1.5 Batasan Ruang Lingkup - Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

  Dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis pada waktu yang akan datang dan dapat dijadikan sumber bacaan yang dapat menambah wacana baru.

1.5 Batasan Ruang Lingkup

  Penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen pada perusahaan properti dan

  real estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011 - 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Biaya Ekuitas

2.1.1.1 Defenisi Biaya Ekuitas

  Biaya ekuitas menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2009) adalah suatu rate tertentu yang harus dicapai oleh perusahaan untuk dapat memenuhi imbalan yang diharapkan (expected return) oleh para pemegang saham biasa (common

  

stockholders ) atas dana yang telah ditanamkan pada perusahaan tersebut sesuai

  dengan resiko yang akan diterimanya. Biaya ekuitas juga dapat diartikan sebagai suatu tingkat diskonto (discount rate) dari arus kas masa depan yang diharapkan (expected future cash flow) oleh pemegang saham biasa (Yao dan Sun, 2008).

  Biaya ekuitas disini hanya mengacu pada tingkat pengembalian yang merupakan hak investor atas investasinya di perusahaan tertentu (Ross et al.

  1998:404).

  Konsep biaya ekuitas dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya secara riil yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber atau penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari keseluruhan dana

  , 2012:26).

  yang dipergunakan perusahaan tersebut (Karinaputria Biaya modal (cost of capital)dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya hutang

  (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). Biaya hutang cenderung lebih mudah dinilai dibandingkan dengan biaya ekuitas yang cenderung lebih sulit dan harus diestimasi karena tidak ada cara untuk mengamati atau mengetahui secara langsung tingkat return yang diharapkan oleh investor (Susanto, 2012:34).Menurut Ross et al, (2010) dalam Susanto (2012), biaya ekuitas mengacu pada tingkat pengembalian yang diinginkan investor atas investasinya di perusahaan tertentu.

  Berdasarkan definisi di atas, maka biaya ekuitas pada dasarnya merupakan cerminan biaya yang ditanggung perusahaan untuk kepentingan publik (Chancera, 2011).Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengungkap mengenai perusahaan yang tentunya berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan.Oleh karena itu, biaya ekuitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara umum).

  Biaya ekuitas mencerminkan besar ekuitas yang dimiliki perusahaan.Semakin besar biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan maka semakin tinggi pula ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Pontoh, 2008). Pada kondisi seperti ini biasanya perusahaan tidak akan menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya, perusahaan cenderung mengungkap laporan keuangannya tanpa ragu-ragu. Akan tetapi jika biaya ekuitas kecil perusahaan cenderung menutupi laporan keuangannya.

  Tetapi di lain pihak, investor ingin mengetahui kondisi perusahaan pada saat itu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan maka perusahaan dituntut untuk mengungkapkan laporan keuangannya secara lebih luas.

  Jones (2007) salah satu cara menghitung biaya ekuitas adalah dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Penggunaan CAPM relatif mudah sehingga banyak digunakan oleh banyak perusahaan dalam menghitung biaya ekuitasnya. Perhitungan biaya ekuitas dengan menggunakan CAPM adalah sebagai berikut:

  COE = Rf + β (Rm Rf) COE = Rf + β Rp

  Dimana: COE = estimasi cost of equity (biaya ekuitas)

  Rf = risk free rate (tingkat pengembalian dari sekuritas bebas resiko) resiko sistematis dari ekuitas

  =

  β Rm = pengembalian historis dari pasar saham keseluruhan (IHSG)

Rp =market risk premium (selisih pengembalian historis dari pasar saham dengan

  pengembalian dari sekuritas bebas resiko (Rm Rf))

2.1.1.2 Manfaat Biaya Ekuitas

  Menurut Weston dan Brigham (1994) ada tiga alasan mengapa biaya ekuitas merupakan hal penting.Pertama, biaya ekuitas harus diminimalkan untuk memaksimalkan nilai perusahaa.Kedua, biaya ekuitas perlu diestimasi agar manajer keuangan dapat mengambil keputusan di bidang penganggaran barang modal.Ketiga, estimasi biaya ekuitas diperlukan dalam berbagai macam keputusan lainnya yang diambil oleh manajer.

2.1.1.3 Sumber Biaya Ekuitas

  Perusahaan memiliki beberapa sumber dana agar memiliki struktur biaya ekuitas yang optimal. Biaya ekuitas dihitung berdasarkan sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan. Ada 4 sumber dana jangka panjang (Purba, 2012) , yaitu: 1.

  Hutang jangka panjang adalah biaya hutang setelah pajak saat ini untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pinjaman,

  2. Saham preferen adalah deviden saham preferen tahunan dibagi dengan hasil penjualan saham preferen,

  3. Saham biasa atau biaya ekuitas adalah besarnya rate (tingkat nilai, harga, kecepatan perkembangan) yang digunakan oleh investor untuk mendiskontokan deviden yang diharapkan akan diterima pada masa mendatang. Yang dimaksud dengan diskonto adalah jumlah yang dikurangkan dari surat-surat berharga karena diperjualbelikan sebelum jatuh tempo, yang diberikan oleh pembeli karena pembayarannya tunai, cepat, dalam jumlah besar, atau akan dijual kembali, 4. Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan, tetapi ditambahkan pada modal.

2.1.2 Teori Agensi

  Teori agensi (agency theory)adalah teori yang menjelaskan agency

  

relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling,

  1976).Agencyrelationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut agen yang bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga.Pada agency theory yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Pihak prinsipal memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas nama prinsipal dan diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Hartono dan Atahau, 2007).

  Dalam perusahaan yang telah go public, agency relationship dicerminkan oleh hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board ofdirectorsmaupun

  

board of commissioners. Persoalannya adalah diantara kedua pihak tersebut

  seringkali terjadi perbedaan kepentingan.Perbedaan tersebut mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham.Hal inilah biasa dikenal dengan agency problem (Sari, 2010).

  Jensen dan Smith (1984) tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief revision

  

role ). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna

  mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance evaluation role).

  Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham.Prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan terhadap pihak manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas pengambilan keputusan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak memiliki informasi internal perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan. Manajer wajib memberikan informasi yang diketahuinya kepada pihak pemilik, namun informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya sehingga hal ini memacu terjadinya konflik keagenan.Dalam kondisi yang demikian ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information

  asymmetric )(Permanasari, 2010:15).

  Pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang merupakan salah satu dari agency cost.Jensen dan Meckling (1976) adanyamasalah keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri dari:

  1. The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengaawasi perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan 2. The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang merugikan prinsipal.

3. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen karena adanya hubungan agensi.

  Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa asimetri informasi yang terbagi atas dua yakni moral hazard dan adverse selection menghasilkan risiko agensi (agency risk). Investor yang bersifat rasional akan memberikan harga atas risiko agensi ini dalam penentuan biaya ekuitas. Pelaporan keuangan yang dapat diandalkan serta struktur kepemilikan yang baik diyakini dapat mengurangi risiko agensi.

2.1.3 Struktur Kepemilikan

  Menurut Wardhani (2006)menyatakan struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan. Struktur kepemilikan juga menjelaskan komitmen pemilik untuk mengelola dan menyelamatkan perusahaan. Para pihak yang berkepentingan seperti halnya pemilik modal (sebagai principal) bisa mempercayakan kepada para profesional (managerial) untuk mengelola perusahaan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Dalam suatu perusahaan publik terdapat struktur kepemilikan perusahaan, struktur kepemilikan merupakan suatu proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajer perusahaan (kepemilikan manajerial), pihak institusi (kepemilikan institusional), pihak individu (kepemilikan individu), pihak publik/masyarakat (kepemilikan publik), dan pihak pemerintah (kepemilikan pemerintah) (Shinta dan Ahmar, 2011:146).

  Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan.Struktur kepemilikan mencerminkan proporsi kepemilikan perusahaan.

  Dengan kata lain struktur kepemilikan mencerminkan proporsi hak principal (pemilik). Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuanperusahaan. Salah satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang terbagi dalam dua bentuk struktur kepemilikan, yaitu kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan menyebar.Menurut Dallas (2004) dalam Shinta dan Ahmar (2011) menyatakan bahwa: “Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki

  

oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut

memiliki jumlah saham yang relative dominan dibandingkan dengan yang

lainnya.Kepemilikan saham dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar

secara relative merata ke publik, tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah

sangat besar dibandingkan dengan yang lainnya”.

  Berdasarkan teori keagenan, dalam struktur kepemilikan terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan (Rebecca, 2012:1).

  Pemisahan antara fungsi kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menimbulkan kemungkinan terjadinya agency problem yang dapat menyebabkan agency conflict, yaitu konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agent) untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal).Untuk itu diperlukan sebuah kontrol dari pihak luar dimana peran monitoring dan pengawasan yang baik akan mengarahkan tujuan sebagaimana mestinya.

2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial

  Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri (Mahadwartha dan Hartono, 2002).

  Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya managerialownership. Program

  

managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk

  mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts (1992) menjelaskan bagaimana paket kompensasi fixed (gaji) dan contingent (bonus) terbukti dapat digunakan sebagai insentif untuk menyamakan kepentingan manajemen dan pemegang saham.

  Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan sahamdengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan inidiharapkan manajer dapat menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkandividen pada tingkat yang rendah (Dewi, 2008). Dengan penetapan dividen rendahperusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber danainternal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa yang akan datang.

  Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer danpemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut

  

agencyconflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan

  pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham(Jensen dan Meckling, 1976).

  Menurut Shleifer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006)menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnyamemiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemenrendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistikmanajer akan meningkat (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Sehingga menurutJensen dan Meckling (1976) kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaandipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegangsaham luar dengan manajemen.

  Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akanmenimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagaiakibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemenyang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan (Permanasari, 2010).

2.1.3.2 Kepemilikan Institusional

  Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimilikioleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaaninvestasi, dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Menurut Che Hat et al. (dalam Putra, 2013) kepemilikan institusional adalah persentase saham yangdimiliki oleh orang di luar perusahaan terhadap total saham perusahaan.

  Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya- upayapengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku

  

opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk

  memaksimalkan kepentingan pribadinya (Scott dalam Dewi, 2008).

  Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusionalmemiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenanyang terjadi antara manajer dan pemegang saham.Keberadaan investorinstitusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalamsetiap keputusan yang diambil oleh manajer.Hal ini disebabkan investorinstitusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudahpercaya terhadap tindakan manipulasi laba.

  Penelitian Smith (1996) (dalam Suranta dan Midiastuty, 2003) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah strukturpengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh Cruthley et al., (dalam Midiastuty,2004) yang menemukan bahwa

  

monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstitusi biaya keagenan lain

sehingga biaya keagenan menurun dan kinerja perusahaan semakin meningkat.

  Anggraini (2011) menyatakan semakin besar kepemilikan institusional suatu perusahaan akan meningkatkan efisiensi pemakaian aktiva perusahaan. Dengan demikian diharapkan akan ada monitoring atas keputusan manajemen,sehingga mengurangi potensi kebangkrutan. Pengawasan yang optimal mempengaruhi kinerja manajemen untuk bekerja lebih baik dan melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh si pemilik, karena kepemilikan hak suara mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau bahkan sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian mengenai struktur kepemilikan khususnya kepemilikan publik dan kepemilikan institusional yang terfokus pada biaya ekuitas masih sangat sedikit.

  Adapun beberapa penelitian yang menjadi acuan dan referensi bagi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian Susanto (2012)yang berjudul Corporate Governance, Kualitas

  Laba, dan Biaya Ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaptar di BEI.Sampel penelitian sebanyak 98 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009. Dengan variabel kontrol yaitu Market to book ratio (MB): nilai pasar ekuitas dibagi nilai buku ekuitas; Ukuran perusahaan (SIZE): dihitung dengan natural log nilai pasar ekuitas; Arus kas dari aktivitas operasi (STD CFO): dihitung dengan menggunakan rasio standar deviasi arus kas dari aktivitas operasi selama tiga tahun sebelum tahun penelitian terhadap total aset; dan Leverage (LEV): dihitung dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aset.Dengan hasil penelitian bahwa kualitas laba cenderung berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Efektivitas dewan komisaris memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Efektivitaskomite audit cenderung berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Kualitas audit menggunakan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas. Namun tenure KAP terbukti berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas dengan signifikansi marjinal ketika kualitas laba diproksikan dengan earnings variability dan common factor.

  Rebecca (2012) bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap biaya ekuitas dan biaya utang. Penelitian ini menggunakan 3 variabel untuk mengukur tata kelola perusahaan: Indeks tata kelola perusahaan, kepemilikan keluarga, dan kepemilikan institusional. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar 71 di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2008-2010.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang diukur dengan indeks tata kelola perusahaan memiliki dampak negatif yang signifikan pada biaya ekuitas dan biaya utang. Kepemilikan keluarga memiliki efek positif yang signifikan terhadap biaya ekuitas, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya hutang. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas, namun memiliki efek negatif yang signifikan terhadap (biaya hutang) cost of debt.

  Handayani (2007) menganalisapengaruhkepemilikansahaminstitusi, kepemilikansahammanajemen, kepemilikansahampublikdan debt to equity ratio (DER) terhadap return on equity (ROE).Penelitianinididasarkanpadabeberapapenelitianterdahulu yang menunjukkanhasilbervariasiatauadanya research gap dalamobyekpenelitiandenganvariabeltersebut.Sampelpenelitianiniadalahperusahaanin dustrimanufaktur yang sahamnyaterdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) padaperiode 2003-2005 denganjumlahperusahaan 36 perusahaan.Perusahaan yang dipilihsebagaisampeladalahperusahaan yang sebagiansahamnyadimilikiolehmanajemendanolehinstitusi.Sumber data penelitiandiperolehdaripublikasilaporankeuanganperusahaanoleh BEJ yaitu Indonesian Capital Market Directory (ICMD) terbitanTahun 2006 yang merupakanpublikasiterakhirpadasaatpenelitian yang dilakukan. Data penelitian diolahmenggunakanperangkatlunak SPSS, denganteknikanalisisregressi.Hasilanalisamenunjukkanbahwakepemilikansahammana jemendankepemilikansahaminstitusiberpengaruhsignifikannegatifterhadap DER, Kepemilikan saham publik tidaksignifikanterhadap DER sedangkan DER berpengaruhsignifikanpositifterhadap ROE.

  Putra (2013) menganalisapengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan kepemilikanmanajerial terhadap kinerja perusahaan serta dampaknya terhadap nilaiperusahaan.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan di SektorIndustri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2011 sejumlah 141 perusahaan. Sampel diambil dengan teknik pemilihan sampelbertujuan sehingga terpilih 26 perusahaan.Penelitian ini menggunakan datasekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yangdipublikasikan di Bursa EfekIndonesia. Metode analisis dilakukan dengan Analisis Jalur (Path Analysis)dengan bantuan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakanprogram AMOS 19.0. Hasil analisa menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan (SIZE)berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA),kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerjaperusahaan (ROA), kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikanterhadap kinerja perusahaan (ROA), ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruhpositif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), kepemilikan manajerialberpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), dan kinerjaperusahaan (ROA) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).

  Hasilpada analisis jalur menunjukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secaratidak langsung terhadap nilai perusahaan (PBV) melalui kinerja perusahaan(ROA).

  Cempaka (2013) menggunakan populasi perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI.Jumlah populasi adlah 40 perusahaan. Penelitian menggunakan data sekunder berupa annual report tahun 2009-2011 dan IDX Fact Book tahun 2010-2012. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan regresi linear sederhana.Regresi linear berganda digunakan untuk menguji factor- faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure,sedangkan regresilinear sedrhana untuk menguji pengaruh intellectual capital disclosure terhadap cost of

  

equity capital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran

  perusahaan, leverage, tipe auditor berpengaruh terhadap intellectual capital

  

disclosure sebesar 30,8%. Pengujian secara individual membuktikan ukuran

  perusahaan berpengaruh positif terhadap intellectual capital disclosure.Leveragedan tipe auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure.

  

Intellectual capital disclosure berpengaruh signifikan negatif terhadapcost of equity

capital. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan besar yang cenderung memiliki biaya modal yang tinggi dapat menurunkan cost of equity capital melalui peningkatan intellectual capital disclosure.

  Purba (2012) meneliti untuk mengetahui pengaruh tingkat disclosuresecara parsial terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2010.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling dan dari 146 perusahaan diperoleh 33 perusahaan sebagai sampel.

  Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis regresi berganda digunakan dalampengujian hipotesis. Analisis regresi berganda menguji pengaruh pengungkapan sukarela, beta saham, ukuran perusahaan terhadap biaya ekuitas.Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa tingkat disclosure, beta saham dan ukuran perusahaan berpengaruh negartif terhadap biaya ekuitas.

  Huang et al.(2009) meneliti apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi hubungan antara hak-hak pemegang saham dan biaya ekuitas. Penelitian ini meneliti perusahaan tertutup termasuk perusahaan besar Amerika Serikat sebanyak 8.281 perusahaan pada periode tahun 1989-2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial sejalan dengan kepentingan manajer para pemegang saham, yang mengarah mengurangi tingkat agency problem dan biaya ekuitas yang lebih rendah. Selain itu bukti menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial bisa menggantikan hak-hak pemegang saham dalam mempengaruhi biaya ekuitas, membuat hak pemegang saham yang kuat menjadi kurang penting dalam pengaturan kepemilikan manajerial yang tinggi.

  Ringkasan penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu

  No. Nama Peneliti

  Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1.

  Susanto (2012) Corporate Governance , Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

  Dependen:

Kualitas Laba, Biaya Ekuitas

Independen: Efektivitas dewan komisaris (DEKOM), Efektivitas komite audit (KOMAUD), Tenure KAP (AT), Ukuran KAP (BIG 4).

  Kontrol:

Market to book ratio (MB),

Ukuran perusahaan (SIZE),

Arus kas dari aktivitas operasi (CFO),Volatilitasaruskasdariaktiv itasoperasi (STD CFO), Leverage (LEV) Efektivitas komite audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas laba. Efektivitas dewan komisaris dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap kualitaslaba dan biaya ekuitas. Efektivitas komite audit dan tenure KAP berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Kualitas laba berpengaruh negative terhadap biaya ekuitas. Kualitas laba berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas 2.

  Rebecca (2012) PengaruhCorpor ate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang.

  Studi Empiris Pada Perusahaan Dependen:

Biaya Ekuitas, Biaya Hutang.

Independen: Corporate Governance Index (CGI), Kepemilikan Keluarga (FAM), dan Kepemilikan Institusional (INST) Kontrol: Leverage, market to book ratio, kinerja dan ukuran perusahaan, interest coverage ratio.

  Corporate Governance Index berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya ekuitas dan biaya utang. Kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap biaya ekuitas, tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Kepemilikan institusional tidak Manufaktur yang Terdaftar Di BEI. berpengaruh terhadap biaya ekuitas, namun berpengaruh negatip terhadap biaya utang

  3. Handay ani (2007)

  Analisis Pengaruh Proporsi Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Pendanaan Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan.

  Dependen: Return On Equity (ROE) Independen: Kepemilikan Institusi, Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Publik, Debt To Equity Ratio (DER)

  Kepemilikan saham manajemen dan kepemilikan saham institusi berpengaruh signifikan negatif terhadap DER, Kepemilikan saham public tidak signifikan terhadap DER sedangkan DER berpengaruh signifikan positif terhadap ROE

  4. Surya Andika Putra (2013)

  Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan Serta Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan (Studi terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007- 2011)

  Dependen :

Kinerja Perusahaan (ROA), Nilai

Perusahaan (PBV).

  Independen :

Ukuran Perusahaan , Kepemilikan

Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerjaperusahaan (ROA), kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan, kepemilikan manajerialberpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), dan kinerjaperusahaan (ROA) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).

  5. Mahara ni Dian Cempa ka (2013)

  Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure dan Pengaruh nya terhadap Cost of Equity Capital (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di BEI 2009-2011)

  

Dependen : Intellectual Capital

Disclosure dan Cost of Equity

  Capital (Biaya Ekuitas)

Independen : Ukuran

Perusahaan, Leverage , Tipe Auditor

  Secara simultan ukuran perusahaan, leverage, tipe auditor berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure sebesar.

  Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap intellectual capital disclosure .

  Leverage dan tipe auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure.

  Intellectual capital

  disclosure berpengaruh signifikan negatif terhadap cost of equity capital. Perusahaan besar yang cenderung memiliki biaya modal yang tinggi dapat menurunkan cost of equity capital melalui peningkatan intellectual capital disclosure.

  Pengaruh Tingkat Dependen : Biaya Ekuitas Tingkat disclosure,

  6. Wiri

  Independen : Tingkat Disclosure Disclosure beta saham dan ukuran

  Astuti

  

terhadap Biaya perusahaan

  Purba

  Ekuitas Pada berpengaruh negartif

  (2012) Perusahaan terhadap biaya ekuitas.

  Manufaktur yang Terdaftar di BEI

The Effect of Dependen : Biaya Ekuitas Kepemilikan

  7. Henry

  Independen : Hak-hak Pemeang Managerial manajerial sejalan

  Huang

  Owneship and Saham dengan kepentingan

  dan

  Pemoderat : Kepemilikan manajer para pemegang Sareholder Rights

  Xiao-

  on Cost of Equity Mnajerial saham, yang mengarah

  nong Capital

  mengurangi tingkat agency problem dan

  Zhang

  biaya ekuitas yang

  (2009)

  lebih rendah. Selain itu bukti menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial bisa menggantikan hak-hak pemegang saham dalam mempengaruhi biaya ekuitas, membuat hak pemegang saham yang kuat menjadi kurang penting dalam pengaturan kepemilikan manajerial yang tinggi.

2.3 Kerangka Konseptual

  Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan suatu perusahaan terhadap biaya ekuitasperusahaan tersebut.Struktur kepemilikan yang digunakan adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.Sehingga dari penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang disajikan dalam gambar berikut ini:

  Kepemilikan H1

  Manajerial (MOWN) Biaya Ekuitas

  H3 (COE)

  Kepemilikan Institusional (INST)

  H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan, maka tingkat pengungkapan kegiatan dari manajemen semakin besar.Sehingga megurangi asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham minoritas yaitu pihak publik (masyarakat).Dengan keterbukaan informasi dari pihak manajemen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (publik) dalam menanamkan modal. Dengan kata lain, pemegang saham minoritas tidak terlalu mengkompensasi resiko atas dana yang mereka tanamkan di perusahaan tersebut. Dan ini akan berdampak pada berkurangnya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

  Pada kepemilikan institusional, investor institusional diyakini memiliki kemampuan yang lebih untuk memonitor tindakan manajemen dibandingkan dengan investor individual dimana investor institusional tidak mudah untuk diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen. Hal akan menyebabkan berkurang perilaku oportunistik yang mengarah pada agency cost dan biaya ekuitas yang lebih rendah.

2.3.1 Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Biaya Ekuitas

  Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan.Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan.Dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dapat mengakibatkan biaya ekuitas yang lebih rendah, akibat dari efek keselarasan antara

  insider dan outsider (Huang, 2009).

  Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah (Muttaqin, 2013).

2.3.2 Hubungan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas

  Juniarti dan Sentosa (2009) menegaskan bahwa investor institusional memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memonitor tindakan manajemen dibandingkan dengan investor individual dimana investor institusional tidak mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen. Selain itu, investor institusional, yang umumnya juga berperan sebagai fidusiari, memiliki insentif yang lebih besar untuk memantau tindakan manajemen dan kebijakan perusahaan. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya perilaku oportunistik manajemen yang mengarah pada biaya ekuitas yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Huang (2010) membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki dampak negatif terhadap biaya ekuitas perusahaan. Fidyati (2004) menjelaskan bahwa investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional berperan secara aktif dalam corporate governance dengan mengurangi tingkat risiko dari perusahaan tempat mereka menginvestasikan portofolionya melalui pengawasan manajemen yang efektif. Oleh karena itu, kepemilikan oleh investor institusional diduga dapat menurunkan biaya ekuitas perusahaan.

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan kerangka penelitian dan konsep penyusunan hipotesis yang telah dibuat, dapat disusun rumusan hipotesis sebagai berikut: H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap biaya ekuitas pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI.

  H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap biaya ekuitas pada perusahaan properti dan real estate terdaftar di BEI.

  H3 : Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap biaya ekuitas pada perusahaan properti dan real estate terdaftar di BEI.

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2010:18) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainya atau bagaimana pengaruh satu variabel dengan variabel lain. Dengan kata lain desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2012. Laporan keuangan tersebut diperoleh dari website BEI yaitu website perusahaan, IDX Fact Book. Data-data didapat dari ICMD, Yahoo Finance.

  3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Analisis Pengaruh EPS, PER dan M/B terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 98 114

Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

11 113 94

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 113 118

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, dan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

0 31 97

Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan Saham Publik, Profitabilitas dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 25 123

Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

7 47 176

Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Penelitian pada Perusahaan Property Real Estate dan Konstuksi Bangunan yang Terdaftar di BEI 2010-2015)

0 8 1

Peran Pemoderasi Kepemilikan Institusional pada Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak dan Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Akrual

0 0 17

Analisis Pengaruh EPS, PER dan M/B terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12