PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3

GAGAK SIPAT BOYOLALI

  

Nur Hikmah

Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta

ABSTRAK

  Perilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku mencuci tangan pada anak SD 3 Gagak Sipat Boyolali.

  Sekolah Dasar Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali memiliki siswa sejumlah 105 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari presensi siswa di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali, tercatat 12,7% angka kesakitan siswa dan dilakukan observasi pada siswa SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali ketika berada di sekolah, hanya delapan orang siswa yang mencuci tangan.

  Mayoritas perilaku mencuci tangan Anak SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali kurang sebanyak 42 orang (56%), hal ini dikarenakan masih belum memadainya fasilitas yang disediakan di sekolahan untuk mencuci tangan dan selain itu masih kurangnya pengetahuan siswa tentang pentingnya mencuci tangan. Sehingga diharapkan tenaga pengajar dapat memberikan pendidikan atau memberikan wawasan kepada para siswa tentang pentingnya mencuci tangan selain itu institusi memberikan fasilitas untuk kegiatan mencuci tangan. Kata Kunci : Perilaku Mencuci Tangan pada Anak pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

  PENDAHULUAN

  Peningkatan kesehatan masyarakat, Kesehatan merupakan hak dasar meliputi upaya pencegahan penyakit warga negara dalam kehidupan menular ataupun tidak menular (Bela, berbangsa dan bernegara. Pembangunan 2009). kesehatan ke depan diarahkan pada

  Penyakit menular seperti diare peningkatan upaya promotif dan dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan preventif, disamping peningkatan akses

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  Akut) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak), setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena Diare. Pada tahun 2008 juga terjadi KLB Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 8.443 orang dan jumlah kematian sebesar 209 orang atau CFR 2,48%.

  Penyakit

  ISPA diperkirakan diderita 10% dari populasi penduduk Indonesia, serta sebagai penyebab kematian pada anak-anak di Indonesia, karena dari 4 kematian 1 diantaranya disebabkan oleh ISPA (Fajar dan Misnaniarti, 2011).

  Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa ISPA dan diare ditemukan dengan persentase tertinggi pada anak usia di bawah lima tahun yaitu 43% dan 16%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World

  Health Organization (WHO) pada tahun

  2007, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Namun saat ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang mencuci tangan pakai sabun dengan benar, padahal anak usia tersebut rentan terhadap penyakit seperti diare dan ISPA(Depkes R.I.,2009).

  Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit (Reza, dkk. 2012)

  Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  sekolah. Anak usia sekolah selain rentang terhadap masalah kesehatan juga peka terhadap perubahan. Masalah ini kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi serta profesional kesehatan lainnya yang saat ini masih memprioritaskan kesehatan anak balita. Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini. Gangguan kesehatan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak. Beberapa kebiasaan anak bisa mempengaruhi perilaku kesehatan pada anak khususnya di sekolah. Salah satu perilaku anak di sekolah salah satunya yaitu mencuci tangan (Zuraida dan Yeni, 2013).

  Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit dan praktek mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat mencegah 1 juta kematian anak. Perilaku mencuci tangan menggunakan sabun yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak, sehingga dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran anak akan pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap penyakit sebagai akibat perilaku yang tidak sehat. Kuman ada dimanapun, mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kuman dan untuk menghindari penularan penyakit. Di sekolah anak tidak hanya belajar, tetapi banyak kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh anak di sekolah seperti bermain, bersentuhan ataupun bertukar barang-barang dengan teman-teman. Kuman yang ada di alat-alat tulis, kalkulator, buku-buku dan benda-benda lain akan dengan mudah berpindah dari tangan satu anak ke anak lainnya, sehingga jika ada anak yang mempunyai penyakit tertentu akan mudah menular pada anak lainnya. Jadi, mencuci tangan harus dilatih sejak dini pada anak agar anak memiliki kebiasaan mencuci tangan, sehingga anak terhindar dari penyakit (Endang dan Mega, 2013).

  Biasanya anak usia sekolah hanya mengerti bahwa cuci tangan yang

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  penting tanganya basah saja, padahal cuci tangan saja atau cuci tangan tidak menggunakan sabun masih meninggalkan kuman atau kurang bersih sehingga belum bisa dikatakan cuci tangan yang baik dan benar. Sehingga di butuhkan peran pelaku kesehatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat termasuk anak usia sekolah mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun agar dapat mewujudkan masyarakat berperilaku hidup bersih sehat (Saptiningsih, Wijaya dan Maagdelena, 2013).

  Sekolah Dasar Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali merupakan lembaga pendidikan sekolah dasar dengan jumlah siswa 105 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari presensi siswa di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali, tercatat 12,7% angka kesakitan siswa.

  Berdasarkan survei awal yang dilakukan dengan cara observasi pada siswa SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali ketika berada di sekolah, hanya delapan orang siswa yang mencuci tangan. Tiga dari delapan orang siswa, mencuci tangan dengan air yang mengalir. Ketika mencuci tangan di sekolah, siswa hanya mencuci telapak tangan dan punggung tangan, sehingga banyak bagian tangan yang terlewatkan dari proses pencucian tangan seperti pada sela-sela jari, kuku dan pergelangan tangan, dan ketika mencuci tangan di sekolah, siswa tidak pernah menggunakan sabun.

  Berdasarkan uraian diatas yang sangat penting melakukan penelitian perilaku mencuci tangan pada anak SD

  03 Gagak Sipat, Boyolali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku mencuci tangan pada anak SD 3 Gagak Sipat Boyolali.

METODE PENELITIAN

  Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II, III,

  IV, V dan VI. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan besar sampel sebanyak 75 siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sedangkan teknik

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  pengumpulan data dengan kuesioner dan Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univarite yaitu untuk menggambarkan persentase perilaku mencuci tangan siswa SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali dengan jumlah sampel sebanyak 75 sebagai berikut : Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Mencuci Tangan di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali

  Perilaku Mencuci

  Tangan Frekuensi Presentase

  Baik 33 44 % Kurang 42 56 %

  Total 75 100% Sumber : Data Primer

  Berdasarkan hasil penelitian diatas mayoritas perilaku mencuci tangan di SD 03 Gagak Sipat Boyolali kurang sebanyak 42 orang (56%).

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali diantaranya adalah belum tersedianya fasilitas untuk melakukan tindakan mencuci tangan. Hal ini sesuai dengan faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan salah satu adalah Ketersediaan sanitasi yang baik di sekolah seperti air, sabun yang digunakan untuk mencuci tangan dan ketersediaan media pendidikan /informasi di sekolah.

  Selain itu masih kurangnya pengetahuan anak tentang pentingnya mencuci tangan. Faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan salah satu adalah Pengetahuan. Sebelum anak berperilaku mencuci tangan, maka anak harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak mencuci tangan dengan sabun bagi dirinya atau keluarganya.

  Melalui pendidikan kesehatan mencuci tangan anak mendapatkan pengetahuan pentingnya mencuci tangan sehingga diharapkan anak tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  fasilitas mencuci tangan sehingga Endang dan Mega, 2013. Pengaruh

  Pendidikan Kesehatan Terhadap

  tercipta perilaku mencuci tangan. baik

  Perilaku Mencuci Tangan Siswa

  dapat meningkatkan kesehatan, oleh Sekolah Dasar . Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa karena itu diperlukan pengetahuan yang Tengah 2013. baik dalam mencuci tangan.

  Fajar dan Misnaniarti, 2011. Hubungan

  Pengetahuan dan Sikap Terhadap SIMPULAN DAN SARAN Perilaku Cuci Tangan Pakai

  Sabun pada Masyarakat di Desa

  Hasil penelitian menunjukkan

  Senuro Timur. Jurnal

  Pembangunan Manusia Vol. 5. No bahwa mayoritas responden perilaku

  1 Tahun 2011. mencuci tangan kurang sehingga masih

  Reza, dkk. 2012. Efektivitas Penyuluhan banyak anak-anak yang tidak mencuci

  Kesehatan Oleh Peer Group dan

  tangan dengan benar. Oleh karena itu

  Tenaga Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat

  diharapkan tenaga pengajar dapat

  (PHBS) Cuci Tangan Bersih pada

  memberikan pendidikan atau

  Siswa SD N 01 dan 02 Bonasari Sempor Kebumen . Jurnal Ilmiah

  memberikan wawasan kepada para Kesehatan Keperawatan Vol. 8 no siswa tentang pentingnya mencuci

  1 Februari 2012. tangan selain itu institusi memberikan Saptiningsih, Wijaya dan Maagdelena. fasilitas untuk kegiatan mencuci tangan.

  2013. Faktor-Faktor Yang

  Berhubungan Dengan Perilaku Mencuci Tangan pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

  Sekolah Dasar Negeri

  03 Kertajaya Padalarang. E-Journal

  Bela., 2009, Upaya Pencegahan Diare, Universitas Muhammadiyah Jurnal Kesehatan. Surakarta.

  Departemen Kesehatan Republik Zuraida dan Yeni, 2013. Hubungan Indonesia (Depkes RI). 2009.

  Pengetahuan dan Sikap dengan Menyambut Hari Mencuci Tangan Perilaku Mencuci Tangan Dengan Sedunia . Jakarta Benar pada Siswa Kelas V SDIT An-Nida’ Kota Lubuklinggau . E-

  Journal Politeknik Kesehatan Palembang