SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA TOKO

SISTEM INFORMASI
PERSEDIAAN PADA
TOKO

NAMA KELOMPOK :
- M.NURHADI
- QOIR SAHRUL.H
- FRISKA PATIKASARI
- RACHMADI MAJID
- ADRIAN KUSUMA

2018
MANAJEMEN INFORMATIKA
AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
BINA SARANA INFORMATIKA

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................2
2.1 PENGERTIAN PERSEDIAAN .......................................2
2.2 JENIS-JENIS PERSEDIAAN .........................................2
2.3 FUNGSI-FUNGSI PERSEDIAAN ...................................3
2.4 HAL-HAL YANG PERLU DI PERTIMBANGKAN .............3
2.5 METODE PENCATATAN ............................................. 4
2.6 METODE FISIK ........................................................... 4
2.7 METODE PREPETUAL ................................................7
2.8 METODE-METODE TAKSIRAN ....................................9
BAB III PENUTUP .............................................................. .11
3.1 KESIMPULAN ........................................................... 11
3.2 SARAN .................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu memiliki persediaan di toko
maupun di gudang perusahaan. Persediaan tersebut dapat berupa persediaan bahan baku,
barang dalam proses, atau barang jadi. Persediaan harus dimiliki karenamerupakan produk
perusahaan yang harus dijual sebagai sumber pendapatan. Persediaan merupakan salah satu
asset perusahaan yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan
perusahaan untuk memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dngan baik
dan dicatat dengan baik dan dicatat dengan baik agar perusahaan dapat menjual produknya
serta memperoleh pendapatan sehingga tujuan perusahaan tercapai.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan persediaan ?
b. Apa saja jenis-jenis persediaan ?
c. Apa Saja fungsi-fungsi persediaan ?
d. Apa-apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan ?
e. Bagaimana metode Pencatatan ?
f. Bagimana cara menggunakan Metode Fisik ?
g. Bagaimana cara menggunakan Metode Prepetual ?
h. Bagaimana cara menggunakan Metode Taksiran ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan persediaan

b. Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis persediaan
c. Untuk mengetahui Apa Saja fungsi-fungsi persediaan
d. Untuk mengetahui Apa-apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan
e. Untuk mengetahui Bagaimana metode Pencatatan
f. Untuk mengetahui Bagimana cara menggunakan Metode Fisik
g. Untuk mengetahui Bagaimana cara menggunakan Metode Prepetual
h. Untuk mengetahui Bagaimana cara menggunakan Metode Taksiran

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pesediaan




Pengertian Persediaan menurut PSAK no.14 :
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

Dalam bentik bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalamproses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut.
Perusahaan dagang yang aktivasinya adalah membeli dan menjual barang jadi,
memiliki persediaan dalam bentuk barang jadi atau barang dagang. Sedangkan perusahaan
manufaktur yang harus memroses bahan baku hingga menjadi barang jadi, memiliki tiga jenis
persediaan, yaitu persediaan bahan baku,persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi. Barang dagang yang berada digudang perusahaan tetapi bukan milik perusahaan
dapat dikelompokkan sebagai persediaan.

2.2 Jenis – jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan
pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):

a.

Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang
ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang menghasilkan

barang tersebut.
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan
lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.

c.

Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih
lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk
disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.

2

2.3 Fungsi – fungsi Persediaan

Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi
penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk
fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,
dan kemudian barang jadi. Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain:
a. Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan
internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang
dalam proses diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses individual
perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan
disebut fluctuation stock.
b. Fungsi “Economic Lot Sizing”
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli
sumber daya – sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit.
Persediaan “Lot Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian, biaya
pengangkutan per unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas

yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya – biaya yang timbul karena besarnya persediaan
( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).
c.

Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan
berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini
perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.

Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada
kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang telah
diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.

2.4 Hal – Hal Yang Perlu Dipertimbangkan

-


a. Struktur biaya persediaan.
 Biaya per unit (item cost)
 Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
Biaya pengiriman pemesanan
Biaya transportasi
Biaya penerimaan (Receiving cost)
Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
3

 Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan
digunakan untuk investasi (Cost of capital).
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah
sesuai dengan nilai persediaan.
 Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
 Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
b. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.


2.5 Metode Pencatatan
Persediaan perusahaan dicatat dan diakui sebesar harga belinya, bukan harga jualnya.
Harga beli adalah harga yang tercantum di faktur pembelian. Jika dalam transaksi pembelian
terdapat pengeluaran tambahan seperi ongkos angkut pembelian, maka akan dicatat di akun
yang terpisah, yaitu akun ongkos angkut pembelian. Jika dalam transaksi pembelian tersebut
perusahaan memperoleh potongan pembelian, maka harus dicatat di akun yang terpisah, yaitu
akun potongan pembelian. Walaupun akun-akun tersebut pada akhirnya akan di jumlahkan
ketika menghitung beban pokok penjualan, tetapi pada dasarnya persediaan barang daganng
harus dicatat sebesar harga belinya.

2.6 Metode Fisik

-

Metode fisik atau disebut juga metode periodik adalah metode pengelolaan persediaan,
di mana arus keluar masuknya barang tidak dicacat secara terinci sehingga untuk mengetahui
nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan perhitungan barang secara
fisik (stock opname) di gudang. Penggunaan metode fisik mengharuskan perhitungan barang
yang ada (tersisa) pada akhir periode akuntansi ketika menyususn laporan keuangan.
Persediaan awal barang

xxx
Pembelian
xxx
Persediaan total
xxx
Persediaan akhir
(xx)
Beban pokok penjualan
xxx
Beban pokok penjualan adalah harga beli atau beban produksi dari sejumlah barang yang
telah laku terjual pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui beban pokok penjualan pada
suatu periode tertentu, harus diketahui volume dan persediaan akhirpada periode tersebut.
Dan untuk mengetahui nilai persediaan akhir, harus dilakukan perhitungan fisik (stock
opname) digudang. Metode ini lebih cocok dipakai oleh perusahaan yang frekuensinya tinggi
dan nilai uang per transaksi yang rendah, seperti dalam perusahaan eceran.
Dalam Perhitungan Fisik (Stock Opname) persediaan tersebut, harus ditentukan jumlah
persediaan yang dimiliki perusahaan secara pasti. Setelah diketahui volume persediaannya,
jumlah barang dikalikan dengan harga beli per unit barang dagang tersebut. Persoalannya,
jika harga beli barang berbeda satu dengan lainnya, maka perusahaan memiliki perusahaan
untuk menggunakan beberapa harga beli yang berbeda. Untuk menentukan harga beli sebagai

dasar penentuan nilai persediaan yang dimiliki perusahaan pada suatu periode, terdapat
beberapa metode, yaitu:
4



FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan
dikeluarkan (dijual) pertama kali, sehinggan yang tersisa pada periode adalah barang yang
berasal dari pembelian atau produksi terakhir.
Sebagai contoh, PT Niaga Jaya adalah distributor microwave merek “Hotmix” yang
belokasi di Jakarta. Selama bulan Januari 2002, data yang dimiliki perusahaan ini berkaitan
dengan persediaan microwave adalah sebagai berikut:
Tanggal

keterangan

Volume

Harga/unit

Nilai

1 Januari 2012
12 Januari 2012
21 Januari 2012
31 januari 2012

Persediaan
Pembelian
Pembelian
Pembelian
Total

250 unit
300 unit
350 unit
100 unit
1.000 unit

550.000
600.000
640.000
675.000

137.500.000
180.000.000
224.000.000
67.500.000
609.000.000

Selama bulan Januari 2012, perusahaan ini menjual 700 unit microwave kepada para
pelanggannya secara tunai dengan harga jual Rp900.000 per unit, dan perusahaan tidak
mencatat keluar masuknya barang tersebut secara terinnci. Pada akhir bulan Januari 2012
bagian akuntansi dan gudang perusahaan melakukan stock opname persediaan. Hasil
perhitungan fisik menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan Januari sebanyak 300
unit persediaan pada akhir microwave. Karena perusahaan menggunakan metode FIFO, maka
dari 300 unit persediaan pada akhir bulan Januari itu, harga beli microwave yang digunakan
adalah harga terakhir, yaitu sebanyak 100 unit menggunakan harga Rp675.000 per unit dan
sebanyak 200 unit menggunakan harga Rp640.000 per unit. Jadi, nilainya adalah:
- 100 unit @ Rp 675.000 =

67.500.000

- 200 unit @ Rp 640.000 =

128.000.000

- Total

Rp

195.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari 2012
sebesar 300 unit bernilai Rp195.500.000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulan Januari
adalah Rp413.500.000 yang dihitung sebagai berikut:
- Persediaan, awal (1 Januari 2012)

137.500.000

- Pembelian

417.500.000

- Persediaan total

609.000.000

- Persediaan, akhir (31 Januari 2012)
- Beban pokok penjualan

5
(195.500.00)
413.500.000

Nilai beli sebesar Rp471.500.000 adalah nilai beli pada bulan Januari 2012 untuk 3 kali
transaksi pembelian, yaitu pada tanggal 12, 21, 31 Januari 2012.


LIFO (Last In Firs Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi paling akhir akan dikeluarkan/dijual
paling awal). Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari
pembelian atau diproduksi awal periode.
Dalam kasus PT. Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode LIFO, maka akan
menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda dimana hasil perhitungan fisik (stock
opnamme) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan Januari sebanyak 300 unit
microwave. Karena perusahaan menggunakan metode LIFO, maka dari 300 unit persediann
pada akhir bulan Januari harga beli microwave yang digunakan adalah harga awal, yaitu
sebanyak 250 unit menggunakan harga Rp550.000 per unit dan sebanyak 50 unit
menggunakan harga Rp600.000 per unit. Jadi nilainya adalah:
- 250 unit @ Rp550.000 =

137.500.000

- 50 unit @ Rp600.000

=

30.000.000

- Total

RP

167.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari 2012
sebanyak 300 unitt bernilai Rp167.500.000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulan
Januari 2012 adalah Rp441.500.000 yang dihitung sebagai berikut:
- Persediaan, awal (1 Januari 2012)

137.500.000

- Persedian

471.500.000

- persediaan total

609.000.000

- persediaan, akhir (31 Januari 2012)
- beban pokok penjualan

(167.500.000)

441.500.000

IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode LIFO dalam mencatat persediaan.


Rata-Rata Average
Dalam metode ini barang yang di keluarkan/dijual maupun barang yang tersisa dinilai
berdasarkan harga rata-rata, sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang
yang dimiliki nilai rata-rata.
6

Dalam kasus PT.Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode Rata-rata, maka
akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda di mana hasil perhitunganfisik (stock
opname) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan januari sebanyak 300 unit
persediaan pada akhir bulan Januari harga beli Microwave yang digunakan adalah harga ratarata.
Selama bulan januari 2012, PT. Niaga Jaya memilika 1.00 unit microwave dengan
nilai sebesar Rp. 609.000.000. karena dari 1.000 unit persediaan tersebut memiliki harga beli
yang berbeda, maka harga beli rata-rata persediaan adalah Rp. 609.000.000 : 1.000 unit = Rp.
609.000 per unit. Jadi, nilai persediaan perusahaan pada akhir bulan januari 2012 adalah
Rp.609.000 x 300 unit = Rp. 182.700.000
Karena hasil stock opnamemenunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan januari 2012
sebanyak 300 unit bernilai Rp. 182.700.000, maka beban pokok penjualan (BPP)
bulanjanuari 2012 adalah Rp. 426.300.000 yang dihitung sebagai berikut :
- Persediaan, awal ( 1 januari 2012)

137.500.000

- Pembelian

471.500.000

- Persediaan Total

609.000.000

- Persediaan, akhir (31 Januari 2012)

(182.700.000)

- Beban Pokok Penjualan

426.300.000

2.7 Metode Prepetual
Ini adalah metode pengelolaan persediaan di mana arus masuk dan arus keluar persediaan
dicatat secara rinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan di buatkan kartu stock yang
mencatat secara rinci keluar masuknya barang di gudang beserta harganya. Metode ini dipilah
lagi ke dalam berapa metode, antara lain :



FIFO (First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan di
keluarkan (dijual) pertma kali,, sehingga yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang
berasal dari pembelian atau produksi terakhir.
7



LIFO (Last In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi paling akhir akan dikeluarkam/
dijual paling awal), sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang
berasal dari pembelian atau produksi awal periode.


Moving Average
Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual maupun barang yang tersisa dinilai
berdasarkan hrga rata-rata bergerak. Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode adalah
barang yang memiliki nilai rata-rata.
Karena metode perpetual mengharuskan perusahaan memiliki kartu stock, maka
setiap arus keluar barang dapat diketahui beban pokoknya. Jadi, dalam membuat jurnal
transaski penjualan, metode perpetual mengharuskan akuntan mencatat beban pokok
penjualannya dari setiap transaksi penjualn yang dilakukukan. Dengan demikian, dari setiap
jurnal transaksi penjualan, dapat diketahui laba kotor yang diperoleh perusahaan. Metode ini,
jika diterapkan secara murni, lebih cocok digunakan dalam perusahaan yang frekuensi
transaksinya tidak terlalu tinggi, tetapi nilai perunit transaksinya tinggi.
Metode periodic dan metode perpetual tidak hanya memiliki perbedaan dalam cara
menghitung beban pokok penjualan dan cara mengelola persediannya, tetapi juga dalam
metode membuat jurnal transaksi yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan persediaan
seperti terlihat berikut ini :

Transaksi

Jurnal
Periodik

Pembelian Barang Dagang

Pembelian xxx
Kas xxx

Penjualan Barang Dagang

Kas xxx
Penjualan xxx

8

Prepetual

Kas xxx
Penjualan xxx
Bpp xxx
Persediaan xxx

Kedua metode pencatatan tersebut memiliki cara mencatat yang berbeda, khususnya
untuk transaksi pembelian dan penjualan seperti terlihat pada table diatas. Karena kedua
transaski tersebut memiliki metode pencatatan yang berbeda, maka dalam penyusunan
laporan laba-rugi pun menghasilkan susunan berbeda.

2.8 Metode-Metode Taksiran
Terdapat metode taksiran yang juga dapat dipergunakan dalam penentuan harga pokok
a.

persediaan. Metode kadang-kadang diperlukan dengan pertimbangan:
Perusahaan menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek dengan segera. Jika
persediaan dicacat dengan menggunakan metode phisik, perhitungan jumlah phisik
persediaan akan memakan waktu yang relative lama. Oleh karena iyu, harga pokok

b.

persediaan diperkirakan jumlahnya dengan menggunakan metode taksiran.
Apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak diinginakan seperti bencana alam, kebakaran,
banjir dan sebagainya, maka metode taksiran ini dapat dipergunakan untuk menaksir jumlah

c.

persediaan yang telah musnah dan yang tersisa.
Metode ini juga dapat dipergunakan untuk menaksir jumlah persediaan yang ada sebelum
terjadi pembelian dan penjualan.
Terdapat dua metode taksiran yang sering digunakan yaitu :
 Metode Laba Kotor
Harga pokok persediaan umumnya ditentukan berdasarkanpresentase laba kotor penjualan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Presentase laba kotor biasanya dihitung berdasarkan data
laba kotor dari periode-periode yang lalu. Dalam metode ini diperlukan data-data mengenai
hasil penjualan, persediaan awal dan pembeliaan bersih (pembelian + biaya angkut pembelian
– retur & potongan pembelian, disamping data mengenai presentase laba kotor). Berikut

langkah-langkahnya:
1) Menentukan harga pokok penjualan, yaitu: hasil penjualan dikurangi laba kotor.
2) Menentukan harga pokok barang yang tersedia dijual yaitu persediaan awal tambah
pembeliaan bersih.
3) Menetukan persediaan akhir, yaitu: harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dikurangi
harga pokok penjualan.
9
 Metode harga Eceran
Pada dasarnya metode ini tidak berbeda dengan metode laba kotor dalam menentukan harga
pokok persediaan dengan menggunakan taksiran. Jika metode laba kotor menggunakan

presentase laba kotor sebagai dasar penentuan persediaan akhir, namun metode ini
menggunakan presentase dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dengan harga
jual barang yang tersedia diual. Dengan demikian disamping data mengenai harga pokok
persediaaan awal dan harga pokok barang yang dibeli, metode ini memerlukan data mengenai
harga jual dari persediaan awal dan barang yang dibeli. Metode ini banyak digunakan dalam
perusahaan yang menjual berbagai jenis barang dagangan secara eceran, karena perhitungan
fisik persediaan yang jumlah maupun macamnya relative banyak memakan waktu yang
relative lama.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut.
Jenis – jenis Persediaan
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
e. bahan Persediaan Barang Jadi (Finished Good)

Fungsi Persediaan antara lain:
a. Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses operasi dapat berjalan terus
b. Menetapkan banyaknya barang yang harus disimpan sebagai sumber daya agar tetap ada
c. Sebagai pengganggu inflasi
d. Menghindari kekurangan/kelebihan
Metode Pencatatan :
a. Metode Fisik
b. Metode Prepetual
c. Metode taksiran

3.2 Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai Persediaan diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca khususnya dimata kuliah pengantar akuntansi. Begitu juga alangkah
baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga
ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.

11

DAFTAR PUSTAKA
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi (Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan keuangan),
Adaptasi IFRS. Jakarta: Erlangga
Surharyati, Ely dan Sri Dewi Anggadini. 2009. Akuntansi Keuangan, EdisiPertama,
Yogyakarta: Graha Ilmu.

12

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas perkenanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang riset
operasi, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar.
Makalah ini memuat tentang “PERSEDIAAN”. Hal yang dibahas adalah
mengenai pengertian persediaan, fungsi dan jenis-jenis persediaan, pencatatan
persediaan, metode manajemen persediaan, penilaian persediaan serta menghitung nilai
persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan ratarata (average).
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya terimakasih.

JUMLAH STOK

KODE_PEMBELI
ID_BARANG

I

TANGGAL_KELUAR
HARGA
SATUAN
ID_STOK
JUMLAH_STOK
NAMA_BARANG
JENIS_BARANG
JUMLAH_KELUAR

JENIS_BARANG

SATUAN
GARANSI

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25