REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESI (1)

REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA
Ikhda Zikra
(8111416096)
[email protected]
DATA BUKU
Kasus
Nama/Judul Buku
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman
ISBN

: Hukum Lingkungan di Indonesia
: Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM.
: P.T. Raja Grafindo Perkasa
: 2013
: Jakarta
: Bahasa Indonesia

: 298 Halaman
: 978-979-769-360-2

HASIL / PEMBAHASAN REVIEW
Sebelum membedah lebih lanjut isi buku ini
penulis merasa perlu untuk memperkenalkan sosok
pengarang buku ini yakni Prof. Dr. H. Takdir Rahmadi,
S.H. LLM., beliau lahir di Tebing Tinggi, Sumatera
Utara. Ia sejak 30 Desember 2008 diangkat menjadi
hakim agung pada Mahkamah Agung Republik
Indonesia dan juga memperoleh tugas tambahan
sebagai Wakil Koordinator Tim Pembaruan Peradilan.
Ia menyelesaikan studi S1 pada Fakultas Hukum
Universitas Andalas, padang pada tahun 179. Setelah
menyelesaikan studi S1 tersebut ia menjadi dosen
pada Fakultas Hukum Universitas Andalas yaitu sejak
1 April 1980 hingga 30 Desember 2008. Pada tuhun
1987 ia meraih gelar Mater of Laws (LL.M) pada
Fakultas Hukum Universitas Dalhousie, Halifax
Canada dan kemudian memperoleh gelar Dokter ilmu

hukum lingkungan dari Universitas Airlangga,
Surabaya tahun 1997.Buku Hukum Lingkungan di Indonesia karya Prof. Dr. Takdir
Rahmadi, S.H., LLM. ini merupakan bentuk atau jelmaan dari materi undangundang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, sekaligus menjadi sumber bacaan di ranah hukum lingkungan sendiri yang
masi tergolong baru di Indonesia, kita melihat tiga pulu tahun yang lalu setelah
adanya Konferensi Stockholm 1972, PBB kembali melakukan sebuah konferensi di
Rio De Jeneiro, Brasil mengenai lingkungan dan pembangunan. Lembaga yang
menjadi wabah berbagai negara didunia tersebut yang menyadari bahwa
lingkngandanpmbagunan merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dan tentunya
berpotensi menimbulkan anacaman bagi kehidupan manusia dimasa yang akan
datang.
Konferensi Rio de Jeneiro kemudian menghasilkan beberapa kesepakatan
diantaranya mengenai Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragaman
hayati, dan prinsip-prinsip tentang hutan. Salah satu yang menarik adalah terkit

isu pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Menurut the World
Commision On Environment And Developmet, Pembangunan berkelanjutan
tersebut adalah sebuah upaya umat mengelola kebutuhan hidupnya geberasi saat
ini dengan tidak mengurangi kebutuhan generasi dimasa yang akan datang.
Gagasan tersebut bisa lahir karena perubahan pola pikir hukum dalam hal

perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup yang pada awalnya hanya
berorientasi pada penggunaan semata (use oriented law), menjadi
lebihberwawasan dalam hal penyelamatan lingkungan ( environment oriented
law). Itu sebabnya slogan sustainable development menjadai salah satu maxim
yang digadang-gadang dalam perjuangan perlindungan, pengelolaan serta
pelestarian lingkungan hidupdi dunia.
Konsep sustainable development
merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup yang akan dialami dalam
buku ini. Jika maenyimak konsep PBB dan warga negara di dunia dengan kondisi
saat ini tentu saja memiliki harapan dan tujuan yang sama yakni terjaminnya
kehidupan dan keberlangsungan generasi yang ada dimasa yang akan datang,
Selanjutnya kita lihat struktur dan materi yang ada dalam buku ini pada bab
awal buku ini memuat
Pada tahun 1983 Majelis Umum PBB membentuk sebuah badan, yaitu the World
Commission on Environment and Development (WCED) yang diketuai oleh
Perdana Menteri Norwegia, Gro Harlem Brutland. Kemudian diselenggarakan
Konferensi di Rio de Janeiro, Brasil 1992. Deklarasi tersebut tentang Lingkungan
Hidup dan Pembangunan yang juga disebut sebagai the Earth Charter merupakan
“soft-law agreements”, yang memuat 27 prinsip. Beberapa unsur penting konsep
pembangunan berkelanjutan adalah:

a.
Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara
b.
Prinsip keadilan antargenerasi
c.
Prinsip keadilan intragenerasi
d.
Prinsip keterpaduan antara perlindungan lingkungan hidup dan
pembangunan
e.
Prinsip tanggung jawab bersama tetapi berbeda
f.
Prinsip tindakan pencegahan
g.
Prinsip bekerja sama dan bertetangga baik dan kerja sama internasional
h.
Prinsip keberhati-hatian
i.
Prinsip pencemaran membayar
j.

Prinsip demokrasi dan peran serta Pengembangan Hukum Lingkungan
Berdasarkan Teori Pendekatan Ekonomi
Posner (2001), salah seorang sarjana penganjur terkemuka teori
pendekatan ekonomi terhadap hukum, berpandangan bahwa teori pendekatan
ekonomi terhadap hukum semestinnya menjadi landasan dan acuan bagi
pengembangan dan analisis terhadap hukum pada umumnya. Dalam konteks
penerapannya ke dalam hukum lingkungan, teori pendekatan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh asumsi-asumsi dasar ilmu ekonomi yang memandang masalahmasalah lingkungan bersumber dari dua hal, yaitu kelangkaan sumber daya alam
dan kegagalan pasar.

Kelangkaan sumber daya alam menjadi sumber permasalahan dalam kehidupan
manusia. Manusia mengandalkan sumber daya alam untuk dapat memenuhi
keinginannya. Masalahnya adalah bahwa sumber daya alam tidak mungkin
memenuhi semua keinginan manusia, oleh sebab itu perlu ada kebijakan dari
pemerintah tentang alokasi pemanfaatan sumber daya alam. Kebijakan alokasi
yang baik adalah kebijakan yang dapat memaksimmalkan kepuasan atau
keinginan orang perorangan.
Bagi para penganjur pendekatan ekonomi terhadap hukum lingkungan
misalkan pencemaran lingkungan dipandang semata-mata sebagai bentuk
eksternaliti akibat pasar tidak memasukan seluruh unsur biaya yang semestinya

dimasukan ke dalam harga dari produk yang bersangkutan. Jadi eksternalitas
semata-mata dipandang sebagai akibat kegagalan pasar.
Oleh sebab itu, pengaturan hukum lingkungan hanya dapat dibenarkan apabila
hukum lingkungan berfungsi sebagai upaya rasional untuk memperbaiki
kegagalan pasar dalam mengalokasikan penggunaan sumber daya alam secara
efisien atau untuk mencapai pendistribusian kekayaan secara lebih adil.
Teori pendekatan ekonomi juga dilengkapi dengan metode pengambilan
keputusan yang bebas nilai, yaitu analisis biaya dan manfaat. Dengan metode
pengambilan keputusan yang bebas nilai dan objektif, para pejabat pengambil
keputusan diharapkan mampu membuaat keputusan-keputusan atau kebijakankebijakan secara rasional dan objektif serta terhindar dari pertimbangan subjektif
dan nilai-nilai pribadinya.
2.
Pengembanga Hukum Lingkungan Berdasarkan Teori Hak
Pengembangan hukum lingkungan berdasarkan teori hak dipengaruhi pleh filsafat
moral atau etika. Aliran filsafat ini menganggap perbuatan yang menimbulkan
pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan perbuatan jahat (evils)
sehingga masyarakat atau negara wajib menghukum perbuatan semacam itu.
Teori hak ini juga mencakup dua aliran pemikiran, yaitu libertarianisme di satu sisi
dan aliran pemikiran tentang hak-hak hewan (animal rights) di sisi lain.
Bagi libertarianisme, jika sebuah sistem hukum mengakui keberadaan hak atas

lingkungan hidup, maka hak itu berfungsi sebagai pelindung bagi perorangan
pemegang hak untuk menolak keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan
pemerintah yang bertentangan atau mengancam hak atas lingkungan hidup,
meskipun keputusan atau kebijakan pemerintah secara ekonomi dianggap efisien.
Beberapa sarjana mengusulkan perlunya membangun etika ekologis dan
perlindungan hak-hak hewan sebagai dasar bagi hukum dan kebijakan lingkungan
hidup. Aldo Leopold mengusulkan perlunya konsep etika tanah (land etic), yaitu
aturan perilaku untuk melindungi komunitas yang tidak saja terdiri atas manusia,
tetapi juga mencakup tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Sebuah
kebijakan dianggap baik apabila tidak mengancam integritas, stabilitas, dan
keindahan komunitas.ndengan demikian Leopold menginginkan adanya perlakuan
yang sama terhadap semua makhluk sebagai bagian dari komunitas etik.

3.
Pengembangan Hukum Lingkungan Berdasarkan Teori Paternalisme
Teori Paternalisme mengandung arti bahwa negara memainkan peran sebagai
bapak atau orang tua dalam membimbing perilaku anak-anaknya. Secara kiasa
negara dipandang sebagai bapak atau orang tua, sedangkan warga negara
dipandang sebagai anak-anak. Dan seseorang melakukan sesuatu berdasarkan
kesukaan, tanpa perduli hal tersebut bersifat negatif atau positif. Secara analogis

persoalan perilaku merokok dan perilaku pengendara mobil dapat diterapkan
kedalam konteks hukum lingkungan. Jika setiap orang diberi kebebasan untuk
berbuat menurut apa yang dikehendakinya (preferences), maka lingkungan hidup
akan terancam.
Perilaku individual manusia sering kali dilatarbelakangi oleh berbagai motif
subjektif yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan kehidupan bersama dalam
masyarakat atau negara. Dengan demikian diperlukan berbagai peraturan
perundang-undangan lingkungan yang dimaksudkan untuk mencegah perbuatanperbuatan yang tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga merugikan masyarakat
secara keseluruhan, serta mengubah atau mengarahkan kesukaan warga demi
kebaikan masyarakat secara keseluruhan. Agar pendekatan paternalisme tidak
melanggar kebebasan dan hak individual, pengaturan hukum atau kebijakan yang
dibangun atas dasar teori paternalisme diperlukan keterbukaan institusi-institusi
pemerintah dan individu-individu memiliki akses dalam proses politik yang
menghasilkan kebijakan paternalisme negara.
4.
Pengembangunan Hukum Lingkungan Berdasarkan Teori Nilai Kebijakan
Publik
Teori nilai kebijakan publik menjelaskan, bahwa pertukaran pandangan atau
musyawarah mufakat di antara berbagai pemangku kepentingan dapat menjadi
dasar bagi pembuatan keputusan yang rasional. Pertukaran pandangan dilandasi

oleh sifat keterbukaan pemikiran, kejujuran, ketersediaan untuk mendengar kritik,
dan penghargaan atas pandangan-pandangan pihak yang berbeda menjadi dasar
pengambilan keputusan bersama. Menurut teori nilai kebijakan publik, wakil-wakil
dari berbagai pemangku kepentingan dalam proses legalisasi harus mampu
mengatasi benturan kepentingan dengan cara menempatkan kepentingan
bersama di atas konstituen mereka
Konvensi-konvensi internasional, putusan-putusan pengadilan Internasional
sebelum Deklarasi Stockholm 1972 dipandang sebagai rezim hukum lingkungan
internasional klasik, sedangkan konvensi-konvensi internasional dan putusanputusan Pengadilan Internasional setelah Deklarasi Stockholm dipandang sebagai
rezim hukum lingkungan modern. Perbedaan pokok antara rezim hukum
lingkungan klasikdengan rezim hukum lingkungan modern adalah terletak pada
ruang lingkup dan pendekatannya. Rezim hukum masyarakat
Pada bab 1 dalam buku Hukum Lingkungan Hidup Di Indonesia oleh
Prof.Dr.Takdir Rahmadi menjelaskan tentang latar belakang pengembangan
hukum lingkungan dimana dalam bab ini berisikan masalah-masalah serta
penyebab terjadinya masalah-masalah lingkungan, dari masalah-masalah

tersebut melahrikan kesadaran lingkungan dan kebijakan pembangunan
berwawasan lingkungan. Dari lahirnya kesadaran tersebut timbul pula hukum
lingkungan dimana posisi hukum lingkungan tersebut mengandung segi-segi

hukum perdata, pidana dan administrasi negara.
Pada bab 2 buku ini menjelaskan tentang pengaturan asas, hak dan
kewajiban, kewenangan, kelembagaan, dan instrumen dalam pengelolaan
lingkungan hidup seperti pengembangan peraturan
perundang-undangan
lingkungan dari peraturan perundang-undangan klasik hingga peraturan
perundang-undangan yang sekarang yaitu undang-undang nomer 32 tahun 2009
beserta konsep dan pengertian konsep dalam undang-undang tersebut.
Pada bab 2 ini juga menjelaskan asas dan tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, hak dan kewajiban, kewenangan pemerintah
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Serta menjelaskan tentang kelembagaan
pengelolaan lingkungan hidup mulai dari instansi-instansi sektoral kementrian
kelembagaan di daerang tingkat 1 dan 2. Selain kelembagaan pengaturan asas,
hak dan kewajiban juga berisikan tentang instrumen-instrumen dalam
pengelolaan lingkungan hidup seperti rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup kajian lingkungan hidup strategis dan instrumen-instrumen
mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang lainnya.
Bab 3 dalam buku ini berkenaan dengan pengaturan pengendalian
pencemaran lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan pencamaran dapat dikatan
seperti pencemaran sungan dan danau, pencemaran udara, oleh karena itu dapat

dikenal berbagai rezim yang mengatur mengenai pencemaran masing-masing
tersebut.
Dalam bab 3 ini menjelaskan juga tentang apa itu baku mutu dan
hubungannya dengan instrumen pengendalian perncemaran terhadap lingkungan
hidup, perizinan pengendalian pencemaran ingkungan sebelum berlakunya
UUPPLH seperti izin usaha, izin lokasi serta izin-izin lainnya berkenaan dengan
pengendalian perncemaran terhadap lingkungan, kemudian juga izin
pengendalian pencemaran lingkungan berdasarkan UUPPLH.
Pada bab 4 buku Hukum Lingkungan di Indonesia menjelaskan tentang
pengaturan pemanfaatan sumber daya alam dan pengendalian perusakan
lingkungan hidup. Sumberdaya alam memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan manusia olah karena itu maka manusia berkewajiban untuk
mempertahankan sumber daya alam tersebut, serta berkewajiban untuk berusaha
menggunakan sumber daya alam itu seefisien mungkin.
Bab ini menjelaskan tentang berbagai pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya alam tersebut seperti pengelolaan terhadap hutan yang didalamnya
pengertian asas dan tujuan pengelolaan hutan, hutan kawasan produksi,
rehabilitasi dan pihak yang berwenang mengelola dan melakukan pengawasan
terhadap hutan. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,
perlindungan sumber daya alam hayati di laut, perlindungan sumber daya ikan,
dan pengelolaan sumber daya air. Hal ini dilakukan untung melindungi sumber
daya alam yang ada dan bagaimana pemanfaatannya.
Pada bab terakhir yaitu bab 5 dalam buku ini menjelaskan tentang
penegakan hukum lingkungan dan penyelesaian sengketa lingkungan. Hukum

lingkungan seperti yang sudah dijelaskan terdapat segi-segi dari hukum perdata,
pidana dan administrasi negara. Oleh karena itu dalam penegakannya terdapat
sanksi-sanksi baik dari hukum administrasi negara serta sanksi-sanksi hukum
pidana, pertanggung jawaban pidana badan usaha.
Dalam bab 5 juga menjelaskan penegakan hukum lingkungan melalui
gugatan perdata serta penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik diluar
undang-undang 32 tahun 2009 maupun penyelesaian sengketa lingkungan hidup
berdasarkan undang-undang 32 tahun 2009. Penyelesaian sengketa berdasarkan
unadang-undang 32 tahun 2009 seperti penyelesaian sengketa melalui
pengadilan, gugtan perwakilan, peran saksi ahli dalam pembuktian perkara
lingkungan hidup, dan pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup.
Kelebihan dari buku ini meliputi di tulis secara sistematis dan terperinci,
yang mana diawal membahas buku ini merinci tentang latar belakang
pengembangan hukum lingkungan hingga penegakan hukum lingkungan dan
penyelesaian sengketa lingkungan, sehingga memudahkan para pembaca untuk
memahami isi buku tersebut.
nganalisis dan membandingkan undang-undang yang mengenai hukum
lingkungan sehingga memberi pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan
yang ada pada undang-undang hukum lingkungan yang telah ada. Undangundang tersebut adalah dari udang-undang nomor 4 tahun 1982 ke undangundang nomor 23 tahun 1997 dan dari undang-undang nomor 23 tahun 1997 ke
undang-undang nomor 32 tahun 2009.
Selain itu buku ini juga memberikan contoh-contoh kerusakan lingkungan
yang ada disekitar kita secara kongkrit, sehingga tika dapat mengetahui secara
langsung mengenai penyebab-penyebab kerusakan lingkungan dan dampakdampak yang terjadi dari kerusakan lingkungan tersebut. Buku ini juga membahas
prinsip-prisip hukum lingkungan yang diadopsi dalam instrumen-instrumen hukum
internasional, yang utama Deklarasi Rio 1992.
Kekurangan dari buku ini adalah kurangnya teori yang diangkat sehingga
terkesan hanya mengacu pada uu nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidupselain itu Kekurangan dalam buku ini terlalu
banyak sub-sub bab didalamnya sehingga membuat pembaca sedikit dipusingkan
untuk memahami buku ini dari daftar isi yang ada, dan juga pembaca yang
hendak merangkum buku ini dirsa cukup kesulitan untuk menemukan titik penting
dari masing-masing sub-sub bab. Demikianlah hasil review buku ini semoga
menjadi kesan positif dan dukungan serta masukan yang membangun.