STRATEGI GURU DALAM EFEKTIFITAS MODEL PE

STRATEGI GURU DALAM EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN
( Studi Kasus di MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec. Lempung OKI)
Tugas Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS pada Mata Kuliyah
“Metodologi Penelitian”

Disusun oleh :
Siti Uswatun Khasanah
NIM: 2015 11 0020
Dosen Pembimbing: Ahmad Rojali, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SHIDDIQIYAH
Jl.LintasTimur Km.123 LubukSeberukKec.LempuingJayaKab.Oki 30657 Sumatera Selatan

Tahun Akademik 2016/2017

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama

: Siti uswatu khasanah


NIM/NIMKO

: 2015 11 0020

Judul

: Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran
( Stadi Kasus di MTs. Tri-bhakti At-taqwa Kepahyang Kec. Lempuing
OKI)

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diujikanoleh pembimbing pada
tanggal...................................2017

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilainilai. Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi atau model
pembelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Pemilihan strategi

pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis
materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran
tersebut akan berlangsung.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian. Untuk memenuhi salah satu kompetensi guru dalam sistem instruksional yang
modern, maka perlu diuraikan masing-masing teknik penyajian secara mandalam dan
terinci. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh guru untuk mengajar siswa didalam kelas, agar pelajaran tersebut
dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Seorang guru harus
mengenal, mempelajari, dan menguasai banyak teknik penyajian, agar dapat
menggunakan dengan variasinya, sehingga guru mampu menimbulkan proses belajar
mengajar yang berhasil. Seorang guru harus menguasai beberapa macam teknik
penyajian dengan baik, sehingga ia mampu memilih teknik yang paling efektif untuk
mencapai suatu tujuan tersebut, tanpa terasa mengubah situasi pengajaran.
Seorang guru harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian,
hal itu sangat perlu untuk penguasaan setiap teknik penyajian, agar ia mampu
mengetahui, memahami, dan trampil menggunakannya, sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Walaupun setiap teknik penyajian mempunyai ciri khas, berbeda yang satu

dengan lainnya, namun kita perlu memiliki suatu pola atau standar untuk mempelajari
suatu teknik itu dan bisa saling melengkapi (Roestiyah N.K 2012, 3)
Kesulitan dan kegagalan siswa dalam belajar disebabkan oleh siswa itu sendiri,
baik pada faktor internal dan eksternal yang berupa fasilitas, kurikulum sumber belajar
dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya, disatu sisi
kurangnya kemampuan guru dalam mengaplikasikan suatu strategi atau metode
pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Peranan guru
bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan
memberikan fasilitas belajar, agar proses belajar lebih memadai. Banyak kita jumpai
seorang guru yang hanya mengajar dan tanpa menggunakan strategi mengajar yang baik,
tidak mau tahu apakah model pembelajaran yang digunakan sudah efektif atau belum.
Dengan masalah tersebut banyak siswa yang tidak bisa menangkap materi dengan baik
dan jelas, materi susah dipahami oleh siswa. Dengan hal tersebut maka sangat perlu
perencanaan pembelajaran yang benar.
Mengajar sebenarnya merupakan suatu kegiatan atau proses untuk menyusun dan
menguji suatu rencana atau program yang memungkinkan timbulnya perbuatan-perbuatan
belajar pada diri murid. Suatu kegitan baru dapat dikatakan sebagai tindakan mengajar
jika kegiatan itu didasarkan atas suatu rencana yang matang dan teliti. Dengan rencana
yang matang dan teliti serta tepat, dapatlah diharapkan tercapainya tujuan yang
dikehendaki secara efektif dan efisien.

Mutu pendidikan dapat terwujud jika proses pembelajaran diselenggarakan
dengan efektif, artinya proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar, terarah,
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dijelaskan bahwa criteria pemilihan strategi
pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan

pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, pengajar haruslah berfikir,
strategi pembelajaran manakah yang paling efektif dan efisien dapat membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan ? pemilihan strategi pembelajaran
yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara optimal.
Dengan adanya masalah diatas peneliti merasa tergugah dengan masalah tersebut
apa sebenarnya yang membuat peserta didik nyaman dalam melaksanakan tugasnya
sebagai seorang pelajar , maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan strategi guru di MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec.
Lempuing OKI?
2. Apa saja model-model pembelajaran yang terdapat di MTs. Tri Bhakti At-taqwa
Kepahyang Kec. Lempuing OKI?

3. Bagaimana hasil dari penelitian strategi guru dalam efektifitas model pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan proposal ini adalah sebagaiberikut:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran di
MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec. Lempuing OKI.
2. Mendeskripsikan aspek-aspek Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran di
MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec. Lempuing OKI.
D. Batasan Masalah
Agar dalam penelitian ini terlaksana dengan baik dan tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada prencanaan dalam menerapkan
model dan strategi pembelajaran yang baik. Dilihat dari pendidik, peserta didik, dan
sarana prasarana.
E. Kegunaan Penelitian
Segala upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan penulisan proposal ini, diharapkan dapat
berguna untuk:

1. Menambah wawasan yang lebih luas
2. Mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam bidang
pendidikan

3. Memberikan informasi tentang pelaksanaan strategi dan model perencanaan
pembelajaran dalam meningkatkan proses pembelajaran di MTs. Tri Bhakti At-taqwa
Kepahyang

F. Sistematika Pembahasan
Agar lebih mudah dipahami dan diketahui secara menyeluruh tentang isi dari proposal
ini, maka penulis menyusunnya dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I :
Merupakan pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, kegunaan
BAB II :

penelitian, dan sistematika pembahasan
Landasan teori, yang meliputi: tinjauan tentang konsep strategi
pembelajaran, tinjauan tentag model-model pembelajaran, dan strategi

BAB III

guru dalam efektifitas model pembelajaran
kerangka metodologis berisi tentang kerangka teknis penelitian yang

meliputi: jenis dan desain penelitian, lokasi penelitian, data, sumber data
dan narasumber, teknik pengumpulan data, kehadiran peneliti, teknik
analisis data, keabsahan data, dan tahapan-tahapan penelitian.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Terdapat berbagai pendapat tentang

strategi

pembelajaran

sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli pembelajaran. Untuk memberikan pengertian strategi
pembelajaran Hamzah B. uno (2012, 1-2) mengutip tiga
pendapat tokoh sebagai berikut:

a. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran.
b. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu.
c. Gropper (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik
menerim dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya diahir kegiatan belajar.
2. Komponen Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara
keseluruhan memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat
menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan.

Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat
meningkatkan motovasi belajar peserta didik.
Secara spesifik, kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat dilakukan melalui
teknik-teknik berikut:

a) Jelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh

semua peserta didik diahir kegiatan pembelajaran. Dengan demikian peserta
didik akan menyadari pengetahuan, keterampilan, sekaligus manfaat yang
akan diperoleh setelah mempelajari pokok bahasan tersebut. Demikian pula,
perlu dipahami oleh guru bahwa dalam menyampikan tujuan hendaknya
digunakan kata-kata dan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
Pada umumya penjelasan dilakukan dengan menggunakan ilustrasi kasus yang
sering dialami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
b) Lakukan apersepsi, bagi kegiatan yang merupakan jembatan antara
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Tunjukkan
pada peserta didik tentang eratnya hubungan antara pengetahuan yang telah
mereka miliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan ini dapat
menimbulkan rasa mampu dan percaya diri sehingga mereka terhindar dari
rasa cemas dan takut menemui kesulitan atau kegagalan.

2. Penyampaian Informasi
Penyampian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling
penting dalam proses pembelajaran. Guru yang mampu menyampikan informasi
dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan dengan mulus akan
menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami dengan baik situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian, informasi yang disampaikan dapat
diserap oleh peserta didik dengan baik.
3. Partisipasi Peserta Didik
Peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan
istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (student
active training), yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih

berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan
relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey,
1978:108).
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta
didik, yaitu sebagai berikut:
a) Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi
informasi tentang suatu pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu. Agar

materi tersebut benar-benar terinternalisasi (relative mantap dan termantapkan
dalam diri mereka) maka kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik
diberi kesempatan untuk berlatih atau mempraktikkan pengetahuan, sikap,
atau keterampilan tersebut.
b) Umpan Balik
Setelah peserta didik menunjukkan prilaku sebagai hasil belajarnya, maka guru
segera memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut.
Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan mengetahui
apakah kegiatan yang telah mereka lakukan benar/salah, tepat/tidak tepat, atau ada
sesuatu yang perlu diperbaiki. Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan
penguatan negatif. Melalui penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dn
sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan terus dipelihara atau ditunjukkan
oleh peserta didik. Sebaliknya, melalui penguatan negatif (kurang tepat, salah,
perlu disempurnakan, dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan
dihilangkan atau peserta didik tidak akan melakukan kesalahan yang sama.
4. Tes
Pelaksanaan tes biasanya dilakukan diahir kegiatan pembelajaran setelah peserta
didik melalui berbagai proses pembelajaran, penyampaian informasi berupa

materi pelajaran pelaksanaan tes juga dilakukan setelah peserta didik melakukan
latihan atau praktik.
Dalam bukunya Wina Sanjaya (2008: 188) menyebutkan bahwa
pencapaian sasaran atau tujuan yang ditentukan, akan sangat tergantung pada
pengemasan bahan dan strategi pembelajaran yang digunakan.
3. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Menurut Mansyur (1991:10), terdapat berbagai masalah sehubungan dengan
strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar
Konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi ha-hal: a) menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan prilaku, b) menentukan pilihan
berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan c) norma dan kriteria
kegiatan belajar mengajar.
b) Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujan. Tujuan itu
bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret
sampai yang sangat umum.
c) Belajar Mengajar sebagai Suatu Sistem
Belajar mengajar selaku suatu sistem intruksional mengacu kepada pengertian
sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah
komponen antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan
evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang ada harus
diorganisasikan sehingga antar sesama komponen itu terjadi kerja sama.
Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen

tertentu saja, misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tapi ia harus
mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain adalah:
1) Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai,
2) Materi pelajaran apa yang perlu diberikan ,
3) Metode, alat mana yang harus dipakai,
4) Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam prose belajar mengajar guru berperan sebagai
pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator
dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek
pribadi anak didik seperti:
1) Kecerdasan dan bakat khusus
2) Prestasi sejak permulaan sekolah
3) Perkembangan jasmani dan kesehatannya
4) Kecenderungan emosi dan karakternya
5) Sikap dan minat belajar
6) Cita-cita
7) Kebiasaan belajar dan bekerja
8) Hobi dan penggunaan waktu senggang
9) Hubungan sosial disekolah dan dirumah
10) Latar belakang keluarga
11) Lingkungan tempat tinggal
12) Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi.
Selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar
para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.
d) Hakikat Proses Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperi
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar,

menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan
tanggung jawab guru.
e) Entering Behavior Siswa
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan prilaku, baik
secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara bahavioral.
Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa
itu apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang
bersangkutan. Untuk kepastiannya seharusnya kita mengetahui tentang
karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai
dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis
karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Itulah yang dimaksud dengan Entering Behavior
Siswa.
f) Memilih Sistem Belajar Mengajar
Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara
pendekatan atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai
sistem pengajaran antara lain:
1) Enquiry-Discovery Learning, belajar mencari dan menemukan
Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak
dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari
dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan
pemecahan masalah.
Pendekatan belajar mengajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang
bersifat kognitif. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup
banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus
kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
2) Expository Learning

Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan
secara rapi, sistematik, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal
menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
3) Mastery Learning
Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa
yang mampu menguasai bahan 90-100 % dari penyajian guru. Sebagian
besar siswa bervariasi antara 50-80 %, malah sebagian lagi ada yang lebih
kecil lagi penguasaanya terhadap bahan yang disajikan guru. Adanya
variasi penguasaan bahan ini mencerminkan adanya variasi kemampuan
para siswa.
Menurut calor setiap anak didik akan mampu menguasai bahan kalau
diberikan waktu atau kesempatan yang cukup untuk mempelajarinya,
sesuai dengan kepastian masing-masing. Dengan demikian taraf atau
tingkatan belajar itu pada dasarnya merupakan fungsi dari proporsi waktu
yang disediakan untuk belajar atau time allowed for learning, dengan
waktu yang diperlukan untuk belajar atau time needed for learning oleh
peserta didik.
4) Humanistic Education
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar
kecerdasan para siswa itu sangat bervariasi secara individual. Oleh karena
itu muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantu
siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan
kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Taraf ahir dari proses
belajar mengajar menurut pandangan ini adalah self actualization
seoptimal mungkin dari setiap anak didik.
B. Model-Model Pembelajaran
1. Model Kemp

Dalam bukunya Wina Sanjaya (2008: 70) menjelaskan bahwa Model desain
sistem intruksional yang dikembangkan oleh kemp merupakan model yang
membentuk siklus. Menurut kemp pengembangan desain sistem pembelajaran
terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
tujuan dan berbagai kendala yang timbul.
Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut kemp
adalah:
a. Hasil yang ingin dicapai
b. Analisis tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
h. Tes awal
i. Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang terus menerus direvisi
setelah dievaluasi dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang
ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.
2. Model Banathy
Model ini memandang bahwa penyusunan sistem instruksional dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program
pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem
maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus
dicapai oleh siswa atau peserta didik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item

tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui
rumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai
keberhasilannya.

c. Menganalisis

dan

merumuskan

kegiatan

belajar,

yakni

kegiatan

mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan
penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan
yang mungkin dapat diterapkan.
d. Merancang sistem, yakni kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap

komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimplementasikan dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih
sekaligus

menilai

efektifitas

sistem,

melakukan

penempatan

dan

melaksanakan evaluasi.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
3. Model Dick and Cery
Dalam mendesain pembelajaran model Dick and Cery harus dimulai dengan
mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum
desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu mnganalisis
pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Mengapa
hal ini perlu dirumuskan? Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak
dari kemampuan dasar atau kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan
khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk Criterion
Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus
selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan
pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu
dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah
ahir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi
sumative. Evaluasi formatife berfungsi untuk menilai efektifitas program dan
evaluasi sumative berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam

penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah selanjutnya
dilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.
4. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Model PPSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan pelaksanaan
dan perencanaan program pengajaran secara sistematis, untuk dijadikan sebagai
pedoman bagi guru dalam melaksanaakan program belajar mengajar.
PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada 4
syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya
tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil
belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam
setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun
item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2
setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
c. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu
ditempuh.
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni merumuskan materi
pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan prates, menyampaikan
materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.
C. Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran
A. Pertimbangan dalam Pengembangan Strategi Pembelajaran
1. Pertimbangan yang Berhubungan dengan Tujuan yang Ingin di Capai
Pertimbangan ini merupakan pertimbangan pertama yang harus diperhatikan.
Tidak mungkin ada proses pembelajaran tanpa tujuan. Semakin kompleks tujuan

yang ingin dicapai maka semakin rumit juga strategi pembelajaran yang harus
dirancang, strategi dirancang tiada lain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
2. Pertimbangan yang Berhubungan dengan Bahan atau Materi Pembelajaran
Materi atau pengalaman belajar merupakan pertimbangan kedua yang harus
diperhatikan. Materi pelajaran yang sederhana misalnya, materi pelajaran berupa
data yang harus dihafal, maka pengalaman belajarpun cukup sederhana pula,
barangkali

siswa

hanya

dituntut

untuk

mendengarkan,

mencatat,

dan

menghafalkannya. Dengan demikian, maka strategi yang dirancangpun sederhana
pula. Berbeda manakala materi pelajaran berupa generalisasi, teori atau mungkin
keterampilan, maka pengalaman belajarpun harus dirancang sedemikian rupa
sehingga materi pelajaran dan pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.

3. Pertimbangan dari Sudut Siswa
Siswa adalah subjek yang akan kita belajarkan. Siswa adalah individu yang unik,
yang memiliki perbedaan, tidak ada siswa yang sama. Walaupun secara fisik
mungkin sama, namun pasti ada hal-hal tertentu yang pasti berbeda, misalnya
perbedaan dari sudut minat, bakat, kemampuan bahkan gaya belajar. Dengan
demikian, strategi pembelajaran yang kita rancang mestilah sesuai dengan
keadaan dan kondisi siswa.
4. Pertimbangan-pertimbangan Lainnya
Bahwa yang dimaksud dengan pertimbangan lainnya adalah pertimbangan
ditinjau dari strategi itu sendiri, sebab begitu banyak strategi yang dapat kita pilih
untuk membelajarkan siswa (Wina Sanjaya, 2008:297)
B. Guru dalam Proses Pembelajaran
1. Guru sebagai sumber belajar

Peran guru sebagai sumber belajar, merupakan peran yang sangat penting.
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari
penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan
sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa
sekaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan dapat
menjawab dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, dikatakan guru yang kurang
baik manakala ia tidak paham tentang materi yang diajarkannya.
Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilakuperilaku tertentu misalnya, teknik penyampaian materi pelajaran yang
monoton, ia lebih sering duduk dikursi sambil membaca, suaranya lemah,
tidak berani melakukan kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi
dan sebagainya. Perilaku guru yang demikian dapat menyebabkan hilangnya
kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru juga harus dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Dibawah ini dikemukakan
beberapa petunjuk.
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa.
Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat
siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar
mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai
hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.

b. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk
belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah
satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa diantaranya:
1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan
siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap
bahwa guru perlu menjelaskan materi pelajaran itu berguna untuk
kehidupannya.

Dengan

demikian,

guru

perlu

menjelaskan

keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan

2) Sesuaikan

kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan
dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan
gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat
membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan
tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
3) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi
misalnya diskusi, kerja kelompok, ekperimen, demontrasi dan lain
sebagainya.
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakal ada dalam suasana
yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas
selamnya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu
guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian
yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata,
justru ada anak yang merasa tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai
penghargaan bisa dilakukan dengan isyarat misalnya senyuman dan anggukan
yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
e. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi
yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan
segera, agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian
harus dilakukan secara objektiv sesuai dengan kemampuan siswa masingmasing (Wina Sanjaya, 2008: 287).
2. Siswa sebagai objek belajar
konsep mengajar sebagai proses

menyampaikan

materi

pelajaran,

menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran.
Mereka dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa
yang harus dipahami, sehingga melalui proses pengajaran mereka dituntut
memahami segala sesuatu yang diberikan guru. Peran siswa adalah sebagai
penerima informasi yang diberikan guru. Sebagai objek belajar, kesempatan
siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya,
bahkan untuk belajar sesuai dengan gayanya sangat terbatas. Sebab, dalam
proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Jadi penjelasan diatas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode dan model pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode

dan model pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya
relevan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan
kualitatif bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
hasil pengolahan data yang berupa kata-kata dan gambaran umum yang terjadi
dilapangan.
Penelitian yang menggunakan metode deskriptif bertujuan untuk membuat
gambaran, atau lukisan hasil pengamatan yang terjadi dilapangan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan fenomena yang
telah diteliti.
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi
dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan
ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif, tanpa harus
menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa
dalam situasi yang alami (Ahmad Rojali, 2015). Karena jenis datanya hanya berupa
gambaran, gejala, dan fenomena yang terjadi, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Dan dilihat dari jenis penelitiannya, penelitian ini disebut
penelitian lapangan (studi kasus). Tujuan penelitian lapangan adalah mempelajari
secara intensif tentang latar belakang bedasarkan keadaan sekarang , interaksi sosial
suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat (S. Margono,
2000:9).
Jadi, dengan demikian jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif, dan
penelitian ini disebut penelitian studi kasus karena akan menggali informasi mengenai

strategi guru dalam efektifitas model pembelajaran di MTs. Ti Bhakti At-taqwa
Kepahyang.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec.
Lempuing OKI. Dengan pemilihan lokasi ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana
telah diterapkan strategi guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar di MTs.
Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang selain itu juga lebih mudah dijangkau karena
berdekatan dengan peneliti.
C. Data, Sumber Data dan Narasumber

1. Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian dari lapangan baik yang berupa fakta
ataupun angka (Arikunto, 2002:96). Data dalam penelitian ini berarti informasi
atau fakta yang diperoleh melalui pengamatan (obsevasi), hasil wawancara dan
dokumen-dokumen yang sesuai dengan tujuan penelitian yang bisa dianalisis
dalam rangka memahami strategi guru dalam efektifitas model pembelajaran.
a) Data dari observasi berupa aktifitas, kejadian, peristiwa, objek, dan kondisi
atau suasana tertentu.
b) Data dari wawancara dapat berupa catatan hasil percakapan antara peneliti
dengan informan.
c) Data dari dokumentasi berupa rekaman, foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan
agenda (kesiapan dari pertemuan dan laporan-laporan peristiwa tertentu).
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan
tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka
sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti

menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber
data (Suharsimi Arikunto, 2014:172).
Dalam penelitian kualitatif data disajikan berupa uraian yang berbentuk
deskripsi. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti perlu menentukan sumber
data dengan baik, karena data tidak akan diperoleh tanpa adanya sumber data.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2002:107). Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a) Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dengan pengertian ini
maka informan dapat dikatakan sama dengan responden, apabila pemberian
keterangannya karena dipancing oleh pihak peneliti.
b) Gerak atau proses sesuatu yaitu hasil proses sosial ketika orang tersebut
berinteraksi dengan orang lain. Dalam penelitian ini sumber data bisa didapat
melalui peristiwa, aktivitas, kinerja, kegiatan belajar mengajar dikelas atau
segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
c) Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis atau benda yang berhubungan
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen dalam penelitian ini
dapat berupa catatn tertulis, arsip foto, rekaman, gambar atau benda yang
berkaitan dengan tujuan penelitian.
3. Narasumber
Dalam penelitian kualitatif, pasti narasumber sangat penting sebagai individu
yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama,
narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan yang diminta peneliti, akan
tetapi bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki.
Untuk mendapatkan informasi yang komperhensif dan akurat tentang strategi
guru dalam efektifitas model pembelajaran, maka pihak yang diwawancarai
adalah: guru, waka kurikulum, dan siswa.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
mengamati dengan seksama terhadap fenomena yang sedang berlangsung. Dalam
menentukan variabel yang diamati dan menyusun instrumen pengamatan, harus
diingat: semakin banyak objek yang diamati, pengamatan semakin sulit dan
hasilnya tidak teliti.
Pertimbangan memilih observasi sebagai metode pengumpulan data:
a) Jika data penelitian berkenaan dengan suatu proses prilaku atau aktifitas
makhluk hidup atau fenomena alam.
b) Jika sampel atau populasinya relatif kecil sehingga dapat dijangkau atau
mudah untuk diamati oleh peneliti (Ahmad Rojali, 2015:118)
2. Wawancara ( Interview )

Wawancara dapat berbentuk terstruktur atau tidak terstruktur, yang dilakukan
dengan langsung bertatap muka dengan responden/ melalui koresponden/ melalui
sistem online.
1. Wawancara tidak terstruktur
Tujuan mencari sebab beberapa isu pendahuluan sehingga peneliti dapat
menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti secara mendalam.
2. Wawancara terstruktur
Dilakukan jika sudah diketahui informasi yang dibutuhkan pewawancara telah
mempunyai daftar pertanyaan yang akan ditanyaan kepada responden, baik
secara perorangan, melalui telepon, atau melalui media komputer.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

jalan

memanfaatkan dokumen (bahan tertulis atau gambaran-gambaran penting/film
yang mendukung objektifitas penelitian) (Lexy J. Moleong, 103). Peneliti
menggunakannya untuk mengetahui sejarah berdirinya dan perkembangan
MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec. Lempuing OKI serta beberapa hal

yang berkaitan dengan strategi guru dalam efektifitas model pembelajaran
untuk meningkatkan proses pembelajaran.
E. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti adalah sebagai instrumen. Selain itu, instrumen
pendukungnya dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan pedoman
observasi. Mengenai statusnya, peneliti adalah sebagai pengamat penuh serta subyek
atau informan.
Pada saat peneliti datang kelokasi, peneliti langsung menemui kepala sekolah
untuk meminta izin dalam melaksanakan penelitian, dan diberi izin untuk
melaksankan penelitian tentang Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran.
Setelah peneliti diberi izin, peneliti langsung mempersiapkan instrumen penelitian
untuk memperoleh data-data yang diinginkan.
Pada hari pertama melaksanakan penelitian, peneliti memulainya dengan
melakukan observasi dan dilanjutkan dengan mendokumentasi beberapa dokumen
yang dianggap penting yang berkaitan dengan Strategi Guru dalam Efektifitas Model
Pembelajaran. Pada hari selanjutnya, peneliti melanjutkan wawancara dengan kepala
sekolah serta dewan guru dan staf-stafnya yang berkaitan dengan Strategi Guru dalam
Efektifitas Model Pembelajaran. Dan pada hari terakhir, peneliti menata data hasil
penelitian, baik data hasil observasi, dokumentasi, maupun data hasil wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan
dan setelah selesai dilapangan. Analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Selama dilapangan peneliti mencatat tema-tema penting
dan merumuskannya (Ahmad Rojali, 2015:120)

Menurut Miles dan Heberman (1999: 48) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam
menganalisis data penelitian yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan, dan verifikasi hasil.
Redaksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga data dapat
disajikan secara sistematis. Selanjutnya, data dianalisis secara kualitatif untuk
mendeskripsikan fenomena yang terjadi, yaitu “Strategi Guru dalam Efektifitas
Model Pembelajaran”. Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan
melakukan verifikasi kesimpulan tersebut. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis
yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Penarikan kesimpulan dilakukan
dengan membandingkan data dokumen hsil wawncara dengan data-data yang lain.
Selanjutnya, verifikasi hasil

dilakukan dengan mengecek ulang data menguji

keabsahannya dengan teori yang berhubungan dengan data yang ditemukan.
G. Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan merupakan pembuktian bahwa apa yang telah diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dilapangan. Maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik untuk mengetahui validitas data dengan
mengadakan:
a. Trianggulasi, merupakan cara untuk melihat fenomena dari beberapa sudut, yaitu
melakukan pembuktian temuan dengan berbagai sumber informasi dan teknik,
misalnya hasil dari obsevasi dapat dicek dengan wawancara atau membaca
laporan. Serta melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data. Peneliti
memperoleh data mengenai Strategi Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran,
maka peneliti tidak cukup hanya pada satu orang saja, jadi peneliti perlu untuk
mewawancarai anggotanya atau waka yang membidanginya, serta peneliti

memerlukan beberapa dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi untuk
memastikan kebenaran kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
b. Menggunakan bahan referensi, yaitu untuk meningkatkan kepercayaan akan
kebenaran data dengan menggunakan hasil rekaman atau bahan dokumentasi.
Peneliti memperoleh data mengenai Strategi Guru dalam Efektifitas Model
Pembelajaran dengan menggunakan rekaman dan dokumentasi.
c. Member Chek, bertujuan agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam
penelitian, yang peneliti sesuaikan dengan apa yang dimaksud oleh informan.
Setelah peneliti mentranskrip rekaman wawancara atau mencatat hasil
pengamatan atau mempelajari dokumen, kemudian mendeskripsikan, dan
memakai data secara tertulis, kemudian dikembalikan kepada sumber data untuk
diperiksa kebenarannya, ditanggapi, dan jika perlu ada penambahan data baru.
Member Chek dilakukan segera setelah ada data yang masuk dari sumber data.
H. Tahap-Tahap Penelitian
Untuk mendapatkan data tentang Strategu Guru dalam Efektifitas Model
Pembelajaran di MTs. Tri Bhakti At-taqwa Kepahyang Kec. Lempuing OKI. Peneliti
mendatangi langsung objek penelitian dan mengambil data-data yang diperlukan
dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Lebih jelasnya langkahlangkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang sangat penting.
Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan merupakan unsur yang perlu
diperhitungkan dengan baik sebab yang baik akan memperlancar jalannya
penelitian. Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan
pada bab terdahulu, maka persiapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah

menyusun rencana penelitian dalam bentuk proposal penelitian tentang Strategi
Guru dalam Efektifitas Model Pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan
penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang
diperlukan dengan menggunakan beberapa metode antara lain: observasi,
wawancara(interview), dan dokumentasi.
c. Penyelesaian
Setelah kegiatan penelitian selesai, peneliti mulai menyusun kerangka laporan
hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data yang telah
diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis data
dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang
diperoleh. Kemudian dari hasil penelitian tersebut dibahas dengan menggunakan
teori-teori yang sudah ada pada bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
B.UNO, Hamzah. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
N.K, Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Renika Cipta
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia
Group
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Rojali, Ahmad. 2015. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian (Pendidikan Melalui Analisis
Kuantitatif dan Kualitatif). Lubuk Seberuk: LP3M STAI As-Shiddiqiyah
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Magono, S.2000. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mansyur.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama