sehingga mampu menyebabkan kerugian karena bersaing dengan
tanaman utama dalam perebutan unsur hara dan tempat untuk hidup. Pengendalian
secara kimiawi dengan penggunaan herbisida Gramoxon serta untuk mekanik
pada saat pengolahn tanah dengan cara dibalik dengan traktor.nBiaya

pengendalian untuk gulma mencapai 100.000, serta total keseluruhan dari biaya
pengendalian hama, penyakit dan gulma yaitu Rp 500.000.
Waktu pemanenan dilakukan pada akhir bulan Oktober ketika tanaman
berusia sekitar 55 hst, yaitu ketika daun yang pada pangkal batang sudah
menunjukkan siap dipanen dengan ciri tebal, berwarna hijau serta lebar yang agak
besar. Pemanenan dilakukan dengan memetik sekitar 3-4 daun pada setiap
pohonnya dan dilakukan sekitar 9 kali panen secara berkala. Tembakau
kemuadian diangkut dan dilakukan pensujenan (yaitu suatu poroses untuk
menyatukan tembakau pada suatu rafia yang kemudian digantung pada gudang
pengeringan) hingga dilakukan pengovenan. Harga dari tembakau tergantung dari
kualitas, biasanya harga terbaik yaitu pada panen pertengahan, karena daun yang
lebar dan kualitas daun yang ada ditengah juga baik. Daun yang paling bawah
disebut koseran, memiliki harga yang kecil, serta daun paling atas disebut top
karena daun berada pada pucuk, harga pada daun pertengahan biasanya mencapai
Rp 3.000.000/kw. Daun tembakau yang berada ditengah adalah yang berkualitas
terbaik, dau yang atas juga memeiliki kualitas yang baik juga (Birong et al.,
2017). Tenaga kerja yang dipakai mencapai 8 orang dengan biaya 35.000/hari.
Pwnjualan tembakau kering yaitu melalui tengkulak yang datang ke gudang
tembakau dan melakukan negoisasi dengan petani. Produksi terakhir yang
diperoleh mencapai 0,75 kw.
Teknologi yang sudah diterapkan pada saat pertanaman tembakau yaitu
dengan menggunakan alat mesin pertnian seperti traktor pada saat pengolahan
tanah serta mesin diesel untuk mengambil air. Teknologi pada proses budidaya
tembakau merupakan hasil dari pemikiran petani sendiri untuk menggunakan alat
yang lebih canggih dan modern karena dapat mempersingkat waktu dan
ekonomis. Teknologi panen dan pasca panen dilakukan dengan mengovennya di
gudang pengering yang teknologinya berasal dari petani sendiri. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup lainnya, petani juga memiliki penghasilan lain yaitu dengan
beternak ayam. Petani yang bersangkutan tidak bergabung dengan kelompk tani
maupun koperasi tani. Lembaga yang memiliki peran tentang tanaman tembakau
antara lain Disbun, Bank/Lembaga keuangan, Eksportir dan Universitas. Disbun

memiliki fungsi sebagai fasilitator yang memberikan penyuluhan, bank untuk
penyediaan modal, eksportir untuk penjualan tembakau ke luar negari serta
universitas yang melakukan penelitian dan pengembangan. Salah satu strategi
yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing dan mutu tembakau salah satunya
yaitu dengan meningkatkan kegiatan dalam research dan development (Utami
dkk., 2014).
Inovasi yang dilakukan oleh petani yaitu dalam hal pengolahan tanah,
penggunaan traktor akan mengefisien waktu, tanah harus dibajak hingga gembur
dan gulma menjadi terpendam dalam tanah sehingga populasi gulma menjadi
menurun Budidaya tembakau mampu berpengaruh terhadap stabilitas agregat
tanah dan dapat melemahkan tingkat penyerapan air pada tanah apabila dilakukan
dalam jangka panjang (Shan et al., 2017). Dalam melakukan teknik pasca panen
yaitu dengan cara pengovenan dengan api pada gudang pengering. Permasalahan
yang muncul pada budidaya tanaman tembakau yaitu harganya yang dangat
ditentukan oleh kulaitas sehingga dibutuhkan iklim yang mendukung, sekarang
iklimnya sangat mudah berubah sehingga banyak penyakit yang menyerang
tembakau. Adanya serangan penyakit akan dapat menimbulkan kerugian karena
hasil produksi yang menurun kualitas maupun kuantitasnya serta petani harus
mengeluarkan biaya untuk pengendaliannya.

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Tembakau merupakan tanaman perkebunan semusim yang banyak
memberikan kuntungan devisa bagi negara dan keuntungan ekonomi bagi
rakyat yang bekerja di budidaya maupun pengolahan tembakau, akan
tetapi banyak kontroversi mengenai keberadaannya terkait dengan adanya
rokok.
2. Petani masih banyak menggunakan teknik budidaya secra konvensional,
akn tetapi teknik pengolahan pasca panen dilakukan dengan baik.
3. Banyak diperlukan peran dari beberapa lembaga dalam meningkatkan
hasil serta kualitas bagi tembakau, sehingga petani mampu berbudidaya
dengan teknik yang lebih modern.
4.2 Saran
Semoga petani mampu mendapatkan penyuluhan yang baik tentang
budidaya tembakau, dan pabrik pengolahan tembakau mampu memiliki
teknik khusus yang dapat menurunkan kadar nikotin.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, I., M.I Pinem Dan F. Zahara. 2013. Uji Efektivitas Jamur Antagonis
Trichoderma Sp. Dan Gliocladium Sp. Untuk Mengendalikan Penyakit
Lanas (Phytophthora Nicotianae) Pada Tanaman Tembakau Deli
(Nicotiana Tabaccum L.). Online Agroekoteknologi, 1(4):10-23
Birong, L., Z. Chaolong., M. Jun., C. Changhe., W. Yong., X. Yingying., Z. Lin.,
S. Jia and D. Xiaobo. 2017. Effects Of Nitrogen Fertilization And Number
Of Residual Leaves On Structure, Yield And Quality Of Flue-Cured
Tobacco In High Altitude Tobacco-Planting Areas. Tobacco Science &
Technology, 50(4):25-30
Djajadi. 2008. Tembakau Cerutu Besuki-NO : Pengembangan Areal Dan
Permasalahannya Di Jember Selatan. Perspektif, 7(1):12-19
Dongfeng, G., Z. Peeng., B. Wenjie., X. Yingho., T. Zhenfeng., W. Nengru., Y.
Zhongda and S. Junsheng. 2014. Analysis of Climatic Factors for Fluecured Tobacco of Typical Flavor Type at Field Stage. Tobacco Agronomy,
9(1):73-79
Rosmarkam, A dan N.W.
Yogyakarta:Kanisius

Yuwono.

2002.

Ilmu

Kesuburan

Tanah.

Shan, W., M. Ling., L. Hao., C. Hua., S. Wenpan and C. Liangdan. 2017. Effects
Of Soil Aggregates Composition And Stability With Different Planting
Years In Tobacco. Southwest China Journal of Agricultural Sciences,
30(6):1421-1425
Utami, S.W. A. Daryanto Dan H. Rujito. 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing
Tembakau Besuki Na-Oogst
Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu.
Manajemen & Agribisnis, 11(2):100-110

DOKUMENTASI

Gambar 1 : Petani dengan lahannya

Gambar 2 : Foto dengan petani

Gambar 3 : foto di depan balai desa Kesilir