Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasi

Buku Saku

Rangkuman Buku I dan Buku II

terkait Tata Ruang dan Pertanahan

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 telah selesai disusun.

RPJMN 2015 –2019 terdiri dari 3 (tiga) buku yang merupakan satu kesatuan yang utuh dengan masing-masing muatan sebagai berikut:

Buku I Memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta sembilan agenda prioritas pembangunan nasional atau yang dikenal dengan NAWACITA dari Presiden-Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Buku II Memuat rencana pembangunan yang mencakup bidang kehidupan masyarakat sebagaimana tertuang dalan RPJPN 2005 –2025 dengan tema: Agenda

Pembangunan Bidang.

Buku III Memuat rencana pembangunan kewilayahan yang disusun dengan tema:

Agenda Pembangunan Wilayah.

Tata Ruang dan Pertanahan dijabarkan secara khusus dalam Buku II Bab XIII. Namun demikian, tata ruang dan pertanahan memiliki keterkaitan yang erat dengan bidang-bidang pembangunan lainnya yang tertuang dalam RPJMN 2015 –2019 (Buku I, Buku II dan Buku III).

Untuk memberi gambaran yang menyeluruh terhadap arah pembangunan subbidang tata ruang dan pertanahan pada 5 (lima) tahun kedepan, kami menyiapkan Buku Saku ini yang berisikan keseluruhan aspek pembangunan tata ruang dan pertanahan yang tercantum dalam dokumen RPJMN 2015-2019 baik Buku I maupun Buku II. Sementara materi Buku III tidak dimasukkan dalam Buku Saku ini berdasar pertimbangan terlalu banyak materi yang perlu dicantumkan.

Harapan kami, Buku Saku ini dapat memudahkan para pemangku kepentingan memahami dokumen RPJMN 2015 –2019, khususnya terkait subbidang tata ruang dan pertanahan

Demikian, dan semoga bermanfaat.

Jakarta, Januari 2015 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan,

Kementerian PPN/Bappenas,

Oswar Muadzin Mungkasa

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015 - 2019 ................................. 7 Tabel 2 Daftar Lokasi Pengembangan Kawasan Strategis Bidang Ekonomi yang

Sudah Terbentuk ............................................................................................................... 64

DAFTAR SINGKATAN

ALKI : Alur Laut Kepulauan Indonesia APBD

: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ATCS

: Area Traffic Controll System B3 :

Bahan Berbahaya dan Beracun Bappeda

: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappenas

: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG

: Badan Informasi Geospasial BKPRD

: Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN

: Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BKSP

: Badan Kerja Sama Pembangunan BLU

: Badan Layanan Umum BPHTB

: Bea Perolehan Hak Atas Tanah atau Bangunan BPN

: Badan Pertanahan Nasional BPS

: Badan Pusat Statistik BRT

: Bus Rapid Transit BUMD

: Badan Usaha Milik Daerah BUMN

: Badan Usaha Milik Negara CSR

: Corporate Social Responsibility DAS

: Daerah Aliran Sungai DOB

: Daerah Otonom Baru GRK

: Gas Rumah Kaca Ha. :

hektar HAM

: Hak Asasi Manusia HGU

: Hak Guna Usaha IGD

: Informasi Geospasial Dasar IGT

: Informasi Geospasial Tematik IKLH

: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup IKM

: Industri Kecil dan Menengah IP4T

: Inventarisasi Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah

IP4T : Identifikasi dan inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah

IPM : Indeks Pembangunan Manusia IPTEK

: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jabodetabek :

Jakarta, Bogor Depok, Tangerang, Bekasi Jabodetabek

punjur : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. JDSN

: Jaringan Data Spasial Nasional JIGN

: Jaringan Informasi Geospasial Nasional K/L

: kementerian/lembaga KA

: kereta api Kab/kota

: Kabupaten/Kota KBI

: Kawasan Barat Indonesia KEK

: Kawasan Ekonomi Khusus Kemendagri :

Kementerian Dalam Negeri Kemenhut :

Kementerian Kehutanan Keppres

: Keputusan Presiden KIP

: Keterbukaan Informasi Publik KLHS

: Kajian Lingkungan Hidup Strategis KP2B

: Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan KPA

: Kawasan Pelestarian Alam KPB

: Kawasan Perkotaan Baru KPBPB

: Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPHK

: Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi KSDA

: Konservasi Sumber Daya Alam KSN

: Kawasan Strategis Nasional KSPN

: Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KTI

: Kawasan Timur Indonesia LAPAN

: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LH

: Lingkungan Hidup Lokpri

: Lokasi Prioritas LP2B

: Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LRT

: Light Rail Transit

LSM : Lembaga Swadaya Masyrakat MBR

: Masyarakat Berpenghasilan Rendah MRT

: Mass Rapid Transit NCICD

National Capital Integrated Coastal Development

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia No.

: Nomor NSPK

: Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria OMS

: Organisasi Masyarakat Sipil Otsus

: Otonomi Khusus P4T

: Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah PAN-RB

: Penertiban Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi PDB

: Produk Domestik Bruto Perpres

: Peraturan Presiden Perum

: Perusahaan Umum PHLN

: Pinjaman Hutang Luar Negeri PKL

: Pusat Kegiatan Lokal PKN

: Pusat Kegiatan Nasional PKSN

: Pusat Kegiatan Strategis Nasional PKW

: Pusat Kegiatan Wilayah PLTA

: Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTG

: Pembangkit Listrik Tenaga Gas PLTGU

: Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap PLTMG

: Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas PLTU

: Pembangkit Listrik Tenaga Uap PNBP

: Penerimaan Negara Bukan Pajak PNS

: Pegawai Negeri Sipil PP

: Peraturan Pemerintah PPAN

: Program Pembaharuan Agraria Nasional PPAT

: Pejabat Pembuat Akta Tanah PPN

: Perencanaan Pembangunan Nasional PPN/PPS

: Pelabuhan Perikanan Nusantara/Pelabuhan Perikanan Samudra PPNS

: Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPRG

: Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender

PRODA : Proyek Operasi Nasional Agraria Daerah PRONA

: Proyek Operasi Nasional Agraria PRUN

: Pengelolaan Ruang Udara Nasional PSO

: Public Service Obligation PU

: Pekerjaan Umum PUG

: Pengarusutamaan Gender Rakereg

: Rapat Kerja Regional Rakernas

: Rapat Kerja Nasional RDTR

: Rencana Detail Tata Ruang Renstra

: Rencana Strategis Renstra-KL : Rencana Strategis Kementerian dan Lembaga RIPIN

: Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional RIPPARNAS :

Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional RPDAST

: Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu RPDAST

: Rencana Pengelolaan DAS Terpadu RPI2-JM

Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMN

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN

: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RRTR

: Rencana Rinci Tata Ruang RTH

: Ruang Terbuka Hijau RTR

: Rencana Tata Ruang RTRWN

: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RUPTL

: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RZWP3K

: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil SDA dan LH :

Sumberdaya alam dan lingkungan Hidup SDA

: Sumberdaya alam SDM

: Sumberdaya manusia SIKIM

: Sentra Industri Kecil dan Menengah Simtanas

: Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional SKP

: Satuan Kawasan Pengembangan SP

: Satuan Permukiman SPM

: Standar Pelayanan Minimal

SPP : Standar Pelayanan Perkotaan SPPN

: Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Suramadu :

Surabaya-Madura TIK

: Teknologi Informasi dan Komputerisasi TIK

: Teknologi Informasi dan Komunikasi TOD

: Transit Oriented Development TORA

: Tanah Objek Reforma Agraria UKM

: Usaha Kecil Menengah UU

: Undang-Undang UUD

: Undang-Undang Dasar UUPA

: Undang-Undang Pokok Agraria UUPR

: Undang-Undang Penataan Ruang

Buku I

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Tahun 2015 – 2019

terkait

Tata Ruang dan Pertanahan

Pendahuluan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), menyebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 –2019 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. RPJMN 2015-2019 disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi Presiden/Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

RPJMN 2015-2019 memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJMN 2015 –2019 selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga (Renstra –KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional.

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

 Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025 Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap,

terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:

Mandiri: berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju: dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap. Adil: berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah. Makmur: berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.

Dalam mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah delapan misi pembangunan nasional untuk periode 2005 –2025 sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila;

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;

6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.  Pentahapan Pembangunan RPJPN 2005 – 2025

RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan rumusan arahan prioritas kebijakan, yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasar tahapan RPJPN tersebut pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

Gambar 1.

Tahapan Pembangunan dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005 - 2025

Permasalahan dan Tantangan

 Tiga Masalah Pokok Bangsa Dalam rangka mencapai tujuan nasional, bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga

masalah pokok bangsa, yakni (i) merosotnya kewibawaan negara, (ii) melemahnya sendi- sendi perekonomian nasional, dan (iii) merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.

 Tantangan Utama Pembangunan Tantangan utama pembangunan dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu (i)

meningkatkan wibawa bangsa, berupa peningkatan stabilitas dan keamanan Negara, pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien, pemberantasan korupsi. (ii) memperkuat sendi perekonomian bangsa, berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, percepatan pemerataan dan keadilan, keberlanjutan pembangunan. (iii) memperbaiki krisis kepribadian bangsa berupa peningkatan sumber daya manusia (SDM), pengurangan kesenjangan antarwilayah, dan percepatan pembangunan kelautan.

Kebijakan Pembangunan Nasional

 Visi Misi Pembangunan Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang

dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan

berkepribadian berlandaskan gotong royong

Upaya mewujudkan visi ini adalah melalui 7 (tujuh) Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.  Strategi Pembangunan Nasional Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukkan dalam Gambar 2 yang

menggariskan hal-hal sebagai berikut:

1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah:

a) Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.

b) Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan.

c) Memberikan perhatian khusus kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

d) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Gambar 2. Strategi Pembangunan Nasional

2. Tiga Dimensi Pembangunan;

a) Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia Indonesia unggul tersebut diharapkan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku yang positip dan konstruktif. Oleh karena itu, pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja yang berdedikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.

b) Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:

i. Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.

ii. Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, dilakukan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri.

iii. Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat. iv. Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul.

c) Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Oleh karena itu, pembangunan harus dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas:

i. wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;

ii. wilayah pinggiran;

iii. luar Jawa; iv. kawasan Timur.

3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlukan sebagai

prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain:

a) Kepastian dan penegakan hukum;

b) Keamanan dan ketertiban;

c) Politik dan demokrasi; dan

d) Tata kelola dan reformasi birokrasi.

4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

 Sembilan Agenda Prioritas Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang

berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.  Sasaran Pokok Pembangunan Nasional

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional tahun 2015-

2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1. Sasaran Makro;

2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat:

3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

4. Sasaran Dimensi Pemerataan;

5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;

6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan. Secara rinci sasaran pokok pembangunan nasional yang terkait bidang Tata Ruang dan

Pertanahan sebagaimana pada Tabel 1

Tabel 1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Terkait Tata Ruang dan Pertanahan

SASARAN NO

1. SASARAN MAKRO

Pembangunan Manusia dan Masyarakat

a. Indeks Gini

Ekonomi Makro

a. Pertumbuhan ekonomi

5,1 % (perkiraan)

6-8 %

b. Tingkat Kemiskinan

7,0-8,0%

2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Kependudukan dan Keluarga Berencana

a Rata-rata Laju Pertumbuhan

1,19%/tahun Penduduk

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Kedaulatan Pangan

1. Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi

Pembangunan waduk

Kedaulatan Energi

1 Pembangunan kilang bumi (unit)

Maritim dan Kelautan

1 Memperkuat Jatidiri Sebagai Negara Maritim

a. Penyelesaian pencatatan/deposit 17.466

pulau-pulau kecil ke PBB (Selesai th 2017) Penyelesaian batas maritim antar

b.

9 negara negara

1 negara

2 Membangun konektivitas Nasional

a. Pembangunan pelabuhan untuk

24 menunjang tol laut

---

b. Pengembangan pelabuhan

270 penyeberangan

3 Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan

a. Pengembangan pelabuhan

24 unit perikanan

21 unit

b. Peningkatan luas kawasan

15,7 juta ha

20 juta ha

SASARAN NO

konservasi laut

Ketahanan Air, Infrastruktur Dasar dan Konektivitas

1 Ketahanan Air

49 waduk tahun)

Pembangunan Waduk (kumulatif 5

21 waduk

2 Infrastruktur Dasar dan Konektivitas

a. Kawasan

0 Ha perkotaan

b. Kekurangan tempat tinggal

5 juta (backlog) berdasarkan perspektif menghuni

7,6 juta

c. Pengembangan jalan nasional

38.570 km

45.592 km

d. Pembangunan jalan baru (kumulatif

e. Pengembangan jalan tol (kumulatif

f. Panjang jalur kereta api

5.434 km

8.692 km

g. Pengembangan pelabuhan

h. Jumlah bandara

i. Jumlah dermaga penyeberangan

4. SASARAN PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN

Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi

7,0% - 8,0% Keterangan: *) Tingkat Kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan

1 Tingkat Kemiskinan (%)

pengurangan subsidi BBM pada bulan November 2014

5. SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah

1 Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional

a. Sumatera

b. Jawa

c. Bali – Nusa Tenggara

d. Kalimantan

e. Sulawesi

2,9 Keterangan: *) Tahun 2013

f. Maluku - Papua

2 Pembangunan Perdesaan

a. Penurunan desa tertinggal s.d. 5.000 desa

tertinggal

b. Peningkatan desa mandiri Paling sedikit

2.000 desa mandiri

SASARAN NO

3 Pengembangan Kawasan Perbatasan

a. Pengembangan Pusat Ekonomi

10 (187 lokasi Perbatasan

3 (111 lokasi

priorias) Strategis Nasional/PKSN)

b. Peningkatan keamanan dan

92 pulau kecil kesejahteraan masyarakat terluar berpenduduk terluar/terdepan perbatasan

12 pulau-pulau kecil

4 Pembangunan Daerah Tertinggal

a. Jumlah Daerah Tertinggal

122 (termasuk 9

DOB)

b. Kabupaten terentaskan

c. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di

7,24% daerah tertinggal

d. Persentase penduduk miskin di

14,0% daerah tertinggal

e. Indeks Pembangunan Manuasia

69,59 (IPM) di daerah tertinggal *) rata-rata 210-2014

3 Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa

a. Kawasan Ekonomi Khusus di Luar

7 14 Jawa

b. Kawasan Industri

n.a.

c. Kawasan Perdagangan Bebas dan

4 4 Pelabuhan Bebas (KPBPB)

4. Pembangunan Kawasan Perkotaan

a. Pembangunan Metropolitan di Luar 2+ 5 (usulan Jawa sebagai PKN dan Pusat

baru) Investasi

b. Optimalisasi 20 kota otonomi

berukuran sedang di Luar Jawa

20 dioptimalkan sebagai PKN/PKW dan penyangga

43 kota belum

perannya urbanisasi di Luar Jawa

optimal perannya

c. Penguatan 39 pusat pertumbuhan

39 pusat sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

pertumbuhan atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

yang diperkuat

d. Pembangunan 10 Kota Baru Publik

10 Kota Baru

 Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional Mengacu pada sasaran utama dan analisis target pencapaian serta mempertimbangkan

lingkungan strategis dan tantangan yang dihadapi, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;

2. Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumberdaya alam (SDA) yang berkelanjutan;

3. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan;

4. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim;

5. Penyiapan landasan pembangunan yang kokoh;

6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan;

7. Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Agenda Pembangunan Nasional

Terkait agenda pembangunan nasional yang merupakan penjabaran operasional dari Nawacita yang terdiri dari 9 (sembilan) agenda, subbidang Tata Ruang dan Pertanahan hanya terkait dengan 7 (tujuh) agenda, sebagai berikut.

 Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi Segenap Bangsa dan Memberikan

Rasa Aman pada Seluruh Warga Negara

Agenda pertama mencakup 10 (sepuluh) sub agenda, tetapi hanya 1 (satu) sub agenda yang terkait tata ruang dan pertanahan yaitu:  Memperkuat jati diri sebagai Negara Maritim. Strategi pembangunan yang diterapkan adalah menyempurnakan sistem penataan ruang nasional dengan memasukkan wilayah laut sebagai satu kesatuan dalam rencana penataan ruang nasional/regional.

 Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, disusun 5 sub agenda prioritas, dan hanya 1 (satu) sub agenda yang terkait dengan tata ruang dan pertanahan yaitu

 Meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik.

Sasaran pokok yang akan dicapai adalah meningkatnya keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik, meningkatnya akses masyarakat terhadap informasi publik, dan meningkatnya implementasi open government pada seluruh instansi pemerintah. Strategi yang akan ditempuh antara lain (i) fasilitasi untuk mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan keputusan; (ii) penguatan kemitraan dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, swasta dan media untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya informasi publik dan berpartisipasi dalam proses penyusunan dan pengawasan kebijakan; (iii) diseminasi informasi publik terkait dengan prioritas program pembangunan nasional melalui berbagai media.

 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka Negara Kesatuan

Membangun dari pinggiran harus dipahami dalam perspektif yang utuh, yakni sebagai afirmasi untuk mendorong kegiatan ekonomi yang selama ini kurang diprioritaskan pemerintah. Kegiatan ekonomi dalam wujud wilayah (perdesaan/perbatasan/daerah tertinggal), sektor (pertanian), pelaku (usaha mikro dan kecil) atau karakter aktivitas ekonomi (tradisional). Pembangunan dari pinggiran harus diperlakukan sebagai model pembangunan yang mencoba membangun keterkaitan (linkage), keselarasan (harmony) dan kemitraan (partnership). Jika model ini yang dijalankan, maka kemajuan wilayah pedesaan, pertanian, usaha mikro dan kecil, dan tradisional sekaligus akan mendorong daerah perkotaan, industri/jasa, usaha menengah dan besar, serta aktivitas ekonomi modern.

Keseluruhan 3 (tiga) sub agenda prioritas terkait dengan bidang tata ruang dan pertanahan, yaitu.  Peletakan dasar-dasar dimulainya Desentralisasi Asimetris Pembangunan Indonesia diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan perlu dimulai dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan desentralisasi asimetris yaitu dengan melaksanakan kebijakan keberpihakan (affirmative policy) kepada daerah-daerah yang saat ini masih tertinggal, terutama (a) kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar; (b) daerah tertinggal dan terpencil; (c) desa tertinggal; (d) daerah-daerah yang kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik.

1. Pengembangan Kawasan Perbatasan Pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach), dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach), yang difokuskan pada 10 Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di

41 Kabupaten/Kota dan 13 Provinsi Sasaran pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2015-2019, diantaranya: berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, simpul utama transportasi wilayah, pintu gerbang internasional/pos pemeriksaan lintas batas kawasan perbatasan negara, dengan 16 PKSN lainnya sebagai tahap persiapan pengembangan;

Untuk mempercepat pengembangan kawasan perbatasan tersebut ditempuh strategi pembangunan diantaranya:

1. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang pasar negara tetangga dengan didukung pembangunan infrastruktur transportasi, energi, sumber daya air, dan telekomunikasi-informasi;

2. Membangun konektivitas simpul transportasi utama pusat kegiatan strategis nasional dengan desa-desa di kecamatan lokasi prioritas perbatasan dan kecamatan di sekitarnya, pusat kegiatan wilayah (ibukota kabupaten), pusat kegiatan nasional (ibukota provinsi), dan menghubungkan dengan negara tetangga, serta membangun konektivitas melalui pelayanan transportasi laut untuk meningkatkan kualitas dan intensitas pelayanan terhadap wilayah perbatasan laut.

3. Membuka akses di dalam desa-desa di kecamatan lokasi prioritas dengan transportasi darat, sungai, laut, dan udara dengan jalan/moda/dermaga non status dan pelayanan keperintisan;

4. Meningkatkan kualitas pengaturan, pembinaan pemanfaatan, dan pengawasan rencana tata ruang, termasuk mendorong percepatan penyusunan peraturan perundangan terkait Pengelolaan Ruang Udara Nasional (PRUN) untuk memperkuat kedaulatan negara di udara serta penyusunan rencana detail tata ruang kawasan perbatasan negara;

2. Pengembangan Daerah Tertinggal Pembangunan daerah tertinggal sebagai pendekatan pembangunan lintas batas sektor ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan mengurangi kesenjangan pembangunan antara daerah tertinggal dengan daerah maju dari 122 kabupaten pada tahun 2015-2019.

Strategi pembangunan diantaranya adalah:

1. Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi, seperti: peningkatan akses jalan, jembatan, pelabuhan, serta pelayanan penerbangan perintis dan pelayaran perintis;

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran, seperti kawasan perbatasan dalam upaya mendukung pembangunan daerah tertinggal;

3. Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru 3. Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru

3. Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan Sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dan kawasan perdesaan, termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, dan pulau-pulau kecil terluar, diantaranya adalah:

1. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi melalui strategi diantaranya: (a) menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi hak atas tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan; (b) menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi; (c) menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari kantong-kantong hutan dan perkebunan;

2. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi: (a) mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata; (b) meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal/wilayah;

 Pemerataan pembangunan antarwilayah terutama Kawasan Timur Indonesia. Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antarwilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Kerangka Pengembangan Wilayah untuk mempercepat dan memperluas pembangunan wilayah tersebut, diantaranya adalah:

1. Mendorong percepatan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth), di masing-masing pulau di Luar Jawa, terutama di wilayah koridor ekonomi, dengan menggali potensi dan keunggulan daerah. Industrialisasi/hilirisasi perlu didorong untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan yang mempunyai nilai tambah tinggi serta dapat menciptakan kesempatan kerja baru.

2. Upaya peningkatan pembangunan ekonomi di semua pusat pertumbuhan tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan di masa depan.

3. Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah sekitarnya, perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan terhubung dengan baik dan terpadu, khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik perhubungan laut maupun udara, termasuk jaringan informasi dan komunikasi, serta pasokan energi, sehingga tercipta konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara internasional (locally integrated, internationally connected). Prioritas khusus akan diberikan pada peningkatan fungsi dan peran perhubungan laut untuk mewujudkan poros maritim dunia.

4. Pada saat yang bersamaan diperlukan percepatan peningkatan pembangunan kawasan perkotaan, khususnya di luar Jawa, untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman; hijau yang berketahanan iklim dan bencana; cerdas; dan mempunyai daya saing kota. Percepatan pembangunan kota-kota di luar pulau Jawa sangat diperlukan untuk dapat mengurangi arus migrasi penduduk dari luar Jawa ke kota-kota di Pulau Jawa (urbanisasi).

 Pengembangan Kawasan Strategis

Sasaran pembangunan kawasan strategis periode 2015-2019 adalah berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk di antaranya: 15 KEK, 13 Kawasan Industri baru, 4 KPBPB dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah pinggiran. Dengan demikian, diharapkan berkurangnya kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan KTI.

Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata.

Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan strategis tersebut adalah:

1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, baik yang lama (Kawasan Industri

dan Kawasan Ekonomi Khusus) maupun yang baru, terutama di wilayah koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada pusat- pusat pertumbuhan tersebut akan dibangun 14 kawasan industri baru yang menjadi keunggulannya, terutama yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Selain itu, akan dilakukan pula percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan dan Kawasan Ekonomi Khusus) maupun yang baru, terutama di wilayah koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada pusat- pusat pertumbuhan tersebut akan dibangun 14 kawasan industri baru yang menjadi keunggulannya, terutama yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Selain itu, akan dilakukan pula percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan

2. Percepatan pembangunan konektivitas Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan,

antarwilayah pertumbuhan serta antarwilayah koridor ekonomi atau antarpulau melalui percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan, informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas adalah (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-modal supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland) (c) menyebarkan manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan.

 Pembangunan perkotaan

Sasaran utama pembangunan perkotaan, yaitu:

1. Pembangunan 5 (lima) Kawasan Metropolitan baru di luar Pulau Jawa–Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di

7 (tujuh) Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi.

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa–Bali khususnya di KTI sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percontohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa –Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa-Bali.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan diantaranya adalah:

1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) dengan: (a) mendorong kawasan perkotaan metropolitan baru sebagai sentra produksi pengolahan barang dan jasa untuk melayani KTI serta memantapkan peran dan fungsi kawasan metropolitan yang sudah ada untuk menjadi pusat berskala global; (b) meningkatkan konektivitas antarwilayah dan antarpulau di 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 20 kota otonom prioritas diluar Pulau Jawa –Bali yang terintegrasi dengan simpul-simpul transportasi dan mengoptimalkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan jalur tol laut;

2. Pembangunan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana dengan: (a) menata, mengelola, dan memanfaatkan ruang dan kegiatan perkotaan yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan; (b) meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim dan bencana (urban resilience); (c) menyediakan sarana prasarana yang berorientasi pada konsep hijau dan berketahanan, antara lain: green openspace (ruang terbuka hijau), greenwaste (pengelolaan sampah dan limbah), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan), green transportation (transportasi ramah lingkungan), green energy (pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan), serta green economy (pengembangan ekonomi yang berwawasan lingkungan);

3. Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal dengan: (a) mengembangkan perekonomian melalui pencitraan kota (city branding) yang mendukung pencitraan bangsa (nation branding); (b) menyediakan sarana prasarana dan pelayanan publik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); (c) membangun modal sosial dan kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif.

4. Peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan, dengan: (a) mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat; (b) meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan inovatif serta aparatur pemerintah dalam mengelola dan mewujudkan Kota Berkelanjutan; (c) menyederhanakan proses perijinan dan pelayanan publik bagi masyarakat dan para pelaku usaha; (d) membangun dan mengembangkan kelembagaan dan kerjasama pembangunan antar kota dan antara kota-kabupaten, baik dalam negeri dan luar negeri (sister city); (e) membentuk dan menguatkan status Badan Koordinasi Pembangunan Kawasan Perkotaan Metropolitan termasuk Jabodetabek; (f) mengembangkan dan menyediakan basis data informasi dan peta perkotaan berskala besar yang terpadu dan mudah diakses; serta (g) meningkatkan peran aktif swasta, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), dan asosiasi profesi dalam penyusunan kebijakan, perencanaan dan pembangunan Kota Berkelanjutan

 Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa

Arah kebijakan peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi diantaranya melalui perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antarpulau diantaranya dengan mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal.

 Tata ruang

Dalam pembangunan Bidang Tata Ruang, isu strategis utama terkait erat dengan Agenda Pemerataan Pembangunan Antarwilayah terutama Desa, Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Perbatasan. Pemerataan pembangunan perlu dilengkapi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan rencana tata ruang (RTR), sebagai landasan utama dalam pembangunan, dengan rencana pembangunan yang serasi antarpemerintahan, antarsektor, antarwaktu serta antara darat dan laut. Keterpaduan pembangunan antarsektor sangat penting dalam perencanaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Keterpaduan perencanaan daratan, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan dapat mendorong kinerja pembangunan maritim dan perikanan yang menjadi salah satu fokus dalam pemerintahan ini.

Selain agenda utama di atas, subbidang Tata Ruang berkaitan erat dengan berbagai agenda pembangunan lainnya, termasuk di dalamnya agenda: (1) Memperkuat Sistem Pertahanan; (2) Memperkuat Jati Diri sebagai Negara Maritim; (3) Membangun Transparansi dan Tata Kelola Pemerintahan; (4) Menjalankan Reformasi Birokrasi yang dapat mendukung kelembagaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang Tata Ruang yang handal; (5) Membuka Partisipasi Publik; serta (6) Mewujudkan Kedaulatan Pangan dengan integrasi perencanaan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dengan RTR Wilayah Provinsi yang diamanatkan oleh UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan peraturan turunannya.

Sasaran pembangunan bidang tata ruang untuk Tahun 2015-2019 adalah: (1) tersedianya peraturan perundang-undangan bidang tata ruang yang lengkap, harmonis, dan berkualitas; (2) meningkatnya kapasitas kelembagaan bidang tata ruang, dalam jangka pendek, yang akan segera diselesaikan adalah penyusunan pedoman perlindungan PPNS Bidang Tata Ruang; (3) meningkatnya kualitas dan kuantitas RTR serta terwujudnya tertib pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam jangka pendek, yang akan segera diselesaikan adalah penetapan Revisi Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang dilengkapi dengan lembaga dan/atau pengelola Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jabodetabekjur, penyediaan peta dasar skala 1:5.000 untuk penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) pada KSN dan daerah yang diprioritaskan, serta penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan; dan (4) meningkatnya kualitas pengawasan penyelenggaraan penataan ruang.

Berdasarkan isu strategis subbidang Tata Ruang tahun 2015-2019, maka disusun arah kebijakan dan strategi:

1. Meningkatkan ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis untuk mendukung pembangunan Indonesia dari pinggiran serta untuk mendukung kemandirian ekonomi dan kedaulatan pangan. Kebijakan tersebut dicapai melalui strategi: (a) penyusunan peraturan perundangan pengelolaan ruang 1. Meningkatkan ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis untuk mendukung pembangunan Indonesia dari pinggiran serta untuk mendukung kemandirian ekonomi dan kedaulatan pangan. Kebijakan tersebut dicapai melalui strategi: (a) penyusunan peraturan perundangan pengelolaan ruang

2. Meningkatkan pembinaan kelembagaan penataan ruang, untuk mendukung pengendalian pemanfaatan ruang. Kebijakan tersebut dicapai melalui strategi: (a) pembangunan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi; (b) pembentukan perangkat PPNS yang handal dengan menyusun pedoman perlindungan PPNS Bidang Tata Ruang; serta (c) membuka partisipasi publik melalui pembentukan forum masyarakat dan dunia usaha untuk pengendalian pemanfaatan ruang yang optimal sesuai dengan amanat PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.