STANDAR MUTU PENDIDIKAN AGAMA DALAM UJIA
STANDAR MUTU PENDIDIKAN AGAMA DALAM UJIAN NASIONAL1
Oleh Priyo Sudibyo, S.Pd.I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah investasi bagi masa depan suatu negara. Pembangunan serta
pertumbuhan suatu negara dimulai dari mempersiapkan sumber daya manusia. Negara yang
dikelola oleh sumber daya manusia yang baik akan memberi kemajuan dan hasil optimal.
Sebaliknya, sebanyak apapun sumber daya alam yang dimilki negara apabila tidak dikelola
dengan baik dan oleh sumber daya manusia yang baik tidak akan dapat bersaing dengan negara
yang memiliki SDM yang baik. Sebagai contoh adalah negara Singapura. Singapura adalah
negara kecil namun memiliki SDM yang baik sehingga industri dan pemerintahan dikelola
dengan baik. Sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun tak juga
kunjung menjadi negara maju.
Pengembangan pendidikan pada dasarnya dapat diwujudan dengan berbagai cara
dengan pengelolaan yang baik “budaya organisasi/manajemen”. Dalam dunia pendidikan
dikenal istilah “TQM” (Total Quality manajemen) adalah menejemen pengelolaan pendidikan
yang diambil dari dunia industri. TQM digunakan dalam dunia industri digunakan untuk
membuat produk dengan kualitas standar. Menurut Pieterse ini adalah salah satu produk
globalisasi yang juga dapat diartikan standarisasi. Dalam dunia industri banyak muncul
perusahaan tingkat dunia mengeluarkan produk yang sama seperti yang terjadi pada industri
Coca-Cola dan MC Donald kemudian Pierterse menyebutnya dengan Cocalanization dan MacDonalisation.2
Dewasa ini pengelolan manajemen berbasis mutu (TQM) dalam pendidikan belum
dikelola dengan baik dan sistematis. Namun usaha usaha untuk menuju “kemapanan” dalam
pengelolaan pendidikan tahap demi tahap mulai diusahakan. Hal itu mulai nampak dengan
Disa paika dala se i ar kelas ata kuliah A alisis Ke ijaka Pe didika Isla ya g dia pu oleh Dr.
Arifi, M.Ag Program Studi Magister Pendidikan Islam, Konsentrasi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Jan Nederveen Pieterse, Globalization and Culture: Global Mélange (Maryland: Rowman & Littlefield, 2015).
1
adanya Standar Nasional Pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu PP 19 tahun
2005. Meski demikian adanya perbedaan idealisme dan konsep dalam pengembangan
pendidikan yang dimilki oleh pemerintah (dalam hal ini adalah kementrian Pendidikan)
seringkali membuat pelaksana pendidikan di tingkat lembaga pendidikan (sekolah) merasa
kebingungan seperti yang terjadi pada kurikulum 2013 yang dirintis oleh M Nuh. Seiring
pergantian menteri Anis Baswedan sebagai menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, kembali
memperbolehkan satuan pendidikan apabila ingin kembali menerapakan kuriklum KTSP.
Alhasil dalam satu tingkat pendidikan bahkan dalam satu kelas memiliki dua kurikulum yang
berbeda.
PEMBAHASAN
Standar mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan adalah hal mutlak dibutuhkan dalam meningkatkan
kuliatas sumber daya manusia. Asumsi bahwa pendidikan yang baik akan menghasilkan output yang baik, dan out-put yang baik kelak akan menjadi pemerintah yang baik sehinga
mengantarkan negara pada kemajuan dan kemapanan. Langkah awal untuk mewujudkan hal
tersebut adalah dengan menata tahap demi tahap jenjang pendidikan dari masa pra-sekolah
(pre-school), pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Untuk
mengembangkan masing-masing satuan pendidikan di Indonesia memang tidak mudah karena
jumlahnya ada puluh ribuan, sehingga langkah awal adalah membuat sistem standar yang
diberlakukan di setiap jenjang pendidikan.
Salah satu upaya dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan adalah peraturan
pemerintah tahun 19 tahun 2005. PP ini membahas standar mutu pendidikan nasional yang
terdiri dari 8 poin Lingkup Standar Nasional Pendidikan yaitu:
a. Standar isi;
Standar Isi adalah isi/materi yang disampaiakan dalam pembelajaran guna mencapai
kompetensi di masing-masing tingkat susuai jenis pendidikan. Standar isi terdiri dari;
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
b. Standar proses;
Sudah selayaknya pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara tidak
monoton. Standar proses menuntut proses pembelajran dilakukan secara interaktif,
1
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selain itu, dalam proses pembelajaran seorang pendidik juga mengajarkan keteladanan
sebagai upaya penanaman karakter pada peserta didik. Standar ini terdiri dari
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran guna mewujudkan pembelajaran
yang baik. Standar proses ini merupakan jalan yang harus ditempuh guna
mengantarakan peserat didik unutk mencapai satandar kompetensi lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan;
Standar kompetensi lulusan adalah standar yang digunkan untuk menilai serta
mengukur kompetensi lulusan peserta didik. Standar ini meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran. Dalam PP no 32 tahun 2013, kompetensi lulusan adalah kriteraia yang
berkaitan denan kualifikasi luusan yang terdiri dari aspek sikap, pengetahuan dan
ketrampilan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
Standar pendidik dan tenaga kependidikan mengatur kualifikasi akademik serta
kompetensi yang harus dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan. Maksud dari
kulifikasi akademik adalah standar minimum pendidikan/kursus yang kemudian dapat
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat baik pendidik maupun tenaga kependidikan
sebelum menjadi pendidik dan tenaga kependidikan (pra-jabatan) . Selain itu, standar
ini juga mengatur kompetensi pendidik yang meliputi;
Kompetensi pedagogik;
Kompetensi kepribadian;
Kompetensi profesional; dan
Kompetensi sosial.
Tenaga Kependidikan yang dimaksud meliputi; kepala sekolah/madrasah, pengawas
satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium,
teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
e. Standar sarana dan prasarana;
2
Standar sarana dan prasarana mengatur sarana dan prasarana minimal yang harus
dimilliki oleh satuan pendidikan. Sarana tersebut meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. Untuk prasarana minimal yang harus dimiliki satuan
pendidikan adalah lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
f. Standar pengelolaan;
Standar Pengelolaan adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan meliputi tiga
aspek; Standar pengelolaan yang dilakukan oleh satuan pendidikan, Standar
pengelolaan yang dilakuakn oleh Pemerintah Daerah dan Standar pengelolaan yang
dilakukan Pemerintah.
g. Standar pembiayaan
Standar pembiayaan pendidikan adalah komponen dan besarnya biaya yang dihabiskan
dalam satu tahun. Dalam standar nasional pendidikan, standar pembiayaan dapat
dikalsifikasi dalam terdiri atas tiga garis besar yaitu :
Biaya investasi satuan pendidikan yang terdiri atas; biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
h. Standar penilaian pendidikan.3
3
PP 9 TAHUN
5 Te ta g “ta dar Nasio al Pe didika ,
3
5.
Standar penliaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrument
peneilaian hasil belajar yang digunkana unutk mengukur ketuntasasn belajar peserta
didik. Unutk pendidikan dasar terdiri atas;
Penilaian hasil belajar oleh pendidik (ulangan, kuis dan lain sebagainya)
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan (ujian tengah semeseter, ujuan
akhir semester)
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah (Ujian Nasional, USBN, UMBN dan
lain sebagainya)
Berbeda dengan standar penilaian pendidikan pada pendidikan tinggi yang hanya terdiri
dari dua model yaitu;
Penilaian hasil belajar oleh pendidik (ulangan, kuis dan sebagainya)
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi (UTS, UAS, sidang skripsi
dan sebagainya)
Penilaian pendidikan tinggi tidak melibatkan pemerintah seperti yang terjadi pada
pendidikan dasar dan menengah. Hal ini didasarkan pada kematangan pendidikan tinggi
untuk mengelola pendidikan secara mandiri sehingga kalender akademik pun berbeda
antara perguruan tinggi satu dengan perguruan tinggi yang lain. Meski demikian
pemerintah tetap memberikan aturan dalam perundang undangan sebagai acuan umum
pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi.
Delapan standar di atas adalah standar mutu yang dirumuskan pemerintah untuk memperbaiki
mutu pendidikan serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tidak setiap sekolah mampu
menerapkan delapan standar yang ditetapkan, nmaun sebagain sekolah khususnya di daerah
perkotaan mempu mnegembangkaan standar tersebut. Hal tersebut menjadikan ketimpangan
antarta pendidikan di kota (yang cenderung lebih maju dan berkembang) dibandingkan dengan
pendidikan yang ada di desa dan daerah daerah pelosok sehingga perlu adanya pemerataan
standar pendidikan yang dikawal oleh pemerintah.
Pengembangan Mutu Pendidikan
Standar mutu pendidikan yang dikenal dengan SNP (standar nasional pendidikan) yang
dikelola oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) selalu disempurnakan secara
terarah, terencana dan berkelanjutan sebagaimana yang diketahuai bahawa SNP merupakan PP
19 tahun 2005 dan mengalami perbaikan dengan PP 32 tahun 2013. Dengan adanya hal tersebut
4
diharapan penerapan pengembangan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan merujuk
pada standar nasional pendidikan.
Upaya lain dalam mengontrol dan meningkatkan mutu pendidikan adalah adanya
evalusai, akreditasi dan sertifikasi.4 Evalusi dapat dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan,
tingkat daerah karena secara tidak langsung pemerintah daerah bertanggung jawab atas mutu
pendidikan di daerah, serta evaluasi pemerintah secara nasional. Menurut hemat penulis kontrol
dan pendataan evaluasi pemerintah terhadap mutu pendidikan dapat dilihat dari ujian tingat
nasioanal baik UN, USBN atau UMBN.
Upaya Pengembangan mutu pendidikan kedua yang diterapkan oleh pemerintah dalam
mengembangkan mutu pendidiakn nasional
adalah dengan adanya akreditasi satuan
pendidikan. Akreditasi mengukur kelayakan program pada satuan pendidikan yang merujuk
padan standar nasioal pendidikan. Akreditasi diselenggarakan oleh badan evaluasi mandiri,
untuk tingkat SD/MI akreditasi dilakukan oleb Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN S/M), untuk pendidiakn Non Formal akreditasi diselengarakana oleh Badan Akreditasi
Nasional Pendidian Non Formal (BAN PNF), sedangkang untuk pendidikan tinggi
dilakasanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN PT).
Usaha ketiga yang digunakan dalam mengembangkan mutu pendidikan adalah sertfikasi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidik memiliki peran penting dalam mutu pendidikan. Guru yang
baik akan mampu menyampaikan materi baik siap, pengetahuan dan kratifitas pada peserta
didik sehingga dengan adanya program sertifikasi pemerintah mecoba unutk mematok standar
guru di satuan pendidikan. Dengan asusmsi jika guru memiliki standar kompeteni yang baik
akan berimplikasi pada pengembangan kualitias peserta didik.
Ujian nasional
Salah satu evaluasi dalam upaya peningkatan standar nasional pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan diadakannya ujian nasional. Ujian ini memiliki
sejarah yang panjang dalam dunia pendidikan di Indonesia sejak masih menjadi “ujian negara”
hingga kini menjadi “ujian nasional”. Perkembang ujian negara dan kini menjadi ujian nasional
PP Tahu
5 Te ta g Peru aha Atas Peratura Pe eri tah No or 9 Tahu
Nasio al Pe didika ,
5.
4
5
5 Te ta g “ta dar
tentu melewati evaluasi, perbaikan, penolakan hingga penyempurnaan sebagai cara untuk
mengukur dan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu sebagai mana yang dijelaskan dalam Permendikbud nomor 5 tahun 2015. Untuk
mengetahui perkembangan UN dari masa ke masa dapat dilihat pada tabel berikut;
Periodesasi
1965-1971
Jenis ujian
Ujian Negara
Keterangan
Pelaksanaan ujian serentak dilakuakan secara nasioanal
dengan pengawasan yang ketat. Hal tersebut menyebabkan
angaka kelulusan hanya 50%. Masyarakat menganggap
sistem ini tidak adil dan menuntut unutk merubah ujian
menjadi ujian sekolah.
1972-1979
Ujian Sekolah
Ujian dilakukan oleh sekolah dengan presentasi kelulusan
mencapai 100%. Dlam masa ini pengasawasan relatif lebih
longgar dan sistem mutu pendidikan menurun.
1980-2002
Evaluasi
kembali terjadi perubahan. Pemerintah mengubahnya
Belajar Tahap
menjadi Ebtanas. Kelulusan peserta didik ditentukan dari
Nasional
hasil penggabungan nilai UN dengan ujian sekolah. Dengan
sistem ini banyak terjadi manipulasi penilaian (rumus PQR)
sehingga angka kelulusan mencapai 100 persen.
2003-2004
Ujian Akhir
dinamakan Ujian Akhir Nasional (UAN). Pelaksanaan ujian
Nasional
dilakukan secara nasional dan soal ujian dibuat oleh pusat.
Sistem ini menetapkan batas minimal nilai kelulusan yakni
lebih besar dari 3,00 (2003) dan lebih besar dari 4,00 (2004).
Pengawasan ujian dilakukan secara ketat dan UAN
dianggap satu-satunya syarat kelulusan.
2005sekarang
Ujian Nasional
dimulai lagi Ujian Nasional. Ini merupakan kelanjutan dari
UAN, batas nilai kelulusan ditingkatkan menjadi lebih besar
dari 4,25 (2005-2007) dan lebih besar dari 5,50 (20082010).
Usai UN, pada 2011-2013 ada penyempurnaan dari UN
periode sebelumnya. Kelulusan peserta didik ditentukan dari
hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN dengan presentase
nilai UN : nilai sekolah sebesar 60 : 40 persen dengan batas
minimal nilai kelulusan lebih dari 5,50.
6
Sejak tahun 2008 hingga sekarang istilah UN untuk SD/MI
sederajat diubah menjdai UASBN
Table 1. Perkembangan Ujian Nasional dari masa ke masa.5
Ujian yang dilakukan secara serentak pada dasarnya berfungsi unutk mengukur
kemampuan siswa sekaligus mengukur kualitas (mutu) pendikan secara nasional. Dalam
beberapa tahun terakhir terjadi banyak polemik dalam pelaksananaan ujian nasional baik dari
siswa, orang tua, pengawas bahkan sistem yang digunakan. Dhitta Puti Sarasvati, Direktur
Program Ikatan Guru Indonesia satu diantara sarannya dalam memperbaiki sisten ujian
nasioanal adalah dengan meninggalkan paradigma belajar yang menekankan pada ujian. Hal
ini sejalan dengan nasihat bapak pendidikan Indonesia ki Hajar Dewantoro;
“Anak-anak dan pemuda pemuda kita sukar dapat belajar dengan tentram
karena dikejar kejar oleh ujian yang sangat keras dalam tunututannya. Mereka belajar
tidak untuk kejiwaaannya, sebaliknya mereka belajar untuk nilai-nilai yang tinggi pada
rapot sekolah atau ijazah. Dalam soal ini sebaiknyalah kita para pemimpin perguruan
bersama-sama dengna kementrian PP dan K mencari bagaimana caranya kita dapat
penyakit exemen cultus dan diploma jact (mengkultuskan ijasah dan diploma)”6
Melihat pernyataan yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dapat disimpulkan
bahwa polemik dalam dunia pendidikan tidaklah muncul akhir-akhir ini namun sudah ada sejak
dulu. Masalah itu muncul dipermukaan salah satu diantara penyebabnya adalah pengelolaan
ujian nasional belakangan ini. Pada saat awal mula ditarapkan, UN menjadi syarat penentu
kelulusan siswa sehingga UN menjadi mimik buruk bagi siswa, orang tua dan guru. Kejadian
ini menimbulkan protes sehingga penalain itu bergeser. Kelulusan siswa 60% ditentukan oleh
Un dan 40% ditetukan oleh sekolah sehingga tidak sedikit sekolah yang mengatrol nilai peserta
didiknya agar dapat lulus sekolah. Berbagai kejadian ini memunculkan salah satu kebijakan
baru yaitu PERMENDIKBUD 5 tahun 2015 yang mengatur kriteria kelulusan peserta didik,
penyelenggaraan ujian nasional, dan penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah/pendidikan
kesetaraan pada smp/mts atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat.
Munculnya PERMEN (Peraturan menteri) ini membawa angin segar dalam dunia
pendidikan. UN bkan lagi menjadi penentu kelulusan, namun kelulusan dapat dicapai peserta
Ujia Nasio al Dari Masa Ke Masa - Ka pus :: Okezo e News, a essed De e er 7,
5,
http://news.okezone.com/read/2014/12/30/65/1085698/ujian-nasional-dari-masa-ke-masa.
6
Dhitta Putri Sarasvati, UN, Kesalahan Sistem (Dalam Buku Hitam Ujian Nasional) (Yogyakarta: Resist Book dan
CBE Publishing, 2012), 8–9.
5
7
didik setelah; a). menyelesaikan seluruh program pembelajaran, b). memperoleh nilai
sikap/perilaku minimal baik dan c). lulus Ujian S/M/PK. Siswa, orang tua serat guru tak perlu
lagi khawatir dengan adanya UN yang sebelumnya banyak dikhawatirkan karena menjadi salah
satu persyaratan keluusan. Dengan adanya PERMEN ini ada beberapa pertimbanang kelulusan
yang ditentukan oleh negara dengan pencapain kompetensi lulusan setelah menyelesaikan
program pembelajaran dalam satuan pendidikan.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama dalam Ujian Nasional
Mata pelajaran agama tidak termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional. Adapun materi materi yang diujikan dalam ujian nasional telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Untuk uraian mata
pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional menurut PP 19 tahun 2005 daapt dilihat pada tabel
berikut:
SATUAN
DASAR HUKUM
PENDIDIKAN
(Pasal 70 PP 19 2005)
SD/MI
URAIAN MAPEL
Pada jenjang SD/MI/SDLB
Bahasa Indonesia, Matematika dan
(sederajat), Ujian Nasional
Ilmu Pengetahuan Alam
mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
SMP/MTs/MPLB
Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
(sederajat), Ujian Nasional
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
mencakup pelajaran Bahasa
Alam
Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan llmu
Pengetahuan Alam (IPA).
SMA/MA Program
IPA
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Pada SMA/MA/SMALB
(sederajat), Ujian Nasional
SMA/MA Program
IPS
Matematika, Fisika, Kimia dan
Biologi
mencakup mata pelajaran Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, Ekonomi, Sosiologi
Matematika, dan mata pelajaran
8
Dan Geografi
SMA/MA Program
yang menjadi ciri khas program
Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
pendidikan.
Matematika, Sastra Indonesia,
Sejarah Budaya/Antropologi dan
Bahasa Asing Sesuai Pilihan
MA Program
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Keagamaan
Matematika, Tafsir, Hadist dan
Fiqih
SMALB
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
dan Matematika
SMK
Pada jenjang SMK/MAK atau
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
bentuk lain yang sederajat, Ujian
Matematika dan Kompetensi
Nasional mencakup pelajaran
Keahlian (Teori Kejuruan dan
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Praktik Kejuruan)
Matematika dan mata pelajaran
kejuruan yang menjadi ciri khas
program pendidikan.
Table 2. Dafatar MAPEL yang diujikan dalam UN. 7, 8.
Dari sekian mata pelajaran baik di madrasah dan sekolah yang diujikan dalam ujian nasional
hanya materi materi inti tidak termasuk pelajaran agama meski demikian pelajaran agama
adalah salah satu mapel yang diujikan dalam ujian sekolah.
Berdasarkan
info
yang
dilansir
pada
web
kota
Banjarnegara
pada
banjarnegarakab.go.id, pada tahun 2009 kementrian agama menemukan adanya beberapa soalsoal mata pelajaran agama di beberapa daerah tidak memenuhi standar kompetensi lulusan
sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas 22 tentang standar isi dan pasal 23 tahun
2006 tentang standar kompetesi lulusan (SKL).
Berdasarkan penemuan tersebut guna
meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama khususnya agama islam maka
kementian agama mengajukan mata pelajaran agama memiliki standar tingkat nasioanal. Hal
PP 9 TAHUN
5 Te ta g “ta dar Nasio al Pe didika .
Ujia Nasio al, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, June 10, 2015,
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ujian_Nasional&oldid=9482087.
7
8
9
tersebut disetujui oleh sekda kabupaten banjarnegara H. Syamsudin, S.Pd, M.Pd dan manejadi
bagian dari USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) dimulai pada tahun ajaran 2011/2012.9
Kesimpulan
Dari pembahasan yang disampaikan dalam makalah ini dengan tema mutu pendidikan
dan ujian nasional mata pelajaran dapat disimpulkan bahwa;
1. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan pemerintah telah menyuusun delapan
standar nasional pendidikan sebagai acuan pengembangan mutu pendidikan di masingmasing satuan pendidikan. Delapan standar tersebut adalah standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian
pendidikan.
2. Mata pelajaran pendidikan agama Islam tidak termasuk dalam mata pelajaran yang
diujikan pada Ujian nasional. Namun dengan adanya temuan berupa ketdak sesuaian
materi yang diujikan dalam mata pelajaran sesuai dengan Permendiknas 22 tentang
standar isi dan pasal 23 tahun 2006 tentang standar kompetesi lulusan (SKL), maka
mulai tahun 2012 materi PAI menjadi satu bagin dari USBN (UjianSekolah Berstandar
Nasional).
UA“BN U tuk Mapel PAI Mulai Dilaksa aka Pada Tahu
- Ka upate Ba jar egara, a essed
December 19, 2015, http://banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/berita-165/umum/284-uasbn-untuk-mapelpai-mulai-dilaksanakan-pada-tahun-2012.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Pieterse, Jan Nederveen. Globalization and Culture: Global Mélange. Maryland: Rowman &
Littlefield, 2015.
“PP 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan,” 2015.
“PP 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,” 2005.
Sarasvati, Dhitta Putri. UN, Kesalahan Sistem (Dalam Buku Hitam Ujian Nasional).
Yogyakarta: Resist Book dan CBE Publishing, 2012.
“UASBN Untuk Mapel PAI Mulai Dilaksanakan Pada Tahun 2012 - Kabupaten Banjarnegara.”
Accessed December 19, 2015. http://banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/berita165/umum/284-uasbn-untuk-mapel-pai-mulai-dilaksanakan-pada-tahun-2012.
“Ujian Nasional.” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, June 10, 2015.
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ujian_Nasional&oldid=9482087.
“Ujian Nasional Dari Masa Ke Masa - Kampus :: Okezone News.” Accessed December 17,
2015.
http://news.okezone.com/read/2014/12/30/65/1085698/ujian-nasional-dari-
masa-ke-masa.
11
Oleh Priyo Sudibyo, S.Pd.I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah investasi bagi masa depan suatu negara. Pembangunan serta
pertumbuhan suatu negara dimulai dari mempersiapkan sumber daya manusia. Negara yang
dikelola oleh sumber daya manusia yang baik akan memberi kemajuan dan hasil optimal.
Sebaliknya, sebanyak apapun sumber daya alam yang dimilki negara apabila tidak dikelola
dengan baik dan oleh sumber daya manusia yang baik tidak akan dapat bersaing dengan negara
yang memiliki SDM yang baik. Sebagai contoh adalah negara Singapura. Singapura adalah
negara kecil namun memiliki SDM yang baik sehingga industri dan pemerintahan dikelola
dengan baik. Sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun tak juga
kunjung menjadi negara maju.
Pengembangan pendidikan pada dasarnya dapat diwujudan dengan berbagai cara
dengan pengelolaan yang baik “budaya organisasi/manajemen”. Dalam dunia pendidikan
dikenal istilah “TQM” (Total Quality manajemen) adalah menejemen pengelolaan pendidikan
yang diambil dari dunia industri. TQM digunakan dalam dunia industri digunakan untuk
membuat produk dengan kualitas standar. Menurut Pieterse ini adalah salah satu produk
globalisasi yang juga dapat diartikan standarisasi. Dalam dunia industri banyak muncul
perusahaan tingkat dunia mengeluarkan produk yang sama seperti yang terjadi pada industri
Coca-Cola dan MC Donald kemudian Pierterse menyebutnya dengan Cocalanization dan MacDonalisation.2
Dewasa ini pengelolan manajemen berbasis mutu (TQM) dalam pendidikan belum
dikelola dengan baik dan sistematis. Namun usaha usaha untuk menuju “kemapanan” dalam
pengelolaan pendidikan tahap demi tahap mulai diusahakan. Hal itu mulai nampak dengan
Disa paika dala se i ar kelas ata kuliah A alisis Ke ijaka Pe didika Isla ya g dia pu oleh Dr.
Arifi, M.Ag Program Studi Magister Pendidikan Islam, Konsentrasi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Jan Nederveen Pieterse, Globalization and Culture: Global Mélange (Maryland: Rowman & Littlefield, 2015).
1
adanya Standar Nasional Pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu PP 19 tahun
2005. Meski demikian adanya perbedaan idealisme dan konsep dalam pengembangan
pendidikan yang dimilki oleh pemerintah (dalam hal ini adalah kementrian Pendidikan)
seringkali membuat pelaksana pendidikan di tingkat lembaga pendidikan (sekolah) merasa
kebingungan seperti yang terjadi pada kurikulum 2013 yang dirintis oleh M Nuh. Seiring
pergantian menteri Anis Baswedan sebagai menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, kembali
memperbolehkan satuan pendidikan apabila ingin kembali menerapakan kuriklum KTSP.
Alhasil dalam satu tingkat pendidikan bahkan dalam satu kelas memiliki dua kurikulum yang
berbeda.
PEMBAHASAN
Standar mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan adalah hal mutlak dibutuhkan dalam meningkatkan
kuliatas sumber daya manusia. Asumsi bahwa pendidikan yang baik akan menghasilkan output yang baik, dan out-put yang baik kelak akan menjadi pemerintah yang baik sehinga
mengantarkan negara pada kemajuan dan kemapanan. Langkah awal untuk mewujudkan hal
tersebut adalah dengan menata tahap demi tahap jenjang pendidikan dari masa pra-sekolah
(pre-school), pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Untuk
mengembangkan masing-masing satuan pendidikan di Indonesia memang tidak mudah karena
jumlahnya ada puluh ribuan, sehingga langkah awal adalah membuat sistem standar yang
diberlakukan di setiap jenjang pendidikan.
Salah satu upaya dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan adalah peraturan
pemerintah tahun 19 tahun 2005. PP ini membahas standar mutu pendidikan nasional yang
terdiri dari 8 poin Lingkup Standar Nasional Pendidikan yaitu:
a. Standar isi;
Standar Isi adalah isi/materi yang disampaiakan dalam pembelajaran guna mencapai
kompetensi di masing-masing tingkat susuai jenis pendidikan. Standar isi terdiri dari;
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
b. Standar proses;
Sudah selayaknya pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara tidak
monoton. Standar proses menuntut proses pembelajran dilakukan secara interaktif,
1
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selain itu, dalam proses pembelajaran seorang pendidik juga mengajarkan keteladanan
sebagai upaya penanaman karakter pada peserta didik. Standar ini terdiri dari
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran guna mewujudkan pembelajaran
yang baik. Standar proses ini merupakan jalan yang harus ditempuh guna
mengantarakan peserat didik unutk mencapai satandar kompetensi lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan;
Standar kompetensi lulusan adalah standar yang digunkan untuk menilai serta
mengukur kompetensi lulusan peserta didik. Standar ini meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran. Dalam PP no 32 tahun 2013, kompetensi lulusan adalah kriteraia yang
berkaitan denan kualifikasi luusan yang terdiri dari aspek sikap, pengetahuan dan
ketrampilan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
Standar pendidik dan tenaga kependidikan mengatur kualifikasi akademik serta
kompetensi yang harus dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan. Maksud dari
kulifikasi akademik adalah standar minimum pendidikan/kursus yang kemudian dapat
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat baik pendidik maupun tenaga kependidikan
sebelum menjadi pendidik dan tenaga kependidikan (pra-jabatan) . Selain itu, standar
ini juga mengatur kompetensi pendidik yang meliputi;
Kompetensi pedagogik;
Kompetensi kepribadian;
Kompetensi profesional; dan
Kompetensi sosial.
Tenaga Kependidikan yang dimaksud meliputi; kepala sekolah/madrasah, pengawas
satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium,
teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
e. Standar sarana dan prasarana;
2
Standar sarana dan prasarana mengatur sarana dan prasarana minimal yang harus
dimilliki oleh satuan pendidikan. Sarana tersebut meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. Untuk prasarana minimal yang harus dimiliki satuan
pendidikan adalah lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
f. Standar pengelolaan;
Standar Pengelolaan adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan meliputi tiga
aspek; Standar pengelolaan yang dilakukan oleh satuan pendidikan, Standar
pengelolaan yang dilakuakn oleh Pemerintah Daerah dan Standar pengelolaan yang
dilakukan Pemerintah.
g. Standar pembiayaan
Standar pembiayaan pendidikan adalah komponen dan besarnya biaya yang dihabiskan
dalam satu tahun. Dalam standar nasional pendidikan, standar pembiayaan dapat
dikalsifikasi dalam terdiri atas tiga garis besar yaitu :
Biaya investasi satuan pendidikan yang terdiri atas; biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
h. Standar penilaian pendidikan.3
3
PP 9 TAHUN
5 Te ta g “ta dar Nasio al Pe didika ,
3
5.
Standar penliaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrument
peneilaian hasil belajar yang digunkana unutk mengukur ketuntasasn belajar peserta
didik. Unutk pendidikan dasar terdiri atas;
Penilaian hasil belajar oleh pendidik (ulangan, kuis dan lain sebagainya)
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan (ujian tengah semeseter, ujuan
akhir semester)
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah (Ujian Nasional, USBN, UMBN dan
lain sebagainya)
Berbeda dengan standar penilaian pendidikan pada pendidikan tinggi yang hanya terdiri
dari dua model yaitu;
Penilaian hasil belajar oleh pendidik (ulangan, kuis dan sebagainya)
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi (UTS, UAS, sidang skripsi
dan sebagainya)
Penilaian pendidikan tinggi tidak melibatkan pemerintah seperti yang terjadi pada
pendidikan dasar dan menengah. Hal ini didasarkan pada kematangan pendidikan tinggi
untuk mengelola pendidikan secara mandiri sehingga kalender akademik pun berbeda
antara perguruan tinggi satu dengan perguruan tinggi yang lain. Meski demikian
pemerintah tetap memberikan aturan dalam perundang undangan sebagai acuan umum
pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi.
Delapan standar di atas adalah standar mutu yang dirumuskan pemerintah untuk memperbaiki
mutu pendidikan serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tidak setiap sekolah mampu
menerapkan delapan standar yang ditetapkan, nmaun sebagain sekolah khususnya di daerah
perkotaan mempu mnegembangkaan standar tersebut. Hal tersebut menjadikan ketimpangan
antarta pendidikan di kota (yang cenderung lebih maju dan berkembang) dibandingkan dengan
pendidikan yang ada di desa dan daerah daerah pelosok sehingga perlu adanya pemerataan
standar pendidikan yang dikawal oleh pemerintah.
Pengembangan Mutu Pendidikan
Standar mutu pendidikan yang dikenal dengan SNP (standar nasional pendidikan) yang
dikelola oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) selalu disempurnakan secara
terarah, terencana dan berkelanjutan sebagaimana yang diketahuai bahawa SNP merupakan PP
19 tahun 2005 dan mengalami perbaikan dengan PP 32 tahun 2013. Dengan adanya hal tersebut
4
diharapan penerapan pengembangan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan merujuk
pada standar nasional pendidikan.
Upaya lain dalam mengontrol dan meningkatkan mutu pendidikan adalah adanya
evalusai, akreditasi dan sertifikasi.4 Evalusi dapat dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan,
tingkat daerah karena secara tidak langsung pemerintah daerah bertanggung jawab atas mutu
pendidikan di daerah, serta evaluasi pemerintah secara nasional. Menurut hemat penulis kontrol
dan pendataan evaluasi pemerintah terhadap mutu pendidikan dapat dilihat dari ujian tingat
nasioanal baik UN, USBN atau UMBN.
Upaya Pengembangan mutu pendidikan kedua yang diterapkan oleh pemerintah dalam
mengembangkan mutu pendidiakn nasional
adalah dengan adanya akreditasi satuan
pendidikan. Akreditasi mengukur kelayakan program pada satuan pendidikan yang merujuk
padan standar nasioal pendidikan. Akreditasi diselenggarakan oleh badan evaluasi mandiri,
untuk tingkat SD/MI akreditasi dilakukan oleb Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN S/M), untuk pendidiakn Non Formal akreditasi diselengarakana oleh Badan Akreditasi
Nasional Pendidian Non Formal (BAN PNF), sedangkang untuk pendidikan tinggi
dilakasanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN PT).
Usaha ketiga yang digunakan dalam mengembangkan mutu pendidikan adalah sertfikasi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidik memiliki peran penting dalam mutu pendidikan. Guru yang
baik akan mampu menyampaikan materi baik siap, pengetahuan dan kratifitas pada peserta
didik sehingga dengan adanya program sertifikasi pemerintah mecoba unutk mematok standar
guru di satuan pendidikan. Dengan asusmsi jika guru memiliki standar kompeteni yang baik
akan berimplikasi pada pengembangan kualitias peserta didik.
Ujian nasional
Salah satu evaluasi dalam upaya peningkatan standar nasional pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan diadakannya ujian nasional. Ujian ini memiliki
sejarah yang panjang dalam dunia pendidikan di Indonesia sejak masih menjadi “ujian negara”
hingga kini menjadi “ujian nasional”. Perkembang ujian negara dan kini menjadi ujian nasional
PP Tahu
5 Te ta g Peru aha Atas Peratura Pe eri tah No or 9 Tahu
Nasio al Pe didika ,
5.
4
5
5 Te ta g “ta dar
tentu melewati evaluasi, perbaikan, penolakan hingga penyempurnaan sebagai cara untuk
mengukur dan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu sebagai mana yang dijelaskan dalam Permendikbud nomor 5 tahun 2015. Untuk
mengetahui perkembangan UN dari masa ke masa dapat dilihat pada tabel berikut;
Periodesasi
1965-1971
Jenis ujian
Ujian Negara
Keterangan
Pelaksanaan ujian serentak dilakuakan secara nasioanal
dengan pengawasan yang ketat. Hal tersebut menyebabkan
angaka kelulusan hanya 50%. Masyarakat menganggap
sistem ini tidak adil dan menuntut unutk merubah ujian
menjadi ujian sekolah.
1972-1979
Ujian Sekolah
Ujian dilakukan oleh sekolah dengan presentasi kelulusan
mencapai 100%. Dlam masa ini pengasawasan relatif lebih
longgar dan sistem mutu pendidikan menurun.
1980-2002
Evaluasi
kembali terjadi perubahan. Pemerintah mengubahnya
Belajar Tahap
menjadi Ebtanas. Kelulusan peserta didik ditentukan dari
Nasional
hasil penggabungan nilai UN dengan ujian sekolah. Dengan
sistem ini banyak terjadi manipulasi penilaian (rumus PQR)
sehingga angka kelulusan mencapai 100 persen.
2003-2004
Ujian Akhir
dinamakan Ujian Akhir Nasional (UAN). Pelaksanaan ujian
Nasional
dilakukan secara nasional dan soal ujian dibuat oleh pusat.
Sistem ini menetapkan batas minimal nilai kelulusan yakni
lebih besar dari 3,00 (2003) dan lebih besar dari 4,00 (2004).
Pengawasan ujian dilakukan secara ketat dan UAN
dianggap satu-satunya syarat kelulusan.
2005sekarang
Ujian Nasional
dimulai lagi Ujian Nasional. Ini merupakan kelanjutan dari
UAN, batas nilai kelulusan ditingkatkan menjadi lebih besar
dari 4,25 (2005-2007) dan lebih besar dari 5,50 (20082010).
Usai UN, pada 2011-2013 ada penyempurnaan dari UN
periode sebelumnya. Kelulusan peserta didik ditentukan dari
hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN dengan presentase
nilai UN : nilai sekolah sebesar 60 : 40 persen dengan batas
minimal nilai kelulusan lebih dari 5,50.
6
Sejak tahun 2008 hingga sekarang istilah UN untuk SD/MI
sederajat diubah menjdai UASBN
Table 1. Perkembangan Ujian Nasional dari masa ke masa.5
Ujian yang dilakukan secara serentak pada dasarnya berfungsi unutk mengukur
kemampuan siswa sekaligus mengukur kualitas (mutu) pendikan secara nasional. Dalam
beberapa tahun terakhir terjadi banyak polemik dalam pelaksananaan ujian nasional baik dari
siswa, orang tua, pengawas bahkan sistem yang digunakan. Dhitta Puti Sarasvati, Direktur
Program Ikatan Guru Indonesia satu diantara sarannya dalam memperbaiki sisten ujian
nasioanal adalah dengan meninggalkan paradigma belajar yang menekankan pada ujian. Hal
ini sejalan dengan nasihat bapak pendidikan Indonesia ki Hajar Dewantoro;
“Anak-anak dan pemuda pemuda kita sukar dapat belajar dengan tentram
karena dikejar kejar oleh ujian yang sangat keras dalam tunututannya. Mereka belajar
tidak untuk kejiwaaannya, sebaliknya mereka belajar untuk nilai-nilai yang tinggi pada
rapot sekolah atau ijazah. Dalam soal ini sebaiknyalah kita para pemimpin perguruan
bersama-sama dengna kementrian PP dan K mencari bagaimana caranya kita dapat
penyakit exemen cultus dan diploma jact (mengkultuskan ijasah dan diploma)”6
Melihat pernyataan yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dapat disimpulkan
bahwa polemik dalam dunia pendidikan tidaklah muncul akhir-akhir ini namun sudah ada sejak
dulu. Masalah itu muncul dipermukaan salah satu diantara penyebabnya adalah pengelolaan
ujian nasional belakangan ini. Pada saat awal mula ditarapkan, UN menjadi syarat penentu
kelulusan siswa sehingga UN menjadi mimik buruk bagi siswa, orang tua dan guru. Kejadian
ini menimbulkan protes sehingga penalain itu bergeser. Kelulusan siswa 60% ditentukan oleh
Un dan 40% ditetukan oleh sekolah sehingga tidak sedikit sekolah yang mengatrol nilai peserta
didiknya agar dapat lulus sekolah. Berbagai kejadian ini memunculkan salah satu kebijakan
baru yaitu PERMENDIKBUD 5 tahun 2015 yang mengatur kriteria kelulusan peserta didik,
penyelenggaraan ujian nasional, dan penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah/pendidikan
kesetaraan pada smp/mts atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat.
Munculnya PERMEN (Peraturan menteri) ini membawa angin segar dalam dunia
pendidikan. UN bkan lagi menjadi penentu kelulusan, namun kelulusan dapat dicapai peserta
Ujia Nasio al Dari Masa Ke Masa - Ka pus :: Okezo e News, a essed De e er 7,
5,
http://news.okezone.com/read/2014/12/30/65/1085698/ujian-nasional-dari-masa-ke-masa.
6
Dhitta Putri Sarasvati, UN, Kesalahan Sistem (Dalam Buku Hitam Ujian Nasional) (Yogyakarta: Resist Book dan
CBE Publishing, 2012), 8–9.
5
7
didik setelah; a). menyelesaikan seluruh program pembelajaran, b). memperoleh nilai
sikap/perilaku minimal baik dan c). lulus Ujian S/M/PK. Siswa, orang tua serat guru tak perlu
lagi khawatir dengan adanya UN yang sebelumnya banyak dikhawatirkan karena menjadi salah
satu persyaratan keluusan. Dengan adanya PERMEN ini ada beberapa pertimbanang kelulusan
yang ditentukan oleh negara dengan pencapain kompetensi lulusan setelah menyelesaikan
program pembelajaran dalam satuan pendidikan.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama dalam Ujian Nasional
Mata pelajaran agama tidak termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional. Adapun materi materi yang diujikan dalam ujian nasional telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Untuk uraian mata
pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional menurut PP 19 tahun 2005 daapt dilihat pada tabel
berikut:
SATUAN
DASAR HUKUM
PENDIDIKAN
(Pasal 70 PP 19 2005)
SD/MI
URAIAN MAPEL
Pada jenjang SD/MI/SDLB
Bahasa Indonesia, Matematika dan
(sederajat), Ujian Nasional
Ilmu Pengetahuan Alam
mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
SMP/MTs/MPLB
Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
(sederajat), Ujian Nasional
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
mencakup pelajaran Bahasa
Alam
Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan llmu
Pengetahuan Alam (IPA).
SMA/MA Program
IPA
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
Pada SMA/MA/SMALB
(sederajat), Ujian Nasional
SMA/MA Program
IPS
Matematika, Fisika, Kimia dan
Biologi
mencakup mata pelajaran Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, Ekonomi, Sosiologi
Matematika, dan mata pelajaran
8
Dan Geografi
SMA/MA Program
yang menjadi ciri khas program
Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
pendidikan.
Matematika, Sastra Indonesia,
Sejarah Budaya/Antropologi dan
Bahasa Asing Sesuai Pilihan
MA Program
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Keagamaan
Matematika, Tafsir, Hadist dan
Fiqih
SMALB
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
dan Matematika
SMK
Pada jenjang SMK/MAK atau
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
bentuk lain yang sederajat, Ujian
Matematika dan Kompetensi
Nasional mencakup pelajaran
Keahlian (Teori Kejuruan dan
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Praktik Kejuruan)
Matematika dan mata pelajaran
kejuruan yang menjadi ciri khas
program pendidikan.
Table 2. Dafatar MAPEL yang diujikan dalam UN. 7, 8.
Dari sekian mata pelajaran baik di madrasah dan sekolah yang diujikan dalam ujian nasional
hanya materi materi inti tidak termasuk pelajaran agama meski demikian pelajaran agama
adalah salah satu mapel yang diujikan dalam ujian sekolah.
Berdasarkan
info
yang
dilansir
pada
web
kota
Banjarnegara
pada
banjarnegarakab.go.id, pada tahun 2009 kementrian agama menemukan adanya beberapa soalsoal mata pelajaran agama di beberapa daerah tidak memenuhi standar kompetensi lulusan
sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas 22 tentang standar isi dan pasal 23 tahun
2006 tentang standar kompetesi lulusan (SKL).
Berdasarkan penemuan tersebut guna
meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama khususnya agama islam maka
kementian agama mengajukan mata pelajaran agama memiliki standar tingkat nasioanal. Hal
PP 9 TAHUN
5 Te ta g “ta dar Nasio al Pe didika .
Ujia Nasio al, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, June 10, 2015,
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ujian_Nasional&oldid=9482087.
7
8
9
tersebut disetujui oleh sekda kabupaten banjarnegara H. Syamsudin, S.Pd, M.Pd dan manejadi
bagian dari USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) dimulai pada tahun ajaran 2011/2012.9
Kesimpulan
Dari pembahasan yang disampaikan dalam makalah ini dengan tema mutu pendidikan
dan ujian nasional mata pelajaran dapat disimpulkan bahwa;
1. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan pemerintah telah menyuusun delapan
standar nasional pendidikan sebagai acuan pengembangan mutu pendidikan di masingmasing satuan pendidikan. Delapan standar tersebut adalah standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian
pendidikan.
2. Mata pelajaran pendidikan agama Islam tidak termasuk dalam mata pelajaran yang
diujikan pada Ujian nasional. Namun dengan adanya temuan berupa ketdak sesuaian
materi yang diujikan dalam mata pelajaran sesuai dengan Permendiknas 22 tentang
standar isi dan pasal 23 tahun 2006 tentang standar kompetesi lulusan (SKL), maka
mulai tahun 2012 materi PAI menjadi satu bagin dari USBN (UjianSekolah Berstandar
Nasional).
UA“BN U tuk Mapel PAI Mulai Dilaksa aka Pada Tahu
- Ka upate Ba jar egara, a essed
December 19, 2015, http://banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/berita-165/umum/284-uasbn-untuk-mapelpai-mulai-dilaksanakan-pada-tahun-2012.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Pieterse, Jan Nederveen. Globalization and Culture: Global Mélange. Maryland: Rowman &
Littlefield, 2015.
“PP 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan,” 2015.
“PP 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,” 2005.
Sarasvati, Dhitta Putri. UN, Kesalahan Sistem (Dalam Buku Hitam Ujian Nasional).
Yogyakarta: Resist Book dan CBE Publishing, 2012.
“UASBN Untuk Mapel PAI Mulai Dilaksanakan Pada Tahun 2012 - Kabupaten Banjarnegara.”
Accessed December 19, 2015. http://banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/berita165/umum/284-uasbn-untuk-mapel-pai-mulai-dilaksanakan-pada-tahun-2012.
“Ujian Nasional.” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, June 10, 2015.
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ujian_Nasional&oldid=9482087.
“Ujian Nasional Dari Masa Ke Masa - Kampus :: Okezone News.” Accessed December 17,
2015.
http://news.okezone.com/read/2014/12/30/65/1085698/ujian-nasional-dari-
masa-ke-masa.
11