KATEGORISASI DALAM BEBERAPA KATA BAHASA

Penerapan Alur Kategorisasi dalam Kategori Dosen, Presiden, Bahasa Indonesia,
dan Komputer: Kajian Linguistik Kognitif
Yunus Sulistyono
08/268097/SA/14454
1. Pendahuluan
Dalam studi kognitif, kategorisasi merupakan fundamental atau dasar yang
sangat penting dalam memperhitungkan representasi pengetahuan dan untuk pengartian
secara linguistik mengenai suatu hal. Kategorisasi memusatkan pada hal-hal yang
muncul pada model kategorisasi sesuai dengan hasil penelitian Rosh pada tahun 1970
dalam studi psikologikognitif. Rosch mengungkapkan bahwa manusia mengkategorikan
sesuatu tidak berdasarkan makna dari kondisi-kondisi tertentu yang perlu dan cukup.
Menurut Lakoff (1987:5), untuk dapat mengkategorikan suatu hal ke dalam
kategori tertentu, dibutuhkan satu ide yang mendasar mengenai segala hal yang dimiliki
oleh sesuatu yang akan dikategorikan tersebut. Misalnya untuk dapat mengkategorikan
kata UGM dan Malioboro, ide mendasar yang dibutuhkan untuk melakukan kategorisasi
terhadap kedua kata tersebut adalah Yogyakarta. Dengan demikian, UGM dan
Malioboro merupakan dua hal yang dimiliki oleh satu ide yang paling mendasar, yaitu
Yogyakarta. UGM dan Malioboro dapat didefinisikan melalui sifat-sifat umum yang
melekat pada kedua kata tersebut dalam keadaan yang biasa atau umum. Rosch (dalam
Evans, 2006:256—257) mengungkapkan suatu sistem kategorisasi yang meliputi tiga
level, yaitu level superordinat (superordinate), level utama (basic level), dan level

subordinat (subordinates).
Superordinate level
Yogyakarta

Basic level
UGM

Subordinate level
Kampus biru
Universitas Gede Mbayare
Universitas Gaul
Malioboro
Padat
Belanja
Andong
Tabel 1.1 Contoh taksonomi dalam sistem kategorisasi Yogyakarta
Sistem kategorisasi ini memiliki dua dimensi yaitu dimensi horizontal dan
dimensi vertikal. Dimensi vertikal berhubungan dengan level keinklusivan (level of
inclusiveness). Level keinklusivan ini berada dalam satu kategori tertentu. Semakin
1


tinggi letak suatu kategori dalam satu poros vertikal, semakin inklusif kategori tersebut.
Dalam tabel 1.1 diatas, Yogyakarta berada dalam level inklusivitas yang tertinggi dari
pada UGM dan UGM berada pada level inklusivitas yang lebih tinggi dari pada
Kampus Biru. Kategori Yogyakarta lebih tinggi karena di dalam Yogyakarta terdapat
UGM dan UGM lebih tinggi dari Kampus Biru karena Kampus Biru merupakan sebutan
bagi UGM.
Kategorisasi merupakan suatu batasan logis mengenai sesuatu yang ada.
Keanggotaan dari suatu kategori yang didefinisikan di dalamnya merupakan item yang
menjadi milik dari kategori yang didefinisikan tersebut. Semua keangotaan yang
dimiliki oleh seuatu kategori memiliki keanggotaan penuh dan sama antara satu dengan
yang lainnya. Namun, hal ini dibantah dengan pendapat bahwa sebagian keanggotaan
suatu kategori merupakan suatu analog dan harus direpresentasikan secara logis dalam
suatu cara yang merefleksikan struktur analog dari keanggotaan kategori tersebut.
Pendapat ini memunculkan konsep mengenai teori prototipe dalam studi linguistik
kognitif.
Teori prototipe (prototype theory) didefinisikan dengan membandingkannya
dengan model komponensial dari analisis semantik yang muncul dalam tata bahasa
transformasional. Prototipe dapat diartikan sebagai representasi abstrak dari suatu
kategori atau anggota-anggota dari kategori yang menjadi subjek ketika meneliti

anggota-anggota suatu kategori.
Eleanor Rosch, dalam penelitiannya mengenai struktur internal kategori,
membagi teori prototipe menjadi dua. Pertama, prototipe teori mengklaim bahwa untuk
mendefinisikan suatu kategori tertentu, tidak dibutuhkan daftar anggota-anggota suatu
kategori yang akan didefinisikan. Jika kategori tersebut hanya didefinisikan oleh
anggota-anggotanya yang terbagi, tidak ada anggota lain yang lebih baik untuk
dijadikan contoh selain anggota-anggota kategori tersebut. Kedua, jika suatu kategori
hanya didefinisikan dengan anggota-anggota yang berada di dalam kategori, maka
kategori tersebut terbebas dari anggota-anggota yang dianggap ganjil. Teori prototipe
terkesan segan untuk menerima pendapat mengenai otonomi struktur semantik dalam
suatu bahasa. Teori prototipe cenderung meminimalkan perbedaan utama dalam
pertimbangan metodologi. Hal ini disebabkan karena kategorisasi dalam linguistik
harus setipe dengan kategori lain dalam sistem konseptual manusia.
2

Kategorisasi dan prototipe sebenarnya memiliki hubungan dengan model
kognitif yang ideal (Idealised Cognitive Models). Lakoff (1987) mngembangkan teori
ini sebagai struktur kategori dalam level kognitif yang dapat digunakan untuk
merepresentasikan devinisi semantik kognitif sabagai program penelitian. Lakoff
berpendapat bahwa kategorisasi berhubungan dengan ICM sebagai representasi teori

kestabilan mental mengenai perspektif dunia. Teori ICM ini senada dengan teori frame
oleh Fillmore. Dalam teori Lakoff, ICM merupakan salah satu proses kognitif seperti
halnya kategorisasi.
Kategorisasi juga merupakan langkah awal dalam penerapan kategori radial
dalam studi kognitif. Konsep radialitas sesungguhnya merupakan konsep mengenai
kelompok dalam studi kognitif. Radialitas dianggap sebagai jenis struktur kelompok
yang paling umum karena banyak diterapkan dalam studi linguistik. Kelompok radial
merupakan suatu kelompok yang anggota-anggotanya diperluas dari bentuk
awal/pusatnya (prototipe). Kategori radial memiliki ciri adanya makna-makna lain yang
strukturnya terletak di sekitar makna pusatnya. Makna pusat ini disebut dengan
prototipe sedangkan perluasannya disebut dengan peripheral.
Penelitian ini memusatkan pada kategorisasi terhadap beberapa kata dalam
bahasa Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode corpus analysis.
Metode ini menekankan pada teks yang diproduksi secara natural oleh responden
(Gonzales-Marques, 2006:35—44). Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner
yang diberikan kepada 30 orang responden. Sebenarnya terdapat 20 kategori kata yang
dipertanyakan kepada responden. Namun, karena alasan keefektifan dan kerelefanan
hubungan dalam studi kognitif, hanya beberapa kata saja yang digunakan sebagai
sampel dalam penelitian ini. Data yang terkumpul kemudian di satukan dan
diakumulasikan berdasarkan banyak sedikitnya suatu atribut dituliskan oleh responden.

Tahap selanjutnya, data tersebut dianalisis berdasarkan alur kategorisasi yang mencakup
sistem kategorisasi, penerapan teori prototipe, ICMs, dan kategori radial.
2. Sistem Kategorisasi
Kategorisasi merupakan salah satu hal terpenting dan mendasar dalam aktivitas
kognisi manusia. Kategorisai melibatkan kemampuan seseorang yang berhubungan
dengan pengalaman individu yang mengandung hal-hal abstrak dan meliputi hal aktual
3

dan potensial yang lain (Croft, 2004:74). Dalam penelitian ini, sistem kategorisasi akan
diterapkan pada beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Prinsip kategorisasi yang akan
digunakan adalah prinsip kognitif ekonomi (principle of cognitive economy) dan prinsip
perasaan mengenai struktur dunia (principle of perceived world structure). Prinsip
ekonomi kognitif memandang pikiran manusia sebagai suatu organisme yang mencoba
untuk memperoleh keuntungan informasi sebanyak mungkin mengenai lingkungan
sekitarnya dan meminimalkan usaha kognitif dan akal yang dilakukan. Dari pada
menyimpan informasi secara terpisah mengenai pengalaman stimulus setiap individu,
pikiran manusia dapat mengelompokkan stimulus yang sama ke dalam suatu kategori
mempertahankan prinsip ekonomi sebagai repersentasi kognitif.
Kedua adalah prinsip perasaan mengenai struktur dunia. Dalam prinsip ini,
kategorisasi memandang dunia sebagai suatu struktur korelasi yang memiliki prinsipprinsip tertentu yang hanya berhubungan dengan suatu kategori. Kedua prinsip tersebut

menjadi batu loncatan bagi sistem kategorisasi oleh manusia. Sementara prinsip
ekonomi kognitif berimplikasi pada detail mengebai level keinklusifan, prinsip struktur
korelasi memiliki representasi untuk prototipe. Pemikiran ini sekaligus menunjukkan
bahwa kategorisasi memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horizontal. Dimensi vertikal berhubungan dengan level keinklusivan sedangkan dimensi
horizontal berhubungan dengan perbedaan kategori dalam satu level keinklusivan.
Berikut ini adalah penerapan kedua prinsip kategorisasi tersebut dalam beberapa kata
dalam bahasa Indonesia.
Level of Inclusiveness
Kota

Keyboard
Perasaan

Alat Elektronik

Yogyakarta
Cinta

Komputer


Segmentation of
categories

Malioboro
Bahagia

Bagan 2.1 Contoh sistem kategorisasi manusia

4

Bagan diatas menggambarkan sistem kategorisasi oleh manusia. Sistem ini
direpresentasikan melalui dua prinsip, yaitu prinsip ekonomi kognitif dan prinsip
struktur korelasi. Prinsip ekonomi kognitif berhubungan dengan level keinklusivan
yang digabarkan oleh dimensi vertikal sedangkan prinsip struktur korelasi berhubungan
dengan prototipe yang digambarkan oleh dimensi horizontal. Level keinklusivan
berhubungan dengan apa saja yang termasuk ke dalam kategori tertentu dan
mengurutkannya dari yang paling luas hingga yang tertentu. Semakin luas suatu
kategori, semakin tinggi level keinklusivan yang dimiliki oleh kategori tersebut.
Dalam bagan diatas, kategori kota, perasaan, dan alat elektronik menduduki

level tertiggi dalam poros vertikal. Kategori alat elektronik berada pada level tertinggi
karena memiliki level keinklusivan yang lebih tinggi dari pada kategori komputer.
Sementara itu, Keyboard berada pada level yang lebih rendah dari pada alat elektronik
dan komputer. Hal ini karena keyboard memiliki level keinklusivan yang lebih rendah
dari pada alat elektronik dan komputer. Demikian halnya dengan kategori kota dan
perasaan yang memiliki level keinklusivan yang lebih tinggi dari pada yogyakarta dan
cinta. Sementara itu, kategori Malioboro dan bahagia memiliki level keinklusivan yang
lebih rendah dari pada kategori yang berada diatasnya karena kategori tersebut
mrupakan anggota dari level yang berada diatasnya.
Superordinate level
Kota

Basic level
Yogyakarta

Subordinate level
Malioboro
UGM
Keraton
Jakarta

Ancol
Busway
Monas
Perasaan
Cinta
Bahagia
Benci
Rindu
Benci
Marah
Tidak suka
Kecewa
Alat Elektronik
Komputer
Keyboard
Monitor
Virus
Handphone
Sinyal
Pulsa

SMS
Tabel 2.2 Taksonomi untuk kategori kota, perasaan, dan alat elektronik.

5

Dalam dimensi horizontal, kategori yang menjadi pokok pembicaraan adalah
kategori-kategori yang berada dalam satu level keinklusivan, seperti Yogyakarta, cinta,
dan komputer. Meskipun ketiganya merupakan kategori yang berbeda, ketiga kategori
tersebut terdapat dalam satu level keinklusivan. Kategori kota memiliki level
keinklusivan yang lebih tinggi karena di dalamnya terdapat Yogyakarta dan Jakarta
sedangkan Yogyakarta dan Jakarta memiliki level keinklusivan yang lebih rendah
karena termasuk dalam kategori kota. Namun, kategori Yogyakarta menduduki level
yang lebih tinggi dari UGM, Malioboro, dan Keraton karena di dalam kategori
Yogyakarta terdapat terdapat UGM, Malioboro, dan Keraton. Kategori perasaan
menduduki level keinlusian yang lebih tinggi dari cinta dan benci karena di dalam
kategori perasaan terdapat cinta dan benci, sementra di dalam kategori cinta terdapat
bahagia, benci, dan rindu. Hal ini juga berlaku dalam kategori alat elektronik yang
menduduki level keinklusivan yang lebih tinggi dari pada komputer dan handphone,
sementara di dalam kategori komputer terdapat keyboard, monitor, dan virus.
Takssonomi diatas menunjukkan sistem kategorisasi yang dilakukan oleh

manusia. Menurut Lakof (1987:5), kemampuan kategorisasi sangat penting bagi
manusia karena tanpa kemampuan ini, manusia tidak akan berfungsi secara maksimal
baik

dalam

kehidupan

sosial

maupun

intelektual.

Kemampuan

kategorisasi

berhubungan dengan pemahaman mengenai bagaimana cara manusia untuk
mengelompokkan suatu kategori. Pemahaman ini merupakan pusat dari cara berpikir
manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia. Dalam kehidupan manusia,
kategorisasi merupakan suatu proses yang berjalan secara wajar dan tanpa disadari.
Kemampuan kategorisasi yang dimiliki manusia berasal dari pikiran yang secara alami
datang secara tiba-tiba dan bekerja dengan cara mengobjekkan berbagai hal yang ada di
dunia.
Dalam penerapannnya, kategorisasi kadang menemui hambatan atau masalah.
Masalah-masalah tersebut dapat berhubungan dengan struktur definisi mengenai
kategorisasi, ketidakjelasan konseptual, dan kekhasan masing-masing kategori. Struktur
definisi kategorisasi berhubungan dengan identifikasi dari semua anggota yang dimiliki
oleh suatu kategori. Kesulitan ini bermuara pada kemustahilan untuk mengidentifikasi
beberapa anggota yang menjadi cadangan dan anggota-anggota yang penting untuk
6

mendefinisikan suatu kategori. Contoh konkret mengenai permasalahan ini adalah pada
kategori Komputer. Jika sebuah komputer tidak memiliki keyboard, komputer tersebut
seharusnya tidak lagi disebut komputer. Dalam pendekatan definisional semacam ini,
masalah yang muncul tidak hanya mengenai pendefinisan untuk mengindentifikasi
suatu kategori, tetapi juga permasalahan mengenai pendefinisian itu sendiri.
Masalah ketiakjelasan konseptual muncul karena ketidakjelasan batasan-batasan
yang dimiliki oleh masing-masing kategori, misalnya pada kategori cinta dan benci.
Kedua kategori tersebut seharusnya merupakan dua kategori yang berlawanan, tetapi
benci juga menjadi anggota dalam kategori cinta. Permasalahan yang berhubungan
dengan kekhasan masing-masing kategori muncul saat setiap anggota suatu kategori
memiliki struktur definisi yang sama, tetapi setiap anggota menunjukkan suatu efek
yang menunjukkan bahwa kategori tersebut tidak terlepas dari anggota dalam kategori
yang lain. Meskipun demikian, setiap anggota dari kategori tersebut harus diperlakukan
sama dan setipe. Ketidakjelasan batasan kategori ini sebenarnya berhubungan dengan
teori klasik mengenai kategorisasi yang berasumsi bahwa semua kategori sesungguhnya
berbagi anggota dengan kategori lain.
Sebenarnya terdapat permasalahn yang lebih jauh lagi mengenai kategorisai.
Laurence dan Margolins (dalam dalam Evans, 2006:254—255) mengangkat suatu
permasalahan mengenai kategorisasi yang disebut dengan masalah realitas psikologi
(the problem of psycological reality) dan masalah ketidaktahuan dan dan kekeliruan
(the problem of ignorance and error). Masalah realitas psikologi berhubungan dengan
fakta bahwa tidak ada petunjuk mengenai struktur definisional dalam pengalaman
psikologis seorang individu. Masalah ketidaktahuan dan kekeliruan berhubungan bahwa
tidak ada fakta mengenai kemungkinan untuk memproses suatu konsep tanpa
mengetahui anggota-anggota yang dimiliki oleh suatu kategori. Dalam memproses
sebuah konsep, pengetahuan mengenai anggota-anggota dari suatu kategori yang berada
dalam level keinklusivan yang lebih rendah lebih baik dari pada langsung
mengaitkannya dengan kategori yang berada pada level keinklusivan yang lebih tinggi.
Dari data-data yang diperoleh, sistem kategorisasi yang dilakukan oleh manusia
tercermin dalam beberapa taksonomi beriku ini.

7

Superordinate level

Basic level
Jakarta

Kota

Yogyakarta

Subordinate level
Metropolitan
Maju
Macet
Banjir
Kumuh
Kejam
Panas
Sempit/padat
Ancol
Gedung
Polusi
Mahal
Busway
Monas
Taman mini
Artis
Kota Budaya
Ramai
Daerah istimewa
Referendum
Keraton
Berhati nyaman
UGM
Kost
Mahasiswa
Alun-alun
Maioboro
Jawa
Becak
Andong
Gunung merapi
Wayang
Kota pelajar
Kota gudeg
Tugu
Batik
Kota pariwisata
Angkringan
Never ending sia
Nongkrong

Tabel 2.5 Taksonomi dalam sistem kategorisasi Kota

8

Superordinate level

Basic level

Dosen

Figur

Presiden

Subordinate level
Tugas
membosankan
kuliah
Galak
Guru besar
Pengajar mahasiswa
Tua
S2/S3
Kampus/universitas
nilai
Laki-laki
Rapi
menakutkan
Tegas
materi
Bikin emosi
berilmu
Pak putu
Bapak/ibu
pintar
profesor
Pelit nilai
Teman diskusi
Keren
Kepala negara
berwibawa
Pemimpin negara
kebijakan
politik
SBY
Dipilih rakyat
Gusdur
megawati
soekarno
obama
RI 1
ekslusif
bijaksana
pidato
gendut
pemerintah
menteri
kabinet
tua

Tabel 2.4 Taksonomi dalam sistem kategorisasi Figur

9

Superordinate level

Basic level

Subordinate level

10

Benci

Perasaan

Cinta

Emosi
Kesal
Jengkel
Tidak suka
Anti
Marah
Skeptis
Kecewa
Berprasangka buruk
Berkelahi
Muak
Tangis
Dendam
Iblis
Tutus
Jahat
Musuh
Sakit hati
Antonimnya suka
Dikhianati
Harus dihindari
Suka
Sayang
Tulus
Senang/bahagia
Sedih
Benci
Rindu
Wanita
Ikhlas
Mama/ibu
Papa/ayah
Pacar
Perasaan
Menikah
Seseorang
Mas Rico
Perjalanan
Menunggu
Sakit
Ada band
I love you
Putus
Romantis
Patah hati
Tidak dapat diungkapkan

Tabel 2.6 Taksonomi dalam sistem kategorisasi Perasaan

Superordinate level

Basic level

Subordinate level

11

Handphone

Alat Elektronik

Komputer

FB (Facebook)
Twitter
Komunikasi
Harga
Fitur
Samsung
Sonyericson
Nokia
Blackberry
Beyond
Pulsa
Sinyal
SMS
Internet
Musik
Kamera
Telepon
Praktis
3315
Ponsel
Konsumtif
Ngobrol
Game
On-line
Game
Tugas
PC
Canggih
Mengetik
RAM
Modul
Cepat
Mahal
Elektronik
Internet
CPU
Laptop
Software
Hardware
Program
Virus
Keyboard
Monitor
Browsing
Laptop
Globalisasi
Windows

Tabel 2.7 Taksonomi dalam sistem kategorisasi Alat Elektronik
12

Superordinate level

Basic level

Subordinate level

UGM

Universitas Gadjah Mada
Keren
Mahal
Kampus
Terkenal
Malu
Orang pintar
Kampus biru
Besar
Universitas Gede Mbayare
Tertua
Wah!
Elite
Negeri
Mewah
Mobil
Kuliah
Susah lulus
KIK
Universitas Gaul
Padat
Belanja
Turis
Batik
Mall
Beringharjo
Seni
Jalan-jalan
Hedonisme
Nongkrong
Murah
Romantis
Pasar
Macet
Benteng vredeburg
Sarkem
Gudeg
Andong

Yogyakarta

Malioboro

Tabel 2.3 Taksonomi dalam sistem kategorisasi Yogyakarta

13

Beberapa taksonomi diatas menggambarkan sistem kategorisasi yang dilakukan
oleh manusia. Beberapa kategori mencerminkan gambaran manusia mengenai figur
yang berbeda-beda. Dalam sistem kategorissi Figur, kategori Dosen dan Presiden
diambil sebagai sampel untuk gambaran kategorisasi Figur. Dalam kategori Dosen,
terdapat dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan positif dan negatif. Pandangan
tersebut mencerminkan bagaimana seseorang mengelompokkan kategori dosen dalam
pikirannya.
Kategori
Dosen

Positif
Guru Besar
Pengajar mahasiswa
Kampus
Rapi
Berilmu
Pintar
Professor
Teman diskusi
Keren

Jumlah

Skor
2
12
4
2
3
2
1
1
2
29

Negatif
Membosankan
Galak
Tua
Laki-laki
Menakutkan
Bikin emosi
Pelit nilai
Tugas
Rewel

Skor
2
6
2
1
1
1
1
6
1
21

Tabel 2.8 Stereotipe dalam kategori Dosen
Tabel 2.8 diatas menggambarkan pandangan responden terhadap kategori dosen.
Dari ketiga puluh responden, sebagian besar menyebutkan pandangan yang positif
mengenai kategori dosen. Hal ini terlihat dari jumlah skor yang dimiliki sudut positif
yang lebih banyak dari pada negatif. Atribut pengajar mahasiswa memeiliki skor
tertinggi dalam sudut positif dan atribut galak dan tugas menduduki peringkat tertinggi
untuk pandangan yang negatif mengenai kategori Dosen. Selain pandangan positif dan
negatif, terdapat pula anggota dari kategori Dosen yang mengacu pada tokoh. Acuan
pada tokoh ini juga berlaku pada kategori Presiden. Hal ini ternyata juga berlaku pada
kategori Handphone yang memiliki anggota yang acuannya adalah merek.
Kategori
Presiden

Anggota
SBY

Kategori
handphone

Anggota
Samsung

Gusdur

Nokia

Megawati

Blackberry

Soekarno

Beyond

Obama

Sony Ericson

Tabel 2.9 Acuan dalam kategori tertentu
14

Anggota-anggota ketegori yang memiliki acuan tokoh dan merek tidak
ditemukan pada kategori-kategori yang lain meskipun berada dalam satu level
keinklusivan seperti Komputer, Jakarta, Yogyakarta, dan Malioboro. Selain pada
kategori Dosen, dan Presiden, acuan tokoh juga ditemukan pada kategori Cinta yang
memiliki anggota Mas Rico, kategori Dosen yang memiliki anggota Pak Putu, dan
kategori Puisi yang memiliki anggota Chairil Anwar, Rendra, dan Bu Novi.
3. Penerapan Teori Prototipe
Teori prototipe berhubungan dengan dua prinsip kategorisasi, yaitu prinsip
ekonomi kognitif dan prinsip struktur korelasi (Rosch dalam Geeraerts, 2006:142).
Setelah dibuat dimensi vertikal dan dimensi horizontal beserta kategori level utama
dalam sistem kategorisasi yang menjadi langkah awal dalam penerapan teori prototipe,
langkah salanjutnya adalah membuat daftar atribut atau anggota-anggota pelengkap.
Rosch (dalam Evans, 2006:257) berpendapat bahwa level utama (basic level) adalah
level yang memungkinkan bagi manusia untuk dapat menyusun kelas-kelas dari
beberapa anggota pelengkap dalam sebuah kategori.
Anggota-anggota dari sebuah kategori tersebut merupakan hal-hal yang terlintas
dalam pikiran responden ketika mendengar kategori yang diajukan. Masing-masing
individu menuliskan beberapa anggota dari suatu kategori. Berikut ini adalah sampel
dari salah satu responden yang ditanyakan oleh peneliti.
Dosen
Jakarta
Tugas
Panas
Tua
Macet
Berpengalaman
Banjir
S2/S3
Ibukota
Kuliah
Artis
Tabel 3.1 Sampel daftar atribut

Yogyakarta
Keraton
Alun-Alun
Malioboro
Kota
Bising

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa responden hanya mampu menyebutkan beberapa
atribut yang terbagi. Sementara itu, dalam kategori basic level, jumlah atribut yang ada
jauh lebih banyak dari yang disebutkan oleh seorang responden diatas. Hal ini lah yang
menyebabkan kategori subordinat memiliki lebih banyak anggota dari pada kategori
level utama sekaligus sebagai faktor penentu level keinklusivan suatu kategori. Rosch
15

berpendapat bahwa level subordinat sebaiknya seinformatif mungkin karena level ini
menyediakan informasi yang lebih detail sebagai tambahan dalam informasi yang
direpresentasikan di level utama.
Selection of Ratings
Rank
Cuaca
Dosen
Handphone
Top eight (from more to less representative)
1
Panas
Pengajar
Komunikasi
2
Hujan
Kuliah
SMS
3
Cerah
Galak
Telepon
4
Iklim
Tugas
Facebook
5
Mendung
Universitas
Fitur
6
Dingin
Berilmu
Blackberry
7
Alam
Membosankan Pulsa
8
Buruk
Tua
Kamera
Bottom eight (from more to less representative)
8
Musim
Pengalaman
Twitter
7
Sejuk
Laki-laki
Samsung
6
Bencana
Rewel
Nokia
5
Ramalan
Absen
Beyond
4
Kesabaran
Menakutkan
Sinyal
3
Awan
Bikin emosi
Internet
2
Angin
Profesor
Musik
1
Petir
Pelit nilai
Praktis
Selection of Ratings
Rank
Benci
Bohong
Top eight (from more to less representative)
1
Tidak suka
Tidak jujur
2
Marah
Dusta
3
Kesal
Tidak baik
4
Jengkel
berbeda
5
Jahat
Menipu
6
Emosi
Dosa
7
Musuh
Benci
8
Cinta
Jahat
Bottom eight (from more to less representative)
8
Skeptis
Cowok
7
Berkelahi
Penyakit hati
6
Muak
Tidak percaya
5
Tangis
Menyembunyika
4
Iblis
n
3
Putus
Jujur
2
dikhianati
Tidak benar
1
Suka
Menyenangkan
Tubuh gemetar

Komputer

Presiden

Mengetik
Tugas
Elektronik
Canggih
Internet
Keyboard
PC
Virus

Pemimpin negara
SBY
Kepala negara
Soekarno
Berwibawa
Politik
Obama
RI 1

Intel
RAM
Modul
Laptop
Software
Hardware
Monitor
Windows

Rapi
Kebijakan
Dipilih rakyat
Gusdur
Megawati
Kekuasaan
Dihormati
Gendut

Budaya

Cinta

Hukum

Cipta, karya, karsa
Kesenian
Adat
Kebiasaan
Tarian
Yogyakarta
Agama
Lagu

Sayang
Perasaan
Suka
Bahagia
Pacar
Ibu
Wanita
I love you

Aturan
Fakultas
Penjara
Pidana
Pengadilan
Polisi
Hakim
Keadilan

Gaya hidup
Jawa
Tradisional
Makanan
Candi
Wayanggamelan
Bahasa
Unik

Sedih
Benci
Rindu
Menikah
Perjalanan
Sakit
Menunggu
Mas Rico

Sidang
Gantung
Gayus
Mafia
Mengerikan
Wajib
Sunat
Makhruh

16

Tabel 3.2 Selection of ratings
Untuk dapat menginvestigasi struktur prototipe dalam kategorisasi, perlu
dilakukan peratingan jumlah anggota suatu kategori yang disebutkan oleh setiap
informan yang ditanyai. Peratingan ini didasarkan pada banyak sedikitnya atribut yang
disebutkan oleh ke-30 informan. Atribut yang ditulis paling banyak oleh informan akan
mendapat peringkat yang tertinggi dari pada atribut yang paling jarang dituliskan oleh
informan.
Penyajian struktur prototipe memaksimalkan atribut-atribut yang terbagi dan
merupakan bagian dari suatu kategori. Prototipe mengutamakan anggota-anggota dari
suatu kategori yang paling merepresentasikan struktur dari suatu kategori yang
didefinisikan. Dengan kata lain, semakain tinggi rating yang dimiliki oleh sebuah
atribut, semakin representatif pula atribut itu bagi kategori yang direpresentasikannya.
Struktur prototipe dari sebuah kategori merefleksikan kelebihan/anggota yang berlebih
dari kategori yang didefinisikan.
4. Teori ICMs (Idealised Cognitive Models)
Teori ICMs dikembangkan oleh Lakoff dari teori struktur kategorisasi oleh
Rosch. Lakoff berpendapat bahwa kategorisasi berhubungan dengan model kognitif
yang ideal. Teori ini merepresentasikan organisasi pengetahuan manusia secara
terstruktur. ICMs lebih menenkankan pada detail sehingga dapat membantu proses
kognitif seperti kategorisasi dan prototipe. Menurut Lakoff, kategorisasi merupakan
basis dalam keberadaan ICMs. Lakoff mengibaratkan ICMs dengan kemampuan
manusia untuk menyelamatkan barang berharga dalam rumah saat terjadi kebakaran.
Kemampuan manusia untuk mengonstruksi kategori dari benda yang dipilih untuk
diselamatkan lebih dulu didasarkan pada beberapa hal seperti seberapa berharganya
barang yang akan diselamtakan, pengetahuan mengenai keberadaannya di dalam rumah,
dan waktu yang tersedia untuk menyelamatkan benda tersebut.
Lakoff mengusulkan satu cara untuk membangun struktur ICMs. Cara ini
behubungan dengan model kelompok (cluster models). Setiap model terdiri dari
beberapa model ICM yang memusat. Model yang memusat tersebut secara kolektif

17

membangkitkan kelompok yang yang lebih kompleks. Teori ini dapat diterapkan dalam
data kategori Bahasa Indonesia berikut ini.
Kategori: Bahasa Indonesia
1. Model bahasa Dunia: bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang ada di
dunia.
2. Model bahasa kita: bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan
sehari-hari
3. Model bahasa ibu: bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu bagi sebagaian
masyarakat Indonesia.
4. Model bahasa resmi: bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai
negara Indonesia.
5. Model bahasa persatuan: dalam sumpah pemuda, bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan.
6. Model bahasa nasional: bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan
secara nasional di seluruh Indonesia (lingua franca)
Kategori Bahasa Indonesia yang didefinisikan diatas memiliki anggota bahasa
resmi, bahasa ibu, bahasa persatuan, dan bahasa nasional. Menurut model kognitif
yang ideal, keenam anggota tersebut merupakan kelompok-kelompok model (cluster
model) yang dapat dibangkitkan dalam kategori Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
sebagai pusatnya dan diikuti oleh beberapa model yang muncul. Model bahasa dunia
sebagai model pertama dan kemudian diikuti oleh bahasa kita yang lebih kompleks dan
kemudian bahasa ibu serta bahasa resmi, bahasa persatuan, dan bahasa nasional
merupakan alur dari kemunculan model ICM dalam klaster bahasa Indonesia.
Model pengelompokan diatas dapat membangkitkan efek kekhasan ketika salah
satu ICMs yang berperan dalam suatu kelompok dipandang sebagai hal yang utama.
Dalam subkategori, hasil ini ditempatkan pada perigkat yang paling bawah
keinklusivannya. Ketika kelompok tertentu dari model-model yang ada bergabung
untuk mengkategorikan suatu konsep yang berbeda, masih ada dorongan yang kuat
untuk memandang salah satunya sebagai yang paling utama. Efek kekhasan suatu
kategori dapat muncul ketika satu kategori muncul dan menonjol diantara kategorikategori yang lain. Fenomena ini disebut dengan metonimi.
18

Metonimi ICM dapat menjadi subkategori sebagaimana subkategori dalam
model pengelompokan (kategorisasi), atau juga sebagai anggota dari sebuah kategori
yang mencul dan menonjol diantara kategori yang lain. Dengan sifatnya yang menonjol
dari pada kategori yang lain, kategori ini secara otomatis disebut dengan titik referensi
kognitif (cognitive reference point).

Lakoff mengusulkan beberapa macam model

metonimi yang berbeda-beda. Model metonimi ini dapat menjadi prinsip titik referensi
kkognitif dan kemudian membangkitkan efek kekhasan dari suatu kategori. Titik
referensi kognitif tersebut direpresentasikan dalam data berikut ini dengan kategori
Presiden.
Kategori: Presiden
Stereotipe sosial
Contoh Kekhasan
Ideal
Paragons

Pembangkit
Contoh yang menonjol

Dihormati
Partai
Kepala negara
Pemimpin negara
Dipilih rakyat
Bijaksana
Berwibawa
Gusdur
Megawati
Obama
SBY
Soekarno
Pidato
Kabinet
RI 1
SBY
Soekarno

Tabel 4.1 Titik referensi kognitif

Stereotipe sosial merupakan representasi dari norma budaya dan ekspektasi
mengenai kategori yang dimunculkan. Dalam hal ini, stereotipe sosial dari kategori
Presiden adalah Dihormati dan Partai. Contoh kekhasan merepresentasikan hal-hal
yang paling sering ditemui dalam kategori. Prisip ideal mengombinasikan anggotaanggota yang ideal yang berhubungan dengan kategori yang direpresentasikan. Presiden
direpresentasikan sebagai pemimpin yang dipilih rakyat, orang yang bijaksana dan
berwibawa. Paragons merupakan representasi nyata dari kategori yang dimunculkan.
Dari data yang diperoleh, representasi nyata dari presiden adalah SBY, Gusdur,
Megawati, Soekarno, dan Obama. Pembangkit merupakan anggota dari kategori yang
membangkitkan kategori. Contoh yang menonjol merepresentasikan contoh nyata yang
dikenal dan paling menonjol diantara anggota yang lain.
19

5. Kategori Radial
Menurut Lakoff, model kelompok (cluster model) dan metonimi secara
bersama-sama berkontribusi untuk membentuk suatu prototipe yang berlawanan
(composite prototype). Prototipe yang berlawanan ini menyediakan struktur
representatif dari kategori yang didefinisikan. Prototipe ini merupakan konvensi
perpanjangan dari bentuk pusatnya yang menjadi prototipe. Model pusatnya
menentukan berbagai kemungkinan untuk terjadi konvensi perpanjangan dari kategori
yang diradialkan.
Konsep kategori radial berhubungan dengan konsep pokok mengenai kelompok
dalam studi linguistik. Radialitas merupakan struktur kelompok yang paling umum
karena banyak diterapkan dalam studi linguistik maupun luar linguistik. Kelompok
radial adalah kelompok yang anggota-anggotanya merupakan perluasan dari bentuk
pusatnya (prototipe). Kategori radial memiliki ciri adanya makna-makna lain yang
strukturnya terletak di sekitar makna pusat. Struktur seperti ini apabila digambarkan
akan menyerupai jari-jari lingkaran. Berikut ini adalah bentuk radial dari kategori
Bahasa Indonesia dan Komputer.
Bahasa Kita
Bahasa
Ibu

Bahasa
Resmi

Prototipe

Bahasa
Persatuan

Bahasa
Nasional

20

Bahasa Dunia

Bagan 5.1 Kategori radial untuk kategori Bahasa Indonesia

Modem

CPU

RAM
windowss

komputer

virus

Monitor

Keyboard
PC

internet

Mouse

Bagan 5.2 Kategori radial untuk kategori Komputer
Seperti halnya dalam teori ICMs dalam kategorisasi Bahasa Indonesia, kategori
radial yang digambarkan dalam bagan 5.1 diatas mencerminkan keanggotaan yang
bersifat mutlak dari kategori Bahasa Indonesia. Jika salah satu anggota yang dimiliki
oleh suatu kategori tidak mencerminkan atau tidak memiliki ciri khas yang sama
dengan anggota lainnya, anggota tersebut dapat dikeluarkan dari kelompok. Bahasa
Indonesia merupakan prototipe atau pusatnya, sedangkan perluasannya (peripheral)
adalah bahasa kita, bahasa dunia, bahasa ibu, bahasa resmi, bahasa persatuan, dan
bahasa nasional.
Dalam kategori Komputer, letak atribut-atribut yang dimiliki berbeda, tidak
seperti atribut-atribut yang dimiliki kategori Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, anggota-

anggota yang dimiliki oleh kategori Komputer tidak dapat dijadikan satu dalam sebuah
prinsip radialisme, tetapi dibedakan atas dua alur radial yang berbeda. PC, Windows,
Virus, RAM, dan Internet berada dalam satu sistem radial sedangkan Modem, CPU,
Monitor, Keyboard, dan Modem berada dalam sistem radial yang berbeda. hal ini
dikarenakan karena kedua kelompok tersebut tidak terdapat dalam satu area dalam
kategori komputer.
Sebenarnya terdapat kategori yang berada dibawah komputer yang dapat
mengakomodir atribut-atribut yang dimiliki oleh komputer tersebut. Kategori tersebut
adalah yaitu software dan hardware. Namun, kedua kategori tersebut ternyata juga
berada dalam satu level yang sama dengan kelompok CPU dan Windows. Permasalahan
seperti ini muncul karena setiap anggota kategori Komputer memiliki struktur definisi
yang sama, tetapi setiap anggota tersebut menunjukkan suatu efek yang menunjukkan
bahwa anggota tersebut tidak terlepas dari anggota dalam kategori yang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat ketidakjelasan batasan antar kategori seperti halnya dalam
kategorisasi cinta dan benci. Meskipun demikian, setiap anggota dari kategori tersebut
harus diperlakukan sama dan setipe. Ketidakjelasan batasan kategori ini sebenarnya
berhubungan dengan teori klasik mengenai kategorisasi yang berasumsi bahwa semua
kategori sesungguhnya berbagi anggota dengan kategori lain.
Kategori radial dapat memunculkan efek kekhasaan sebagaimana yang
diminculkan dalam teori ICMs. Efek ini muncul ketika anggota-anggota subkategori
terlihat menyimpang dari protoripe yang berlawanan. Lebih dari itu, kategori tertentu
dapat menjadi lebih konvensional atau lebih mirip pada bentuk prototipe dari pada
anggota yang lain. Dalam satu kategori radial, beberapa subkategori yang berbeda dapat
berkembang ke arah yang berbeda berawal dari prototipe, misalnya Bahasa Ibu dapat
menjadi anggota dari bahasa lain selain kategori Bahasa Indonesia dan virus dapat
menjadi anggota dari kategori lain selain Komputer.
6. Kesimpulan
Kategorisasi

merupakan

kemampuan

manusia

untuk

mengidentifikasi,

mendefinisikan, dan menghubungkan suatu kategori dengan kategori lain yang
didasarkan pada pikiran, persepsi, perilaku, dan kemampuan bertutur manusia.
Kemampuan kategorisasi sangat penting bagi manusia karena hal ini merupakan dasar

atau basis untuk pemahaman yang lebih jauh mengenai suatu hal. Sistem kategorisasi,
prototipe, ICMs, dan kategori radial merupakan alur yang ditempuh manusia dalam
melakukan kategorisai. Keempat teori tersebut merupakan satu alur yang dapat
menggambarkan proses kategorisasi yang dilakukan manusia.
Dalam kategori Dosen, terdapat dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan
positif dan negatif. Selain pandangan positif dan negatif, terdapat pula anggota dari
kategori Dosen yang mengacu pada tokoh. Acuan pada tokoh ini juga berlaku pada
kategori Presiden. Hal ini ternyata juga berlaku pada kategori Handphone yang
memiliki anggota yang acuannya adalah merek. Selain pada kategori Dosen, dan
Presiden, acuan tokoh juga ditemukan pada kategori Cinta, Dosen, dan Puisi.
Dalam penentuan level utama (basic level), kategori yang digunakan adalah
kategori penentu responden dalam menuliskan atribut-atribut yang terlintas dalam
pikiran responden ketika mendengar kategori yang diajukan. Dari percobaan ini,
responden hanya mampu menyebutkan beberapa atribut yang terbagi. Sementara itu,
dalam kategori level utama, jumlah atribut yang ada jauh lebih banyak dari yang
disebutkan oleh responden.
Dalam penerapan teori ICMs pada kategori presiden, stereotipe sosial
ditunjukkan dengan atribut Dihormati dan Partai. Contoh kekhasan ditunjukkan oleh
atribut kepala negara dan pemimpin negara. Prisip ideal ditunjukkan atribut dipilih
rakyat, bijaksana, dan berwibawa. Paragons direpresentasikan atribut SBY, Gusdur,
Megawati, Soekarno, dan Obama. Pembangkit direpresentasikan oleh atribut pidato,
kabinat dan RI 1. Contoh yang menonjol merepresentasikan oleh SBY dan Soekarno.
Kategori Radial yang ditunjukkan oleh kategori Bahasa Indonesia dan Kategori
Komputer menunjukkan bahwa sifat keanggotaan dari setiap kategori bersifat mutlak
karena jika salah satu anggota yang dimiliki oleh suatu kategori tidak mencerminkan
atau tidak memiliki ciri khas yang sama dengan anggota lainnya, anggota tersebut dapat
dikeluarkan dari kelompok.
Daftar Pustaka
Croft, William dan D. Alan Cruse. 2004. Cognitive Linguistics. Cambridge: Cambridge
University Press
Evans, Vyvyan dan Melanie Green. 2006. Cognitive Linguistics: An Introduction.
Edinburgh: Edinburgh University Press.

Geeraerts, Dirk in Cognitive Linguistics Research. 2006. Cognitive Linguistics Basic
Readings. Berlin: Mouton de Gruyter.
Gonzales-Marques, Monica dkk. 2007. Methods in Cognitive Linguistics. Amsterdam:
John Benjamins Publishing Company.
Lakoff, George. 1987. Women, Fire, and Dangerous Things: What Categories Reveal
about the Mind. London: The University of Chicago Press.
Robinson, Peter dan Nick C. Ellis. 2008. Handbook of Cognitive Linguistics and
Second Language Acquistion. New York: Routledge.