Smart Tourism Kampung Di Yogyakarta

  

Smart Tourism

Kampung Di Yogyakarta

  Dr.-Ing. Wiya ningsih, ST, MT Fakultas Arsitektur dan Desain

  Universitas Kristen Duta Wacana

  

Abstrak

Trend perkembangan pariwisata di Kota Yogyakarta mengarah pada

tumbuhnya kampung-kampung wisata di perkotaan yang merupakan

dampak dari globalisasi industri pariwisata. Tipe kegiatan pariwisata

berubah dari wisata pasif menjadi interak f yang dapat mengakibatkan

perubahan-perubahan baik secara fisik maupun non fisik yang

dikhawa rkan dapat merusakan pola hidup dan karakteris k kampung

setempat, jika dak dikelola secara cerdas. Oleh karena itu perlu dilakukan

peneli an dengan pendekatan smart city sebagai studi awal untuk

merumuskan strategi perencanaan tata ruang kota yang cerdas dan

berkelanjutan. Peneli an ini dilakukan dengan menggunakan metode

grounded research. Pengambilan data dilakukan melalui data primer dan

data sekunder. Data yang dikumpulkan mencakup enam dimensi smart

city, yaitu: smart economy, smart people, smart governance, smart

mobility, smart environment dan smart living. Data primer diperoleh

melalui pengamatan di lapangan, berupa foto, gambar/sketsa pola ruang

dan infrastruktur kampung wisata dan wawancara dengan responden

mahasiswa dan warga kampung. Hasil peneli an ini menunjukkan bahwa

ngkat kecerdasan kampung wisata dak hanya dinilai dari modernitas

teknologi yang dipergunakan, namun lebih pada kapasitas sumber daya

manusia sebagai pelaku pengembangan kampung wisata.

  Kata Kunci: kampung wisata, Yogyakarta, lokalitas, global, smart city

  PENDAHULUAN

  Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan pariwisata menjadi idola bagi wisatawan asing maupun domes k, karena keunikan kehidupan sosial budayanya. Pola rekreasi yang berubah dari wisata pasif menjadi wisata ak f ikut menumbuhkembangkan berdirinya kampung-kampung wisata di Kota Yogyakarta. Perkembangan kampung wisata sangat dipengaruhi oleh par sipasi warga kampung, yang didukung oleh berbagai pihak, di antaranya adalah pemerintah.

  Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata (PNPM-MP) dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2011, lima kampung wisata, yaitu Dipowinatan, Cokrodiningratan, Tahunan, Kadipaten dan Purbayan, mendapatkan dana pengembangan masing-masing sebesar Rp. 65 juta.

  Kelima kampung wisata tersebut memiliki keunggulan yang beragam. Kampung Dipowinatan menawarkan wisata sosial budaya dengan terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat setempat. Kampung Cokrodinigratan mengembangkan konsep eko wisata melalui kegiatan “Code River Walk“. Kampung Tahunan mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi krea f melalui karawitan dan ba k jumput. Kampung Kadipaten menampilkan pesona seni dan cagar budaya sebagai sektor unggulannya, serta kampung Purbayan dikembangkan sebagai kampung wisata yang berbasis nilai sejarah dan budaya lokal. Dari kelima kampung tersebut, ga di antaranya dipilih sebagai studi kasus dari peneli an ini, yaitu Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan. Ke ga kampung tersebut akan dinilai ngkat kecerdasannya sebagai strategi keberlanjutan kampung wisata.

  Salah satu indikator untuk mengukur ngkat kecerdasan kampung wisata adalah kemudahan akses informasi tentang kampung-kampung wisata tersebut melalui internet. Meskipun belum semua kampung wisata mempunyai website khusus, informasi tentang kelima kampung wisata tersebut mudah ditemukan dengan pencarian melalui google. Kemudahan akses tersebut merupakan salah satu faktor dari kecerdasan kampung wisata.

METODE PENELITIAN

  Peneli an tentang kampung wisata yang cerdas di Kota Yogyakarta ini dilakukan dengan menggunakan metode grounded research, yang membangun teori dari data yang dihimpun melalui studi lapangan (Glaser dan Strauss, 1970). Pengambilan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan mencakup enam dimensi smart city menurut The Commi ee of Digital and Knowledge-based City of UCLG 2012. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan, berupa foto, gambar/sketsa pola ruang dan infrastruktur kampung wisata di Kota Yogyakarta dan wawancara dengan responden mahasiswa dan warga kampung.

  Data sekunder diperoleh melalui website yang berisi tentang informasi obyek peneli an, gambar peta, peraturan dan kebijakan wilayah, serta buku tercetak maupun elektronik sebagai referensi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

  Analisis dilakukan melalui pembandingan ga kampung wisata, yaitu Dipowinatan, Cokrodiningratan, dan Tahunan di njau dari enam dimensi smart city. Pembandingan ini untuk mendapatkan keragaman ngkat kecerdasan berdasarkan enam dimensi smart city dari se ap kampung wisata dan menemukan keterkaitan antar obyek. Hasil analisis tersebut akan dirumuskan sebagai rekomendasi bagi pemerintah kota Yogyakarta dalam pengambilan kebijakan pembentukan kampung wisata yang sesuai dengan tata ruang Kota Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, didapatkan karakteris k kampung wisata di Yogyakarta menurut enam dimensi smart city di Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Smart Economy

  Kecerdasan ekonomi di Kampung Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan dalam peneli an ini dinilai dari pemanfaatan ICT (Informa on and Communica on Technology) dalam usaha dan promosi krea f dari masyarakat ke ga kampung wisata. Informasi yang paling mudah ditemukan dengan kata kunci Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan adalah lokasi kampung wisata.

  Informasi tentang ke ga kampung wisata di website kurang mempengaruhi minat kunjungan orang luar. 39% responden menyatakan setuju bahwa teknologi informasi sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana promosi wisata dan bisnis di ke ga kampung. 51% responden menyatakan bahwa informasi tentang ke ga kampung wisata tersebut kurang mudah dipahami.

  Warga kampung Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan masih menggunakan cara alamiah untuk mempromosikan usaha/ bisnisnya, yaitu mengandalkan relasi dan promosi personal. Cara lain adalah menyebarkan brosur dan memasang iklan melalui papan reklame, website atau sosial media. Minimnya kemampuan teknologi informasi dan rendahnya usaha untuk meningkatkan kemampuan tersebut menjadi kendala pemanfaatan TI dalam usaha/ bisnis. Dalam kasus kampung Dipowinatan, promosi kampung wisata juga dilakukan melalui jejaring internasional secara langsung oleh pengurus paguyuban kampung wisata.

  

Gambar 1. Usaha Krea f Warga Kampung Wisata Dipowinatan,

Cokrodiningratan, dan Tahunan

  2. Smart People

  Metode penyebaran informasi dan promosi kampung wisata merupakan salah satu indikator kecerdasan kampung. Media yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan informasi tentang ke ga kampung wisata adalah blog. Blog tentang kampung Dipowinatan lebih banyak memuat informasi tentang ak vitas sosial budaya, tentang Kampung Cokrodiningratan memberikan informasi lebih banyak tentang obyek arsitektur atau ruang kampung, dan tentang kampung Tahunan mendeskripsikan obyek arsitektur atau ruang dan ak vitas sosial budaya secara seimbang. Informasi tersebut memberikan gambaran tentang potesi masing-masing kampung.

  Warga kampung Dipowinatan mempunyai peluang yang besar untuk berpar sipasi dalam pengembangan kampung. Par sipasi tersebut dilakukan melalui keterlibatan warga dalam program pariwisata dan kegiatan pendukung pariwisata, seper pelaku usaha home industry, bisnis laundry, warung dan pameran pada saat- saat tertentu.

  3. Smart Governance

  Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat untuk mengembangkan kampung wisata cerdas di Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan masih belum memadai. Upaya pemerintah untuk menyebarkan informasi

  Batik Jumput Salah satu produk unggulan Desa Wisata Tahunan Sumber gambar : kwtahunan.blogspot.co.id

  tentang ke ga kampung wisata melalui website (yogyakarta.panduanwisata.id) cukup bermanfaat sebagai akses masuk ke informasi yang lebih de l tentang masing- masing kampung wisata.

  Kebijakan pemerintah tentang pemberian hibah/dana kepada kampung- kampung wisata di Yogyakarta merupakan respon terhadap inisia f warga untuk mengembangkan kampungnya. Kebijakan keuangan ini bersifat demokrasi, di mana se ap kampung mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan hibah tersebut. Ke ga kampung wisata yang menjadi studi kasus ini mempunyai kesiapan secara organisatoris, sehingga berhasil mendapatkan dana pengembangan kampung yang cukup besar.

  Kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor pen ng bagi terciptanya kampung wisata yang cerdas. Belum semua warga di ke ga kampung wisata ini mempunyai jaminan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah (BPJS). Sebagian besar warga kampung wisata ini memanfaatkan Puskemas sebagai sarana kesehatan yang paling mudah diakses.

  Kecerdasan tata kelola pemerintahan yang cerdas dicerminkan melalui kemudahan akses menuju kampung wisata yang terkait dengan jalur sirkulasi dan sarana transportasi menuju ke kampung maupun di dalam kampung. Kampung Cokrodiningratan memiliki akses masuk yang paling sulit, karena lokasinya yang terletak di daerah pinggiran Kali Code dengan kondisi tanah berkontur dan jalan antar rumah yang sempit.

  Kebijakan pemerintah yang mendukung terciptanya kampung wisata cerdas juga ditunjukkan melalui tata kelola program pengembangan kampung yang melibatkan seluruh warga. Keterlibatan warga di ke ga kampung wisata ini diorganisir oleh pengurus kampung dan paguyuban. Bentuk keterlibatan tersebut beragam sesuai dengan potensi dari masing-masing kampung.

4. Smart Mobility

  Kecerdasan mobilitas di kampung Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan ditunjukkan melalui kemudahan akses internet publik di dalam kampung. Sebagian besar warga ke ga kampung menggunakan akses internet pribadi melalui telpon seluler. Sedangkan, akses internet publik belum ada di ke ga kampung wisata.

  Ke ga kampung wisata tersebut mempunyai infrastruktur jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang memadai. Keterjangkauan infrastruktur tersebut merupakan salah satu potensi untuk pengembangan kampung wisata tersebut. Namun, ketersediaan infrastruktur belum dimanfaatkan dengan baik.

  5. Smart Environment

  Kecerdasan lingkungan di ke ga kampung wisata ini diindikasikan melalui nilai budaya yang menjadi iden tas dari masing-masing kampung, serta ngkat keamanan dan kepercayaan warga yang nggal di kampung tersebut. Kampung Dipowinatan mempunyai potensi sosial budaya yang lebih besar dibandingkan dengan dua kampung lainnya. Keunikan budaya ini berbentuk ak vitas sehari-hari maupun ritual budaya pada hari tertentu. Kedalaman informasi tentang sosial budaya di kampung Dipowinatan yang dapat diakses melalui internet mempengaruhi minat orang luar untuk berkunjung ke kampung ini. Hal yang sebaliknya terjadi di kampung Tahunan.

  Dari aspek keamanan, kampung Dipowinatan dianggap mempunyai ngkat keamanan yang lebih nggi dari kedua kampung lainnya. Untuk menjaga keamanan kampung sebagian besar warga memberikan kontribusi dalam bentuk iuran keamanan. Sedangkan kontribusi yang berbentuk par sipasi tugas ronda sudah jarang dilakukan. Kesadaran warga untuk berpar sipasi dalam menjaga keamanan kampung merupakan potensi yang besar untuk mewujudkan kampung wisata yang cerdas. Tahunan

  6. Smart Living

  Kehidupan yang cerdas di dalam kampung Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan diiden fikasikan melalui harmoni, yaitu perpaduan antara nilai-nilai lokal tradisional dengan modernitas yang mengalir melalui kegiatan pariwisata, serta keselarasan antara penghuni/ manusia dengan lingkungan perkotaan di sekitarnya.

  Bagi sebagian besar warga kampung Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan, kedatangan wisatawan ke kampung tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan finansial, dari warga setempat. Kampung Dipowinatan dimina oleh wisatawan mancanegara, khususnya dari Cekoslovakia. Secara umum, kehadiran orang luar di ke ga kampung wisata ini dak mengganggu kehidupan warga setempat. Hal ini tercermin melalui relasi harmonis antara warga setempat dengan pendatang.

  KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Nilai orisinalitas kampung Jawa di Kota Yogyakarta menjadi daya tarik

utama dari kampung-kampung wisata di Yogyakarta, di mana potensi alam dan

sosial budaya setempat menjadi kekuatannya. Strategi smart city dapat

diterapkan untuk semua kampung wisata, karena pendekatan ini

mengakomodasi lokalitas dengan perspek f global.

  Tingkat perkembangan sebuah kampung wisata sangat tergantung pada

par sipasi warga setempat. Pemerintah Kota Yogyakarta bisa mendukung

peningkatan kualitas dan kapasitas masing-masing kampung, namun pelaku

utama pembangunan tersebut adalah warga setempat.

  Pendekatan smart city untuk menilai kesiapan kampung wisata di Kota

Yogyakarta menghadapi persaingan di era globalisasi bersifat kontekstual,

sesuai kondisi setempat. Hal ini dipengaruhi oleh keunikan kondisi ekonomi,

sosial budaya dan lingkungan fisik dari kampung wisata tersebut. Kampung

Dipowinatan, Cokrodiningratan dan Tahunan mempunyai ngkat kecerdasan

yang beragam. Dalam hal ini, kampung Dipowinatan lebih unggul dibandingkan

dengan kedua kampung lainnya. Keunggulan ini sangat didukung oleh peran

SDM yang ak f dalam mengembangkan kampung wisata.

  Saran – Saran

  Berdasarkan hasil peneli an, disampaikan saran-saran kepada stakeholders kampung wisata di Kota Yogyakarta sebagai berikut: a. Bagi warga kampung wisata: meningkatkan kesadaran akan potensi kampung lingkungan hunian dan turut berpar sipasi lebih ak f dalam kegiatan pengembangan kampung wisata.

  b. Bagi pengurus kampung/ paguyuban pariwisata: menyusun perencanaan, evaluasi dan monitoring program. Berkoordinasi dan melakukan sosialisasi kepada warga, serta mendorong warganya untuk berpar sipasi dalam program kegiatan.

  c. Bagi pemerintah: berkoordinasi dengan pengurus dan warga kampung dalam pengambilan kebijakan kampung wisata.

  Melakukan evaluasi dan monitoring berkala terhadap penyelenggaraan kegiatan kampung wisata, dengan prioritas program peningkatan kapasitas SDM.

  d. Bagi pengelola/pemilik obyek wisata (individu): berkoordinasi dengan pengurus kampung wisata serta terlibat ak f dalam kegiatan kampung wisata.

  Rekomendasi Pengembangan Kampung Dipowinatan

  Untuk lebih menarik pengunjung, perlu dirancang akses masuk utama dari Jalan Brigjend Katamso. Jalur sirkulasi diolah dengan material dekora f pada jalan menuju dan di dalam kampung tanpa mengurangi dimensi ruas jalan. Jalur sirkulasi yang dekora f tersebut mengarahkan pengunjung/ wisatawan menuju ke spot-spot obyek wisata dan sarana akomodasi di kampung. Peningkatan nilai este ka Kampung Dipowinatan melalui penambahan elemen dekora f ramah lingkungan pada 3 k, yaitu:

  a. Penanda/ signage pada jalan masuk utama

  b. Dinding di sepanjang lorong kampung dengan teknik mural atau tanaman ver kal c. Pergola dengan tanaman gantung di pusat keramaian kampung

  Rekomendasi Pengembangan Kampung Tahunan

  Perbaikan fisik lingkungan untuk mendukung paket-paket wisata yang sudah ada: a. Wisata Ziarah: akses masuk melalui Jalan Kusumanegara – Ziarah

  Taman Makam Pahlawan Nasional – Ziarah Taman Makam Wijaya Brata – Akses keluar melalui jalan Kusumanegara atau Jalan Ba kan

  b. Wisata Budaya: akses masuk melalui Jalan Ba kan - Parkir di Wijayabrata - Naik becak - Sanggar Wayang - Sanggar gamelan gambir sawit - Kuliner Taman Kampung Tuntungan - Belanja Ba k Jumputan – ke tempat parkir Wijayabrata – Akses keluar melalui Jalan Kusumanagara

  Rekomendasi Pengembangan Kampung Cokrodiningratan Fasilitas pendukung pariwisata di sekitar tepi Kali Code dikembangkan.

  Fasilitas ini berfungsi sebagai pusat informasi wisata dan ruang pamer atau pertunjukan seni budaya. Fasilitas ini juga dapat dipergunakan sebagai tempat pela han seni budaya bagi generasi muda untuk mendukung keberlanjutan kampung Cokrodiningratan sebagai kampung wisata yang berbasis eco tourism dan seni budaya.

DAFTAR PUSTAKA

  AZKUNA, Iñaki (2012), “Smart Ci es Study: Interna onal Study on the

  Situa on of ICT, Innova on and Knowledge in Ci es”, The Commi ee of Digital and Knowledge-based City of UCLG, Bilbao.

  BUDDE, Paul (2014), “Smart Ci es of Tomorrow”, dalam Stama na Th. Rassia & Panos M. Pardalos (ed.), “Ci es for Smart Environmental and Energy Futures: Impacts on Architecture and Technology”, London: Springer.

  CARAGLIU, Andrea, et al (2009), “Smart Ci es in Europe”, dalam: 3rd Central European Conference in Regional Science – CERS, The Centre of Regional Science, The Vienna University of Technology.

  CHOURABI, et.al. (2012), “Understanding Smart Ci es: An Integra ve

Framework”, dalam 45th Hawaii Interna onal Conference on System Sciences.

FALCONER, Gordon, Shane Mitchell, “Smart City Framework: A

  Systema c Process for Enabling Smart Connected Communi es”, SISCO Internet Businnes Solu ons Group (IBSG), 2012.

  GIFFINGER, et al (2007), “Smart Ci es: Ranking of European Medium-

Sized Ci es”, Centre of Regional Science (SRF) Vienna University of Technology.

GUINNESS, P. (1986), “Harmony and Hierarchy in A Javanese Kampung”, Singapore: Oxford University Press.