LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PUL

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit

(Elaeis guineensis jack) adalah tumbuhan industri penting

penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah
penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di

Kebun Raya Bogor, sementara sisa

benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara
pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak
nabati akibat

Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian


muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari
Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura" (Hariyana, 1999).
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang
Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi
di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123
ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat

(terkenal

sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya
pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di
Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911
(Setyamidjaja, 1991).
Sunarko (2007), menyatakan bahwa semenjak era Orde Baru perluasan areal
penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi
1


sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Beberapa pohon
kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup,
dengan ketinggian sekitar 12 meter, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika. Bagi indonesia tanaman kelapa sawit memilki arti
penting bagi pembangunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa
negara.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia khususnya di Kalimantan Timur mampu
menciptakan kesempatan kerja yang luas, namun dipeelukan sumber daya manusia
(SDM) yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan perkebunan. Sehubungan dengan
hal tersebut maka Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai program
Praktek Kerja Lapang ke perkebunan dengan harapan agar para lulusannya memiliki
keterampilan yang bias diandalkan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan selama PKL di dunia kerja.
Meningkatnya permintaan tenaga kerja, telah mendorong Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan mandiri.
Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut maka dilaksanakanlah kegiatan Praktek
Kerja Lapang bagi mahasiswa


semester akhir, agar mahasiswa mendapatkan

pegangan ilmu tentang pengolahan kelapa sawit dan sebagai pengalaman bagi
mahasiswa ketika berada di dunia pekerjaan.
Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan satu persyaratan untuk menjadi Ahli
Madya di kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pelaksanaan Prktek Kerja
Lapang (PKL) di laksanakan selama 2 bulan. Dengan PKL ini mahasiswa mampu
menimba ilmu dari pengamatan langsung di lapangan sekaligus mempraktikkannya.

2

B. Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan :
1. Mengetahui semua proses pengolahan kelapa sawit, mulai dari proses
penerimaan tandan buah segar (TBS) sampai dengan pengolahan minyak sawit
dan inti sawit
2. Mengetahui standar mutu CPO dan Kernel di pabrik minyak sawit PT. Agri
East Borneo Kencana
C. Hasil Yang Diharapkan
Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan praktek kerja lapang ini yaitu :

1. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang pengolahan
kelapa sawit hingga menjadi CPO yang sesuai standar
2. Setelah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) mahasiswa mampu
menjelaskan dan mempersentasikan hasil praktek kerja lapang yang dilakukan
di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)

3

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjuan Umum PT. Agri East Borneo Kencana
PT. AEK merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri kelapa
sawit di Indonesia khususnya Kalimantan Timur. Jarak Pabrik Kelapa Sawit AEK
MILL dari Samarinda berjarak 101 km dengan perjalanan selama 3 jam 14 menit
sampai di kampong sedulang melewati kota Tenggarong dan menyebrang
menggunakan kapal menuju sebulu. PKS PT. AEK MILL ini, disebelah utara terletak
diantara 0°1 12’-26.9’’ LU, sedangkan di sebelah timur terletak diantara 116° 88’141.5’’ BT. Sebelumnya perusahaan ini hanyalah hutan yang luas, namun mengingat
potensi yang ada di Kalimantan Timur baik itu luas areal, kondisi iklim, kesuburaan
tanah dan sumber daya manusia yang ada merupakan faktor pendukung untuk
berdirinya industri kelapa sawit ini. PT. AEK ini bisa dibilang Pabrik Kelapa Sawit
yang baru di didirikan di Desa Sedulang kilo meter 12, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pendirian pabrik ini dimulai pada Tahun 2015 yang menadakan dimulainya pekerjaan
mechanical mulai tahun 2014. PT. AEK mempunyai pemasok bahan baku dari lahan
sendiri dan lahan plasma.
Kapasitas olah pabrik di PT. AEK yaitu 45 ton/jam dengan hasil produksi CPO
berkisar ± 6.000 ton/bln dan Kernel ± 1.200 ton/bln tergantung proses olah dan TBS
yang masuk ke Pabrik. Pabrik kelapa sawit PT. AEK MILL merupakan sebuah pabrik
yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit untuk dijadikan minyak murni atau
sering disebut dengan Crude Palm Oil (CPO). Selain CPO, PKS ini juga
menghasilkan inti kelapa sawit (IKS). Kapasitas pabrik saat ini adalah 45 ton/jam.
Dan jumlah semua karyawan proses serta kraninya adalah 52 orang.

4

B. Manajemen Perusahaan

STRUKTUR ORGANISASI
PT. AGRI EAST BORNEO KENCANA MILL

Mill Manager
Daniel B saragih

KTU
Henry J Manurung

Asst Proses I

Ka Kantor

Nocavendri Manik

Toyibatum

Asst Proses I

Mandor

Kr Keuangan

Kasie Keuangan

Nocavendri Manik


Wartono

Mariati

Set Yamin

Asst Proses II
Nono Miswar

Asst Lab

Mandor

Mandor
Grading

Kr Personalia

Trendy


H Tobing

Mita Liana

Mandor

M. Yusuf

Asst Maintenance
Suherioto

Mandor
Sudiansah

Mandor lab
Komang/syahrul

Kasie HRD
Agus S Siregar


Kr Gudang

Kasie Gudang

Milda Liana

Ridho Ashari

Kr CD,
Produksi,
Timbangan

Kasie CD

Kr ISPO

PIC ISPO

Vivi Miranda


David R jr

Antok TS

Sudiansah

Asst Electrical
Vacant

Mandor
Vacant

Kr. Lhoa

Gambar 1. Struktur Organisasi AEK Mill

5

C. Waktu dan Tempat PKL

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di Pabrik Kelapa
Sawit adalah sebuah perusahaan baru yang bernama PT.Agri Eastborneo Kencana
Mill yang berlokasi di Desa Sedulang Kecamatan Muarakaman Kabupaten Kutai
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini
dilaksanakan selama 2 bulan yang dihitung sejak tanggal 01 Maret 2017 sampai 29
April 2017.

6

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Penanganan Pasca Panen
1. Pemanenan
a.

Tujuan

Tujuan pemanenan yaitu untuk memanen buah agar segera diolah sesuai
dengan kriteria matang panen.
b. Dasar Teori
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan
pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang,
pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan
pengangkutan hasil ke pabrik (PKS). Pahan (2008)
Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman
kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan pemeliharaan tanaman.
panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain produktivitas. Berdasarkan
tinggi tanaman ada 2 cara panen yg umum di lakukan oleh perkebunan kelapa sawit
yaitu :
1. Untuk tanaman yg berumur kurang dari 7 thn cara panen menggunakan
alat dodos yg lebar 10-72,5 cm dg gagang pipa besi/tongkat kayu.
2. Sedangkan tanaman yg berumur 7 thn/ lbh pemanenen menggunakan
egrek yg disambung dg pipa almunium/batang bambu.
Untuk mengetahui banyaknya minyak dalam tiap tandan buah kelapa sawit
dan juga untuk mengetahui kualitas buahnya maka perlu diketahui keadaan TBS yang
masuk kepabrik. Untuk keperluan ini maka diperlukan sortasi sesuai dengan kriteria
panen yang dibagi dalam delapan fraksi yaitu :
1) Fraksi 00 - Sangat Mentah
Tidak ada buah yang lepas dari tandan atau membrondol dan buah sawit
masih berwarna hitam.

7

2) Fraksi 0 – Mentah
Untuk tandan yang beratnya 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari
10 brondolan, sedangkan tandan yang beratnya dibawah 10 kg jumlah buah yang
membrondol kurang dari 5 brondolan.
3) Fraksi 1 – Kurang Matang
Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jumlah buah yang membrondol
lebih 10 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar, sedang tandan yang
beratnya 10 kg jumlah buah yang membrondol 5 brondolan sampai 25% brondolan
buah lapisan luar.
4) Fraksi 2 – Matang I
25 – 50 % buah lapis dan luar telah membrondol.
5) Fraksi 3 – Matang II
50 – 75 % buah lapisan luar telah membrondol.
6) Fraksi 4 – Lewat Matang I
75 – 100 % buah lapisan luar telah membrondol.
7) Fraksi 5 – Lewat Matang II
Buah dalam sudah ada yang ikut membrondol.
8) Fraksi 6 – Tandan Kosong
Buah telah habis memberondol sehingga hanya tersisa tandan yang telah
membusuk.
c. Alat dan Bahan
i. Alat
a) Dodos
b) Gancu
c) Parang
d) Karung
e) Angkong/grobak

8

ii. Bahan
a) TBS
b) Brondolan
d. Prosedur Kerja
1. Dalam proses pemanenan alat dodos yang biasanya digunakan untuk
melakukan pemanenan. Pohon sawit mempunyai ketinggian rata-rata
5-8 meter dipanen dengan cara berdiri.
2. Sebelum melakukan pendodosan lihat arah spiral pelepah agar
memudahkan pada saat pendodosan dan kerapatan Pelepah sawit
sesuai besar batang serta mencegah berondolan yang akan tersangkut.
3. Sebelum melakukan pendodosan lihat jumlah pelepah, Pastikan
pelepah dibawah di potong sehingga mudah pada saat buah akan di
dodos.
4. Buah yang telah dipanen, TBS di masukkan dalam angkong/gerobak
bersama berondolan yang jatuh dan dikumpulkan di TPH (Tempat
Pengumpulan Hasil).
5. Pada saat pengumpulan buah, tangkai buah yang masih panjang di
potong menggunakan parang/kapak agar mengurangi losis pada saat
proses pengolahan.
6. TBS disusun rapi agar tidak berserakan dan diberi nama pemanen dan
jumlah janjang yang di tulis oleh pemanen.
e. Hasil Yang Dicapai
Setiap 1 orang pekerja yang melakukan pemanenan minimal 80-100
Janjangan /hari yang akan dipanen. Dari pemanenan ini, Hasil yang didapatkan
berupa Tandan Buah Segar (TBS) dan brondolan yang siap diangkut ke pabrik untuk
diproses lebih lanjut atau diolah menjadi minyak.
Pada hasil praktek, umur panen berkisar antara 5-10 tahun dan krikteria
matang panen yang didapatkan berupa:

9

1. Sebagai buah mentah yang ditandai dengan tidak memiliki berondolan yang
jatuh ditanah.
2. Sebagai buah matang yang di tandai dengan setiap 1 janjang terdapat 3
berondol yang jatuh ditanah sampai 50 % memberondol.
3. Sebagai buah Abnormal (buah batu, buah sakit, dan buah landak) di tandai
dengan kondisi fisik buah.
4. Over = Sebagai buah yang kelewat matang yang di tandai dengan setiap 1
janjang terdapat 50%–90% berondol yang jatuh ditanah.
5. Empty Bunch = Sebagai tandan kosong di tandai dengan setiap 1 janjang
terdapat 90% berondol yang jatuh ditanah hingga membrondol seluruhnya.
2. Transportasi Buah
a. Tujuan
Transportasi buah bertujuan untuk mengangkut TBS ke Pabrik untuk segera di
olah.
b. Dasar Teori
Dalam pengolahan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian
khusus. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan mempengaruhi
proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir (Pahan, 2008).
Setyamidjaja (1991), menyatakan bahwa buah kelapa sawit harus segera
diangkut ke pabrik, agar segera dapat diolah. Buah yang tidak segera diolah akan
menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fat acid) tinggi. Untuk
menghindari terbentuknya Asam Lemak Bebas (ALB), pengolahan harus sudah
dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan.
c. Alat dan Bahan
i. Alat
a) Truk
b) Pena
c) Dodos
d) Buku harian krani
10

ii. Bahan
a) TBS
b) Brondolan
d. Prosedur Kerja
1. Sebelum TBS dinaikkan dalam truck, krani akan mencatat jumlah
janjang buah hasil pemanenan beserta nama panen.
2. Setelah itu, pekerja bagian pengangkutan buah menaikkan buah
kedalam truck satu per satu.
3. Buah yang ada dalam truck disusun rapi agar pada saat perjalanan
buah tidak jatuh dijalanan.
4. Pada saat pengangkutan supir truck di berikan surat pengantar buah
(DO) oleh kerani buah yang berisi nama supir, jumlah janjang,tahun
tanam, afdelin, block dan jenis buah .
e. Hasil Yang Dicapai
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truck yang masing-masing
mempunyai rata-rata muatan ± 10 ton. Pengangkutan TBS dan brondolan dari kebun
ke pabrik diusahakan tidak mengalami kerusakan atau cacat dan tidak boleh ada yang
tersisa atau tertinggal di kebun. Untuk pengangkutan buah ini yaitu pada saat selesai
pemanenan TBS harus segera diangkut ke PKS agar Asam Lemak Bebas (FFA) tidak
tinggi. Batas waktu buah yang harus di angkut segera ke pabrik yaitu 24 jam setelah
pemanenan.
B. Pengolahan Minyak Sawit
1. Penimbangan
a. Tujuan
Untuk mengetahui berat awal dan berat akhir atau berat kotor dan bersih TBS,
CPO, Kenel, dan material lain dengan satuan massa.
b. Dasar Teori
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk
kepabrik, yaitu pada saat masuk (berat truck dan TBS) serta pada saat keluar (berat
11

truck). Dari selisih timbangan saat truck masuk dan keluar, diperoleh berat bersih
TBS yang masuk kepabrik. Umumnya jembatan timbang digunakan di PKS
berkapasitas 30-40 ton. Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara mekanis
maupun elektronis. Truck yang keluar masuk ke jembatan timbang harus berjalan
perlahan-lahan sebab perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif
terhadap beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truck harus berada di tengah
agar beban yang dipikul merata (Pahan, 2008).
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Jembatan timbang
b) Truk
c) Nota
d) Printer

ii.

Bahan
a) TBS (Tandan Buah Segar)
b) CPO (Crude Palm Oil)
c) Kernel
d) Janjang kosong
e) Material lain dengan satuan massa

d. Prosedur Kerja
1. Sebelum ditimbang, Truck yang mengangkut TBS harus melapor pada
pos satpam untuk dimintai Do (Surat Pengantar ).
2. Satpam yang bertugas mencatat isi dari Do (Surat Pengantar ) tersebut
dan mengijinkan untuk melakukan penimbangan. (isi dari DO tersebut
yaitu nama kebun, afdeling berapa?, nama supir dan no. Polisi )
3. Truck naik ke atas jembatan timbang secara perlahan sampai
ketengah-tengah jembatan timbang kemudian matikan kendaraan.
4. Supir turun dari kendaraan mengantar surat jalan (DO). Jika ada teman
supir yang ikut diharuskan untuk ikut turun dari kendaraan.Setelah itu
12

petugas penimbangan mengimput nama supir,nomor polisi, berat
masuk, Jumlah janjang, Tahun tanam,surat jalan (DO), dan Nama
Blok.
5. Setelah pengimputan selesai, surat jalan (DO) di berikan kepada supir,
Supir dipersilahkan untuk naik dan membawa kendaraannya pergi ke
loading ramp untuk menuang TBS yang dimuat dan kembali untuk di
timbang kembali.
e. Hasil Yang Dicapai
Jembatan timbang yang digunakan oleh pabrik

PT. AEK adalah

jenis

elektronik dengan merk Load Cell Transducers memiliki kapasitas 40 ton dan daya
baca 10 kg Pada saat penimbangan yang perlu di perhatikan adalah , berat truk,berat
muatan,nama supir dan nomor polisi. Berat rata-rata TBS per truk adalah 10-11 ton.
Setelah penimbangan Truck yang bermuatan TBS masuk (Bruto) akan ditimbang lagi
(Tarra) pada saat truck telah selesai bongkar TBS di loading ramp. Selisih berat
antara berat truck masuk dan truck keluar dinyatakan sebagai berat TBS yang masuk
(Netto).
2. Grading Atau Sortasi
a. Tujuan
Untuk mengetahui mutu buah yang masuk ke pabrik dari beberapa kebun.
b. Dasar Teori
Buah yang akan diproses harus memiliki tingkat kematangan buah yang
cukup atau sesuai dengan standarnya. Sehingga apabila hasil grading tidak sesuai
dengan standar tingkat kematangan buah yang diolah, maka pihak pabrik berhak
memberikan peringatan terhadap pihak kebun, khususnya pemanen. (Olivia, 2006).
Menurut Pahan (2008), TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang
selanjutnya di bonkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truck.
Loading merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak
10 cm dengan kemiringan 45°. Kisi-kisi tersebut berfungi untuk memisahkan kotoran
berupa pasir,kerikil, dan sampah-sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh
13

melalui kisi-kisi ditampung oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam
pembuangan. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakan secara
hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses
selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,50-2,75 ton TBS (lori kecil) dan 4,50
ton TBS (lori besar). Setelah truck buah ditimbang, kemudian dibongkar di loading
ramp. Pada kesempatan ini ±5% dari jumlah Truck buah disortasi untuk penilaian
mutu. Selanjutnya buah dipindahkan kekeranjang lori rebusan yang berkapasitas ±2,5
ton. Risza (1994).
TBS pada loading ramp tidak boleh ditahan terlalu lama karena enzim-enzim
lipase (enzin pembentuk asam) akan lebih aktif kerjanya pada TBS yang belum
direbus, apalagi jika buah tersebut luka atau terlalu matang (over ripe), sehingga
aktifitas enzim akan bertambah cepat, dan akan menaikkan kadar FFA (Free Fatty
Acid) pada CPO. untuk mengurangi kecepatan aktifitas enzim maka bisa diterapkan
seperti prinsip FIFO (First In First Out) dalam pendistribusian TBS kedalam lori.
(Olivia, 2006)
c. Alat dan Bahan
i. Alat
a) Artco
b) Tojos
c) Timbangan
d) Sekop
ii. Bahan
a) TBS
b) Brondolan
d. Prosedur Kerja
1. Turunkan TBS dari truk di Area Grading.
2. Kemudian lakukan sortasi TBS untuk memisahkan brondol busuk,
buah mentah, parthenocharpic,berat janjang rata-rata (BJR), janjang
kosong, dan tangkai panjang.
14

3. Semua unit TBS luar dilakukan crose check perhiitungan jumlah
janjang actual menggunakan counter, hasil yang diperoleh akan ditulis
dinota grading dan nota penerimaan TBS.
4. Setelah dilakukan grading TBS buah diturunkan ke loading ramp dan
selanjutnya dilakukan pengisian lori.
e. Hasil Yang Dicapai
Proses sortasi dilakukan dengan cara menurunkan seluruh TBS yang ingin
disortasi kelantai greading kemudian dilakukan pemisahan antara brondol busuk,
buah mentah, farthenocharpic, berat janjang rata-rata (BJR), janjang kosong, dan
tangkai panjang . Dengan adanya sortasi diharapkan CPO yang dihasilkan maksimal
baik dari segi rendemen dan asam lemak bebasnya.
3. Loading Ramp
a. Tujuan
Untuk menyimpan sementara TBS dan sebagai penerima serta pengisian TBS
kelori.
b. Dasar Teori
Fungsi loading ramp adalah :
1.

Menerima dan memindahkan TBS kelori.

2.

Menyimpan sementara TBS.

Loading ramp adalah alat untuk memasukkan TBS ke dalam FFB yang terdiri
dari pintu

hidrolik dengan menggunakan fluida oil hidrolik. Di PT. AEK Mill

memiliki 1 loading ramp yang masing–masing terdiri dari 26 pintu. Dan untuk
mengatur pemasukan buah dalam fress fruit bunch yang perlu diperhatikan adalah
kondisi pintu hidrolik, apakah semuanya berfungsi baik atau rusak dan fress fruit
bunch. (Setyamidjaja, 1991).
1. Pintu Hydrolik
Fungsi pintu hydrolik adalah untuk mengatur masuknya TBS kedalam FFB
conveyor menuju Lori secara bertahap.

15

2.Fress Fruit Bunch
Fungsi FFB adalah pengantar tandan buah segar untuk pengisian lori dan yang
perlu diperhatikan pada saat pengisian ffb adalah pastikan ffb berfungsi dengan baik
dan pada saat pengisisian ffb harus secara perlahan dan setengah dari tinggi ffb
3. Lori (cages)
Fungsi lori adalah untuk memuat dan mengangkut TBS ke tempat perebusan
TBS. Selain itu lori juga berfungsi untuk menampung TBS yang tidak tertampung di
loading ramp.
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam memasukkan buah ke dalam lori:
a. Pengisisan harus maksimal
b. Lori harus tepat berada di atas rail under tow agar pada saat
pengisian lori tidak terpleset dari rail under tow
c.

lori harus tepat berada di bawah mulut hopper agar buah tidak jatuh
kelantai.

4. Transfer Carriage System
Fungsi transfer carriage system adalah
a. Untuk memindahkan lori yang berisi TBS ke jalur rebusan
b. Untuk memindahkan lori yang berisi TBS masak ke Tipler untuk di
tuang ke dalam hooper
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Hooper/ lantai veron
b) Hydraulic
c) Inclined Dirt Conveyor
d) Horizontal Dirt Conveyor
e) Fresh Fruit bunch conveyor 1 dan 2
f) Fresh Fruit bunch distribution conveyor
g) Lori
h) Tojos
16

i) sekop
j) Transfer cariage
k) Lane rell track
l) Under tow
ii. Bahan
a)

Tandan buah segar (TBS)

b)

Brondolan

d. Prosedur Kerja
1. Atur lori tepat berada di bawah hopper fresh fruit bunch distribution
conveyor.
2. Nyalakan semua unit FFB dan pastikan pintu hydraulic berfungsi
dengan baik.
3. Buka pintu hydraulic secara perlahan-lahan agar TBS masuk secara
teratur.
4. Tbs masuk ke FFB 1 menuju ke FFB 2 dan diteruskan menuju FFB 3.
5. Buka hydrolic hopper secara perlahan dan atur lori yang akan diisi.
6. Pastikan pengisian TBS ke lori tepat pada posisinya untuk mencegah
TBS berhamburan kelantai.
7. Pastikan pengisian lori sesuai dengan kapasitasnya.
8. Pastikan TBS dan Brondolan yang jatuh segera dikutip.
9. Lori yang telah terisi penuh di pindahkan ke lane rell track 1 dan 2
dan didorong menggunakan under tow.
e. Hasil Yang Dicapai
Dengan adanya loading ramp maka pengolahan TBS dengan system first in
first out (FIFO) dapat diterapkan dan pengisian TBS dan brondolan ke dalam lori
dapat berjalan dengan lancar.

17

4. Perebusan
a. Tujuan
-

Menghentikan aktivitas Enzim Lipase

-

Memudahkan pemipilan (Stripping/Threshing)

-

Melunakkan daging buah

-

Dehidrasi Nut

b. Dasar Teori
Prosese perebusan dengan menggunakan uap (steam) adalah untuk merebus
TBS dengan cara perpindahan panas. Perpindahan panas yang terjadi ada 2 peristiwa
perpindahan yaitu perpindahan panas secara konveksi (dari uap ke brondolan), dan
perpindahan panas secara konduksi yaitu panas atau kalor masuk kedalam kernel dan
lapisan bawah dari TBS. (Olivia, 2006). Sterilizer merupakan alat atau media
perebusan TBS yang berbentuk tabung/slinderis dengan kapasitas tampung lori 4
buah atau sekitar 40 ton. Tabung Sterilizer terbuat dari plat timah, aluminium dan
campuran seng steinlees, sehingga pada saat terjadi perbusan kemungkinan besar
tidak akan terjadi kontaminasi dari tabung tersebut. (Pahan, 2000).
Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel perebusan dengan
bantuan seperti loko, capstand, dan lier. TBS dipanaskan dengan uap air yang
bertekanan 2,8-3 kg/cm2. Setiap ton TBS memerlukan ± 0,5 ton uap air yang
dihasilkan oleh ketel uap. Tekanan uap harus berada antara 2,8-3 kg/cm2 dan
lamanya perebusan berkisar 90 menit. Selanjutnya gunakan sistem perebusan triple
peak. Pengawasan disini harus ketat karena jika tekanan uap tidak cukup maka
persentase buah yang tidak lepas dari tandan akan tinggi. Isi satu ketel rebusan
bermacam-macam, ada yang 4 untuk pabrik kecil dan ada yang 10 untuk pabrik besar
(Risza, 2004).

18

c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Sterilizer
b) Jembatan centilevel
c) Lori
d) Safety valve
e) Kompresor
f) Lane real track
g) Under Tow
h) Blow of silinder
i) Blowdown silinder

ii.

Bahan
a) tandan buah segar (TBS)
b) steam (Uap)

d. Prosedur Kerja
1. Lori yang telah dipindahkan dari jalur rail loading ramp ke jalur rail
sterilizer maksimal 5 lori. 4 lori yang dimasukkan ke dalam sterilizer
sedangkan lori yang satunya digunakan sebagai pendorong.
2. Setelah lori di masukkan ke dalam sterilizer, pintu sterilizer ditutup
kemudian putar tuas pintu untuk di kunci sampai posisi lock ring 90%
terkunci.
3. TBS kemudian di rebus selama 80-90 menit tergantung kondisi buah
dan menggunakan suhu 150°C dengan tekanan 1.5 – 2.8 kg/cm2.
4. Perebusan ini menggunakan sistem triple peak dimana peak pertama
berfungsi untuk membuang udara yang dalam bejana, peak kedua
berfungsi sebagai pemanasan bejana, dan peak ketiga berfungsi
sebagai proses pematangan sempurna.

19

Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan sebagai berikut:
a. 3 menit pembuangan uap pertama sampai nol sudah termasuk
menguras
b. 15 menit pemasukan uap pertama 1,8 kg/cm²
c. 2

menit pembuangan uap dan condensat pertama

d. 20 menit pemasukan uap kedua kali sampai 2,5 kg/cm².
e. 2

menit pembuangan uap kedua kali sampai nol.

f. 25

menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8

kg/cm².
g. 25-30 menit uap ditahan setelah mencapai tekanan 2,8 kg/cm².
h. 5

menit pembuangan akhir uap/air yang masih tinggal sampai

tekanan menjadi nol kg/cm².
Kurva Rebusan

Tekanan

2,8 bar

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

13

2,2 bar
1,8 bar 13
2
13
I
II
3

10

20

40

5
III
30

40

50

60

70

80

90

100

Lama waktu perebusan
Gambar 2. Kurva rebusan
5. Setelah masak, petugas rebusan mengecek apakah masih adanya
tekanan yang ada dalam bejana dengan cara membuka control valve.
6. Setelah kedua pintu terbuka lori di dorong keluar dengan
menggunakan lori yang berisi tandan buah segar yang akan di rebus.

20

e. Hasil Yang Dicapai
Sistem perebusan yang digunakan di PT. AEK Mill adalah sistem triple peak
dengan tekanan puncak kerja peak pertama 23 psi dan pada puncak kedua 33 psi
sedangkan peak ketiga 40 psi dengan penahanan selama 25-30 menitdengan tujuan
untuk meminimalkan kematangan buah. Pada stasiun perebusan ini di dapatkan TBS
yang telah mengalami perebusan dan siap di olah di stasiun penebahan.
5. Penebahan TBS
a. Tujuan
1. Untuk memberondolkan buah
2. Untuk memisahkan buah sawit dari janjangan
Tujuan dari stasiun Penebahan yaitu untuk melepaskan buah (Tandan Buah
Segar yang sudah direbus) dengan tandannya dengan sistem bantingan. Serta untuk
mempermudah proses selanjutnya. Adapun peralatan utama yang digunakan pada
stasiun pemisahan berondolan antara lain: ( Zuhri Lubis, 2008 ).
b. Dasar Teori
Proses perebusan buah (sterilisasi) segera dilakukan pelepas buah dari tandan
dengan mesin perontok buah berupa bejana silinder (berputar 24-25 rpm). Pada
proses ini kehilangan masih mungkin terjadi karena buah terbanting dalam mesin
perontok buah dan mengeluarkan minyak yang dapat diserap oleh tandan kosong.
Buah yang lepas di angkut ke stasiun pelumatan (digester) melaluifruit bunch scraper
conveyor. Sedangkan tandan kosong dibawa kekebun digunakan sebagai suplemen
pupuk. Threshing adalah proses pelepasan brondolan dari janjang atau tandannya
dengan cara membanting TBS yang sudah direbus tersebut di dalam drum (slinder)
yang berputar (thresher). Brondolan yang lepas akan lewat pada kisi-kisi thresher
kemudian dibawa ke stasiun press oleh conveyor. Sedangkan janjang kosong akan
dibawa ketempat pembuangan dengan bantuan Empty Bunch Conveyor (EBC).
(Olivia, 2006).
Risza (2004), menjelaskan bahwa setelah perebusan, lori ditarik keluar,
kemudian diangkut ke atas dengan hoisting crane. Dengan alat pengangkut ini lori
21

yang berisi buah rebusan ini dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang
berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (berondolan) jatuh ke
bawah dan melalui conveyor dibawa menuju ketel adukan (digester).
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
1. Tippler
2. Transfer cariage
3. Hopper
4. Inclined bunch Conveyor
5. Bay pass brondolan ke bottom cross conveyor
6. Tresher
7. Bunch crauser
8. under tresher conveyor.
9. Horizontal inclined Empty Bunch Conveyor
10. Inclined Empty Bunch Conveyor
11. Empty bunch area

ii.

Bahan
1. TBS yang telah direbus

d. Prosedur Kerja
1. TBS yang telah masak dan masih berada di dalam lori, dimasukkan ke
dalam Tippler untuk dituang ke hopper inclined bunch conveyor
sedikit demi sedikit agar tidak memenuhi hopper.
2. Di ujung hopper ini terdapat sleding hopper untuk mengatur jatuhnya
janjangan agar tidak terlalu bayak yang jatuh ke inclined bunc
conveyor (IBC).
3. TBS masak yang dikirim oleh inclined bunc conveyor (IBC) akan
masuk ke Tresher Drum.
4. Didalam Tresher Drum terdapat kisi-kisi dan sudu pengarah. Dimana
antaranya yang berfungsi sebagai:
22

- Kisi-kisi sebagai lubang untuk jatuhnya berondolan dan masuk ke
under tresher conveyor
- Sudu pengarah yaitu untuk mengarahkan janjangan keluar dari
tresher drum
5. Drum tresher yang berputar dengan putaran 23-24 rpm dapat
membanting janjangan sehingga berondolan dapat terlepas.
6. Berondolan yang telah terlepas dari janjangannya akan jatuh ke under
thresher conveyor melawati kisi-kisi tresher drum untuk diolah lebih
lanjut.
7. Sedangkan tankos jatuh di inclined Empty Bunch Conveyor kemudian
menuju Horizontal Empty Bunch Conveyor.
8. Kemudian tangkos ditampung di Empty Bunch Area.
e. Hasil Yang Dicapai
Proses penebahan di PT. AEK MILL menggunakan sistem bantingan dengan
putaran 23-24 rpm. Pembantingan ini bertujuan agar brondolan/buah sawit dapat
terlepas dari tandannya sehingga diperoleh brondolan/buah sawit yang siap untuk
diproses lebih lanjut yaitu proses pelumatan buah. Proses penebahan ini harus bekerja
secara maksimal sehingga tidak ada brondolan/buah yang masih tertinggal di tandan.
Dari proses penebahan ini, hasil yang didapatkan berupa brondolan yang telah
terlepas dari tandan sawit (tankos). Brondolan tersebut selanjutnya dibawa ke digester
untuk proses pelumatan buah. Hasil yang didapatkan di tresher berupa berondolan
yang terlepas dari tandan sawit dengan cara dibanting sehingga dapat memberondol.
6. Pelumatan Buah
a. Tujuan
1. Untuk melumatkan buah sehingga biji dan daging buah dapat
dipisahkan.
2. Mempermudah proses pengempaan sehingga dapat mengeluarkan
minyak dari daging buah secara maksimal

23

b. Dasar Teori
Menurut Anonim (2004) Digester merupakan pengadukan brondolan dari
Thresher sampai homogen. Screw Press merupakan pengepressan terhadap brondolan
yang homogen untuk mendapatkan rendemen yang maksimal dan Nut yang pecah
minimal.
Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya
dipasang pisau – pisau pengaduk ( stirring arms ) sebanyak 6 tingkatan yang
diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau di bagian atas
digunakan untuk mengaduk dan melumatkan sedangkan pisau bagian bawah
disamping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong brondolan keluar dari
digester.
Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga
sebagian daging buah telah terlepas dari dagingnya. Untuk memudahkan proses
pelumatan diperlukan panas dengan suhu 90-95oC dengan menggunakan uap jenuh
yang bertekanan 3 kg/cm2 yang diinjeksikan langsung atau dengan pemanasan
mantel. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi
sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau digester.
Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 100°C karena minyak dan
air akan bersatu membentuk emulsi yang akan menyulitkan pada proses pemisahan
minyak nantinya (Siahaan ddk, 2007).
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Under Tresher Conveyor
b) Bottom Crosss Conveyor
c) Inclined Fruit scraper Conveyor
d) Top Cross conveyor
e) Fruit Distribution Conveyor
f) Digester
g) Over Flow brondolan
24

ii.

Bahan
a) Berondolan
b) Steam (uap)

d. Prosedur Kerja
1. Setelah melalui proses penebahan, brondolan tadi akan di kirim ke
digester untuk di lumatkan melalui Under Tresher Conveyor, Bottom
Crosss Conveyor, Inclined Fruit scraper Conveyor, Top Cross
conveyor, dan Fruit Distributing Conveyor kemudian masuk ke dalam
Digester.
2. Digester harus terisi minimal ¾ dari isi digester.
3. Di dalam digester terdapat 5 pasang pisau pengaduk (expeller) yang
berputar dengan putaran 23,7 rpm. Fungsi pisau ini untuk melumatkan
daging buah agar daging buah mudah terlepas dari biji.
4. Dalam pengadukan diberikan steam dengan temperatur dalam digester
90-95°C.
5. Berondolan yang sudah dilumatkan menuju dasar digester yang akan di
kirim keproses selanjutnya (Press).
6. Daging buah dan nut akan menuju Press yang diarahkan oleh Expeller.
7. Sedangkan crude oil masuk ke Sand Trap Tank untuk diproses lebih
lanjut.
e. Hasil Yang Dicapai
Di PT. AEK MIL digester sebanyak 4 unit dan mempunyai kapasitas masingmasing digester yaitu 15 ton/jam serta memiliki 5 pasang pisau unuk melumatkan
daging buah. Hasil yang didapatkan yaitu pelepasan daging buah dari bijinya dapat
terlepas secara maksimal sehinnga proses pengempaan lebih mudah dipisahkan antara
minyak dan daging buah.

25

7. Ekstraksi Minyak
a. Tujuan
Tujuan Ekstraksi Minyak yaitu untuk mengeluarkan minyak dari daging buah
yang telah dilumatkan.
b. Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (2003), minyak yang keluar dari mesin pengepres
mengandung 45% - 55% air, lumpur dan bahan – bahan lainnya. Minyak yang masih
kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi.
Menurut Risza (2004), menyatakan bahwa Proses pengempaan bertujuan
untuk mengeluarkan minyak dan cairan. Minyak yang keluar ditampung dengan
talangdan dialirkan kedalam Crude Oil Tank (Tangki Minyak Kasar) melalui saringan
bergetar (Vibrating Screen). Sedangkan menurut Setyamidjaja (2003), menuliskan
bahwa minyak yang keluar dari mesin pengepres menganung 45-55% air, lumpr dan
bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawake tangki
pemurnian atau tangki klarifikasi.
Pahan (2008), menyatakan bahwa selama proses pengempaan berlangsung,
air panas ditambahkan kedalam screw press. Hal ininbertujuan untuk mengencerkan
(dillution) sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa
buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositi yang tinggi yang
akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
Jumlah penambahan air berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan
temperatur air 90°C.
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
1. Press
2. Trap tank
3. Delution Fload tank
4. Oil Gutter,
5.

Sand Trap Tank,
26

6. Vibrating Screen,
7.

Crude Oil Tank,

8. Crude oil Pump
9. Sand single cyclone
ii.

Bahan
1. buah yang telah melalui proses pelumatan.
2. Air pengencer (air panas dan air condensate)
3. Steam(uap)

d. Prosedur Kerja
1. Buah yang telah dilumatkan akan masuk proses di pengepresan dengan
model Doble Screw.
2. buah yang telah dilumatkan, akan masuk dan ditekan dengan bantuan
power pack sehingga mengeluarkan minyak dari buah yang telah di
lumatkan tadi dengan tekanan 70-80 kg/cm2 .
3. Setelah melalui proses penekanan minyak akan keluar melalui lubanglubang (Press cake) dan turun ke trap tank lalu masuk ke Crude Oil
Gutter (minyak kasar dan oil gutter telah ditambah delution).
Sedangkan serabut dan nut akan jatuh Cake Breaker Conveyor (CBC).
4. Minyak tadi akan masuk ke Sand Trap Tank untuk dikurangi pasir dan
benda padat lainnya.
5. Setelah itu minyak kasar tadi akan keluar secara uver flow dan
disaring di Vibrating Screen untuk menyaring serabut-serabut yang
ikut dengan minyak. Saringan ini menggunakan mesh 20 dan 40
dengan penambahan air.
6. Proses selanjutnya, minyak yang telah disaring akan ditampung
sementara di Crude Oil Tank sebelum dikirim ke Stasiun Klarifikasi.
Sedangkan serabut yang tidak lolos dari saringan tadi akan dikirim
kembali untuk di press melalui bottom cross Conveyor.

27

e. Hasil Yang Dicapai
Hasil yang dicapai pada saat pengepresan yaitu memisahkan minyak dari
daging buah dengan adanya tekanan power pack serta mengurangi losis serendah
mungkin. Ekstraksi minyak menggunakan sistem screw press sebagai alat ekstraksi
minyak untuk memisahkan minyak dari daging buah yang telah dilumatkan sehingga
diperoleh minyak dari daging buah tersebut. Proses ekstraksi minyak di pabrik
PT.AEK Mill menggunakan alat double screw press yang berputar secara berlawanan
arah dengan tekanan 70-80 kg/cm2.
Minyak yang keluar dari proses pengempaan ini adalah minyak kasar yang
masih bercampur dengan sisa-sisa serabut dan pasir/lumpur yang selanjutnya akan
dipisahkan di stasiun pemurnian minyak. Kapasitas alat Press di PT. AEK MILL
adalah 15 ton TBS/jam.
8. Pemurnian Minyak/Klarifikasi
a. Tujuan
1. Melakukan penjernian minyak kasar
2. Melakukan pemisahan antara minyak dengan air dan zat padat yang
ada pada sludge
3. Menurunkan kandungan air yang ada di CPO
4. Untuk mendapatkan minyak CPO yang memenuhi standar mutu yang
di syaratkan
b. Dasar Teori
Risza (2004), menuliskan bahwa melalui stasiun terakhir ini minyak
dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses
pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan,
sentrifugal, dan pemanasan/penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki
timbun (CPO storage)
Menurut Risha (2004), melelui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara
bertahap menghasilkan minyak dengan air dan kotoran dilakukan dengan sistem

28

pengendapan, sentifugal, dan penguapan, selanjutnya disimpan dalam tangki (CPO
Storage).
Proses pengendapan dan pemisahan minyak dari kotoran di stasiun klarifikasi
berdasarkan prinsip gaya sentifugal dan berdasarkan berat jenis. Minyak dengan berat
jenis lebih kecil bergerak keatas over flow ditampung di Wet Oil Tank. Sedangkan
sludge denan berat jenis lebih berat akan turun kebawah secara over flow ke Sludge
Tank (Setyamidjaja, 1991).
Pemurnian minyak di PT. Agri East Borneo juga mempunyai 3 sistem
pemurnian minyak yaitu dengan cara seentifuge (pemusingan), penguapan dan
pengendapan. Di sistem pengendapan minyak dengan berat jenis lebih kecil bergerak
keatas secara over flow ditampung di Pure Oil Tank. Sedangkan sludge denan berat
jenis lebih berat akan turun kebawah secara over flow melalui skimmer ke Sludge
Tank.
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Crude oil pump
b) Continuous Setling Tank
c) Agitator
d) Balance tank
e) Oil tank
f) Fload Tank
g) Vacum Dryer
h) Vacum pump
i) Storage Tank
j) Sludge Tank
k) Vibrating screen
l) Crude Oil Tank 2
m) Sand Twin Cyclone
n) Bufer sludge tank
29

o) Decanter
p) Reclaimed Tank
q) Heapy phase
r) Light phase
s) Bak fit
t) Final effluent
u) Hot water tank
v) Hot well tank
w) Hot well pump
x) Decanter solid conveyor 1 dan 2
y) Solid hopper.
ii.

Bahan
a) Crude oil
b) Sludge
c) Steam (uap)
d) Air panas

d. Prosedur Kerja
1. Minyak dari Crude Oil Tank Masuk menuju Sand Single Cylone
fungsinya untuk menyaring pasir berat/kasar yang terkandung di
Crude oil yang masih memiliki potensi minyak tinggi
2. Setelah itu minyak yang telah ditampung dicrude oil tank dikirim ke
CST menggunakan crude oil pump melewati balance tank, CST
fungsinya adalah pemisahan minyak

dari air dan sludge, sludge

dengan gaya grafitasi, relative waktu pengendapan pada tangki ini
sekitar 6-7 jam, agar pemisahan di dalam tangki baik maka pastikan
suhu CST 80o -950C.
3. Dari CST masuk ke oil tank secara uver flow fungsinya untuk
pemisahan minyak berdasarkan berat jenis, tangki ini dilengkapi pipa
pemanas ( steam coil dan steam injek) untuk memanaskan minyak,
30

sehingga uap air dan kotoran lebih mudah tepisah. Pada CST
dilengkapi oleh agigator dengan kecepatan 1-4 rpm yang membantu
memecah minyak yang menempel pada fraksi non minyak.
4. Minyak dari Oil Tank masuk menuju Fload Tank berfungsi sebagai
umpan

menuju

ke

Vacum

drier

fungsinya

adalah

menurunkan/meminimalkan kadar air hingga Minimum menuju ke
Storage Tank dengan menggunakan oil transfer pump.
5. Storage Tank berfungsi untuk menyimpan minyak hasil produksi
dengan suhu 50-600C, Minyak dari storage tank dikirim menujuke
dispatch oil untuk dikirim ke bulking.
6. Sludge yang dihasilkan dari CST masuk ke sludge tank secara under
flow.
7. Dari sludge tank masuk ke Vibrating screen fungsinya adalah untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung dalam sludge yang tidak
terpisah dari CST, trus sludge dari crude oil tank di pompa masukke
Sand Twin Cyclone.
8. Sand Twin cyclone untuk menyaring pasir berat/kasar yang terkandung
di sludge Tank kemudian menuju Buffer Tank, buffer tank adalah
tempat penyimpanan dan pengatur minyak menuju Decanter.
9. Decanter fungsinya memisahkan sludge menjadi 3 bagianya yaitu
Limbah padat (solid), limbah cair (Heavy phase) dan Minyak Kotor
(leaght phase). Minyak kotor dikirim menuju ke reclamed tank,
Sedangkan heavy phase dikirim ke bak feed menuju limbah dan
minyak kotor menuju kereclamed dan menujuke CST lagi sedangkan
solid menujuke decanter solid conveyor dan akan ditampung di solid
hopper kemudian diangkut truk.

31

e. Hasil Yang Dicapai
Pada pabrik minyak sawit PT. AEK Mill menggunakan tiga sistem dalam
pemurnian minyak yaitu sistem pengendapan, pemusingan (gaya sentrifugal), dan
sistem penguapan minyak. Proses pemurnian dengan sistem pengendapan terjadi di
CST (Continous Settling Tank) dimana pada saat minyak kasar mengendap, minyak
akan berada dilapisan atas dan sludge berada dilapisan bawah. Pemurnian dengan
sistem pemusingan terjadi di Oil Tank dimana minyak dipisahkan dari sludge dengan
gaya sentrifugal, minyak yang beratnya lebih ringan akan bergerak ke arah sumbu
poros dan terdorong keluar sedangkan sludge yang berat jenisnya lebih berat akan
terdorong kearah dinding bowl. Minyak yang telah dipisahkan dari lumpur akan
masuk ke dalam vacum dryer untuk mengeringkan minyak dengan cara menguapkan
air yang masih terkandung dalam minyak.
Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian ini adalah minyak sawit
berupa CPO (Crude Palm Oil) yang tidak mengandung slugde/lumpur dan dengan
kandungan air yang sedikit. Minyak CPO ini siap disimpan di dalam tangki timbun
dan siap untuk dikirim
9. Penyimpanan Minyak (Storage)
a. Tujuan
Tujuan penyimpanan minyak yaitu untuk menampung minyak sementara
sebagai minyak yang akan dijual.
b. Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (2003), bahwa minyak yang ditampung dalam tangkitangki penampung sudah siap unutk di jual kepada konsumen.
Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang
baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain
sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit (Naibaho, 1998).

32

c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Storage
b) Dispatch Pump Oil
c) Dispatch Oil

ii.

Bahan
a) crude palm oil
b) steam (uap)

d. Prosedur Kerja
1. Minyak yang telah dimurnikan langsung dipompa atau dikirim ke
Storage.
2. Selama

penyimpanan

ini

minyak

selalu

dipanaskan

dengan

mengunakan steam coil.
3. Dalam pemanasan temperatur miyak selalu di jaga 50-60°C.
4. Setiap harinya minyak dalam Storage akan selalu dianalisa FFA-nya.
5. Kemudian di pompa menggunakan Dispatch Pump Oil menuju
Dispatch Oil.
6. Dispatch Oil adalah tempat penampungan mobil tank yang akan
mengangkut minyak untuk di produksi.
e. Hasil Yang Dicapai
CPO yang telah dimurnikan akan dikirim ke tangki timbun (storage tank)
untuk disimpan dan ditampung sementara agar minyak dapat terkumpul lebih bayak
di tangki timbun (storage tank) yang berkapasitas 6000 ton minyak sehingga lebih
mudah dipasarkan. Tangki timbun dilengkapi dengan pipa pemanas untuk menjaga
mutu dari minyak CPO. Crude palm oil (CPO) di dalam tangki timbun (storage tank)
sebelum dikirim. Suhu CPO di dalam tangki timbun harus dipertahankan 50-60°C
agar ALB minyak CPO tidak naik. Minyak yang dari storage tank akan dikirim
melalui dispatch oil untuk dimasukkan ke dalam mobil tank.

33

C. Pengolahan Inti Sawit
1. Pemisahan Nut dan Fiber
a. Tujuan
Tujuan pemisahan biji adalah untuk memperoleh biji/nut yang bersih dari
gumpalan ampas/serabut.
b. Dasar Teori
Ampas press yang keluar dari Screw Press berupa gumpalan yang terdiri dari
serabut, nut, cangkang dan kernel selanjutnya dicacah dengan Cake Breaker
Conveyor (CBC) sehingga mudah dipisahkan dengan hisapan Blower Fan diantara
fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serabut, kernel pecah halus,
pecahan cangkang tipis dan debu sedangkan fraksi berat terdiri dari nut utuh, nut
pecah, kernel utuh, kernel pecah. Dengan adanya daya hisap dari Blower Fan maka
bagian dari ampas yang berat jenisnya ringan terhisap dan jatuh di Fibre Cyclone
sedangkan bagian yang berat jenisnya lebih besar jatuh ke Polishing Drum. Pahan
(2008)
Faktor –faktor yang mempengaruhi efektifitas pemisahan nut dan serabut
1. Pengaruh dari efektifitas perebusan.
2. Pengaruh dari efektifitas pengadukan.
3. Proses pengempaan apakah cukup kering ampas press yang dikeluarkan.
4. Kemungkinan adanya kebocoran atau sumbatan pada Ducting.
5. Kecepatan Putaran Polishing Drum mempengaruhi terhadap gaya gesekan
antara nut dengan nut.
c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) CBC (Cake Breaker Conveyor),
b) Depericarper
c) Nut Polishing Drum
d) Nut auger Conveyor
e) Destoner
34

f) Fiber Cyclone
ii.

Bahan
a) Fiber
b) Nut

d. Prosedur Kerja
1. Ampas press yang telah selesai di press akan jatuh di CBC dengan
tujuan agar dapat mencacah ampas yang berbentuk gumpalan sehinnga
pada saat pemisahan akan lebih mudah.
2. Kemudian ampas tersebut masuk ke dalam kolom pemisah /
depericarper untuk dipasahkan berdasarkan berat.
3. Pada saat ampas masuk dalam depricarper terjadi pemisahan yang
mengunakan sistem pneumetis (pemisahan menggunakan hisapan
udara) antara nut dan fiber. Benda yang lebih berat (nut dan batu) akan
jatuh kebawah dan masuk ke dalam polishing drum sedangkan benda
yang ringan akan terhisap menuju ke fiber cyclone untuk dijadikan
bahan bakar.
4. Nut yang masuk ke dalam polishing drum yang berputar dengan
putaran 21 rpm akan dibersihkan dengan adanya gaya gesekan di
dinding polishing drum dan bantingan mengakibatkan serabut yang
masih melekat pada nut akan terpisah.
5. Di pingiran depan polishing drum terdapat lubang-lubang yang
berfungsi sebagai tempat jatuhnya nut ke Nut auger conveyor setelah
pemisahan serabut yang melekat pada Nut.
6. Nut yang jatuh ke nut auger conveyor akan di kirim ke destoner untuk
dipisahkan antara nut dan batu. Di dalam destoner ini juga
menggunakan pemisahan dengan sistem pneumatik.
7. Benda yang berat (batu) akan jatuh dilantai, benda yang sedang (Nut)
akan di kirim ke destoner airlock kemudian jatuh ke wet nut cyclone
conveyor dan ditampung pada Nut Silo.
35

e. Hasil Yang Dicapai
Gumpalan ampas yang bercampur biji yang berasal dari hasil pressan dipecah
oleh cake breaker conveyor sehingga biji terlepas dengan ampas. Ampas dan biji
dipisahkan di dalam depericarper. Di depericarper terdapat 2 (dua) alat yaitu
separating column dan polishing drum. Cara kerja separating column unruk
memisahkan ampas dan biji berdasarkan berat jenis dengan teknik isapan blower
dimana ampas kering yang berat jenisnya lebih kecil terisap naik ke atas dan masuk
dalam fibre cyclone, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar akan jatuh
kebawah dan masuk ke dalam polishing drum. Polishing drum akan berputar dengan
kecepatan 21 rpm, akibat adanya putaran ini terjadi gesekan yang menyebabkan sisasisa serabut yang melekat pada biji dapat terlepas. Dari pemisahan ini didapatkan biji
sawit bersih yang telah terpisah dari ampasnya.
2. Pemeraman
a. Tujuan
Untuk mngurangi kadar air sehingga kernel dalam cangkang tidak menempel.
b. Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (1991),

biji dari alat pembuang daging buah

(depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji-biji yang kering ini,
intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya.
Pahan (2008), menyatakan bahwa pengeringan biji di nut silo dilakukan
dengan temperatur 60-80°C dengan lama pengeringan 6-18 jam. Temperatur tidak
boleh lebih dan tidak boleh kurang dari yang ditetapkan. Jika temperatur kurang maka
kadar air biji masih tinggisehingga menyulitkan pemisahan biji dari cangkangnya.
Sebaliknya, temperatur lebih tinggi akan menyebabkan kualitas inti rendah (berwarna
gelap)jika sistem pengeringan berjalan dengan baik maka kadar air dapat diturunkan
dari 18% menjadi 12%.

36

c. Alat dan Bahan
i.

Alat
a) Nut grading drum
b) Nut silo
c) Heater fan

ii.

Bahan
1. Nut
2. Steam

d. Prosedur Kerja
1. Nut yang dikirim melewati destoner akan masuk ke nut grading drum
2. Di nut grading drum terdapat lubang-lubang yang memisahkan nut
ukuran kecil, sedang dan besar
3. Nut yang ukuran kecil akan jauth terlebih dahulu kedalam nut silo
kemudian di ikuti nut sedang, setelah itu nut besar
4. Nut yang masuk kedalam nut silo akan di peram selama 3-4 jam
5. Kemudian dipanaskan mengunakan heater fan untuk di hembuskan
udara panas. Temperatur dalam nut silo 60-80°C
e. Hasil Yang Dicapai
Pemeraman berfungsi sebagai pengurangan kadar air pada nut agar pada saat
proses pemecahan nut di ripple mill lebih maksimal, Di PT.AEK MILL proses
pemeraman berlangsung selama 3-4 jam.
3. Pemecahan Biji
a. Tujuan
Tujuan pemecahan biji yaitu untuk memecahkan nut sehingga kernel dapat
terlepas dari cangkangnya.
b. Dasar Teori
Menurut Pahan (2008), ada dua jenis alat pemecah biji yang digunakan di
PKS, yaitu dan nut cracker model horizontal (ripple mill). Nut cracker rotor vertical
bekerja dengan prinsip pemecahan biji dengan melemparkan ke dinding penahan. Biji
37

masuk dari bagian tengah rotor melelui suatu lorong. Melalui suatu gerak putar, biji
akan terlempar akibat gaya sentrifugal. Biji akan mengalami benturan yang sangat
keras sehingga pecah dan mengeluarkan inti yang ada didalamnya. Selain biji,bagian
inti sawit (kernel) juga ikut pecah. Kernel pecah ini harus dibatasi maksimum 10%
karena kernel pecah sangat peka terhadap penjamuran dan pengasaman.
Pada nut cracker rotor horizontal (rpple mill), biji seakan dikupas pada suatu
stator yang dibuat bergerigi

ketika rotor berputar unutk menggerakkan biji-biji

tersebut sehingga mengakibatkan biji terpecah. Ripple mill lebih banyak digunakan
nut cracker rotor vertical karena tanaman sawit yang banyak diusahakan saat ini yaitu
dari jenis Tenera, dimana bijinya cenderung lebih kecil dan cangkang lebih tipis.
Penggunaan nut cracker rotor vertical kurang cocok untuk pemecahan biji-biji seperti
inikarena efek pemecahannya denagan pelemparan akan menyebabkan lebih banyak
kernel pecah.
c. Alat dan Ba