TEORI PENDIDIKAN DAN TEORI BUDAYA ORGANI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh
dilihat dari konsep yang statis. Pembangunan juga mengandung orientasi dan
kegiatan yang tanpa akhir.
Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya.
Pembangunan menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan
kekuatan sendiri, tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya.
Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi tergantung dengan “innerwill”,
proses emansipasi diri. Dengan demikian, partisipasi aktif dan kreatif dalam
proses pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses pendewasaan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang masih
belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat, hingga muncul perubahan yang
lebih efektif dan efisien.
Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata sebuah
konsep ekonomi, dari sudut pandang kita pemberdayaan secara implisit

mengandung arti menegakkan demokrasi ekonomi dimana kegiatan ekonomi
berlangsung dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep ini menyangkut
penguasan teknologi, pemilikan modal, dan akses ke pasar dan kedalam
sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen. Agar demokrasi
ekonomi dapat berjalan, maka aspirasi masyarakat tertampung harus
diterjemahkan menjadi rumusan-rumusan yang nyata. Untuk merumuska
kenyataan tersebut negara mempunyai birokrasi. Birokrasi ini harus dapat
berjalan efektif, artinya mampu melaksanakan dan menjabarkan rumusanrumusan kebijakan publik (Public Policies) dengan baik untuk mencapai
tujuan yang di kehendaki.
1 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

1.2 Rumusan Masalah
1) Seperti apa teori evolusi pendidikan di Indonesia?
2) Apa saja yang termasuk ke dalam teori pendidikan dan pengembangan?
Serta bagaimana mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam pendidikan dan pengembangan?
3) Bagaimana teori budaya organisasi yang berkembang pada saat ini?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui seperti apa teori pendidikan di Indonesia.
2) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam teori pendidikan dan

pengembangan serta mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam pendidikan dan pengembangan.
3) Untuk mengetahui teori budaya organisasi yang berkembang pada saat ini.

BAB II
KAJIAN TEORI
2 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

2.1 Teori Evolusi Pendidikan di Indonesia
A.

Teori Evolusi
Veeger,

Karel

(1993:79),

Charles


Darwin(1809-1882)

ia

membuktikan bahwa variasi dan diferensiasi besar di alam flora dan
fauna merupakan hasil suatu proses yang amat lama. Proses itu bercirikan
empat hal yaitu struggle for life, survival of the fittest , natural selection
dan progress.
Aguste Comte (1798-1857) mengambil ciri khas manusia yaitu
akal budinya sebagai prinsip evolusi. Akal budi manusia dikekang oleh
suatu hukum atau daya gerak evolusioner dari dalam diri yang secara
bertahap menyebabkan umat manusia mula-mula berpikir kongkret dan
partikular, lantas berpikir abstrak dan umum dan akhirnya positif dan
empiris.
Dadang supardan(155-156) menjelaskan bahwasannya dalam
buku yang berjudul principles of sociology (1876-1896) Herbert Spencer,
seorang sosiologi inggris mengemukakan Teori Evolusi Sosial sebagai
berikut:
1. Masyarakat yang merupakan suatu organisme, berevolusi menurut
pertumbuhan manusia seperti tubuh yang hidup, masyarakat bermula

seperti kuman yang berasal dari massa yang dalam, segala hal dapat
dibandingkan dengan massa itu dan sebagian diantaranya akhirnya
dapat didekati. (Spencer dalam Lauer, 2003:80).
2.

Suku

primitif

berkembang

melalui

peningkatan

jumlah

anggotanya,perkembangan itu mencapai suatu titik dimana suatu
suku terpisah menjadi beberapa suku yang secara bertahap timbul
beberapa perbedaan satu sama lain. Perkembangan ini dapat terjadi,

seperti pengulangan maupun terbentuk dalam proses yang lebih luas
dalam penyatuan beberapa suku. Penyatuan itu terjadi tanpa
melenyapkan

pembagian

yang

sebelumnya

disebabkan

oleh

pemisahan.
3 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

3. Pertumbuhan masyarakat tidak sekedar menyebabkan perbanyakan
dan penyatuan kelompok, tetapi juga meningkatkan kepadatan
penduduk atau meningkatkan solidaritas, bahkan massa yang lebih

akrab.
4. Dalam tahapan masyarakat yang belum beradab (uncivilised) itu
bersifat homogen karena mereka terdiri dari kumpulan manusia yang
memiliki kewenangan, kekuasaan, dan fungsi yang relatif sama
terkecuali masalah jenis kelamin.
5. Suku nomaden memiliki ikatan karena dipersatukan oleh ketundukan
kepada pemimpin suku. Ikatan ini mengikat hingga mencapai
masyarakat beradab yang cukup untuk diintegrasikan bersama
“selama 1000 tahun lebih “.
6. Jenis kelamin pria, didentikkan dengan simbol-simbol yang
menuntut kekuatan fisik, seperti keprajuritan, pemburu, nelayan, dan
lain-lain.
7. Kepemimpinan muncul sebagai konsekuensi munculnya keluarga
yang sifatnya tidak tetap atau nomaden.
8. Wewenang dan kekuasaan seseorang ditentukan oleh kekuatan fisik
dan kecerdikkan seseorang, selanjutnya kewenagan dan kekusaan
tersebut memiliki sifat yang diwariskan dalam keluarga tertentu.
9. Peningkatan

kapasitaspun


menandai

proses

pertumbuhan

masyarakat. Organisasi-organisasi sosial yang mulanya masih samarsamar, pertumbuhannya mulai mantap secara perlahan-lahan,
kemudian adat menjadi hukum, hukum menjadi semakin khusus dan
institusi sosial semakin terpisah berbeda-beda. Jadi, dalam berbagai
hal memenuhi formula evolusi. Ada kemajuan menuju ukuran,
ikatan, keanekaragaman bentuk, dan kepastian yang semakin besar
(Spencer dalam Lauer, 2003:81).
10. Perkembanganpun ditandai oleh adanya pemisaha unsur-unsur
religius dan sekuler. Begitupun sistem pemerintahan bertambah
kompleks, diferensiasipun timbul dalam organisasi sosial, termasuk

4 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

tumbuhnya kelas –kelas sosial dalam masyarakat yang ditandai oleh

suatu pembagian kerja.
B.

Teori Struktural Fungsionalisme
Pendekatan fungsionalisme tidak bersifat historis dan tidak
mengikuti perkembangan suatu gejala social, seperti misalnya keluarga
dalam tahap-tahapnya dikurun waktu melainkan statis. Veeger, Karel J
(1993 : 87), Gerhard dan Jean Lenski dalam bukunya Human Societies
(1974 : 28) menyebutkan enam keharusan fungsional yaitu komunikasi,
produksi, distribusi, pertahanan, penggantian anggota lama, dan kontrol
sosial.
Teori menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya
adalah:

fungsi,

disfungsi,

fungsi


laten,

fungsi

manifest,

dan

keseimbangan. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap stuktur dalam
system social, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak
fungsional terhadap yang lain maka struktur itu tidak aka nada atau akan
hilang dengan sendirinya. Penganut teori ini adalah Robert K.Merton dan
Talcott Parson.
Penganut teori ini hanya cenderung untuk melihat kepada
sumbangan suatu system peristiwa terhadap system yang lain dan karena
itu mengabaikan bahwa suatu peristiwa atau suatu system dapat
beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu system social.
Secara ekstrim teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua
struktur adalah funsional bagi masyarakat. Dengan demikian pada tingkat

tertentu, misalnya peperangan, ketidaksamaan social, perbedaan ras,
bahkan kemiskinan, ”diperlukan” oleh suatu masyarakat. Perubahan
dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau terjadi
konflik, penganut teori ini memusatkan perhatiannya kepada masalah
begaimana cara menyelesaikan sehingga masyarakat tetap dalam
keseimbangan.

5 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

Beberapa ahli teori modern yang dianggap sebagai wakil tradisi ‘
talcott pnarsons dan Robert K merot, para sosiolog yang kurang terkenal
juga mengemukan bahasa dan konsep fungsionalisme walaupun
terkadang

tanpa

menguji

konsep


secara

krotis

atau

hanya

mengapresiasikan implikasi penggunaan belaka.
Asumsi-asumsi dasarnya adalah bahwa seluruh struktur social
atau setidaknya yang diprioritaskan, menyumbangkan terhadap suatu
interaksi dan adapti system yang berlaku. Pada umumnya para
fungsionalis telah mencoba menunjukkan bahwa suatu pola yang ada
telah memenuhi “ kebutuhan system “ yang vital dan menjelaskan
eksistensi pola tersebut. Zeitlin (1998, hal 03).
C.

Teori Konflik
Tokoh utama dalam teori ini, selain Karl Marx, adalah Ralp
Dahrendorf, Georg Simmel, C.Wright Mills, dan L.A Coser. Asumsi
dasar teori konflik ini antara lain bahwa masyarakat senantiasa berada
dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terusmenerus di antara unsur-unsurnya. Setiap elemen dalam masyarakat
memberikan sumbangan terhadap disintegrasi social. Keteraturan yang
terdapat dalam suatu masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya
tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang
berkuasa. Teori konflik ternyata agak mengabaikan keteraturan dan
stabilitas yang memang ada dalam masyarakat disamping konflik itu
sendiri.
Veeger, Karel J (1993 : 92), teori konflik menyatakan bahwa
barang yang berharga seperti kekuasaan dan wewenang, benda-benda
material, dan apa yang menghasilkan kenikmatan, agak langka, sehingga
tidak dapat dibagi sama rata diantara rakyat. Maka telah muncul
golongan-golongan dan kelompok-kelompok oposisi, yang merasa diri
dirugikan dan menginginkan porsi lebih besar bagi dirinya sendiri atau
hendak menghalang-halangi atau mencegah pihak lain memperoleh atau
menguasai barang itu.
6 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

Teori konflik dalam sosiologi untuk sementara waktu membatasi
diri dan hanya bermaksud menerangkan antagonisme atau ketegangan
antara pihak berkuasa dengan pihak yang dikuasai dalam rangka
pengorganisasian struktural yang tertentu.
Penalaran teori konflik adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan orang-orang didalam kelompok atau masyarakat tidak
sama, karena ada pihak yang berkuasa dan berwenang dan ada
pihak yang tergantung.
2. Perbedaan

dalam

kedudukan

menimbulkan

kepentingan-

kepentingan yang berbeda pula.
3. Mula-mula sebagian kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda
itu tidak disadari dan karenanya dapat disebut “kepentingan
sembunyi “(latent interests) yang tidak akan meletuskan aksi.
4. Konflik itu akan berhasil membawa perubahan dalam struktur
relasi-relasi sosial, kalau kondisi-kondisi tertentu telah dipenuhi
yaitu kondisi –kondisi yang menyangkut keorganisasian, kondisikondisi yang menyangkut konflik sendiri dan ada kondisi-kondisi
yang menentukan bentuk dan besarnya perubahan struktural.
Teori konflik memandang bahwa kemiskinan didunia ketiga
sebagai akibat proses perkembangan kapitalis didunia barat. Kalau
Negara yang berkembang ingin maju maka harus mampu melepaskan
dan memutuskan hubungan dengan Negara-negara kapitalis. Teori
konflik ini meskipun sangat ringkih namun mendapat dukungan yang
luas terutama dari kalangan intelektual muda dikalangan negara yang
berkembang.
Perkembangan pendidikan hanya merupakan suatu proses strata
pikasi social yang cenderung memperkuat posisi kaum yang selama ini
memiliki keistimewaan. Beberapa asumsi dari teori konflik ;
1. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki sejumlah kepentingan
yang paling dasar yang mereka inginkan dan berusaha untuk
mendapatkannya
7 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

2. Kekuasaan mendapatkan penekanan sebagai pusat hubungan social
3. Ideology dan nilai-nilai dipandang sebagai suatu senjata yang
digunakan oleh kelompok yang berbeda dan mungkin bertentangan
untuk mengejar kepentingan sendiri
Teori konflik sangat bertentangan dengan teori structural
fungsional, penganut paham teori konflik terdapat perbedaan yang tajam
dan tidak kalah serunya dengan perbedaan penganut struktural
fungsional. Zamroni (1988, hal 30-32).
Asumsi dasar teori konflik menurut karl marx menyatakan bawa
masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Syamsir
(2006, hal 09)
D.

Teori Aksi
Syamsir ( 2006,hal 09-10) menjelaskan, Teori ini sepenuhnya
mengikuti karya max weber. Tokoh teori ini antara lain plorient
znaniccki, Robert max iver talcol parson, hinkle parto dan Durkheim.
Asumsi dasar teori aksi adalah bahwa tindakan manusia muncul dari
kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam
posisinya sebagai objek ; sebagai subjek manusia bertindak atau
berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
Beberapa asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh
linkle dengan merujuk karya max iver znanniccki dan parson adalah
sebagai berikut :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek
dan dari situasi dalam posisinya sebagai objek
2. Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur,
serta perangkat yang cocok untuk mencapai tujuan
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang
tak dapat diubah dengan sendirinya
8 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

5. Manusia memilih menilai mengevaluasi terhadap tindakan yang
akan, sedang dan yang telah dilakukannya
6. Aturan ukuran prinsip moral diharapkan timbul pada saat
pengambilan keputusan study mengenai antar hubungan social
memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subjekti
E. Teori Interaksionisme
Simbolik Istilah “ interaksionisme Simbolik” berasal dari
Herbeart Blumer, yang telah mengembangkan teori dari George Herbert
Mead. Veeger,Karel J (1993 : 95), Blumer, Herbeart dan George Herbert
Mead menegaskan bahwa perilaku manusia tidak dapat diuraikan secara
memadai dengan hanya memakai skema-skema determinitis seperti
skema stimulus-respons dari

behaviorisme atau skema variable

independen –variabel dependen dari fungsionalisme.
Interaksionisme Simbolik memahami perilaku sebagai rancangan
yang artinya manusia sendiri membentuk perilakunya dengan memakai
unsur-unsur

yang disediakan oleh situasi. Gambaran masyarakat

Interaksionisme Simbolik berlainan dari gambaran yang dibuat oleh
Funsionalisme. Dimana berhadapan dengan suatu gambaran yang statis
dan beku , Interaksionisme Simbolik memperlihatkan gambaran yang
pluralistik dan serba berubah-ubah.
F.

Teori Fenomenologi
Syamsir (2006, hal 11), Alfred de eschutz berpendapat bahwa
teori fenomenologi adalah tindakan manusia menjadi suatu hubungan
social bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap
tindakan tertentu dan manusia lain memahami pula tindakannya itu
sebagai suatu yang penuh arti. Pemahaman secara subjektif terhadap
sesuatu tindakan sangat menetukan kelangsungan proses interaksi social.
Walaupun istilah fenomenologi untuk menandai suatu metode
filsafat yang ditemukan oleh Edmund huserl, namun mereka yang telah
9 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

merujukkan diri mereka dengan menamakan kaum fenomenologis atau
yang dianggap kaum lain. Fenomenologi bukanlah suatu aliran atau suatu
system. Bahkan istilah ” gerakan “ sebagai mana yang digunakan
penganut sejarah fenomenologi mengalamatkan suatu kesalahan, ketidak
jelasan label fenomenologi tidak menurunkan famornya yang telah
diperkenalkan sejak decade abad 19-an. Zeidlin (1998, hal 208).
G.

Etnometodologi
Entometodologi

adalah

cabang

dari

fenomenologi

yang

mempelajari dan berusaha menangkap arti dan makna kehidupan sosial
suatu masyarakat berdasarkan ungkapan-ungkapan atau perkataanperkataan yang mereka ucapkan atau ungkapkan secara eksplisit maupun
implisit. Menurut teori ini seorang sosiolog tidak perlu memberikan
arti/makna kepada apa yang dibuat oleh orang lain atau kelompok, tetapi
tugas sosiolog adalah menemukan bagimana orang-orang atau anggota
masyarakat

membangun

dunia

sosialnya

sendiri

dan

mencoba

menemukan bagaimana mereka memberi arti atau makna kepada dunia
sosialnya sendiri. Misalnya di Manggarai ada istilah Bisbalar dan
Gegerta. Kedua ungkapan ini sering ditemukan dalam sebuah
perkawinan. ‘Bisbalar’ artinya bisa dibawa larikah! Dan jawaban dari
pemudi;”Gegerta’ artinya tunggu hingga pagi hari. Arti ungkapan itu
adalah bahwa pemudi mau di bawa lari tapi tunggu hingga pagi tiba.
Dalam tiap masyarakat memiliki peribahasa atau ungkapan-ungkapan
semacam ini yang harus ditemukan artinya oleh seorang sosiolog. Tokoh
terkemuka teori ini adalah Harold Garfinkel.
H.

Teori perilaku (Behavioral theory)
Teori perilaku dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
psikologi

perilaku

ke

dalam

sosiologi.

Teori

ini

memusatkan

perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang
terjadi di dalam lingkungan actor dengan tingkah laku actor. Konsep

10 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

dasar teori ini adalah mengenai “reinforcement”(penguatan) yang dapat
diartikan sebagai ganjaran (reword).
Tak ada sesuatu yang melekat dalam dalam objek yang dapat
menimbulkan ganjaran. Pengulangan tinglah laku tak dapat dirumuskan
terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri. Perulangan
dirumuskan dalam pengertiannya terhadap actor. Suatu ganjaran yang tak
membawa pengaruh terhadap actor tak akan diulang.
I.

Teori pertukaran (Exchange Theory)
Tokoh utama teori ini adalah George human. Teori ini dibangun
dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigm fakta sosial, terutama
menyerang Durkheim, terutama pandanagnnya terhadap emergence
(kemunculan reaksi) dan psikologi. Proposisi yang perlu diperhatikan
antara lain adalah bahwa tinggi ganjaran (reword) yang diperoleh atau
yang akan diperoleh makin besar kemungkinan sesuatu tingkah laku yang
akan diulang, dengan demikian pula sebaliknya. Makin tinggi biaya atau
ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh, maka kecil
kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang. Adanya hubungan
berantai antara berbagi stimulus dan antara berbagi tanggapan.

2.2 Teori Pendidikan dan Pengembangan
2.2.1 Sekolah dan Masyarakat
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat, semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum
masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu. Peran serta Masyarakat
dalam pendidikan memang sangat berkaitan dengan perubahan cara
pandang masyarakat terhadap pendidikan. Hal ini tentu saja bukan hal
yang mudah untuk dilakukan. Dalam hal ini perlu adanya kesadaran dari
masyarakat yang dapat dimulai dan dilakukan dari sekarang. Rasa

11 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat
dengan tingkatan yang maksimal dapat diperolah dari dunia pendidikan.
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan
sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup
dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan
sosial serta berjenis-jenis budayanya. Adapun jenis-jenis peran serta
masyarakat dalam pendidikan yang dimulai dari tingkat terendah ke
tingkat lebih tinggi, yaitu:
1) Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia.
Jenis ini adalah jenis tingkatan yang paling umum, pada tingkatan
ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk pendidikan
anak.
2) Peran serta secara pasif yaitu menyetujui dan menerima apa yang
diputuskan

lembaga

pendidikan

lain,

kemudian

menerima

keputusan lembaga tersebut dan mematuhinya.
3) Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan
tenaga. Pada jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan
dan pembangunan fisik sarana dan prasaranan pendidikan dengan
menyumbangkan dana, barang atau tenaga.
4) Peran serta melalui adanya konsultasi, orangtua datang ke sekolah
untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami
anaknya.
5) Peran serta dalam pelayanan, dimana masyarakat terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar, misalnya membantu sekolah dalam
bidang studi tertentu.
6) Peran
serta
sebagai

pelaksana

kegiatan

yang

didelegasikan/dilimpahkan. Misalnya, sekolah meminta masyarakat
untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan.
7) Peran serta dalam pengambilan keputusan, disini masyarakat
terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan anak, baik
akademis maupun non akademis. Masyarakat ikut serta dalam
proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan
pendidikan.

12 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

Dengan adanya peran serta dari masyarakat dalam hal pendidikan,
maka dapat dijadikan salah satu landasan pengembangan selanjutnya di
sekolah dan masyarakat. Kemudian sekolah juga dapat mengupayakan
agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat sekitar.
2.2.2 Sekolah Berbahaya
Sekolah pada saat ini tidak dapat dipungkiri adalah sarana
pendidikan formal yang wajib dijalani oleh anak – anak Indonesia, para
orangtua menitipkan anaknya ke sekolah untuk dibimbing dan diberi
pengajaran yang sesuai karena mereka tidak bisa secara intens mendidik
anak-anaknya

karena

keterbatasan

tertentu

misalnya

karena

kesibukannya dll. Orangtua sudah mempercayakan untuk menitipkan
anaknya ke sekolah agar dapat menjadikan mereka disiplin.
Namun kenyataan yang terjadi disekolah anaknya tersebut
diperlakukan kurang baik. Misal seorang guru yang melempar penghapus
papan tulis kepada siswa yang tidak sengaja mengenai kepalanya. Itu
adalah salah satu bentuk sekolah berbahaya dalam bentuk fisik. Adapun
sekolah berbahaya yang mengancam dalam bentuk lainnya yang akan di
bahas disini hanya terbatas pada penganiayaan fisik dan non fisik saja,
sebagai berikut :


Penganiayaan fisik
Penganiayaan fisik ini bisa dilakukan oleh murid terhadap
murid dan juga guru terhadap muridnya. Mengapa hal ini
dianggap buruk? Padahal pada sistem pendidikan dahulu di
Indonesia pun apabila kita telusuri sering melakukan tindakan
fisik seperti yang sudah disebutkan di contoh di atas salah
satunya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa
memukul dengan intensitas yang sering dan semakin parah akan
membawa efek yang negatif berupa luka memar, atau lainnya atau
kondisi psikologis yang mengakibatkan gangguan stres pasca
trauma.

13 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya



Penganiayaan Psikologis
Penganiayaan psikologis ini lebih cenderung dilakukan
oleh seorang guru terhadap muridnya. Alasan mengapa guru bisa
melakukan hal tersebut dikaenakan murid tersebut melakukan
pelanggaran – pelanggaran yang ada, diantaranya :
- Kurang disiplin
- Penampilan fisik dan atribut
- Nilai yang buruk
- Tidak saling menghargai antara siswa dengan guru
- Penghinaan
- Ejekan
- Fitnah
- Pelecehan seksual
Hal yang sudah disebutkan di atas, tentunya memberikan dampak

yang buruk terhadap anak didik, diantaranya :
-

Anak-anak menjadi terganggu dalam mental dan fisik
Kebencian dalam melakukan kegiatan disekolah
Perilaku menjadi pemberontak
Tidur terganggu
Tidak tenang dalam melakukan aktifitas diluar sekolah
Menjadi terasing melihat lingkungan sekitar

2.2.3 Masyarakat Tanpa Sekolah
Pendidikan diidentikkan dengan sekolah. Dengan kata lain,
pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga tempat mendidik atau mengajar. Jadi, perspektif sempit ini
membatasi proses pendidikan berdasarkan waktu atau masa pendidikan,
lingkungan pendidikan maupun bentuk pendidikan. Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
Lalu, bagaimanakah tindakan efektif menjadikan manusia sebagaimana
mestinya manusia? Apakah dengan adanya sekolah kita bisa mewujudkan
hal tersebut.
Semakin modernnya zaman sehingga pendidikan diturunkan ke
dalam bentuk formal sekolah dan pengajaran, sebenarnya ia telah
meninggalkan komprehensifannya sebagai proses kemanusiaan. Ketika
pendidikan telah direduksi menjadi sekolah dan terinstitusionalisasi serta
14 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

terspesikasi dalam bidang-bidang dan jurusan-jurusan, maka hal ini
menyulitkan para murid dan insan pendidikan agar dapat memahami
masalah-masalah kemanusiaan secara holistis.


Masyarakat Tanpa Sekolah Menurut Ivan Illich
Ivan Illich dalam konsep karyanya yang diambil dari situs
http://ziyadan.wordpress.com/2012/01/26/pendidikan-tanpa-sekolah-kritikrekonstruksi-pembelajaran/, Deschooling Society (Masyarakat Tanpa
Sekolah) bisa dipandang sebagai penolakan komprehensif terhadap
sekolah formal yang memasung kebebasan dan perkembangan manusia.
Sekolah dianggapnya sama sekali tidak memadai bagi perkembangan
anak-anak dan kaum muda. Illich sangat yakin tujuan penolakan sekolah
dalam masyarakat akan menjadikan siswa dapat memperoleh kebebasan
dalam belajar tanpa harus memperjuangkan untuk memperolehnya dari
masyarakat. Setiap orang harus dijamin kepribadiannya dalam belajar,
dengan harapan dia akan menerima kewajiban membantu orang lain untuk
tumbuh sesuai kepribadiannya.
Illich mengejek kaum yang mengatakan bahwa hanya dari
sekolahlah pengetahuan dan keterampilan didapat, pada kenyataanya
sekolah bukanlah satu-satunya lembaga modern dengan tujuan utama
membentuk pandangan manusia mengenai realita. Kurikulum terselubung
(Hidden curriculum) dalam kehidupan keluarga, wajib militer, pelayanan
kesehatan dan apa yang disebut profesionalisme ataupun media,
memainkan peranan penting dalam manipulasi institusional dunia manusia,
visi, bahasa-bahasa, dan kebutuhannya.
Illich pun menegaskan kembali bahwa “sekolah jauh lebih
memperbudak orang dengan cara yang lebih sistematis, karena hanya
sekolah yang dianggap mampu untuk melaksanakan tugas utama, anehnya
sekolah melakukan tugas tersebut dengan cara membuat pemahaman
tentang diri sendiri, tentang orang lain dan tentang alam, menjadi
tergantung pada proses yang sudah dibentuk terlebih dahulu. Begitu
dahsyat pengaruh sekolah atas diri kita sehingga tidak seorang pun
diantara kita dapat berharap bahwa ia dapat dibebaskan dari padanya oleh
sesuatu yang lain”.
Tampaknya pendidikan justru bermakna jika konsepsi Ivan Illich
terwujudkan. Bayangkan jika ada masyarakat yang setiap hari, tanpa
adanya sekolah yang kaku dan formal, setiap orang yang pengetahuannya
lebih matang bisa menjadi guru. Setiap orang bisa belajar setiap waktu dan
15 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

dimanapun tempatnya. Seperti halnya membicarakan dunia kehidupannya,
alam yang terjadi dengan kontradiksinya, masalah sosial dan masalah
politik yang tengah terjadi. Tentunya, akan ada banyak guru bagi anakanak, dengan mendapatkan pengetahuan dan keteladanan kapanpun dan
dimanapun berada. Sehingga Insan pendidikan akan menghadapi kawankawan yang menantangnya untuk bernalar, bersaing tanpa distandarisasi
dengan adanya rapor, bekerja sama dan sebagainya. Perspektif sempit
inilah, yang menyebabkan terbatasnya proses pendidikan. Sehingga akan
membawa dampak-dampak buruk pendidikan tersendiri;
Pertama, karena hampir semua orang menganggap pendidikan
dipahami melalui lembaga sekolah, maka cara berfikir formalistik merasuk
dalam pemikiran orang. Pada akhirnya para orang tua melihat pendidikan
anaknya hanya dapat diandalkan dari sekolah. Mereka melihat di
sekolahlah tempat satu-satunya bagi anak-anaknya untuk memperoleh
pengetahuan dan pembentukan mental dan karakter. Hal buruknya adalah
orangtua tidak mau mendidik anaknya karena sudah mendapatkan
pendidikan di sekolah dan tidak mempedulikan pendidikannya diluar
sekolah.
Kedua, sekolah dijadikan satu-satunya lembaga yang sah bagi
masyarakat sebagai jalan mobiltas sosial. Seakan-akan sudah baku bahwa
jika ingin mendapatkan pekerjaan harus masuk dan lulus sekolah terlebih
dahulu, syarat formalnya adalah mendapatkan ijazah. Jadi, tidak heran
ketika banyak bisnis ijazah atau bisnis pendidikan tanpa melibatkan si
terdidik dalam proses belajar mengajar. Padahal formalitas bukanlah
esensi.
Oleh karena itu, ijazah ataupun output sekolah tidak menunjukkan
adanya mutu. Tidak jarang pula, orang yang bersekolah tingkatan tinggi,
tetapi kecerdasannya rendah, mentalnya rusak, karakternya kerdil, dan
jiwanya koruptif. Sehingga sekolah akan melahirkan manusia-manusia
“dehuman” yang akan merampok potensi kemanusiaan manusia.
Pandangan ekstrem seperti ini, yang tidak membutuhkan sekolah
tentunya tidak dapat dilihat sebagai pasimisme, tetapi harus dipandang
sebagai “kritik” pada dunia pendidikan. Artinya, semua orang harus dapat
mengenyam pendidikan dan dapat mengekspresikan kepentingannya
dalam dunia pendidikan. Pendidikan haruslah menjadi milik masyarakat,
tanpa adanya batas-batas kelas, ras, agama, maupun bentuk fisik education
for all.

16 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

2.3 Teori Budaya Organisasi
A. Mengenal Budaya Organisasi
Semua perkembangan perilaku orang dalam organisasi akan
memberikan dampak tersendiri bagi organisasi yang bersangkutan. Namun
kesemua perilaku yang timbul tersebut akan membentuk satu nilai atau
norma yang sama-sama diyakini dan dipegang oleh orang-orang yang
tergabung dalam organisasi tersebut. Nilai dan norma ini lah yang
kemudian dijadikan sebagai budaya dalam organisasi.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, budaya organisasi
terbentuk melalui pembiasaan dalam organisasi tersebut. Pembiasaan bisa
mulai diterapkan dalam setiap sektor organisasi, sehingga setiap individu
menyadari pentingnya budaya yang akan bersama diwujudkan.
Proses pembiasaan budaya dalam organisasi, manajer bisa
menggunakan prinsip-prinsip dan teori motivasi untuk menggerakan
individu yang tergabung supaya mau bersama-sama mulai membangun
budaya. Misalnya saja menerapkan reward and punishmen, pemberian
kompensasi, penghargaan bagi karyawan terbaik, dan lain sebagainya.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi
menurut beberapa ahli (http://jurnal-sdm.blogspot.com) :
a) Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn,
budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang
dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku
dari anggota organisasi itu sendiri.
b) Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar,
budaya organisasi adalah cara-cara berfikir, berperasaan dan
bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi
atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c) Menurut Robbins, budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d) Menurut Schein, budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah,
membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus
diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai
17 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan
masalah yang dihadapi.
e) Menurut Cushway dan Lodge, budaya organisasi merupakan sistem
nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan
dan cara para karyawan berperilaku.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, bisa diambil
kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi yang
dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara
bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi. Budaya ini akan
berkembang, dan menjadi ciri khas dari satu organisasi dan bahkan bisa
menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Brown mengembangkan unsur-unsur dasar budaya organisasi
berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Schein pada tahun 1985.
Unsur-unsur budaya organisasi menurut Brown adalah sebagai berikut:
Pertama adalah artifacts (unsur dasar organisasi yang paling mudah
dikenali karena ia dapat dilihat, didengar, dan dirasakan). Artifacts
biasanya berbentuk cerita, mitos, lelucon, metafora, upacara dan tatacara,
perayaan, pahlawan, dan simbol-simbol. Ada juga beberapa hal yang
bersifat subkategori untuk artifacts, yaitu: hal-hal yang bersifat material,
tampilan fisik, teknologi, bahasa, pola perilaku, system, prosedur dan
program. Unsur kedua adalah keyakinan, nilai-nilai, dan sikap yang
berlaku di dalam organisasi. Nilai ini lebih mengarah pada kode moral dan
etika yang menjadi penentu apa yang sebaiknya di lakukan. Misalnya,
sebuah perusahaan punya nilai-nilai kejujuran, keterbukaan dan integritas
dalam menjalankan aktifitas bisnisnya. Maka penerapan untuk bagian
keuangan,

misalnya

adalah

meyusun

laporan

keuangan

secara

transparandan jujur, maksudnya tidak melakukan penipuan agar organisasi
tersebut lebih menarik minat investor tertentu.Unsur ketiga adalah asumsiasumsi dasar mau tidak mau harus diterima sebagai solusi bila terjadi suatu
masalah.
Taliziduhu

Ndraha

(1997)

menginventarisir

sumber-sumber

pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1) pendiri organisasi; (2)
18 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4) luar organisasi; (5)
orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder); dan (6)
masyarakat. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat
terjadi dengan cara: (1) kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3)
penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam
waktu yang sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang
tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi. Lebih
jelasnya, proses pembentukan budaya ini dapat diragakan dalam bagan 2
berikut ini:

Manajemen Puncak
Seorang atau para manajer puncak dalam organisasi yang
masih baru atau muda mengembangkan dan berusaha untuk
mengimplementasikan suatu visi, filosofi dan atau strategi

Perilaku Organisasi
Karya-karya implementasi. Orang berperilaku melalui cara
yang dipandu oleh visi, filosofi dan strategi

Hasil
Dipandang dari berbagai segi, organisasi itu berhasil dan
keberhasilan itu terus berkesinambungan selama bertahuntahun

Budaya
Suatu budaya muncul, mencerminkan visi dan strategi serta
pengalaman yang dimiliki orang dalam
mengimplementasikannya.

19 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

(sumber : John P. Kotter. & James L. Heskett, 1998. Corporate Culture and
Performance (terjemahan Benyamin Molan). Jakarta: PT Prehalindo, h.9)
Budaya organisasi sangat erat kaitannya dengan kinerja para
anggotanya, sebab budaya dapat menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan dan bersemangat. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan
perilaku dan kebiasaan yang terbentuk di dalam organisasi tersebut.
Dengan menciptakan budaya kerja yang baik, maka akan dapat
meningkatkan kinerja para anggota di dalam suatu organisasi.
B. Mempertahankan Budaya
Melihat begitu pentingnya budaya satu organisasi, maka perlu juga
dikembangkan dan diperhatikan dengan baik oleh setiap organisasi. Ada
beberapa cara untuk meningkatkan kualitas budaya organisasi, diantaranya
:
1. Mulai dengan pembiasaan. Ala bisa karena biasa, jika tidak dimulai
dengan pembiasaan maka akan sulit membentuk nilai-nilai dan
budaya. Jelaskan kepada seluruh bagian organisai jika hal itu terasa
baru bagi anggota organisasi, berikan pengertian sehingga mereka
sadar akan pentingnya nilai yang akan bersama-sama dibangun.
2. Pertahankan nilai-nilai baik yang sudah berkembang, dan mulai
hapus nilai-nilai yang dirasa kurang menguntungkan. Hal ini
sepertinya akan lebih fair dalam mengambil kebijakan, kebiasaan
yang memang sudah baik sudah semestinya dikembangkan,
sedangkan kebiasaan yang tidak menguntungkan berikan pengetian
kepada

semua

anggota

organisasi

untuk

bersama-sama

merubahnya.
3. Pupuk terus semangat dalam setiap individu untuk memberikan
karya dan semangat terbaik dalam hidup berorganisasi.
Untuk mempertahankan budaya sedikitnya terdapat tiga kekuatan
yang memainkan suatu peran penting, yaitu :
1. Tindakan
manajemen

dan

keterlibatan

puncak

yang

manajemen

puncak.

diperagakan

amat

Komitmen
menentukan

20 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

implementasi perubahan budaya organisasi. Wujudnya dapat
berupa penetapan keputusan yang terkait dengan pembentukan
budaya baru, tindakan dan keterlibatan pimpinan puncak dan
besarnya dukungan sumber daya yang dialokasikan.
2. Praktik seleksi. Direkrut dan diseleksi orang yang memiliki
pengetahuan, keterampilan kepemimpinan dan keteladanan untuk
mempertahankan budaya sesuai dengan kaidah dan norma dari tata
nilai dari budaya organisasi.
3. Metode dan keefektifan penerapan

sosialisasi.

Bagaimana

bagusnya pelaksanaan penerimaan dan penyeleksian pegawai baru
yang dilakukan suatu organisasi, karyawan-karyawan baru tidak
sepenuhnya

terdoktrin

dengan

budaya

organisasi

tersebut.

Dikarenakan tidak terbiasa dengan budaya organisasi tersebut,
karyawan-karyawan

baru

memiliki

kecerendungan

untuk

mengganggu kepercayaan dan kebiasaan yang sudah berlaku.
Dengan demikian, organisasi perlu membantu karyawan-karyawan
baru dalam beradaptasi dengan budaya mereka. Proses adaptasi ini disebut
sosialisasi, agar organisasi selalu mensosialisasikan program kegiatan
mereka sesaui dengan tata nilai budaya. Tahapan tersebut diantaranya
adalah :
1. Mengarah pada semua pembelajaran yang dilakukan sebelum
karyawan baru bergabung dengan organisasi.
2. Karyawan baru berusaha mencari seperti apa organisasi tersebut
membandingkan keadaan yang diharapkan dengan realita yang
mungkin saja berada.
3. Muncul dan berlaku perubahan yang relatif bertahan lama.
Perilaku manusia dan perubahannya dibentuk oleh perpaduan dari
aspek kognivitf (terkait dengan berfikir), psikomotor (terkait dengan
bertindak) dan afektif (terkait dengan bersikap), dan dipengaruhi oleh
karakter dasar lainnya. Ketiga aspek tersebut sering dikenal sebagai factor
KSA (Knowledge, Skill and Attitude) yang dipengaruhi oleh Values and
Beliefs yang tertanam pada diri yang bersangkutan. Dipandang dari

21 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

keterampilan

berinteraksi,

setiap

individu

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan kemampuannya sebagai berikut :
1. Interpersonal skill, yaitu keterampilan berinteraksi antar personal
2. Intrapersonal skill, yaitu keterampilan berinteraksi di dalam diri
setiap manusia yang paling dalam.
Sedangkan peran implementasi adalah peran yang dimainkan oleh
setiap individu yang berinteraksi dengan individu lainnya dalam kelompok
atau organisasi yang dapat mengubah perilakunya dalam melaksanakan
tujuan bersama guna memaksimumkan kepuasan (produktivitas). Jika
perpaduan ketiga aspek tersebut telah mengalami internalisasi atau
sosialisasi dan telah terjadi penghayatan yang mendalam bagi diri dan
kepentingan yang bersangkutan, itu berarti telah terjadi perubahan dalam
bersikap, berfikir dan bertindak.
Tentunya perubahan tersebut akan mempengaruhi perubahan
perilaku, sedangkan perubahan perilaku akan mempengaruhi peningkatan
keefektifan organisasi dan kinerjanya. Jika terjadi proses pembiasaan bagi
para anggota organisasi atas perubahan tersebut, itu berarti membentuk
suatu kebiasaan yang diyakini secara luas oleh para anggota organisasi.
Kebiasaan yang diyakini secara luas dan merasa terikat kepadanya, sebagai
sumber kepadanya, sebagai sumber kekuatan penting dan berharga,
megakibatkan terjadinya perubahan dan pembentukan budaya.
Menggerakkan perubahan organisasi menurut David Firth (2000)
mencakup leadership dominant, the changing team dominant, the
employee dominant. Mengingat penataan organisasi berhadapan dengan
berbagai jenis perubahan, keefektifan organisasi menurut Verma (1997)
bergantung pada 4 faktor utama yaitu people factors, structural factor,
technological factor dan teamwork. Setiap penerapan suatu sistem atau
tindakan yang akan mempengaruhi kesuksesan organisasi, memecahkan
kesuksesan organisasi, memecahkan dan menyelesaikan persoalan yang
dihadapi, berarti menghadirkan perubahan perilaku.
Budaya berguna bagi organisasi dan karyawannya. Budaya
mendorong terciptanya komitmen dan organisasi serta meningkatkan
22 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

konsistensi sikap anggotanya. Budaya merupakan suatu kecerendungan
pada saat nilai-nilai bersama tidak selaras dengan efektivitas organisasi
untuk waktu-waktu selanjutnya, sehingga konsistensi terhadap perilaku
merupakan asset bagi suatu organisasi yang berada didalam lingkungan
yang stabil.
Suatu budaya organisasi tidak akan muncul begitu saja. Suatu
budaya yang kuat ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang dipegang
dan disepakati untuk dijalankan bersama, sehingga suatu budaya yang kuat
jelas sekali akan memiliki pengaruh yang besar dalam sikap anggota
organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah. Hasil spesifik dari
suatu budaya yang kuat adalah keluar masuknya pekerja yang rendah.
Suatu budaya yang kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi
mengenai tujuan organisasi diantara anggota-anggotanya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Teori Evolusi Pendidikan di Indonesia
A. Teori structural fungsional
Dimana teori ini menekankan pada fungsi peran dari struktur sosial
yang menekankan pada konsensus dalam suatu masyarakat. Struktur itu
sendiri berarti suatu sistem yang terlembagakan dan saling berkaitan.
Kaitannya dengan pendidikan, Talcot Parson mempunyai pandangan
terhadap fungsi sekolah diantaranya:
1. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Dimana sekolah mengubah
orientasi kekhususan ke universalita salah satunya yaitu mainset
selain mewarisi budaya yang ada juga membuka wawasan baru
terhadapdunia luar. Selain itu juga mengubah alokasi seleksi (sesuatu
yang diperoleh bukan dengan usaha seperti hubungan darah, kerabat

23 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

dekat, dll) ke peran dewasa yang diberikan penghargaan berdasarkan
prestasiyang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai seleksi dan alokasi dimana sekolah memberikan
motivasi-motivasi prestasi agar dapatsiap dalam dunia pekerjaan dan
dapat dialokasikan bagi mereka yang unggul.
3. Sekolah memberikan kesamaan kesempatan. Suatu sekolah yang
baik pastinya memberikan kesamaan hak dan kewajiban tanpa
memandang siapa dan bagaimana asal usul peserta didiknya.
B. Teori Konflik
Dimana dalam teori ini tidak mengakui kesamaan dalam suatu
masyarakat. Menurut Weber,stratifikasi merupakan kekuatan sosial yang
berpengaruh besar. Seperti halnya dalam sekolah, pendidikan merupakan
variabel kelas atau status. Pendidikan akan mengantar sesorang untuk
mendapatkan status yang tinggi yang menuju kearah konsumeris yang
membedakan dengan kaum buruh. Namun tekanan disini bukan pada
pendidikannya melainkan pada unsur kehidupan yang memisahkan dengan
golongan lain. Menurut Weber, dalam dunia kerja belum tetntu mereka
yang berpendidikan tinggi lebih trampil dengan mereka yang diberi
latihan-latihan, namun pada kenyataanya mereka yang berpendidikan
tinggi yang menduduki kelas penting. Jadi pendidikan seperti dikuasai oleh
kaum elit, dan melanggengkan posisinya untuk mendapatkan status dan
kekuasaannya.
C. Teori interaksionisme simbolik
Dimana teori ini berasumsi bahwa kehidupan sosial hanya
bermakna pada tingkat individual yang realita sosial itu tidak ada. Sebagai
contoh buku bagi seorang berpendidikan merupakan suatu hal yang
penting, namun bagi orang yang tidak mengenyam pendidikan tidak
bermanfaat
D. Teori aksi

24 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

Bahwa tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai
subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek ; sebagai
subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi usaha seorang guru sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan dalam bentuk motivasi dan penguatan agar
mereka lebih terpacu demi tercapainya suatu tujuan.
E. Teori Evolusi
Ciri khas manusia yaitu akal budinya sebagai prinsip evolusi. Akal
budi manusia dikekang oleh suatu hukum atau daya gerak evolusioner dari
dalam diri yang secara bertahap menyebabkan umat manusia mula-mula
berpikir kongkret dan partikular, lantas berpikir abstrak dan umum dan
akhirnya positif dan empiris. Dalam teori ini terjadinya perubahan pola
pikir manusia akibat dari perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun
dari luar diri manusia tersebut,disini pendidikan juga berperan penting
dalam mengubah pola pikir seseorang dari ia tidak tau menjadi tau
sehingga akal dan budinya pun akan berubah dan menjadi manusia yang
lebih baik. Berguna untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
F. Teori fenomenologi
Tindakan manusia menjadi suatu hubungan social bila manusia
memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakan tertentu dan
manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai suatu yang penuh
arti. Pemahaman secara subjektif terhadap sesuatu tindakan sangat
menetukan kelangsungan proses interaksi social. Maka dari itu pentingnya
penanaman nilai tolong menolong dan saling memberi kepada anak
semenjak dini. Seperti pepatah “ Siapa yang menuai benih ia akan menuai
padi,Jika ia menuai angin maka ia akan menuai badai “.
G. Teori Etnometodologi
Entometodologi

adalah

cabang

dari

fenomenologi

yang

mempelajari dan berusaha menangkap arti dan makna kehidupan sosial
suatu masyarakat berdasarkan ungkapan-ungkapan atau perkataan25 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

perkataan yang mereka ucapkan atau ungkapkan secara eksplisit maupun
implisit. Pendidikan tidak hanya akan mengubah kehidupan seseorang
melalui ilmu yang diberikan tetapi juga cara pemikiran seseorang melalui
semua hal yang ia dapat baik dari manusia itu sendiri (guru) tetapi juga
alam.
H. Teori perilaku
Teori ini memusatka perhatiannya kepada hubungan antara akibat
dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan actor dengan tingkah
laku actor. Konsep dasar teori ini adalah mengenai “reinforcement”
(penguatan) yang dapat diartikan sebagai ganjaran (reword). Metode
seperti ini dapat digunakan dalam pembelajaran diPAUD karena anak usia
dini memiliki rasa ingin ingin tahu yang sangat tinggi, biarkan ia
melakukan apa yang ia hendak lakukan tugas kita hanya mengawasi, maka
ia akan tahu apa pembelajaran yang ia dapat dari aktifitas yang ia lakukan
akan mendapatkan penguatan atau reword .

I.

Teori pertukaran
Bahwa tinggi ganjaran (reword) yang diperoleh atau yang akan
diperoleh makin besar kemungkinan sesuatu tingkah laku yang akan
diulang, dengan demikian pula sebaliknya. Makin tinggi biaya atau
ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh, maka kecil
kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang. Adanya hubungan
berantai antara berbagi stimulus dan antara berbagi tanggapan Hampir
sama dengan teori tingkah laku, teori pertukan ini merupakan yang
dampak dari apa yang telah kita lakukan,sama halnya dengan pembagian
nilai disekolah jika anak mendapatkan nilai yang tinggi dan ia mendapatka
penguatan maka ia akan belajar lebih giat dan akan mempertahankannya.
Begitupun sebaliknya

26 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

3.2 Analisis Teori Pendidikan dan Pengembangan
Sekolah merupakan salah satu sarana yang sengaja di rancang untuk
melaksanakan pendidikan. Semakin maju dan berkembangnya suatu
masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi
muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu. Sekolah dan
masyarakat merupakan unsur yang saling berkaitan untuk terlaksana dan
tercapainya proses pendidikan.
Tapi dengan pro kontra yang ada tentang sekolah, lahirlah pula tentang
sekolah yang berbahaya bagi kelangsungan moral, mental dan psikologi
murid. ini menjadikan masyarakat berfikir bahwa kebebasan sang anak
terkekang dengan adanya sekolah dan sekolah itu hanya bisa merusak mental
dan psikologis anak saja, karena pada kenyataannya sekolah sering di anggap
berbahaya bagi perkembangan anak.
Sekolah berbahaya ada karena adanya kesempatan yang ada, adanya
celah – celah membuat kesalahan ataupun kekurangan fisik yang dimiliki
korban menjadikan para pelaku penganiayaan ini memiliki kesempatan untuk
melakukan penganiayaan. Adapun upaya yang dilakukan apabila orang tua
mengetahui masalah ini hanya bisa mendatangi pihak sekolah untuk
berdiskusi kepada guru ataupun kepala sekolah yang bersangkutan, apabila
kasusnya ingin di bawa ke jalur hukum pun sedikit sulit, karena kasus
penganiayaan fisik yang terjadi harus sudah memperlihatkan bukti yang
cukup, seperti fisik yang lebam, saksi yang melihat. Jika kita ingin
menentukan bahwa penganiayaan terjadi, kita harus

mempertimbangkan

empat langkah berikut sebelum kita memutuskan tindakan apa yang akan
kita ambil untuk memperkarakan penganiayaan yang terjadi :





Mengidentifikasi cedera.
Mendokumenkan cedera.
Mendokumentasikan kejadian tersebut.
Menetapkan kesalahan

Seyogyanya pendidikan memang bisa didapatkan meskipun tidak
merasakan bangku sekolah. Karena pendidikan bersifat universal yang tidak
hanya didapatkan berupa materi di sekolah tetapi lebih dari itu adalah perilaku
yang santun dan pembentukan karakter.
27 | Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya

Tapi disini kelompok kurang setuju dengan pendapat masyarakat
tanpa sekolah. Karena bagaimanapun sekolah merupakan tempat atau sarana
dimana orang bisa mendapatkan pendidikan secara ilmu pengetahuan maupun
pembentukan sikap dan perilaku. Dimana di sekolah setiap orang bisa
bersosialisasi dengan sebaya dan orang-orang yang berpendidikan juga.
Sedangkan mungkin apabila orang yang tidak menjalankan
pendidikannya di sekolah, memang tidak menutup kemungkinan kalau orang
itu akan cerdas secara psikomotor tapi dengan sosialisasi dan lingkungannya
yang kurang baik maka pembentukkan karakter tidak akan dia dapatkan
seperti yang bisa didapatkan di sekolah.
Tidak ada ruginya apabila melaksanakan pendidikan di sekolah, selain
ilmu pengetahuan maka kita akan mendapatkan pengalaman dan sosialisasi
yang baik di lingkungan pendidikan.
Adapun cara yang bisa dilakukan agar sekolah menjadi efektif dan tidak
menimbulkan sekolah yang berbahaya. untuk memecahkan masalah sekolah yang
berbahaya ini adalah dengan membenahi sekolah tersebut, menjadikan sekolah
tersebut demokratis, adapun caranya sebagai berikut :
1) Menciptakan iklim sekolah yang baik yang dapat mempengaruhi kegiatan
belajar dan disiplin siswa
2)