KARAKTERISTIK DEFORMASI STRUKTUR PADA SI

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

KARAKTERISTIK DEFORMASI STRUKTUR PADA SISTEM
KOMPLEKS SESAR MENDATAR TREMBONO
DI DUSUN SUMBERAN, KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL
Adi Nugraha1,2*,
Fitrio Pambudi1,
Vanny Septia Sundari1,
Slamet Sugiarto1,2 dan
Salahudin Hussein3
1

Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
2
GAIA Riset Indonesia
3
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada
* corresponding author: adinugraha.ista@yahoo.com


ABSTRAK
Kompleks struktur sesar Trembono merupakan sedikit gambaran dari rekaman tektonik yang terjadi pada batuan
Tersier di Pegunungan Selatan. Objek penelitian merupakan batuan vulkaniklastik Oligo - Miosen Formasi Kebo
Butak yang terletak di Dusun Sumberan, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa kombinasi pengamatan lapangan yang
terdiri dari pengukuran objek geologi struktur, sedimentologi serta geomorfologi. Berdasarkan pengukuran pada
lokasi penelitian didominasi oleh sesar turun serta beberapa sesar naik dengan orientasi arah Utara - Selatan dan
Barat Daya - Timur Laut. Adapun litologi yang mengalami deformasi merupakan batuan volkaniklastik yang
terendapkan pada bagian lereng bawah laut, sehingga banyak dijumpai struktur dengan pengaruh aliran gaya
berat berupa nendatan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memahami karakteristik deformasi yang terjadi
oleh rezim tektonik serta pengaruh sedimentasi.
Kata kunci: Deformasi Struktur, Sesar Trembono, Kebo Butak, Aliran Gaya Berat.

I.

PENDAHULUAN
Pegunungan Selatan di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan sekitarnya sebagian besar
tersusun atas batuan tersier dan sebagian kecil
pra-tersier, stratigrafi Pegunungan Selatan dari

tua – muda (Surono, dkk, 1992) yaitu batuan
malihan berumur kapur yang dianggap sebagai
batuan dasar pada saat subduksi zaman kapur,
terendapkan tidak selaras diatasnya Formasi
Wungkal Gamping berumur Eosen, dan pada kala
Oligosen ahir – Miosen tengah mulai terekam
aktivitas vulkanik dengan diendapkannya Formasi
Kebo-Butak, Semilir, Nglanggeran, dan Sambipitu,
kemudian disusul selaras menjari Formasi Oyo
dengan kandungan karbonatnya lebih tinggi, dan
selanjutnya diendap Formasi Wonosari dan
Formasi Kepek.
Tektonik yang terjadi di Pegunungan Selatan telah
terjadi pada Zaman Kapur (Smyth, etal, 2005,

2008; Celements and Hall, 2007; Satyana, 2014),
dan hal yang menarik hanya beberapa saja yang
sudah merisetkan struktur geologi secara khusus
yang terjadi di Pegunungan Selatan di D.I.
Yogyakarta dan sekitarnya, beberapa diantaranya

yaitu Sudarno (1997), Mulyawan dan Husein
(2014). Hal ini yang membuat kesempatan penulis
membahas sebagian kecil deformasi yang ada di
Pegunungan Selatan berupa pembahasan
karakteristik dari Sesar Trembono yang terletak
pada bagian Tenggara-Selatan Perbukitan Jiwo,
terjadi oleh kendali tektonik dan proses
sedimentasi.
Lokasi penelitian berada pada bukit di Dusun
Sumberan, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen,
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta (Gambar.1), tempat pengamatan
dalam penelitian ini berada pada tambang rakyat
yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
tambang terbagi atas 2 bagian yakni tambang
bawah dan tambang atas. Batuan yang

mengalami deformasi pada daerah penelitian
termasuk ke dalam Formasi Kebo-Butak yang
berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.
Deformasi pada batuan di daerah penelitian ini
terjadi selama Tersier. Deformasi yang terbentuk
salah satunya yaitu sesar trembono diakibatkan
oleh proses tektonik pada kala Oligosen akhir –
Miosen awal, dimana Sundaland mulai
mengalami rotasi berlawanan jarum jam. Rotasi
ini menyebabkan perubahan arah jalur subduksi
dan menyebabkan perubahan regim tektonik di
Pulau Jawa, dari rezim regangan yang tereaktifasi
kembali oleh sesar-sesar mendatar dengan gaya
kompresi yang berotasi (Sudarno, 1997).

II. GEOLOGI REGIONAL
Daerah penelitian termasuk kedalam zona
Pegunungan Selatan (Van Bemmelen, 1970),
dengan litologi penyusunnya berupa batuan
berumur kenozoik yang terbentuk dengan

mekanisme pengendapan gaya berat. Urutan
formasi penyusun Zona Pegunungan Selatan dari
mulai yang tertua kemuda, yaitu batuan malihan
berumur Kapur – Paleosen Awal, Formasi
Wungkal-Gamping berumur Eosen Tengah –
Eosen Akhir, Formasi Kebo-Butak, Formasi
Semilir, dan Formasi Nglanggran berumur
Oligosen Akhir – Miosen Tengah yang merupakan
hasil aktivitas vulkanisme, Formasi Sambipitu dan
Formasi Oyo berumur Miosen Tengah, Formasi
Wonosari dan Formasi Kepek berumur Miosen
Akhir - Plistosen (Surono, dkk., 1992 dalam
Bronto dkk, 2009).
Pada daerah penelitian, menurut Surono (2008)
tersusun atas Formasi Kebo dan Formasi Butak
yang dibedakan berdasarkan komposisinya.
Formasi Kebo tersusun dari tua - muda atas Lava
Bantal Nampurejo yang bersifat basal berselingan
dengan batupasir hitam, tuf, batulempung,
batupasir kerikilan sisipan batulanau, dan

batupasir. Diatasnya menumpang secara selaras
Formasi butak dari tua – muda atas batulanau,

serpih, batulempung, batupasir kerikilan dan
breksi polimik berselingan dengan batupasir.
Struktur geologi regional Pegunungan Selatan
terbagi atas struktur geologi yang berorientasi
dengan arah Timurlaut – Baratdaya, Utara –
Selatan, Baratlaut – Tenggara dan Barat – Timur
(Sudarno, 1997). Pada daerah penelitian
termasuk kedalam komplek sesar Trembono yang
berorientasi Timurlaut – Baratdaya dan termasuk
kedalam struktur geologi dengan pola meratus
pulau Jawa.
Sedangkan berdasarkan proses pembentukannya
struktur geologi pulau Jawa terbagi menjadi 3
periode (Purnomo dan Purwoko, 1994). Periode
pertama (Paleogen Extensional Rifting) terjadi
pada kala Eosen – Oligosen yang menyebabkan
terbentuknya cekungan tersier Pulau Jawa yang

umumnya berupa graben dan half-graben yang
mempunyai arah tertentu. Pada periode kedua
(Neogen Compressional Wrenching) ditandai
dengan pembentukan struktur sesar mendatar.
Struktur sesar mendatar ini merupakan hasil
reaktivasi dari sesar turun pada zaman Paleogen
yang disebabkan oleh tumbukan lempeng Hindia
dengan lempeng Eurasia. Periode terakhir yakni
Periode ketiga (Plio-Plistosen Compressional
Thrust-Folding) yang ditandai oleh terbentuknya
anticlinorium dan sesar naik yang umunya
berarah Barat – Timur.

III. METODE
Metode penelitian yang digunakan berupa
kombinasi pengamatan secara detail mengenai
struktur geologi, stratigrafi dan geomorfologi.
Pengambilan data menggunakan metode kompas
dan pita ukur, data yang diambil berupa struktur
bidang dan struktur garis meliputi data sesar,

kekar dan streasi, pada pengamatan stratigrafi
data yang diambil berupa data struktur sedimen
untuk menentukan arus purba, serta pada
pengamatan geomorfologi berupa pengamatan
aspek geomorfologi dari citra satelit google earth.

IV. PEMBAHASAN

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

a. Stratigrafi
Stratigrafi lokasi penelitian terdiri atas 2 satuan
batuan, satuan tuf dan satuan batupasir. Satuan
tuf terdiri dari perulangan tuf, batulanau,
batulempung dan batupasir, dengan mekanisme
endapan turbidit klasik (Bouma, 1962 dalam
Shanmugam, 2012) berupa Ta, Tb dan Te,
ditemukan dengan struktur gradasi normal,

laminasi – laminasi semu, laminasi pararel,
tekstur ukuran butir tuf halus-kasar, menyudut –
menyudut tanggung, sortasi baik, kemas tertutup,
komposisi terdapat fragmen arang kayu dengan
panjang 5 cm dan lebar 0,8 cm yang masih
terlihat serat-seratnya, ditemukan pada bagian
bawah dari satuan tuf, dan dibeberapa tempat
terdapat fragmen batuan beku pada lapisan tuf,
matrik tuf halus – kasar, semen silika, dan
beberapa pada batulempung dengan semen
karbonatan, dari penciri tersebut didapat
lingkungan pengendapannya pada fasies D yaitu
basin plain (Mutti & Luchi, 1972 dalam Mutti etal,
2015).
Satuan batupasir terdiri dari batupasir, batulanau
dan batulempung yang didominasi oleh batupasir,
satuan ini kontak dengan satuan tuf dibatasi oleh
bidang erosional, dimana satuan batupasir
mengerosi satuan tuf, dengan karakter melensa
pada beberapa bagian serta dengan ketebalan

yang paling tebal dari pada batulanau dan
batulempung, batupasir diendapkan dengan tipe
endapan arus gaya berat yang dicirikan dengan
adanya struktur traction carpet dan traction pada
fragmen batupasir, hal demikian merupakan
mekanisme dari high density tubidit berupa S1,
S2 dan S3 (Lowe, 1982 dalam Sanmugam, 2014),
komposisi berupa fragmen bongkahan batuan
beku pada beberapa alur sedimentasi gaya berat
dengan diameter lebar 5cm dan panjang 8-10cm,
matrik berupa pasir kasar-sedang, dengan semen
silika.

b. Struktur Geologi
Struktur geologi yang didapat dibagi atas 10
Satuan Sesar yang diberi nama SF (Sumberan

Fault), dengan jumlah sesar sebanyak 26 sesar,
pembagian satuan sesar di dasarkan untuk
mengelompokan beberapa sesar dengan orientasi

sesar serta mekanisme pembentukannya, guna
mengetahui karakter deformasi dari sesar besar
yang membentuk satuan sesar-sesar tersebut,
pembagian ini pula ditujukan untuk mengetahui
peran deformasi dari mekanisme pengaruh
tektonik dan proses sedimentasi yang
membentuk kompleksitas sesar-sesar di lokasi
penelitian (Lihat Tabel.1)
Struktur oleh pengaruh gaya tektonik didominasi
oleh sesar-sesar turun dan sebagian sesar-sesar
naik yang di identifikasikan merupakan kompleks
dari struktur sesar mendatar, teradapat 2 sesar
mendatar besar yang mengontrol dengan
orientasi Baratdaya – Timurlaut (Sinistral) dan
Utara – Selatan (Dextral). Sruktur oleh pengaruh
proses sedimentasi sendiri di dominasi oleh
aktivitas pembebanan dari alur – alur sedimentasi
gaya berat, serta terdapat beberapa sesar
tumbuh (growth fault), nendatan (slump) dan
beberapa bidang erosional yang tidak wajar pada
beberapa lapisan yang mengerosi bidang sesar,
yang membuat alur itu sendiri mengalami
deformasi bending (Lihat Tabel 2). Orientasi
gaya/tegasan relatif dari keseluruhan sesar pada
lokasi penelitian berupa gaya kompresi Baratdaya
– Timurlaut dan gaya ekstensi Baratdaya –
Timurlaut (Gambar.5)
Pengolahan
data
struktur
menggunakan
perangkat lunak Win-Tensor 5.0.7 keluaran tahun
2015, penggunaan perangkat lunak ini ditujukan
agar dapat membagi tensor yang sesuai dengan
data di lapangan, hingga mendapatkan nilai
populasi data sesar yang konsisten terhadap nilai
relatif tegasan yang diperoleh dari data sesar itu
sendiri. Penamaan sesar menggunakan klasifikasi
Gultaf (2004) digunakan untuk mempermudah
dalam pengolahan data menggunakan Win
Tensor, yang dimana mempunyai nilai rake
berbeda dengan klasifikasi Ricard (Gambar,3).

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Mekanisme sesar yang terjadi di daerah
penelitian pada mulanya merupakan kumpulan
sesar – sesar turun, dengan bentukan graben dan
beberapa sesar – sesar yang dikontrol oleh
grafitasi, dengan lingkungan lereng bawah laut
sangat mendukung untuk terbentuknya hal
tersebut, sesar – sesar yang dikontrol grafitasi
berorientasi dengan arah Selatan Baratdaya –
Utara Timurlaut dan beberapa Baratlaut –
Tenggara,
sesar-sesar
ini
merupakan
syn-deformasi pada lokasi penelitian. Setelah
adanya reaktifasi pada fase pertama berupa gaya
kompresi dari Barat Baratdaya – Timur Timurlaut
(Gambar.5) membuat bebesapa sesar – sesar
yang sudah ada tereaktifasi kembali, menjadi
sesar – sesar naik dengan arah dominan Utara
Selatan. Dan pada fase selanjutnya gaya kompresi
yang berkurang menjadi berkembang gaya
ekstensi dengan arah yang sama membentuk
sesar – sesar turun (Gambar.5), serta beberapa
sesar – sesar yang tereaktifasi dari sesar turun
menjadi sesar naik salah satu diantaranya adanya
nendatan yang berorientasi kearah sesar naik,
dan setelah direkonstruksi nendatan tersebut
searah dengan arus purba yang diambil di
sekitarnya yaitu pada N195oE atau kearah Selatan
(Gambar.7).

V. DISKUSI
Daerah penelitian merupakan blok pada bagian
timur dari sesar Trembono yang terletak di
Pegunungan Selatan, sebelumnya Mulyawan dan
Husein (2014) menyebutkan bawha sesar
Trembono merupakan komplek struktur grafitasi,
dengan tegasan ekstensional berarah Baratdaya –
Timurlaut, lokasi bertempat pada Dusun
Bentengwareng, yang berada pada bagian Selatan
Baratdayanya lokasi penelitian ini. Sedangkan
hasil penelitian ini menunjukan adanya
perbedaan rezim tegasan dengan peneneliti
sebelumnya, dengan rezim orientasi tegasan 2
arah pada fase pertama berupa tegasan kompresi
Baratdaya – Timurlaut dan fase kedua berupa
tegasan ekstensi Baratdaya – Timurlaut, dengan
asumsi periode pensesaran terjadi setelah

pengendapan (post-genetic deformation). Hal ini
membuktikan sesar Trembono merupakan sesar
yang mengalami deformasi lebih dari satu kali
(poli-deformasi).
Sesar Trembono merupakan sesar tua yang
berpola meratus, yang memotong sebagian besar
litologi yang menyusun Pegunungan Selatan,
diantaranya Formasi Wungkal Gamping, intrusi
Diorit Pendul dan Formasi Kebo-Butak (Rahadjo,
1994), dengan pergerakan mendatar mengiri.
Konsep Banding (Gambar.2) pada sesar mendatar
sudah banyak dirisetkan dan hal itu yang belum
diaplikasikan pada kompleks sesar Trembono
yang mungkin sedikit menjawab kenapa sesar
Trembono semakin keutara berubah orientasi
menjadi Utara – Selatan, dan hal itu
membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.

VI. KESIMPULAN
Karakteristik deformasi di lokasi penelitian
dikontrol oleh sebagian besar dari aktivitas
tektonik yang hadir setelah proses pengendapan,
sedangkan deformasi oleh faktor sedimentasi
sendiri lebih dikontrol oleh grafitasi, didapat
beberapa pencirinya yaitu sesar tumbuh (growth
fault), deformasi pembebanan, nendatan (slump)
serta beberapa endapan yang diendapkan setelah
deformasi lokal yang membuat lapisan diatasnya
kurang setabil, dari karakter yang disebutkan
diatas tidak lepas dari proses sedimentasi yang
terjadi, dengan lingkungan pengendapan di lereng
bagian bawah laut, endapan-endapan turbidit
klasik sampai kompleks alur sedimentasi laut
dalam menjadi penentu deformasi – deformasi
pada faktor yang dikontrol oleh sedimentasi, yang
terjadi berbarengan pada saat pengendapan, dan
pengukuran arus purba melalui struktur flute cast
dan grove cast, ditemukan arah arus purba
sebagian besar dari arah Baratlaut – Tenggara,
dan beberapa Utara – Selatan.
Karakter deformasi tektoniknya sendiri berfariasi,
dari reaktifasi oleh tegasan gaya kompresi
Baratdaya – Timurlaut. Ditemukan sesar-sesar

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
besar yang diindikasikan pembentuk deformasi
dari re-aktivasi sesar trembono, terdapat 2 sesar
mendatar, Sesar 1 berarah Utara Baratlaut Selatan Tenggara dengan pergerakan menganan

(dektral) dan Sesar 2 berarah Baratdaya Timurlaut dengan pergerakan mengiri (sinistral)
(Gambar.6).

DAFTAR PUSTAKA
Bronto S. Mulyaningsih S. Hartono G, dan Astuti B, 2009, Waduk Parangjoho dan Songputri: Alternatif Sumber
Erupsi Formasi Semilir di daerah Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Jurnal Geologi Indonesia,
Vol.4 No.2: 79-92.
Celements B, Hall R, 2007, CRETACEOUS TO LATE MIOCENE STRATIGRAPHIC AND TECTONIC EVOLUTION OF
WEST JAVA, Poceeding, Indonesian Pertoleum Association, 31th Annual Convention and Exhibition,
IPA07-G-037.
Delvaux, D. dan Sperner, B., Stress Tensor Inversion from Fault Kinematic Indicators and Focal Mechanism Data:
the TENSOR program.In: New Insight into Structural Interpretation and Modelling (D. Nieuwland Ed.),
Geological Society, London, Special Publication, 212:75-100, 2003
Fossen H, 2010, Structural Geology, New York, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS.
Gultaf H, 2014, ANALISA KINEMATIK SESAR GERINDU DIDAERAH PACITAN DAN SEKITARNYA, Tesis Magister,
Institut Teknologi Bandung. (tidak dipublikasikan)
Mulyawan R.S dan Husein S, 2014, Kompleks Sesar Trembono Sebagai Gravitational Structures, Prosiding
SEMNAS Kebumian ke-7, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, P4P-01.
Mutty etal, 2015, Contourites and Turbidites of Brazilian Marginal Basins, Adapted from oral presentation at
AAPG Annual Convention & Exhibition, USA.
Purnomo J. dan Purwoko, 1994, Kerangka Tektonik dan Stratigrafi Pulau Jawa secara Regional dan kaitannya
dengan Potensi Hidrokarbon. Prosiding Geology and Geoteknik Pulau Jawa, Seminar Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Sanmugam, 2012, New Perspectives on Deep-Water Sandstones, Amsterdam, The Netherland, Elsevier.
Satyana A.H, 2014, NEW CONSIDERATION ON THE CRETACEOUS SUBDUCTION ZONE OF CILETUH-LUK
ULO-BAYAT-MERATUS: IMPLICATION FOR SOUTHEAST SUNDALAND PETROLEOUM GEOLOGY,
Proceesings IPA, 38th Annual Convention & Exhibition, IPA14-G-129.
Smyth H.R, Hall R, Nichols G.J, 2008, Cenozoic volcanic arc history of East Java, Indonesia: The tatigraphic record
of eruption on an active continental margin, The Geological Society of America, Special Paper 236.
Smyth etal, 2005, EAST JAVA: CENOZOIC BASINS VOLCANOES AND ANCIENT BASEMENT, Proceedings IPA, 30th
Annual Convention & Exhibition, IPA05-G-045.
Sudarno, 1997, KENDALI TEKTONIK TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR PADA BATUAN PALEOGEN DAN
NEOGEN DI PEGUNUNGAN SELATAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA, Tesis
Magister, Institur Teknologi Bandung, (tidak dipublikasikan).

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Surono, 2008, Litostratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan Baturagung,
Jawa Tengah Bagian Selatan, Jurnal Geologi Indonesia, Vol.3 No.4: 183-193.
Van Bemmelen, R.W, 1949, The Geology of Indonesia, v.IA, The Hague, Gov. Printing Office, Martinus Nijhoff
732p. Amsterdam.

TABEL
Tabel 1. Tektonostratigrafi Pegunungan Selatan (Mulyawan dan Husein, 2014)

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel.2. Karakter deformasi pada setiap kelurusan Sumberan Fault 1 – 10.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Penelitian, dengan Latar Sketsa Peta Geologi Perbukitan Jiwo (after Rahardjo, 1994)

Gambar 2. Animasi Step over sistem
sesar mendatar (Fossen, 2010)

Gambar 3. Klasifikasi sesar
berdasarkan nilai rake dan arah
pergerakan sesarnya (Gultaf, 2014)

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Peta persebaran sturuktur daerah penelitian.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Dinamika pola tegasan realtif struktur (gambar atas), dan dinamika orientasi
struktur pada stereonet berdasarkan pembagian kelurusannya Dari SF.1 – SF.10, (gambar bawah),
Analisa menggunakan perangkat lunak Win Tensor (Delvaux dan Sperner, 2003)

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Sesar Sumberan.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Dokumentasi lokasi penelitian, (A) Citra morfologi Google Earth, (A.1) Seketsa dan Foto singkapan
pada tambang bawah, (A.2) Sketsan dan Foto singkapan pada bagian Utara tambang, (A.3) Skestsa dan foto
singkapan pada atas tambang, (A1.1) Kompleks alur sedimentasi gaya berat pada tambang bawah bagian
Timurlaut tambang bawah dengan arus purba berupa flute cast berarah Tenggara, (A1.2) Kompleks alur
sedimentasi gaya berat pada tambang bawah bagian Baratdaya, (A1.3) Arang kayu pada litologi batupasir yang
masih mempunya sesat-seratnya, (A3.1) Nendatan yang terpotong oleh sesar naik, (A3.2) Nendatan pada
bagian utanya A3.1 yang belum terpotong oleh sesar
(A1.1.1) Bongkahan Fragmen batuan beku pada lapisan tuf.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124