Apa itu Kemoterapi Gambaran Umum Manfaat























Apa itu Kemoterapi: Gambaran Umum, Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan
Apa itu Kemoterapi?
Kemoterapi adalah salah satu prosedur perawatan yang paling umum diberikan untuk kanker. Terapi
ini mengandalkan kemampuan dari obat-obat khusus untuk menghancurkan sel-sel kanker yang
menyerang tubuh. Obat tesebut bekerja dengan memperlambat maupun menghentikan pertumbuhan
sel kanker. Bagaimanapun, pasien kanker perlu mempertimbangkan terapi dengan cermat sebelum
mereka menjalani tindakan tersebut. Ini karena kemoterapi juga dapat membahayakan sel-sel sehat
yang membagi diri dengan cepat, tidak hanya sel ganas. Termasuk sel yang membuat rambut untuk
dapat tumbuh serta sel-sel yang melapisi mulut dan usus. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
efek samping seperti hilangnya rambut dan nyeri perut berat selama menjalani pengobatan.
Cara Kerja Kemoterapi
Terdapat tiga fungsi berbeda dalam kemoterapi, dimana kemampuannya untuk berfungsi cenderung
berbeda pada setiap pasien tergantung dari tingkat dan beratnya kanker.
Kemo, seperti pada umumnya dikenal, diharapkan dapat:
Menyembuhkan kanker – Kemoterapi dapat menghancurkan sel kanker secara lengkap
hingga tidak dapat lagi terlihat. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil menyembuhkan penyakit jika
sel kanker tidak dapat tumbuh lagi.
Merawat kanker – Kemo dapat menghambat penyebaran lebih jauh dari sel kanker
dengan cara mengecilkan pertumbuhannya. Bagaimanapun, pada beberapa kasus, tindakan ini hanya
bekerja selama pasien tersebut melakukannya secara berkelanjutan. Saat perawatan berhenti, sel-sel

kanker dapat tumbuh lagi.
Meringankan gejala kanker – Kemo dapat digunakan secara khusus untuk menargetkan
tumor tertentu yang menyebabkan tekanan atau nyeri pada bagian tubuh yang terkena.
Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Kemo juga dapat digunakan pada berbagai tipe lain dari pengobatan kanker, seperti pembedahan,
terapi biologis, terapi radiasi. Berikut adalah peran khusus kemoterapi ketika digunakan pada pilihan
terapi kombinasi:
Kemoterapi Neo-ajuvan – Kemo dapat digunakan untuk mengecilkan sebuah tumor
sebelum dilakukan bedah pengangkatan.
Kemoterapi ajuvan – Hal ini berarti bahwa kemoterapi hanya digunakan sebagai terapi
lanjutan baik untuk menghancurkan sel-sel kanker yang tersisa setelah bedah pengangkatan atau
terapi radiasi.
Efek Samping
Kemoterapi diketahui dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti :
Mual
Muntah
Kelelahan
Hilangnya rambut
Kekurangan sel darah merah (Anemia)
Memar

Pendarahan
Hilangnya nafsu makan
Gangguan tidur
Sembelit atau konstipasi (sulit buang air besar/BAB)
Depresi
Untuk mengurangi efek samping, kebanyakan dokter memberikan kemo berdasarkan sebuah siklus
yang terus dipertahankan selama periode terapi. Siklus ini sering melibatkan satu periode
berkelanjutan dari terapi diikuti oleh satu periode khusus istirahat. Tiap siklus biasanya berlangsung
satu bulan atau empat bulan; berdasarkan faktor tertentu, seorang pasien dapat menerima satu minggu




























terapi diikuti oleh tiga minggu istirahat atau sebaliknya. Periode istirahat ini membantu mencegah
efek samping karena dapat memberikan tubuh pasien cukup waktu memproduksi sel-sel sehat untuk
menggantikan sel yang telah terkena dampak.
Di mana Bisa Mendapatkan Perawatan

Kemoterapi tersedia baik di rumah maupun di rumah sakit. Kemoterapi dapat juga dilakukan secara
rawat jalan baik di kantor dokter atau di unit rawat jalan rumah sakit. Terlepas dari dimana Anda
menentukan untuk menerima perawatan, prosesnya adalah sama. Dokter utama Anda akan
memberikan obat kemoterapi secara teratur dan memantau mengenai efek samping, perbaikan, atau
perubahan lain pada keadaan penyakit. Bila perlu, dokter Anda akan membuat suatu perubahan pada
obat yang digunakan selama terapi.
Gabungan khusus obat kemoterapi yang digunakan berbeda-beda tergantung dari:
Tipe kanker atau lokasinya
Riwayat kesehatan atau riwayat kanker dan pengobatan sebelumnya
Masalah kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan kanker
Demikian halnya, jadwal pemberian obat bervariasi tiap pasien. Hal ini juga bergantung pada faktorfaktor berikut:
Tipe atau lokasi kanker
Tingkat beratnya penyakit atau stadium yang dialami
Hasil yang diharapkan dari kemoterapi
Reaksi fisik setiap pasien terhadap pengobatan
Pemberian Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan oleh tenaga kesehatan ahli melalui:
Suntikan
Melalui pembuluh darah arteri atau IA (intra-arteri)
Melalui rongga perut atau IP (intra-peritoneal)

Melalui pembuluh darah vena atau IV (intra-vena)
Pemberian obat oles (topikal)
Pemberian dengan diminum (oral)
Kapan Anda Harus Menemui Seorang Ahli Kanker (Onkologis)?
Hubungi dokter kanker (onkologis) secepatnya jika Anda mengalami tanda dan gejala berbahaya
seperti yang tertera dibawah.
Suhu tinggi melebihi 38 derajat celsius
Menggigil
Gangguan napas
Nyeri dada
Nyeri dan pegal pada otot yang tidak dapat dijelaskan
Hidung berdarah
Gusi berdarah
Perdarahan dari bagian tubuh lain yang tidak dapat dihentikan dengan memberikan
penekanan selama 10 menit
Sariawan
Muntah
Diare
Pengertian Kanker Payudara


Payudara terbentuk dari lemak, jaringan ikat, dan ribuan lobulus (kelenjar kecil penghasil air susu).
Saat seorang wanita melahirkan, Air Susu Ibu (ASI) akan dikirim ke puting melalui saluran kecil saat
menyusui.
Sel-sel dalam tubuh kita biasanya tumbuh dan berkembang biak secara teratur. Sel-sel baru hanya
terbentuk saat dibutuhkan. Tetapi proses dalam tubuh pengidap kanker akan berbeda.

Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum wanita tapi juga pria walaupun jarang.
Apa saja Jenis Kanker Payudara?
Dua di antara tiga wanita yang mengidap kanker payudara berusia di atas 50 tahun. Saat Anda
menyadari adanya gejala kanker payudara, Anda dianjurkan untuk segera mengonsultasikannya ke
dokter. Setelah pemeriksaan, dokter biasanya merujuk Anda ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih
lanjut guna memastikan diagnosis.
Kanker payudara umumnya terbagi dalam dua kategori, yaitu non-invasif dan invasif. Penjelasan
lebih detailnya adalah sebagai berikut:
Kanker payudara invasif
Bentuk paling umum dari kanker payudara invasif adalah kanker payudara duktal invasif yang
berkembang pada sel-sel pembentuk saluran payudara. Kata invasif berarti kanker ini dapat menyebar
di luar payudara. Sekitar 80 persen dari semua kasus kanker payudara invasif merupakan jenis
semacam ini.
Jenis kanker payudara invasif lain meliputi:


Kanker payudara lobular invasif. Penyakit ini berkembang pada kelenjar penghasil susu
yang disebut lobulus.

Kanker payudara terinflamasi.

Kanker Paget pada payudara.
Jenis-jenis kanker ini juga dikenal sebagai kanker payudara sekunder atau metastasis. Jenis ini dapat
menyebar ke bagian lain tubuh. Penyebarannya biasanya melalui kelenjar getah bening (kelenjar
kecil yang menyaring bakteri dari tubuh) atau aliran darah.
Kanker payudara non-invasif
Bentuk kanker non-invasif biasanya ditemukan melalui mamografi karena jarang menimbulkan
benjolan. Jenis ini juga sering disebut pra kanker. Tipe yang paling umum dari kanker ini adalah
duktal karsinoma in situ. Jenis kanker payudara ini bersifat jinak dan ditemukan dalam saluran
(duktus) payudara, serta belum menyebar.
Pemeriksaan Payudara dan Genetika
Penyebab kanker payudara yang utama belum diketahui. Karena itu, pencegahan sepenuhnya untuk
kanker payudara juga sulit ditentukan. Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker,
misalnya usia dan riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan payudara dan genetika dianjurkan untuk wanita dengan kemungkinan terkena kanker

payudara melebihi rata-rata. Risiko kanker payudara meningkat seiring usia, maka wanita berusia 5070 tahun dianjurkan memeriksakan diri setiap tiga tahun sekali. Wanita berusia 70 tahun ke atas juga
dianjurkan untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter.

Proses tersebut akan berjalan secara tidak wajar sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan selsel menjadi tidak terkendali. Sel-sel abnormal tersebut juga bisa menyebar ke bagian-bagian tubuh
lain melalui aliran darah. Inilah yang disebut kanker yang mengalami metastasis.
Jika terdeteksi pada stadium awal, kanker dapat diobati sebelum menyebar ke bagian lain tubuh.
Gejala awal kanker payudara adalah benjolan atau penebalan pada jaringan kulit payudara. Tetapi
sebagian besar benjolan belum tentu menandakan kanker.
Penderita Kanker Payudara di Indonesia
Kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada
tahun 2012, menurut data di organisasi kesehatan dunia (WHO). Dibandingkan dengan negara
tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda
dan pada tahap yang lebih lanjut.

Langkah-langkah Pengobatan Kanker Payudara
Satu dari sembilan orang wanita akan terkena kanker payudara selama masa hidup mereka. Kanker
yang terdeteksi pada tahap awal memiliki peluang untuk sembuh melalui langkah-langkah
pengobatan. Karena itu, sangat penting bagi seorang wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara
secara rutin.
Kanker payudara dapat diobati dengan kombinasi operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Beberapa

kasus kanker payudara juga dapat ditangani melalui terapi biologis atau hormon. Selama masa
pengobatan dan pemulihan, dukungan dari orang lain (terutama keluarga serta teman dekat) bagi
penderita kanker payudara sangatlah penting.
Gejala Kanker Payudara

Indikasi pertama dari kanker payudara yang umumnya disadari adalah benjolan atau kulit yang
menebal di payudara, tetapi sekitar 9 dari 10 benjolan yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.
Indikasi pertama kanker payudara yang biasanya disadari adalah benjolan atau kulit yang menebal
pada payudara. Meski demikian, sekitar 9 dari 10 benjolan yang muncul bukanlah disebabkan oleh
kanker.
Terdapat beberapa indikasi yang perlu Anda perhatikan agar bisa ditanyakan langsung kepada dokter
yang menangani Anda. Contoh gejala tersebut adalah rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak
berhubungan dengan siklus menstruasi.
Kemunculan benjolan atau kulit payudara yang menebal serta keluarnya cairan dari puting (biasanya
disertai darah) juga perlu Anda waspadai. Beberapa gejala lainnya adalah perubahan ukuran pada
salah satu atau kedua payudara, perubahan bentuk puting, serta kulit payudara yang mengerut.
Anda mungkin juga akan mengalami gatal-gatal dan muncul ruam di sekitar puting Anda. Pada
bagian ketiak Anda, bisa juga muncul benjolan atau pembengkakan. Tanda-tanda dan gejala di atas
perlu Anda waspadai dan usahakan untuk menanyakan pada dokter untuk memastikan kondisi yang
Anda alami.

Penyebab Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Sulit untuk memastikan bahwa tiap
penderita memiliki penyebab yang sama atau tidak. Tetapi ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi tingkat risiko terkena kanker payudara, antara lain:
Dampak Diagnosis Kanker Payudara yang Sebelumnya
Jika Anda pernah mengidap kanker payudara atau terjadi perubahan sifat sel kanker non-invasif yang
terkandung di dalam saluran payudara menjadi sel kanker invasif, Anda dapat kembali terkena kanker
pada payudara yang sama atau pada payudara satunya.
Pengaruh Benjolan Jinak yang Pernah Dimiliki
Memiliki benjolan jinak bukan berarti Anda mengidap kanker payudara, tetapi benjolan tertentu
mungkin bisa meningkatkan risiko Anda. Perubahan kecil pada jaringan payudara Anda, seperti
pertumbuhan sel yang tidak lazim dalam saluran atau lobulus, bisa meningkatkan risiko Anda untuk
terkena kanker payudara.
Pengaruh Genetika dan Riwayat Kesehatan Keluarga
Jika Anda memiliki keluarga inti (misalnya, ibu, kakak, adik atau anak) yang mengidap kanker
payudara atau ovarium, risiko Anda untuk terkena kanker payudara akan meningkat. Tetapi kanker
payudara mungkin juga muncul lebih dari sekali dalam satu keluarga secara kebetulan.
Umumnya kasus kanker payudara bukan dikarenakan faktor keturunan (hereditas), tetapi mutasi gen
tertentu yang dikenal dengan nama BRCA1 dan BRCA2 dapat mempertinggi risiko kanker payudara
dan kanker ovarium. Jenis kanker ini juga mungkin diturunkan orang tua kepada anak.
Faktor Usia
Seiring bertambahnya usia, risiko kanker juga akan meningkat. Kanker payudara umumnya terjadi
pada wanita berusia di atas 50 tahun yang sudah mengalami menopause. Sekitar 80 persen kasus
kanker payudara terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun.
Risiko Paparan Radiasi
Risiko Anda untuk terkena kanker payudara juga bisa meningkat jika sering terpapar radiasi atau
akibat prosedur medis tertentu yang menggunakan radiasi seperti rontgen dan CT scan.

Risiko Paparan Estrogen
Risiko terkena kanker payudara akan sedikit meningkat akibat tingkat paparan terhadap estrogen
dalam tubuh. Contoh:

Jika Anda tidak memiliki keturunan atau melahirkan di usia lanjut. Hal ini akan
meningkatkan risiko kanker payudara karena paparan terhadap estrogen tidak terhalang oleh proses
kehamilan.

Jika Anda mengalami masa menstruasi yang lebih lama (misalnya, mulai menstruasi
sebelum usia 12 tahun atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun).
Pengaruh Terapi Penggantian Hormon
Terapi penggantian hormon kombinasi memiliki risiko sedikit lebih tinggi daripada terapi
penggantian hormon estrogen. Tetapi keduanya tetap dapat mempertinggi risiko terkena kanker
payudara.Di antara 1.000 wanita yang menjalani terapi hormon kombinasi selama 10 tahun,
diperkirakan akan ada 19 kasus kanker payudara lebih banyak dibanding kelompok wanita yang tidak
pernah menerima terapi hormon. Risiko ini juga akan meningkat seiring durasi terapi, tapi akan
kembali normal setelah Anda berhenti menjalaninya.
Pengaruh Kelebihan Berat Badan Atau Obesitas
Kelebihan berat badan setelah menopause dapat menyebabkan peningkatan produksi estrogen
sehingga risiko kanker payudara akan meningkat.
Konsumsi Minuman Keras
Sebuah penelitian telah dilakukan terhadap 200 wanita pengonsumsi minuman keras dan 200 wanita
bukan pengonsumsi minuman keras. Hasilnya menyatakan bahwa anggota kelompok pengonsumsi
minuman keras bisa terserang kanker sebanyak tiga orang lebih banyak. Risiko kanker payudara akan
meningkat seiring banyaknya jumlah minuman keras yang dikonsumsi.
Diagnosis Kanker Payudara
Pada umumnya, kanker payudara didiagnosis melalui pemeriksaan rutin atau ketika penderitanya
menyadari gejala-gejala tertentu yang akhirnya menjadi pendorong untuk ke dokter.Pemeriksaan fisik
saja tidak cukup untuk mengonfirmasi diagnosis kanker payudara.
Jika menemukan benjolan pada payudara Anda, dokter akan menganjurkan beberapa prosedur untuk
memastikan apakah Anda menderita kanker payudara atau tidak.

Mamografi. Pemeriksaan dengan mamografi umumnya digunakan untuk mendeteksi
keberadaan kanker.

USG. Jenis pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan apakah benjolan pada payudara
berbentuk padat atau mengandung cairan.

Biopsi. Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan sampel sel-sel payudara dan
mengujinya untuk mengetahui apakah sel-sel tersebut bersifat kanker. Melalui prosedur ini, sampel
biopsi juga akan diteliti untuk mengetahui jenis sel payudara yang terkena kanker, keganasannya
serta reaksinya terhadap hormon.
Saat didiagnosis positif mengidap kanker, Anda memerlukan sejumlah pemeriksaan lebih lanjut
untuk mengetahui stadium dan tingkat penyebaran kanker. Di antaranya:

MRI dan CT scan.

Rontgen dada.

Pemeriksaan tulanguntuk mengecek apakah kanker sudah menyebar ke tulang.

Biopsi kelenjar getah bening (noda limfa) di ketiak. Jika terjadi penyebaran kanker,
kelenjar getah bening pertama yang akan terinfeksi adalah noda limfa sentinel.Lokasinya
bervariasi jadi perlu diidentifikasikan dengan kombinasi isotop radioaktif dan tinta biru.

Anda juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan yang akan menunjukkan reaksi kanker pada
jenis-jenis pengobatan tertentu. Di antaranya:
Pemeriksaan HER2
Kanker yang dirangsang oleh protein, disebut dengan HER2 (human epidermal growth factor
receptor 2), dapat ditangani dengan obat-obatan yang memblokir efek HER2. Jenis pengobatan ini
disebut terapi biologis atau molekul.
Pemeriksaan reseptor hormon
Pertumbuhan sel kanker payudara juga mungkin dipicu oleh hormon alami tubuh, misalnya estrogen
dan progesteron. Sampel sel kanker akan diambil dari payudara dan diuji untuk melihat reaksinya
pada estrogen atau progesteron. Jika hormon menempel pada sel kanker, yaitu pada reseptor hormon,
sel tersebut akan disebut sebagai reseptor hormon positif.

Stadium Kanker Payudara
Stadium menjelaskan ukuran kanker dan tingkat penyebarannya. Kanker payudara duktal non-invasif
terkadang digambarkan sebagai Stadium 0. Stadium lainnya menjelaskan perkembangan kanker
payudara invasif. Dokter akan menentukan stadium kanker setelah Anda didiagnosis positif terkena
kanker.
Pada stadium 1
Ukuran tumor kurang dari 2 cm. Tumor tidak menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dan tidak
ada tanda-tanda penyebaran kanker ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 2
Ukuran tumor 2-5 cm atau tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening, atau keduanya. Tidak ada
tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 3
Ukuran tumor 2-5 cm. Tumor mungkin menempel pada kulit atau jaringan di sekitar payudara.
Kelenjar getah bening di ketiak terinfeksi, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar
ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 4
Tumor dengan segala ukuran dan sudah menyebar ke bagian lain tubuh (metastasis).
Pengobatan Kanker Payudara
Ada beberapa faktor yang jadi pertimbangan dokter sebelum memutuskan pengobatan yang terbaik,
yaitu stadium serta tingkat perkembangan kanker, kondisi kesehatan menyeluruh dari penderita dan
masa menopause.
Kanker payudara yang terdeteksi melalui pemeriksaan rutin biasanya berada pada stadium awal.
Kanker payudara primer (sel kanker pertama berawal dari sel payudara dan bukan hasil penyebaran
sel kanker dari organ lain) umumnya bisa sembuh secara total jika didiagnosis dan diobati sejak dini.
Sedangkan kanker yang terdeteksi akibat gejala fisik yang muncul mungkin sudah berada pada
stadium lebih lanjut. Jika terdeteksi pada stadium lanjut dan setelah menyebar ke bagian lain tubuh,
maka kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda
dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.
Jenis penanganan kanker payudara yang pertama biasanya adalah operasi. Jenis operasinya bervariasi
tergantung jenis kanker payudara yang Anda derita. Proses operasi biasanya ditindaklanjuti dengan

kemoterapi, radioterapi, atau perawatan biologis untuk beberapa kasus tertentu. Kemoterapi atau
terapi hormon juga terkadang dapat menjadi langkah pengobatan pertama.
Jika terdeteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke bagian lain tubuh, kanker payudara tidak bisa
disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan
beban bagi penderitanya.
Proses-proses Operasi
Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang hanya mengangkat tumor dan operasi
yang mengangkat payudara secara menyeluruh (mastektomi). Operasi plastik rekonstruksi biasanya
dapat dilakukan langsung setelah mastektomi.
Untuk menangani kanker payudara stadium awal, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi operasi
pengangkatan tumor dan radioterapi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan mastektomi
total.
Lumpektomi (operasi pengangkatan tumor)
Dalam lumpektomi, bentuk payudara akan dibiarkan seutuh mungkin. Operasi ini umumnya
dianjurkan untuk tumor berukuran kecil dan meliputi pengangkatan tumor beserta sedikit jaringan
sehat di sekitarnya. Pertimbangan dalam menentukan jumlah jaringan payudara yang akan diangkat
meliputi kuantitas jaringan di sekitar tumor yang perlu diangkat, jenis, ukuran, lokasi tumor, dan
ukuran payudara.
Mastektomi (pengangkatan payudara)
Proses operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, termasuk puting. Penderita dapat
menjalani mastektomi bersamaan dengan biopsi noda limfa sentinel jika tidak ada indikasi
penyebaran kanker pada kelenjar getah bening. Sebaliknya, penderita dianjurkan untuk menjalani
proses pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak jika kanker sudah menyebar ke bagian itu.
Operasi plastik rekonstruksi
Ini adalah proses operasi untuk membuat payudara baru yang semirip mungkin dengan payudara
satunya. Operasi plastik rekonstruksi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi rekonstruksi
langsung yang bersamaan dengan mastektomi, dan operasi rekonstruksi berkala yang dilakukan
beberapa waktu setelah mastektomi. Operasi pembuatan payudara baru ini bisa dilakukan dengan
menggunakan implan payudara atau jaringan dari bagian tubuh lain.
Langkah Kemoterapi
Kemoterapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel
kanker dan sebelum operasi yang berguna mengecilkan tumor. Jenis dan kombinasi obat-obatan
antikanker yang digunakan akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis kanker dan tingkat
penyebarannya.
Efek samping kemoterapi umumnya akan memengaruhi sel-sel sehat. Karena itu, pencegahan atau
pengendalian sebagian efek samping akan ditangani dengan obat-obatan lain oleh dokter. Beberapa
efek samping dari kemoterapi meliputi hilangnya nafsu makan, mual, muntah, sariawan atau sensasi
perih dalam mulut, rentan terhadap infeksi, kelelahan, serta rambut rontok.
Kemoterapi juga bisa menghambat produksi hormon estrogen tubuh. Penderita yang belum
mengalami menopause akan mengalami menstruasi yang terhenti selama kemoterapi. Siklus ini
seharusnya akan kembali setelah pengobatan selesai. Namun, menopause dini juga mungkin bisa
terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun karena mereka mendekati usia rata-rata menopause.
Jika bagian tubuh lainnya sudah terkena penyebaran kanker payudara, kemoterapi tidak akan bisa
menyembuhkan kanker. Tetapi kemoterapi dapat mengecilkan tumor, meringankan gejala-gejala, dan
memperpanjang usia.

Langkah Radioterapi
Radioterapi adalah proses terapi untuk memusnahkan sisa-sisa sel-sel kanker dengan dosis radiasi
yang terkendali. Proses ini biasanya diberikan sekitar satu bulan setelah operasi dan kemoterapi agar
kondisi tubuh dapat pulih terlebih dulu. Tetapi tidak semua penderita kanker payudara
membutuhkannya.
Sama seperti kemoterapi, prosedur ini juga memiliki efek samping, yaitu iritasi sehingga kulit
payudara perih, merah, dan berair, warna kulit payudara menjadi lebih gelap, kelelahan berlebihan
serta limfedema (kelebihan cairan yang muncul di lengan akibat tersumbatnya kelenjar getah bening
di ketiak).
Terapi Hormon Untuk Mengatasi Kanker Payudara
Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya dipicu estrogen atau progesteron alami (kanker
positif reseptor-hormon), terapi hormon digunakan untuk menurunkan tingkatan kanker atau
menghambat efek hormon tersebut. Langkah ini juga kadang dilakukan sebelum operasi untuk
mengecilkan tumor agar mudah diangkat, tapi umumnya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.
Jika kondisinya kurang sehat, penderita tidak akan bisa menjalani operasi, kemoterapi, atau
radioterapi. Karena itu, terapi hormon dapat menjadi alternatif sebagai proses pengobatan tunggal.
Durasi terapi hormon yang umumnya dianjurkan adalah maksimal lima tahun setelah operasi. Jenis
terapi yang akan dijalani tergantung kepada usia, apakah Anda sudah menopause atau belum, tingkat
perkembangan kanker, jenis hormon yang memicu kanker, dan jenis pengobatan lain yang dijalani.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase adalah dua jenis obat yang biasanya digunakan dalam
terapi hormon. Tamoksifen berfungsi untuk menghambat estrogen agar tidak mengikatkan diri pada
sel-sel kanker.
Sedangkan penghambat enzim aromatase dianjurkan untuk penderita yang sudah mengalami
menopause. Fungsinya adalah menghalangi kinerja aromatase, yaitu substansi yang membantu
produksi estrogen dalam tubuh setelah menopause. Contoh obat ini dalam bentuk tablet yang tersedia
dan diminum setiap hari adalah letrozol, eksemestan, dan anastrozol.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase dapat menyebabkan beberapa efek samping yang
mirip, antara lain sakit kepala, mual, muntah serta sensasi rasa panas, berkeringat, dan jantung
berdebar (hot flushes). Tetapi, tamoksifen memiliki efek samping khusus, yaitu dapat menyebabkan
perubahan siklus menstruasi pada penderita kanker payudara.
Langkah Ablasi Atau Supresi Ovarium
Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium untuk memproduksi estrogen.
Ablasi sendiri bisa dilakukan dengan operasi atau radioterapi. Ablasi ovarium akan menghentikan
kinerja ovarium secara permanen dan memicu menopause dini.
Supresi ovarium menggunakan agonis luteinising hormone-releasing hormone (aLHRH) yang
bernama goserelin. Pemakaian obat ini akan menghentikan menstruasi untuk sementara. Menstruasi
akan kembali normal setelah proses pemakaian selesai. Bagi penderita berusia mendekati usia
menopause atau sekitar 45 tahun, menstruasi mereka mungkin akan berhenti secara permanen meski
pemakaian goserelin sudah selesai.
Suntikan goserelin diberikan sebulan sekali. Efek samping obat ini menyerupai masa menopause
seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur dan sensasi panas yang disertai dengan jantung yang
berdebar-debar.
Terapi Biologis Dengan Trastuzumab
Pertumbuhan sebagian jenis kanker payudara yang dipicu oleh protein HER2 (human epidermal
growth factor receptor 2) disebut positif HER2. Selain menghentikan efek HER2, terapi biologis juga
membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Jika tingkat protein HER2 Anda

tinggi dan Anda mampu menjalani terapi biologis, trastuzumab mungkin akan dianjurkan oleh dokter
untuk Anda setelah kemoterapi.
Antibodi berfungsi memusnahkan sel-sel berbahaya seperti virus dan bakteri. Protein ini diproduksi
secara alami oleh sistem kekebalan tubuh. Trastuzumab adalah jenis terapi biologis yang dikenal
sebagai antibodi monoklonal. Obat ini akan menghambat HER2 sehingga sel-sel kanker akan mati.
Terapi ini tidak cocok untuk penderita dengan penyakit jantung seperti angina, hipertensi, atau
penyakit katup jantung. Jika memang diharuskan menggunakan trastuzumab, penderita harus
menjalani pemeriksaan jantung secara rutin. Efek samping lain dari trastuzumab adalah mual, sakit
kepala, diare, sesak napas, menggigil, demam, serta rasa nyeri.
Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan secara total untuk kanker payudara sulit diketahui karena penyebab kanker ini belum
diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menurunkan
risiko kanker payudara.
Langkah utamanya adalah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat. Misalnya mengurangi
konsumsi makanan berlemak, menjaga berat badan yang sehat dan ideal, teratur berolahraga, serta
membatasi konsumsi alkohol. Cara-cara tersebut tidak hanya bisa menurunkan risiko kanker
payudara, tapi juga mencegah berbagai penyakit lain.
Selain gaya hidup, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang pernah menyusui memiliki risiko
lebih rendah untuk terkena kanker payudara. Hal ini mungkin terjadi karena masa ovulasi mereka
menjadi tidak rutin saat sedang menyusui sehingga tingkat estrogen tetap stabil.
Menghadang Kanker Payudara Secara Klinis
Ada beberapa penanganan untuk menurun risiko bagi wanita dengan risiko kanker payudara yang
lebih tinggi dari rata-rata. Dua jenis penanganan utamanya akan dijelaskan lebih detail di bawah ini.
Penanganan dengan obat-obatan
Dua jenis obat yang tersedia untuk wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara adalah
tamoksifen dan raloksifen. Wanita yang sudah mengalami menopause dapat menggunakan kedua
obat ini, sementara wanita yang belum menopause hanya dianjurkan untuk menggunakan tamoksifen.
Jika Anda pernah atau memiliki risiko mengalami penggumpalan darah atau kanker rahim, kedua
obat ini juga kemungkinan tidak cocok.
Bagi Anda yang ingin memiliki anak, dokter biasanya akan menganjurkan untuk berhenti meminum
tamoksifen setidaknya dua bulan sebelum mencoba untuk hamil karena obat ini akan memengaruhi
perkembangan janin. Tamoksifen juga dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, jadi Anda
sebaiknya berhenti meminumnya pada enam minggu sebelum operasi.
Mastektomi
Selain untuk menangani kanker payudara, mastektomi juga digunakan untuk menurunkan risiko
kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi akibat riwayat keturunan. Operasi ini bisa
menurunkan risiko kanker payudara hingga 90%, namun tetap memiliki risiko komplikasi.
Pengangkatan payudara juga mungkin dapat menurunkan kepercayaan diri pasien secara signifikan.
Di samping operasi plastik, rekonstruksi payudara yang dilakukan bersamaan atau setelah
mastektomi, Anda juga memiliki alternatif lain, yaitu payudara palsu yang dapat digunakan di dalam
beha.
Pemeriksaan Kanker Payudara
Sejak tahun 2007, relawan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan
Masyarakat Indonesia) menghimbau dan mengajari para wanita untuk melakukan pemeriksaan

payudara sendiri. Cara yang biasa disingkat SADARI ini merupakan salah satu langkah pencegahan
kanker payudara.
Kematian akibat kanker payudara dapat dicegah lewat pemeriksaan. Jika kanker payudara terdeteksi
pada stadium awal, peluang Anda untuk pulih total akan makin tinggi. Kemungkinan Anda
membutuhkan mastektomi atau kemoterapi juga akan menurun.
Mamografi adalah jenis pemeriksaan yang paling sering dianjurkan bagi semua wanita untuk
mendeteksi kanker payudara. Walau kanker payudara lebih jarang terjadi pada wanita di atas umur
70, mereka tetap bisa menjalani pemeriksaan mamografi sekali dalam 3-5 tahun. Jika Anda adalah
seorang wanita berumur antara 50-70 tahun, Anda sebaiknya menjalani pemeriksaan mamografi
sekali tiap tiga tahun. Begitu juga dengan wanita yang berusia di bawah 50 tahun, mereka disarankan
untuk melakukan pemeriksaan rutin sekali tiap tiga tahun.
Khusus bagi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, misalnya karena ada keluarga inti
yang mengidap kanker payudara atau ovarium, mereka sebaiknya menjalani MRI scan atau
mamografi tahunan sebelum mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan MRI kadang menjadi pilihan
karena hasilnya yang lebih akurat untuk mendeteksi kanker pada payudara yang padat.
Alternatif lain untuk mendeteksi kanker payudara adalah lewat pemeriksaan genetika. Anda dapat
memilih untuk menjalani pemeriksaan genetika lewat tes darah untuk mencari variasi mutasi BRCA1,
BRCA2, dan TP53. Memiliki salah satu gen ini dapat mempertinggi risiko kanker payudara.