PUSAT KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN

PUSAT KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Studi Kasus
Dinas Kesehatan

Kota Jayapura

Program Pelatihan
Peningkatan Kapasitas Manajemen dan Kepemimpinan
berbasis Kinerja di 4 Kabupaten/Kota Papua

STUDI KASUS DINAS KESEHATAN
KOTA JAYAPURA
Judul
1
2
3
4

5


6

Kompetensi Pejabat Struktural di Bidang
Kesehatan
Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan
Reformasi Sistem Kesehatan
Desentralisasi Kesehatan
Konsepsi Sistem Pembiayaan, Akun
Kesehatan dan Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan
Pemanfaatan Data Epidemiologi dalam
Pengambilan Keputusan dan Manajemen
Bencana
Jejaring dan Kemitraan antara Sektor
Pemerintah dan Non-Pemerintah dalam
Pelayanan Kesehatan

Halaman
1

7
13
17

21

27

Program Pengembangan Kapasitas Manajemen
dan Kepemimpinan Berbasis Kinerja di Papua
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Modul 1: Kompetensi Pejabat Struktural di Bidang
Kesehatan.
1.

Pengantar


Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh seorang pegawai berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap
perilaku yang diperlukan pada tugas jabatannya sehingga pegawai
tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan
efisien.
Berbagai jenis kompetensi yang perlu dipenuhi oleh pejabat
struktural di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
1.
2.

3.

2.

Kompetensi Dasar adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh
setiap pejabat struktural;
Kompetensi Bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh
setiap pejabat struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya; dan

Kompetensi Khusus adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
pejabat struktural dalam mengemban tugas pokok dan
fungsinya sesuai dengan jabatan dan kedudukannya.

Tujuan:
4.

5.
6.

7.

Peserta mampu memahami kompetensi pejabat struktural dinas
kesehatan seperti yang dipersyaratkan oleh Permenkes
971/2009.
Peserta mampu mengidentifikasi materi-materi pembelajaran
yang mendukung penyelesaikan kasus diatas.
Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan dasar dari kasus
diatas, dan mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut berdasarkan teori dan konsep yang sesuai.

Peserta mampu memberikan alternative-alternatif masalah, dan
memilih salah satu alternatif terbaik dan membuat rencana
implementasi untuk menyelesaikan masalah.
1 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

3.

Rujukan:



Modul utama: Kompetensi Pejabat Struktural di Bidang
Kesehatan
Modul pendukung:
a.

Modul Dasar: Pemanfaatan data epidemiologi dalam
pengambilan keputusan dan manajemen bencana

b. Modul Spesifik Dinas: Manajemen Umum
c. Modul Spesifik Dinas: Bimtek
d. Modul Spesifik Dinas: Kepemimpinan Berbasis Kinerja
e. Modul Spesifik Dinas: Mutu Pelayanan
f. Modul Dasar Tambahan:: Keterampilan Komunikasi
g. Modul Dasar Tambahan: Regulasi dan Perundangundangan dalam Pelayanan Publik di Sektor Kesehatan
4.

Uraian Kasus

Susunan organisasi tata kerja dinas kesehatan kota M,
menempatkan unit perencanaan dibawah pengawasan subag
perencanaan dan anggaran. Subag perencanaan dan anggaran ini
berada dibawah kontrol sekretaris dinas kesehatan.
Salah satu tupoksi unit perencanaan adalah mengkoordinasi
seluruh data dan informasi dari seluruh bidang-bidang di dinkes, yaitu:
bidang PMK, bidang PSDM, bidang Jamsarkes, dan bidang Yankes, serta
Sekretaris. Dibawah pengawasan bidang-bidang itu terdapat masingmasing tiga (3) seksi. Setiap seksi melaporkan data dan informasi ke
bidang, dan bidang seharusnya menyerahkan data dan informasi ke
unit perencanaan untuk direkap menjadi data dan informasi milik

dinkes yang dapat diakses secara transparan oleh setiap bidang, seksi
dan unit di dinkes tersebut jika membutuhkan.

PML Papua | 2

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Tetapi pada kenyataannya, pengumpulan data dan informasi
dari bidang ke unit perencanaan tidak terimplementasi, sehingga data
dan informasi tetap berada di masing-masing bidang. Unit perencanaan
tidak memiliki wewenang untuk ‘memaksa’ setiap bidang di dinkes
untuk memberikan data dan informasi yang dimiliki setiap bidang. Unit
perencanaan hanya dianggap sebagai unit kecil, sehingga tidak
mungkin mengurusi sesuatu yang lebih besar dan memiliki wewenang
yang lebih tinggi dari unit tersebut. Hal ini menyebabkan tidak adanya
transparansi data dan informasi yang menyulitkan proses sinkronisasi
perencanaan program-program terpadu dinkes.
3 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura


Akibatnya sering terjadi masalah duplikasi program dan
pembiayaan oleh bidang-bidang di dinkes. Bahka ada kegiatan yang
seharusnya dilakukan, tetapi tidak terimplementasi karena mengira
sudah direncanakan oleh bidang lain. Ada juga program yang harus
dilakukan secara lintas program tetapi tidak bisa dilakukan karena tidak
ada koordinasi dalam hal data dan informasi. Misalnya Program PMTCT
dilakukan hanya di P2M, tetapi tidak dilakukan di Kesga.
5.

Diskusi Kasus:

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.
2.
3.
4.


5.

Bagaimana mekanisme koordinasi yang Anda lihat terjadi
diantara bidang dalam dinkes kota M?
Apakah ada unit fungsional yang menjembatani pelaksanaan
koordinasi antar bidang di dinkes tersebut?
Apakah pembiayaan untuk pelaksanaan koordinasi ini tersedia?
Jika Ya, jelaskan. Jika Tidak, mengapa?
Apakah SDM yang ada di dinkes mendukung koordinasi antar
bidang ini? Dalam bentuk apa saja dukungan tersebut
diberikan?
Bagaimana peran dari pimpinan dinas dalam hal ini?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.

3.
4.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
kompetensi yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting yang perlu Anda cari solusinya.
Apa penyebab masalah utama tersebut? Cobalah analisis
dengan menggunakan Permenkes No. 971 tahun 2009.
Apa saja kompetensi sesuai Permenkes No. 971/2009 yang
harus dimiliki oleh pimpinan dinkes, kabid, dan kasie agar dapat
menyelesaikan masalah tersebut?

PML Papua | 4


STUDI KASUS: Kota Jayapura

5.

c.

Bagaimana penguasaan dan pemahaman pimpinan terhadap
program-program setiap bidang dan program lintas bidang?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.
4.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap.

5 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

PML Papua | 6

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Modul 2: Kebijakan Pembangunan Kesehatan
dan Reformasi Sistem Kesehatan
1.

Pengantar

Kementerian Kesehatan
telah menggulirkan kebijakan
tentang reformasi pembangunan
kesehatan.
Reformasi
ini
mencakup, revitalisasi pelayanan
kesehatan;
ketersediaan,
distribusi, retensi dan mutu
sumberdaya
manusia;)
mengupayakan
ketersediaan,
distribusi,
keamanan,
mutu,
efektifitas, keterjangkauan obat,
vaksin dan alkes; Jaminan
kesehatan; keberpihakan kepada
daerah tertinggal perbatasan dan
kepulauan (DTPK) dan daerah
bermasalah kesehatan (DBK).
Pemahaman dan pelaksanaan konsep reformasi kesehatan
dilakukan melalui pendekatan pada peran pelaku dalam sistem tata
kelola (good governance) di sektor pelayanan kesehatan dimana salah
satu pelaku utama adalah Dinas Kesehatan.
2.

Tujuan:
1.

2.
3.

Memahami komponen-komponen dalam sistem kesehatan di
tingkat kabupaten dengan pendekatan berdasarkan Sistem
Kesehatan
Mengidentifikasi penyebab peranan dinas kesehatan yang
kurang berperan dalam sistem kesehatan saat ini
Merumuskan kebijakan yang diperlukan untuk memperbaiki
sistem kesehatan dan meningkatkan peran Dinas Kesehatan
7 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

4.

3.

Mengembangkan alternatif solusi untuk memperkuat peran
dinas kesehatan dalam sistem kesehatan

Rujukan:



Modul Dasar: Manajemen Pembangunan Kesehatan dan
Reformasi Sistem Kesehatan
Modul Penunjang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

4.

Modul Dasar. Desentralisasi Kesehatan
Modul Dasar: Pemanfaatan Data Epidemiologi
Modul Dasar Program: Kebijakan Program KIA
Modul Spesifik Dinas Manajemen Umum
Modul Spesifik Dinas Manajemen Mutu Pelayanan
Modul Dasar Tambahan: Komunikasi dan Advokasi

Uraian Kasus

Kasus 1
Di Kota M saat ini terjadi perkembangan kehidupan masyarakat
yang semakin cepat. Pertumbuhan ekonomi meningkat dan masalahmasalah kesehatan terkait dengan kemajuan semakin banyak. Sistem
pelayanan kesehatan di Kab. Jayapura semakin kompleks.
Dalam perkembangan ini dirasakan ada sesuatu yang kurang
tepat dalam pengembangan sistem kesehatan. Apa yang kurang?
Dinas Kesehatan Kota M terlihat kurang berperan dalam sistem
kesehatan. Apa yang terlihat?
1.

2.
3.

Dinas Kesehatan Kota M tidak mempunyai dana operasional
cukup untuk mendukung kegiatan. Dana BOK, relatif sulit
untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Pada saat yang lalu masih
ada retribusi tetapi saat ini sudah tidak ada lagi.
Puskesmas mengelola keuangan secara otonom sehingga dinas
kesehatan sulit mengontrolnya.
Pelayanan kesehatan terpusat di daerah perkotaan, sementara
di perbatasan kurang terlayani.

PML Papua | 8

STUDI KASUS: Kota Jayapura

4.

5.

6.

Pemerintah kota M tidak memiliki RS sendiri. Dengan demikian
pelayanan rujukan bergantung kepada RS Propinsi dan RS
swasta/TNI. Dinas Kesehatan tidak memiliki otoritas untuk
mampu mengkoordinir kegiatan di RS terutama pelaporannya.
Pelayanan kesehatan swasta semakin banyak, namun sulit
dikendalikan. Banyak staf PNS bahkan pegawai kontrak yang
aktif di swasta. Sebagian mengurangi waktu dan konsentrasi
sebagai pegawai pemerintah.
Insentif bagi tenaga kesehatan Kota M tidak sebesar insentif
pegawai Propinsi. Hal ini menyebabkan timbulnya
ketidakpuasan dan mempengaruhi motivasi kerja pegawai Kota
M.

5.

Diskusi Kasus

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
9 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

1.
2.

Bagaimana perkembangan komponen-komponen dalam sistem
kesehatan di Kota A?
Mengapa posisi Dinas Kesehatan tampak lemah dalam
mengelola sistem kesehatan di kabupaten tersebut?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.
3.
4.

c.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja reformasi dan system
kesehatan apa saja yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting yang perlu Anda cari solusinya.
Apa penyebab masalah utama tersebut?
Bagaimana penguasaan dan pemahaman pimpinan terhadap
fungsi pembiayaan dipuskesmas sehingga dapat membuat
perencanaan anggaran yang baik?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.
4.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap

Kasus 2:
Renstra Kota M mempunyai laporan data Kematian bayi adalah
35/1000 kelahiran hidup dan kematian ibu 307.000/100.000. Menurut
data ini, untuk mencapai MDG 2015 maka dibutuhkan penurunan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12/1000, dan Angka Kematian
Ibu(AKI) 205/100.000. Karena MDG hanya tinggal 2 tahun lagi maka
PML Papua | 10

STUDI KASUS: Kota Jayapura

dibutuhkan penurunan AKB sebesar 6/1000 per tahun dan AKI
102,25/100.000 per tahun.
Dibandingkan data SDKI, AKB dan AKI jauh lebih tinggi dari
renstra kota M. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah dalam
pencatatan pendataan AKI dan AKB. Ini terbukti dari kurangnya
cakupan dibandingkan dengan target cakupan.

Renstra kota M dasar utamanya adalah pelaporan dari
puskesmas, dikarenakan pelaporan dari pihak RS pemerintah langsung
ke dinkes provinsi tanpa melalui dinas kesehatan kota. Sampai saaat ini
dinkes kota M belum dapat mengakses laporan dari RS swasta maupun
praktek doktek swasta untuk kasus kematian ibu dan kematian bayi
kepada dinkes kota M.
11 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

6.

Diskusi Kasus:

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.
2.

Bagaimana mekanisme koordinasi yang Anda lihat terjadi
diantara dinkes kota M dengan dinkes provinsi?
Bagaimana pola perencanaan di dinkes kota M tersebut?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.
3.
4.

c.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
reformasi dan system kesehatan yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting yang perlu Anda cari solusinya.
Apa penyebab masalah utama tersebut?
Bagaimana penguasaan dan pemahaman pimpinan terhadap
reformasi dan system kesehatan program-program setiap
bidang?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.
4.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap

PML Papua | 12

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Modul 3: Desentralisasi Kesehatan
1.

Pengantar:

Di tahun 2011 ini Indonesia sudah melaksanakan kebijakan
desentralisasi dalam sektor kesehatan selama 11 tahun. Kebijakan ini
pada dasarnya merupakan konsekuensi dari desentralisasi secara politik
yang menjadi inti Undang-undang No. 22 tahun 1999 Harapannya
desentralisasi kesehatan sudah dapat dilaksanakan dengan baik.Namun
kenyataannya desentralisasi dalam sektor kesehatan belum dijalankan
dengan baik dan benar.
2.

Tujuan:
1.
2.
3.

4.

3.

Peserta mampu memahami arti desentralisasi
Peserta mampu mengidentifikasi materi-materi pembelajaran
yang mendukung penyelesaikan kasus diatas.
Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan dasar dari kasus
diatas, dan mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut berdasarkan teori dan konsep yang sesuai.
Peserta mampu memberikan alternative-alternatif masalah, dan
memilih salah satu alternatif terbaik dan membuat rencana
implementasi untuk menyelesaikan masalah.

Rujukan



Modul Utama: Modul Dasar Desentralisasi Kesehatan
Modul Penunjang:
a.

Modul Dasar: Kebijakan Pembangunan dan Reformasi
Sistem Kesehatan
b. Modul Dasar Program. Kebijakan Program KIA
c. Modul Dasar. Pemanfaatan Data Epidemiologi
d. Modul Spesifik DInas. Kepemimpinan Kinerja
e. Modul Spesifik DInas. Manajemen Umum
f. Modul Spesifik DInas. Manajemen Mutu Pelayanan
g. Modul Spesifik DInas. Bimtek
13 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

4.

Uraian Kasus:

Dari laporan renstra Kota M ditemui bahwa data kematian bayi
adalah 35/1000 dan kematian ibu 307/100.000. Jika melihat data ini,
maka untuk mencapai MDG 2015 dibutuhkan penurunan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 12/1000, dan Angka Kematian Ibu (AKI)
205/100.000. Karena MDG hanya tinggal 2 tahun lagi maka
dibutuhkan penurunan AKB sebesar 6/1000 per tahun dan AKI
102,25/100.000 per tahun. Bila dibandingkan dengan data SDKI maka
AKB dan AKI jauh lebih tinggi dari data renstra kota M. Ini menunjukkan
bahwa ada masalah dalam pencatatan pendataan AKI dan AKB.

Melihat segi pembiayaan dan SDM, tidak ada kekurangan
tenaga dan dana . terutama untuk masalah pembiayaan karena seperti
diketahui bahwa banyak donor yang mengalokasikan dana untuk KIA.
Pencatatan terhadap peayanan sudah cukup baik karena puskesmas
selalu mengirimkan laporan ke dinas.
PML Papua | 14

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Dalam desentralisasi,semua Rumah Sakit yang berada dalam
wilayah kota M berhak memberi laporan ke Dinas Kesehatan kota M
karena semua
berada dibawah pengawasan Walikota. Tetapi
sayangnya Rumah sakit swasta dan RS pemerintah bekerja sendirisendiri karena belum ada regulasi yang mengijinkan dinas kesehatan
masuk ke RS pemerintah maupun swasta.
Begitu juga yang terjadi pada jejaring tiap instansi kesehatan,
mereka hanya bekerja dan membuat pencatatan terhadap kebutuhan
instansinya masing-masing. RS pemerintah merasa bahwa mereka milik
dinas kesehatan propinsi sehingga tidak wajib dalam pelaporan ke
dinas kota., walaupun lataknya di wilayah kota M.
5.

Diskusi Kasus

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.
2.
3.
4.

5.

Bagaimana mekanisme koordinasi yang Anda lihat terjadi di
dalam dinkes kota M?
Apakah ada unit fungsional yang menjembatani pelaksanaan
koordinasi antar bidang di dinkes tersebut?
Apakah pembiayaan untuk pelaksanaan koordinasi ini tersedia?
Jika Ya, jelaskan. Jika Tidak, mengapa?
Apakah SDM yang ada di dinkes mendukung koordinasi antar
bidang ini? Dalam bentuk apa saja dukungan tersebut
diberikan?
Bagaimana peran dari pimpinan dinas dalam hal ini?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
desentralisasi yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah desentralisasi yang paling penting yang perlu Anda
cari solusinya.
15 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

3.
4.

c.

Apa penyebab masalah utama tersebut? Cobalah analisis
dengan menggunakan konsep-konsep desentralisasi
Bagaimana penguasaan dan pemahaman pimpinan terhadap
program-program setiap bidang dan program lintas bidang
dalam masa desentralisasi ini?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?

PML Papua | 16

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Modul 4: Konsep Pembiayaan, Akun Kesehatan,
dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan
1.

Pengantar

Dinas Kesehatan Kota M diketahui memiliki banyak sumber
biaya kesehatan yaitu dari pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah
daerah, yang terbagi dalam berbagai macam skema pendanaan.
Adanya berbagai skema pendanaan tersebut seharusnya dapat
memenuhi kebutuhan program yaitu pendanaan fungsi kuratif,
promotif, preventif, rehabilitative, infrastruktur, pendidikan dan
pelatihan, monitoring, supervisi dan evaluasi, SDM serta penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Oleh sebab itu dibutuhkan perencanaan yang berkualitas,
efisien dan efektif serta akuntabel. Perencanaan yang berkualitas salah
satunya dengan sinkronisasi program-program kesehatan secara
vertikal dan lintas sektor.
2.

Tujuan:
1.
2.
3.
4.

3.

Memahami sumber-sumber pembiayaan
Memahami aliran pendanaan bagi program kesehatan agar
tidak terjadi overlap
Memahami perencanaan program
Memahami system koordinasi vertical dengan dinkes provinsi

Rujukan:



Modul Utama: Modul 4 Konsep Pembiayaan, Akun Kesehatan,
dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan
Modul pendukung:
a.
b.
c.
d.

Modul Spesifik Puskesmas: Epidemiologi terapan
Modul Dasar tambahan: Ketrampilan Komunikasi
Modul Spesifik Dinas: Manajemen Umum
Modul Spesifik Dinas: Bimtek
17 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

4.

Uraian kasus:

Dinas kesehatan kota M mengelola dana DAK dan Tugas
Pembantuan (BOK), Dana Otsus, dana Dekon dan dana donor.
Pengajuan perencanaan anggaran untuk pelaksanaan program sering
terjadi tumpang tindih program dan pendanaan.
Contoh dalam pengadaan buku KIA di Dinas Kesehatan Kota M
dari dana DAK. Buku KIA jumlah 10.000 buah didistribusikan ke wilayah
sekitar puskesmas sesuai dengan kebutuhan dinas kesehatan. Di sisi lain
Dinas Kesehatan Provinsi E mengadakan buku KIA dengan
menggunakan dana Dekon dan didistribusikan juga ke Dinas
Kesehatan Kota. Akibatnya terjadi penumpukan buku KIA di dinas
kesehatan kota M.
Hal yang sama juga terjadi di berbagai program dan bidang di
Dinas Kesehatan Kota M. Akibatnya, alokasi dana kesehatan tidak
PML Papua | 18

STUDI KASUS: Kota Jayapura

merata karena ada yang didanai dari beberapa sumber dana tetapi ada
program yang bahkan tidak mendapat dana. Perencanaan program di
Dinas Kesehatan juga hanya dikelola satu orang staf Dinas Kesehatan
Kota M, sehingga perencanaan tidak pernah disinkronisasikan dengan
bidang lain di Dinas Kesehatan Kota M.
Akibatnya, hampir semua program yang direncanakan
mengeluarkan biaya SDM yang besar terutama untuk biaya
honorarium, biaya transport, dan biaya akomodasi untuk petugas
kesehatan.
5.

Diskusi Kasus

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.
2.
3.

Dari mana sumber-sumber pendanaan kesehatan di Dinas
Kesehatan Kota N?
Bagaimana pola perencanaan program kesehatan di dinas
kesehatan Kota N?
Bagaimana koordinasi lintas bidang di dinas kesehatan Kota N?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.
3.
c.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
pembiayaan yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting dan perlu segera diselesaikan.
Apa penyebab utama masalah yang Anda pilih?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
19 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

4.

Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap

PML Papua | 20

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Modul 5: Pemanfaatan Data Epidemiologi dalam
Pengambilan Keputusan dan
Manajemen Bencana
Kasus 1: Surveilans dan Respon
1.

Pengantar

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis
dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan. Tujuan kegiatan Surveilans epidemiologi adalah
tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen
kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan
peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat
dan tepat
2.

Tujuan:
1.
2.

3.

3.

Peserta mampu memahami system surveilans-respons
Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan dasar dari kasus
diatas, dan menyusun konsep untuk mengatasi masalah
tersebut.
Peserta mampu memberikan alternatif-alternatif pemecahan
masalah, dan memilih salah satu alternatif terbaik dan
membuat rencana implementasi untuk solusi masalah.

Rujukan:



Modul 5: Penggunaan data epidemiologi untuk pengambilang
keputusan dan manajemen bencana
Modul pendukung:
a.

Modul Dasar Tambahan: Aspek Sosio-Antropologi Sistem
Kesehatan
b. Modul Dasar Tambahan: Ketrampilan Komunikasi
21 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

c. Modul Spesifik Dinas: Manajemen Mutu Pelayanan
d. Modul Spesifik Dinas: Ketrampilan Komunikasi, Negosiasi
dan Advokasi
4.

Uraian Kasus

Dinkes kota
M kesulitan mendapatkan data riil KIA .
Pengumpulan data KIA ini tidak dilakukan secara sistematis dan terus
menerus. Sewaktu dinkes kabupaten menurunkan tim pencatatan
kematian ibu dan bayi, terjadi kegagalan pelaksanaan karena tim survey
diturunkan langsung dari dinas, dan tidak berkoordinasi dengan
puskesmas.
Data rumahsakit pun sulit didapat, karena rumah sakit tidak
melaporkan data kematian ibu dan bayi kepada dinkes kota M. Hal ini
terjadi karena koordinasi yang lemah diantara institusi ini. Kedua hal ini
menyebabkan data yang tidak valid, karena pencatatan ganda, dan ada
yang tidak terdata.
PML Papua | 22

STUDI KASUS: Kota Jayapura

5.

Diskusi Kasus

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.

2.

Bagaimana pengumpulan data kematian ibu dan bayi tidak
bisa menghasilkan data yang valid? Apa penyebab hal tersebut
terjadi?
Apa saja akibat yang ditimbulkan jika data kematian ibu dan
bayi ini tidak valid?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.

2.
3.
c.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
survelians epidemiologi dan respon yang dapat Anda
identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting dan perlu segera diselesaikan.
Apa penyebab utama masalah yang Anda pilih?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.
4.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap

23 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Kasus 2: Manajemen Bencana
1.

Pengantar:

Bencana selalu membuat panik bagi tiap daerah yang
mengalaminya. Begitu juga Dinas Kesehatan yang belum memiliki
persiapan dalam penanggulangan bencana. Karena itu tiap daerah
perlu mengetahui kemungkinan bencana apa saja yang bisa terjadi di
wilayahnya . Karena masing-masing type bencana mempunyai cara
yang berbeda dalam penatalaksanaannya terhadap korban yang
mengalaminya.
Selain itu pembentukan tim juga sangat dibutuhkan agar pada
saat terjadi bencana , masing-masing unit kerja memahami apa yang
harus dikerjakannya. Dinas Kesehatan kota memiliki seksi bencana ,
tetapi dalam situasi bencana sangat dibutuhkan adanya koordinasi.
Sehingga sekedar seksi saja tidak cukup, karena perlu ada tim yang
dapat mendukung jalannya penatalaksanaan penanggulangan
bencana dan yang lebih penting yaitu, latihan.Tim yang sudah
dibentuk seharusnya selalu dilatih minimal setahun sekali agar tiap unit
kerja memahami tugasnya sesuai dengan struktur yang ada.
2.

Tujuan:
1.
2.
3.
4.
5.

3.

Peserta mampu memahami manajemen bencana.
Mampu memetakan jenis bencana di wilayah dinkes
Memahami sistem pengorganisasian bencana di Dinas
Kesehatan
Membuat struktur organisasi penanggulangan bencana di
Dinas Kesehatan
Mengetahui apa fungsi masing-masing unit kerja yang terdapat
dalam struktur organisasi

Rujukan:



Modul dasar 5: Penggunaan data epidemiologi untuk
pengambilan keputusan dan manajemen bencana
Modul pendukung yang menjadi rujukan pemecahan masalah:

PML Papua | 24

STUDI KASUS: Kota Jayapura

a. Modul Spesifik Dinas: Manajemen Umum
b. Modul Spesifik Dinas: Mutu Pelayanan
c. Modul Spesifik Dinas: Keterampilan Komunikasi, Negosiasi,
dan Advokasi
4.

Uraian Kasus:
Jam 0.5.15, terjadi
tanah
longsor
di
Kecamatan C. Kecamatan C
merupakan wilayah kerja
Dinas Kesehatan M. Dinas
Kesehatan
M
sudah
memiliki seksi bencana. Saat
terjadi bencana tersebut,
kasie bencana di dinkes
menelepon
puskesmas
terdekat untuk melihat
situasi di tempat kejadian.
Setelah
memperoleh
informasi maka dilaporkan
ke kepala dinas.

Kemudian Kepala
dinas langsung
menjadi
komando
mengaktifkan
seksi
bencana
dan
puskesmas yang
terdekat dengan bencana. Kepala dinas juga
melaporkan situasi terakhir kepada walikota serta mengkoordinir
semua bagian di dinkes dan bantuan yang diterima dari pihak luar.
Pada saat relawan datang ke dinkes M Kadinkes sebagai penghubung
langsung dalam mengatur penempatan dan tugas mereka.
Kebutuhan
logistik
disiapkan
oleh
puskesmas
dan
kekurangannya dikirim dari gudang farmasi dibawah koordinasi dari
kadinkes.
25 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

5.

Diskusi Kasus:

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.
2.
3.
4.

Identifikasi siapa yang seharusnya menjadi: a). komando; b).
Penghubung; c). Koordinator?
Bagaimana sistem pengorganisasian di dinas kesehatan
tersebut?
Apakah SDM yang ada di dinkes mendukung koordinasi saat
bencana ini? Jelaskan.
Bagaimana peran dari pimpinan dinas dalam hal ini?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.
3.

4.

c.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
manajemen bencana yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting yang perlu Anda cari solusinya.
Menurut Anda apakah system ini dapat berfungsi lancar saat
terjadi bencana? Jika Ya, berikan alasan Anda. Jika Tidak,
bagaimana system itu harus berjalan?
Bagaimana penguasaan dan pemahaman pimpinan terhadap
penanggulangan bencana yang terjadi di wilayahnya?

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.
4.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap

PML Papua | 26

STUDI KASUS: Kota Jayapura

Modul 6: Kemitraan Pemerintah dan Swasta
1.

Pengantar

Kemitraan pemerintah dan swasta adalah berbagai bentuk
kerja sama antara otoritas publik (pemerintah) dan sektor swasta untuk
membiayai, membangun, merenovasi, mengelola, menjalankan, atau
memelihara suatu infrastruktur atau pelayanan. Dalam hal ini termasuk
pelayanan kesehatan. Tujuan dari kemitraan ini adalah untuk
memperkuat dan memperluas sektor pelayanan kesehatan agar lebih
mampu untuk mewujudkan pemerataan layanan kesehatan.
Berbagai bentuk kemitraan pemerintah dan swasta ini telah
dikembangkan untuk menyesuaikan dengan karakteristik permasalahan
dan kekuatan dari pihak pemerintah dan swasta. Ruang lingkup dari
kemitraan ini bisa berupa kemitraan antar lembaga tetapi bisa juga
kemitraan antara lembaga pemerintah dengan individu.
2.

Tujuan:
1.

2.
3.

3.

Peserta memahami konsep kemitraan pemerintah dengan nonpemerintah sebagai strategi untuk memperluas akses layanan
kesehatan
Peserta memahami bentuk kontrak kinerja, bimbingan teknis,
manajemen umum, dan reformasi kesehatan
Peserta mampu untuk mengidentifikasi permasalahan dasar
dari kasus di atas dan solusi-solusi yang bisa dikembangkan
untuk memperkuat sistem kontrak tenaga kesehatan di
kabupaten tersebut.

Rujukan:



Modul utama: Jejaring/Kemitraan antar sektor swasta dalam
pelayanan ke masyarakat.
Modul pendukung yang menjadi rujukan pemecahan masalah:
a. Modul Dasar Bimtek
b. Modul Komunikasi
27 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

c.
4.

Modul Manajeman umum

Uraian Kasus:

Propinsi E memiliki 6 rumahsakit level provinsi yaitu RS A, RS
TNI AD, RS TNI AL, RS Polri, RS Prov, dan RS Hope (swasta). Tidak
satupun dari rumahsakit tersebut milik dinkes kota padahal dua
rumahsakit berada di wilayah kerja dinkes kota yaitu: RS Prov dan RS
Hope. Sehingga salah satu solusi yang diambil dinkes kota adalah
rencana membangun rumahsakit yang baru di daerah Y, yaitu RS Y.
Dengan banyaknya RS di kota M dan sekitarnya, seharusnya
Dinas Kesehatan Kota M menjadi terbantu dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya khususnya dalam pelayanan kesehatan rujukan
kegawatdaruratan ibu dan bayi. Kenyataannya, koordinasi, sinergi dan
optimalisasi kegiatan dan sumber daya yang diharapkan belum terjadi.
Bahkan masih ada kesan semuanya berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya
PML Papua | 28

STUDI KASUS: Kota Jayapura

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya peningkatan status
kesehatan ibu dan anak belum berjalan optimal.
Isu strategis yang muncul adalah: bagaimana Dinas Kesehatan
Kota M (selaku penanggung jawab kesehatan di Kota M) menjalin
kemitraan dengan ke-enam RS yang ada khususnya dalam pelayanan
kesehatan rujukan ibu dan anak. Inti dari isu strategis tersebut adalah:
bagaimana dinas kesehatan dapat mengoptimalkan keberadaan keenam RS tersebut dalam hubungan kemitraan yang sinergis, khususnya
dalam program KIA.
Dengan meningkatnya kemitraan tersebut minimal upaya
pencatatan pelaporan kematian ibu dan bayi dari ke-enam RS dapat
terkoordinasikan dengan baik sehingga bisa diperoleh data riil yang
diharapkan.
5.

Diskusi Kasus

a.

Pertanyaan Kasus (untuk melihat latar belakang terjadinya masalah
tersebut):
1.

2.

3.

Bagaimana permasalahan koordinasi dan pembaginan peran
antara dinas kesehatan dan 6 rumah sakit di kota itu bisa
terjadi?
Apa saja konsekuensi dari kurang adanya koordinasi dan
pembagian peran yang baik diantara berbagai lembaga dalam
pelayanan kesehatan?
Mengapa peran dinas kesehatan dalam kasus ini cenderung
tampak kurang optimal di dalam kemitraan ini?

b. Pertanyaan
analisis
(untuk
permasalahan pokok dari kasus):
1.
2.
3.

identifikasi

dan

memahami

Setelah membaca kasus tersebut, apa saja masalah-masalah
kemitraan yang dapat Anda identifikasi?
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, pilih salah satu
masalah yang paling penting dan perlu segera diselesaikan.
Apa penyebab utama masalah yang Anda pilih?
29 | PML Papua

STUDI KASUS: Kota Jayapura

c.

Pertanyaan untuk memecahkan masalah:
1.
2.
3.
4.

Identifikasi alternatif-alternatif penyelesaian prioritas masalah
yang telah Anda simpulkan.
Sebutkan satu alternatif solusi prioritas bagi pemecahan
masalah tersebut.
Bagaimana Anda dapat memutuskan dan mengukur bahwa
solusi tersebut adalah yang terbaik yang dipilih?
Bagaimana Anda membuat rencana implementasi dari solusi
yang telah dipilih? Susunlah rencana implementasi secara
lengkap

PML Papua | 30

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Baru Sayap Utara
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Mail: chpm@ugm.ac.id | Telp: (+62274) 549425
Web: chpm.fk.ugm.ac.id |
www.manajemen-pelayanankesehatan.net/papua