Post 74932aa1bd2d2d07
KOMPETENSI GURU DALAM PELAKSANAAN
EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SD ISLAM NGADIREJO TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
LAILY YUNIARTI
NIM 11408067
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2010
(2)
Jurusan : Tarbiyah/ PAI Drs. Imam Baihaqi, M.Ag Dosen STAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Sdr. Laily Yuniarti
Lamp : 3 eksemplar Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti, dan mengadakan bimbingan dan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami merekomendasikan bahwa skripsi saudara :
Nama : Laily Yuniarti Nim : 11408067
Judul : KOMPETENSI GURU DALAM PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM NGADIREJO TAHUN 2009-2010
Setelah memenuhi segala persyaratan yang ditentukan, agar hendaknya skripsi tersebut bisa dimunaqosahkan. Demikian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Salatiga, 9 Agustus 2010
Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
(3)
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id : [email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara Laily Yuniarti dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408067 yang berjudul Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Ngadirejo Temanggung Tahun 2009-2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitian Ujian Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I.).
Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H. 28 Agustus 2010 M . Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekertaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag, Dr. Rahmat Hariyadi
NIP. 19580827198303 1 002 NIP. 19670112199203 1 005
Penguji I Penguji II
Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag Hanung Triyoko, M. Hum, M. Ed
NIP. 19570812198802 2 001 NIP. 197308151999903 1 003
Pembimbing
Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
(4)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Laily Yuniarti
Nim : 11408067
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yag terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Temanggung, Agustus 2010
Yang menyatakan,
(5)
MOTTO
“Belajarlah untuk kepentingan ilmu, ketenangan hati dan kelembutan budi” “Berendah dirilah kepada siapa engkau menimba ilmu, niscaya murid-muridmu akan berlaku taat kepadamu ( Rapaka )”
Hidup ini seolah buku yang tengah kita baca tanpa tau apa yang terjadi dihalaman berikutnya ( Katon )
Ketika aku bertekad berpijak, biarpun senja makin pekat mimpi tak akan pernah sirna
Menanti tanpa bertindak adalah hal yang paling bodoh yang diambil untuk mewujudkan sebuah mimpi
(6)
PERSEMBAHAN
Pak Muyono dan Ibu Sofiyah tercinta, membuatku ingin sedikit
membahagiakan mereka dengan selesainya tugas ini
Ana fitriyah, A’Imatul Inayah dan Nurul Hidayah, satu karunia terbesar dalam hidup bisa menjadi adik dan kakak kalian, terimakasih dukungannya
Eyang Putri yang selalu mendoakan
Sahabat yang senasib dan seperjuangan
(7)
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah YaRahman. Puji syukurku atas semua nikmat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelsaikan penyusunan skripsi ini tanpa rintangan suatu apapun. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah mengantar manusia dari zaman jahiliya h menuju zaman islamiyah dan ilmiyah seperti sekarang ini.
Keberhasilan penulis menyelsaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak dalam bentuk apapun selama proses penyusunan skrpsi, baik berupa dukungan arahan dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian sehingga tersusun skripsi ini. Untuk itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga
2. Drs. Djoko Sutopo selaku ketua program Ekstensi
3. Drs. Imam Baihaqi, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat terselsaikan
4. Para dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis
5. Orang tua Penulis, Bapak Muyono dan Ibu Sofiyah kebanggan tersendiri jadi anak kalian.
(8)
6. Kepala SD Islam Ngadirejo Temanggung yang telah memberi izin atas penelitian ini
7. Dewan guru SD Islam Ngadirejo Temanggung yang telah membantu
kelancaran penyusunan skripsi ini
8. Keluarga besar mbah kerto yang terus memberikan dorongan pada penulis
untuk lulus
9. Peri kecilku chalwa, terima kasih senyumnya yang mengiringi tante saat jenuh dengan semua ini
10.Sebuah nama, sebuah cerita. Selalu ada proses untuk menyenangkan satu hati dan selalu tersimpan harap dalam lilin kecilku
11.Anak-anak ekstensi 8E, yang unik, menyebalkan, menyenangkan, kompak,
jalan kita masih panjang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, karenanya dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, Agustus 2010
(9)
ABSTRAK
Yuniarti, Laily. 2010. Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Ngadirejo Temanggung 2009-2010. Skripsi. Juruasan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag.
Kata Kunci : Kompetensi guru
Skripsi ini mengkaji tentang kompetensi guru dalam hal pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi guru yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Kompetensi guru merupakan kemampuan, keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai kepada
pengevaluasian. Dalam hal pengevaluasian, seorang guru dikatakan berkompeten apabila memahami teknik dan prosedur evaluasi, serta mampu melaksanakan evaluasi sehingga didapat hasil evaluasi yang digunakan untuk memperbaiki proses belajar menagajar. Pelaksanaan evaluasi tersebut dimulai dari perencanaan evaluasi, pembuatan soal tes, mengolah dan menganalisis hasil tes hingga menginterpretasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi. Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskripsi analisis dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di skripsi ini (library research). Adapun yang menjadi tolok ukur kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran adalah skor acuan yang dapat mengkategorikan guru Pendidikan Agama Islam berkompetensi tinggi, sedang atau rendah. Dan setelah dilakukan penelitian di SD Islam, maka dapat disimpulkan bahwa guru di SD Islam memiliki kompetensi yang tinggi dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN DISPOSISI PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
HALAMAN MOTTO……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……… v
KATA PENGANTAR……….. vi
ABSTRAK ……… vii
DAFTAR ISI……… viii
DAFTAR TABEL……… .ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah……… 6
C. Tujuan Penelitian……… 7
D. Manfaat Penelitian……….. 8
E. Landasan Teori……… 8
F. Metode Penelitian……… 9
G. Sistematika Penulusuran Skripsi………. 16
BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Guru……… 18
B. Evaluasi Pembelajaran……… 30
C. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……….. 48
D. Hubungan Antara Kompetensi Guru dengan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……… 49
BAB III HASIL PNELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah……….. 52
B. Penyajian Data………. 59
BAB IV Analisis Data Tentang Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam A. Analisis Pendahuluan………. 73
B. Analisis Terhadap Kompetensi Guru………. 74
(11)
D. Analisis Lanjutan……… 105 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……….. 106
B. Saran……… 107
DAFTAR PUSTAKA………...
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel.1 : Daftar guru dan karyawan ………. 56
Tabel. 2 : Data Siswa………. 57
Tabel. 3 : Sarana dan Prasarana ………. 58
Tabel. 4 : Data Responden ………. 60
Tabel. 5 : Kisi-kisi Angket ………. 62
Tabel. 6 : Data Kompetensi Guru ……… 63
Tabel. 7 : Nilai Angket ……… 65
Tabel. 8 : Rumusan Tujuan Evaluasi ……….. 67
Tabel. 9 : Rumusan Tujuan Evaluasi Sesuai Karakteristik Siswa ……….. 67
Tabel. 10 : Penetapan Aspek Afektif, Koknitif dan Psikomotorik ……….. 68
Tabel. 11 : Pemilihan Teknik Evaluasi ……….. 69
Tabel. 12: Pembuatan Kisi-kisi Butir Soal ……….. 69
Tabel. 13 : Penilaian Acuan Patokan ……….. 70
Tabel. 14 : Penentuan Frekuensi Evaluasi ……….. 71
Tabel. 15 : Penggunaan Kisi-kisi Soal ……… 71
Tabel.16 : Penggunaan Indikator Dalam Pembuatan Butir-butir Soal ……… 72
(13)
Tabel. 17 : Penggunaan Instrumen Non Tes ……… 73
Tabel. 18 : Pembuatan Soal Sesuai Dengan Sub Materi …. 73 Tabel. 19 : Penentuan Reliabelitas Dan Validitas Butir Soal ….. 74
Tabel. 20 : Pertimbangan Taraf Kesukaran Soal ………….. 75
Tabel. 21 : Daya Pembeda Penulisan Soal ………. 75
Tabel. 22 : Kesesuaian Soal Dengan Materi ………. 76
Tabel. 23 : Penggunaan Tes Lisan Untuk Materi AL-Qur’an …. 87 Tabel. 24 : Penyediaan Kunci Jawaban ……… 77
Tabel. 25 : Pemberian Tugas Dalam Mengevaluasi ………….... 77
Tabel. 26 : Verifikasi Data ……… 78
Tabel. 27 : Pemberian Skor Pada Butir Soal ……… 79
Tabel. 28 : Pembertahuan Tentang Hasil Evaluasi ………. 80
Tabel. 29 : Pembahasan Hasil Evaluasi ………. 80
Tabel. 30 : Membantu Menyelsaikan Soal Sulit ………. 82
Tabel. 31 : Megklasifikasi Kesalahan-kesalahan Dalam Menjawab Soal ……….. 83
Tabel. 32 : Melaporkan Hasil Evaluasi Kepada Kepala Sekolah ……….. 84
Tabel. 33 : Penyusunan Profil Kemajuan Siswa ……….. 85
Tabel. 34 : Pengadaan Perbaikan ………... 85
Tabel. 35 : Pembatasan Nilai Dari KKM ……… 86
(14)
Tabel. 37 : Peningkatan Nilai Setelah Remedial ………. 87
Tabel. 38 : Menindaklanjuti Hasil Evaluasi ……….... 87
Tabel. 39 : Penggunaan Metode Pembelajaran ……… 88
Tabel. 40 : Pemberian Analisis Nilai ……… 89
Tabel. 41 : Penindaklanjutan Proses Belajar Mengajar ….. 89
Tabel. 42 : Pelanjutan Materi ……….. 90
Tabel. 43 : Pemberian Pelajaran Tambahan ……… 91
Tabel. 44 : Pemberian Tugas Tambahan ……… 91
Tabel. 45 : Pemberian Bimbingan Konsling ……… 92
Tabel. 46 : Pemaduan Tes Tertulis, lisan dan Perbuatan …… 92
Tabel. 47 : Pengadaan Ekstrakurikuler ……… 93
Tabel. 48 : Skoring Kompetensi Guru ………. 94
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk mmimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa ( guru atau orang tua ) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan pada anak didik dalam mempersiapkan anak didik untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun dan dalam masa berkembang. Upaya dalam melaksanakan perbaikan pendidikan merupakan salah satu hal yang harus dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Beberapa upaya yang dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan
kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana
pendidikan dan lain-lain.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
(16)
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Mulyasa, 2007:4)
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam lembaga pendiikan formal yaitu sekolah, keberhasilan suatu pendidikan akan ditentukan oleh pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yaitu keterkaitan antara kegiatan guru dengan siswa. Kegiatan belajar siswa ditentukan oleh kegiatan guru dalam mengajar. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu sistem, maka perbaikannya harus mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pengajaran tersebut. Komponen-komponen yang penting diantaranya adalah tujuan, materi dan evaluasi.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka seorang guru harus memiliki dan menguasai
perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang
direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu
(17)
yang erat hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika prilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.
Sebagai seorang pengajar, guru hendaknya mempunyai perencanaan yang maksimal. Perencanaan tersebut diantaranya tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar dan evaluasi. Perencanaan ini merupakan bagian dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.
Dalam segi kurikulum yang diberlakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ). Faktor guru merupakan hal yang paling penting. Seorang guru harus mempunyai kualitas yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik. Oleh sebab itu, maka dalam melaksanakan tugasnya guru harus mempunyai kompetensi.
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya. Dalam syari’at Islam, meskipun tidak terpaparkan secara jelas, namun terdapat hadits yang menjelaskan bahwa segala sesuatu itu harus dilakukan oleh ahlinya ( orang yang berkompeten dalam tugasnya ).
(18)
Artinya : “ Dari Abu Hurairah r.a,ia berkata “ Rasulullah SAW bersabda: Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya.”H. R Bukhori (Hadits Bukhori, 220H:26)
Dari hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang menduduki suatu jabatan tertentu, haruslah sesuai dengan ilmu atau keahliannya. Hal ini sejalan dengan pesan kompetensi itu sendiri yang menuntut adanya profesionalitas dan kecakapan diri. Namun bila seseorang tidak mempunyai kompetensi dibidangnya ( pendidik ), tentu tidak akan menghasilkan suatu prestasi yang optimal.
Dengan kompetensi yang dimiliki, selain menguasai materi dan mengolah program belajar mengajar, guru juga harus melaksanakan evaluasi dan pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Sedemikian pentingnya evaluasi ini sehingga kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penguasaanya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas, akan tetapi harus dilengkapi dengan evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa yang sangat menentukan dalam konteks berikutnya, atau kebijakan perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar tuntas. (Ngalim Purwanto, 2004:3). Dengan kata lain tidak ada satupun usaha yang dapat memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat dilakukan tanpa disertai langkah evaluasi.
(19)
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. (Subari, 1994:174)
Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, sehingga guru dapat menentukan keputusan terhadap siswa tersebut, apakah perlu diadakan perbaikan serta menentukan rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi ataupun rencana strateginya. Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswanya, apakah telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi
siswa-siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran
selanjutnya.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Informasi-informasi diperoleh dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar.
Melihat kenyataan di atas, maka penulis menganggap perlu untuk meneliti kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di SD Islam Ngadirejo Temanggung dengan alasan:
(20)
1. Kompetensi guru mempunyai peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan.
2. Kompetensi guru merupakan tuntutan yang harus dimiliki agar dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sehingga proses pembelajaran akan berjalan optimal.
3. Pentingnya evaluasi pembelajaran yang merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Informasi-informasi yang diperoleh dari proses evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar
4. Penulis mengambil lokasi SD Islam Ngadirejo Temanggung karena
dilokasi tersebut belum ada yang mengadakan penelitian tentang masalah tersebut, di samping itu penulis ingin mengetahui kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di SD Islam Ngadirejo Temanggung.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran dalam bentuk skripsi yang berjudul Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evalusai Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo Temanggung
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan, maka penulis
(21)
akan membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Kompetensi yang dimaksud disini adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar khususnya kompetensi profesional.
2. Evaluasi pembelajaran yang akan dikaji adalah evaluasi formatif Pendidikan Agama Islam yang pada pelaksanaannya lebih dikenal dengan Ulangan Harian.
Dari latar belakang masalah tersebut,maka dapat ditarik beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SD Islam Ngadirejo ?
2. Bagaimana Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diterapkan di SD Islam Ngadirejo? C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penyusunan sekripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui kompetensi Guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan evaluasi proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo.
(22)
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan dan sebagai masukan bagi guru betapa pentingnya kompetensi guru dalam menigkatkan mutu pembelajaran dan keterkaitan kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal.
E. LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini menjelaskan hal-hal yang berhubungan antara kompetensi dengan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian kompetensi
Menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseoarang baik kualitatif maupun kuantitatif. (Kunandar, 2007:51)
Charles E. Johnson, mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. (Moh Uzer Usman, 2005:14)
2. Pengertian Evaluasi
Menurut Mehrens dan Lehman yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan. (Ngalim Purwanto, 2004:3)
Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam prinsip-prinsip dan teknik evaluasi adalah suatu proses yang
(23)
sistematis untuk menentukan kepuasan sampai sejauh mana tujuan yang dicapai oleh siswa (Ngalim Purwanto, 2004:3 )
Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai yang telah diterapkan didalam kurikulum. (Ngalim Purwanto, 2004:3)
G. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sempel
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1987:115). Sedangkan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau universe. Berdasarkan kedua pendapat di atas populasi adalah seluruh individu atau penduduk dalam wilayah penelitian yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Populasi penelitian ini mencakup semua guru kelas yang mengajar di SD Islam Ngadirejo kecuali guru kelas lima karena disini sebagai peneliti, sehingga jumlah keseluruhan ada lima orang guru yaitu guru kelas 1, guru kelas 2, guru kelas 3, guru kelas 4, dan guru kelas 6.
b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki (Suharsimi Arikunto, 1987:117). Sutrisno
(24)
Hadi berpendapat sebagian dari populasi disebut sampel (Sutrisno Hadi, 1978:221).
Sedangkan menurut Nana Sudjana sempel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi (Nana Sudjana, 1989:84).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari keseluruhan subjek peneliti. Mengenai besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan tetapi perlu diingat bahwa semakin besar sampel yang diambil, maka kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yaitu, jika subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, sesuai kemampuan. Mengingat bahwa di SD Islam Ngadirejo guru agama dipegang oleh guru kelas maka penelitian akan dilakukan pada seluruh guru kelas kecuali guru kelas lima, sehingga penelitian ini disebut sebagai penelitian populasi.
2. Variabel Penelitian
Yang dimaksud Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Suharismi Arikunto, 1998:87).
(25)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah kompetensi guru dalam evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam peneitian skripsi ini adalah metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research), dan penelitian lapangan (Field Research). Adapun penelitian kepustakaan (Library Research) adalah menelaah, mengkaji dan mempelajari berbagai literature (referensi) yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. Penelitian lapangan (Field Research), penulis terjun langsung ke lapangan atau dilakukan di sekolah dengan melalui observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi, guna memperoleh data yang jelas dan representatif
4. Definisi Operasional
a. Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseoarang baik. (Kunandar, 2007:51)
b. Evaluasi pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. (Abdul Rahman, 2000:71)
c. Pendidikan Agama Islam adalah proses penyampaian
materi/pengalaman belajar atau penanaman nilai ajaran Islam sebagaimana kepada peserta didik yang beragama Islam. (Chabib Thoha, 1999:4-5)
(26)
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati data dan mencatat terhadap gejala-gejala yang ada (Suharismi Arikunto, 1997:204). Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati instrumen-instrumen dalam proses evaluasi serta data yang dapat menunjang kelengkapan penelitian ini.
b. Wawancara yaitu mengajukan sejumlah pertanyaan lisan yang
langsung ditujukan kepada orang yang banyak mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu Kepala SD Islam Ngadirejo, serta segenap dewan guru, sehingga didapat informasi tentang Kompetensi Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
c. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1987:140). Sesuai dengan variabel penulis menggunakan metode angket sebagai metode pokok dalam penggalian data. Metode angket ini berguna untuk memperoleh informasi tentang hubungan kompetensi guru dalam evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bentuk angket dibuat tertutup sehingga tidak memberi peluang kepada guru mengisi secara bebas. Pertanyaan sudah tersedia jawabannya dan guru memilih sesuai dengan keadaan yang dialami. Angket tertutup
(27)
memudahkan dalam menganalisis data yang dihimpun. Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai kompetensi guru dalam evaluasi pembelajaran dengan responden guru SD Islam Ngadirejo. Angket bersifat tertutup maksudnya setiap guru memilih jawaban yang sudah ada dalam angket dan tidak diberi kesempatan untuk membuat jawaban sendiri. Angket ini diberikan kepada guru kelas 1, 2, 3, 4 dan 6 yang mengajar di SD Islam, guna memperoleh data tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
6. Teknik Analisis Data
Teknis pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami oleh penulis dan orang lain.
Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam mengolah data, pertama kali yang harus dilakukan adalah editing, yaitu melakukan edit, memilih atau meneliti angket satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
b. Scoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket.
(28)
Adapun pemberian skor untuk tiap jawaban adalah: Selalu (S) 4
Sering (SR) 3
Kadang-kadang (KK) 2 Tidak Pernah (TP) 1 c. Tabulasi dan analisis
Tabulasi adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistik, yaitu dengan menggunakan rumus statistik ( prosentase ) yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus sebagai berikut:
P = F X 100% N
P : Prosentase Jawaban F : Frekuensi
N : Banyaknya responden
Setelah penulis melakukan penghitungan, selanjutnya penulis mengkategorikan tentang kompetensi guru dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran berdasarkan skor yang diperoleh dari angket yang diberikan kepada semua guru kelas kecuali guru kelas lima di SD Islam Ngadirejo.
(29)
Skor 40-69 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam rendah
Skor 70-99 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajarn Pendidikan Agama Islam kurang tinggi
Skor 100-129 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam sedang
Skor 130-160 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidkan Agama Islam tinggi
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai apa yang terkandung dalam skripsi ini, disajikan garis besar sistematika skripsi sebagai berikut:
1. Bagian Awal Skripsi
Pada bagian ini terdapat sampul, lembar logo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstraks, daftar isi, dan daftar table. 2. Bagian Isi Skripsi
Bagian isi terdiri dari lima bab yang berisi :
(30)
Pada bab ini membahas tentang alasan pemilihan judul, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika skripsi.
b. Bab II Kajian Teori
Pada bab ini membahas tentang konsep-konsep teoritis yang mendasari penelitian ini, yaitu : pengertian kompetensi guru, teori kompetensi guru, urgensi kompetensi guru, macam-macam kompetensi guru, pengertian evaluasi, tujuan evaluasi, fungus evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, langkah-langkah evaluasi, evaluasi Pendidikan Agama Islam dan hubungan antara kompetensi guru dengan pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
c. Bab III Hasil Penelitian
Pada bab ini membahas tentang gambaran umum sekolah yang meliputi : sejarah singkat sekolah, visi misi sekolah, tujuan sekolah, profil sekolah, struktur organisasi, data guru dan karyawan, data siswa, sarana prasarana, kurikulum dan system belajar mengajar serta penyajian data tentang kompetensi guru dan hasil evaluasi Pendidikan Agama Islam.
d. Bab IV Analisis Data Tentang Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian serta temuan-temuan dalam penelitian.
(31)
Pada bab ini membahas tentang simpulan dan saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.
3. Bagian Akhir Skripsi
(32)
BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati posisi yang strategis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Dalam situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal (Moch. User Usman, 2005:14). Istilah
(33)
kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif (Kunandar, 2007:51).
Charles E. Johnson, mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Moch. User Usman, 2005:14).
Kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang (Rostiyah N.K, 1989:4). Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Kunandar, 2007:52).
Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak atau kemampuan dan kewenangnan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya (Moch. User Usman, 2005:14).
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif (Kunandar, 2007:55).
Namun, jika pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam yakni pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan
(34)
manusia, terutama dalam mencapai ketentraman batin dan kesehatan mental pada umumnya. Agama Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah perbuatan salah dan munkar yang paling ampuh, pengendali moral yang tiada taranya. Maka kompetensi guru agama Islam adalah kewenangan untuk menentukan Pendidikan Agama Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar (Zakiyah Darajat, 1995:95).
Kemampuan guru tidak hanya memiliki keunggulan pribadi yang dijiwai oleh keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur yang dihayati serta diamalkan. Namun seorang guru hendaknya memiliki kemampuan paedagogis atau hal-hal mengenai tugas-tugas kependidikan seorang guru.
2. Urgensi Kompetensi Guru
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional, baik secara akademis maupun non akademis
(35)
Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin. Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal (Oemar Hamaliki, 2006:36)
Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:
(36)
b. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan atau berperilaku (Nana Sudjana, 1989:18). 3. Macam-macam Kompetensi Guru
Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas (Dede Rosyada, 2004:112-113)
Kedua kategori, capability dan loyality tersebut, terkandung dalam macam-macam kompetensi guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi Personal
Dalam kompetensi personal ini telah mencakup kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas dan keguruannya secara profesional. Kompetensi personal guru menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Selain itu kompetensi personal ini juga mempunyai arti yang lebih
(37)
terperinci yaitu bahwa pendidik harus mempunyai kepribadian yang patut diteladani. Kompetensi ini juga sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guru menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya (Mulyasa, 2007:117).
Sedangkan kompetensi sosial dimaksudkan bahwa guru mampu memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial di masyarakat dan lingkungannya sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, serta masyarakat sekitar (Mulyasa, 173-174).
Menurut A.S Lardizabal, kompetensi personal-sosial adalah sebagai berikut (Samana, 1994:55-57) :
1) Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan)
2) Guru hendaknya mampu bertindak jujur dan bertanggungjawab
3) Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di lingkup sekolah maupun
luar sekolah
4) Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik.
5) Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya.
6) Dalam persahabatan dengan siapapun, guru hendaknya tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakininya.
(38)
7) Bersedia ikut berperan serta dalam bebagai kegiatan sosial. 8) Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil
9) Guru tampil secara pantas dan rapi.
10)Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan
11)Guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan
penyelesaian tugas-tugasnya.
12)Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan
Produktif.
b. Kompetensi Profesional
Dalam standar nasional pendidikan, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Terdapat sepuluh kemampuan dasar keguruan yang menjadi tolok ukur kinerjanya sebagai pendidik profesional, diantaranya adalah sebagai berikut (Samana, 1994:61-69):
1) Guru dituntut menguasai bahan ajar. Penguasaan bahan ajar dari para guru sangatlah menentukan keberhasilan pengajarannya. Guru hendaknya menguasai bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan dan bahan ajar penunjang dengan baik untuk keperluan pengajarannya, mampu menjabarkan serta mengorganisasikan bahan ajar secara sistematis, relevan dengan tujuan instruksional khusus (TIK), selaras dengan perkembangan mental siswa, selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu serta tekhnologi
(39)
(mutakhir) dan dengan memperhatikan kondisi serta fasilitas yang ada di sekolah dan atau yang ada di lingkungan sekolah.
2) Guru mampu mengolah program belajar mengajar. Guru diharapkan
menguasai secara fungsional tentang pendekatan sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur-metode, strategi-teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar, dan mampu merancang penggunaan fasilitas pengajaran.
3) Guru mampu mengelola kelas, usaha guru menciptakan situasi sosial kelasnya yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin.
4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. Kemampuan
guru
dalam membuat, mengorganisasi, dan merawat serta menyimpan alat pengajaran dan atau media pengajaran adalah penting dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran.
5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan. Guru yang menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat memberi jaminan bahwa siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang bersangkutan.
6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru mampu berperan
sebagai motivator, inspirator, organisator, fasilitator, evaluator, membantu penyelenggaraan administrasi kelas serta sekolah, ikut serta dalam layanan B.K di sekolah. Dalam pengajaran guru dituntut cakap dalam aspek didaktismetodis agar siswa dapat belajar giat.
(40)
7) Guru mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Keahlian guru dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa mempunyai dampak yang luas, data penilaian yang akurat sangat membantu untuk menentukan arah perkembangan diri siswa, memandu usaha, optimalisasi dan integrasi perkembangan diri siswa. Yang pertama-tama perlu dipahami oleh guru secara fungsional adalah bahwa penilaian pengajaran merupakan bagian integral dari sistem pengajaran. Jadi kegiatan penilaian yang meliputi penyusunan alat ukur (tes), penyelenggaraan tes, koreksi jawaban siswa serta pemberian skor, pengelolaan skor, dan menggunakan norma tertentu, pengadministrasian proses serta hasil penilaian dan tindak lanjut penilaian hasil belajar berupa pengajaran remedial serta layanan bimbingan belajar dan seluruh tahapan penilaian tersebut perlu diselaraskan dengan kemampuan sistem pengajaran.
8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan BK. Mampu menjadi partisipan yang baik dalam pelayanan B.K di sekolah, membantu siswa untuk mengenali serta menerima diri serta potensinya membantu menentukan pilihan-pilihan yang tepat dalam hidup, membantu siswa berani menghadapi masalah hidup, dan lain-lain.
9) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah, guru dituntut cakap atau mampu bekerjasama secara terorganisasi dalam pengelolaan kelas.
(41)
10)Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran. Tuntutan kompetensi dibidang penelitian kependidikan ini merupakan tantangan kualitatif bagi guru masa kini dan yang akan datang. Untuk keberhasilan dalam mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya standar kompetensi, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan UU sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10, menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kmpetensi padagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU Sisdiknas, 2006:9).
a. Kompetensi Padagogik
Kompetensi padagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik (Mulyasa, 2007:75). Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut (Mulyasa, 2007:75) ;
1) Pemahaman wawasan / landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) pengembangan kurikulum / silabus
4) Perancangan pembelajaran
(42)
6) Pemanfaatan tekhnologi pembelajaran 7) Evaliasi Hasil Belajar (EHB)
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam standar nasional pendidikan, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya (Mulyasa, 2007:117).
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk (Mulyasa, 2007:173) :
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
(43)
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik; dan
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi, pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional sebagai berikut (Mulyasa, 2007:135-136)
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembanga peserta didik
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) saat ini, dalam hal penilaian atau evaluasi, ditinjau dari sudut profesionalisme
(44)
tugas kependidikan maka dalam melaksanakan kegiatan penilaian yang merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan. Adanya komponen-komponen yang menunjukkan kualitas mengevaluasi akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas menilainya. Dengan demikian, berarti bahwa setiap guru memungkinkan untuk dapat memiliki kompetensi menilai secara baik dan menjadi guru yang bermutu (Kunandar, 2005:66)
1. Mempelajari fungsi penilaian
2. Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian 3. Menyusun teknik dan prosedur penilaian
4. Mempelajari kriteria penilaian teknik dan proseur penialaian 5. Menggunakan teknik dan dan prosedur penilaian
6. Mengolah dan menginterpretasikan hasil penilaian
7. Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar 8. Menilai teknik dan prosedur penilaian
(45)
Dalam standar kompetensi guru Temanggung, hal penguasaan teknik evaluasi, guru yang berkompeten mampu melaksanakan evaluasi proses dan hasil serta manfaat pembelajaran yaitu dengan:
1. Mengidentifikasi berbagai jenis alat atau cara penilaian 2. Menentukan metode yang tepat dalam menilai hasil belajar 3. Membuat dan mengembangkan alat evaluasi sesuai kebutuhan 4. Menentukan kriteria keberhasilan dalam melakukan evaluasi 5. Menganalisis hasil evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut B. Evaluasi Pembelajaran
1. Pengertian, Tujuan, Fungsi Evaluasi
Dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar yang sistematis, yang terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung dan berkesinambungan. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pengarah dan pembimbing, sedang siswa sebagai orang yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, maka guru bertugas melakukan suatu kegiatan yaitu penilaian atau evaluasi atas ketercapaian siswa dalam belajar. Selain memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan keterampilan menyajikan bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar siswa, guru diharuskan memiliki kemampuan mengevaluasi ketercapaian belajar siswa,
(46)
karena evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Mehrens dan Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Ngalim Purwanto, 2004:3). Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi mengandung beberapa pengertian, diantaranya adalah:
a. Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan keputusan sampai sejauh mana tujuan dicapai oleh siswa.
b. Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum (Ngalim Purwanto, 2004:3) Selanjutnya, Roestiyah dalam bukunya Masalah-masalah ilmu keguruan yang kemudian dikutip oleh Slameto, mendeskripsikan pengertian evaluasi sebagai berikut (Slameto, 2001:6):
a. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan.
b. Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
(47)
mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
c. Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan.
d. Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan.
Seorang pendidik harus mengetahui sejauh mana keberhasilan pengajarannya tercapai dengan baik dan untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar, dan untuk memperoleh keputusan tersebut maka diperlukanlah sebuah proses evaluasi dalam pembelajaran atau yang disebut juga dengan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sistemik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran yang mencakup komponen raw input, yakni perilaku awal (entry behavior) siswa, komponen input instrumental yakni kemampuan profesional guru atau tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administrative (alat, waktu, dana), komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran, komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran (Oemar Hamaliki, 1995-171)
Dilihat dari fungsinya yaitu dapat memperbaiki program pengajaran, maka evaluasi pembelajaran dikategorikan ke dalam penilaian formatif atau evaluasi
(48)
formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri (Nana Sudjana, 1991:5). Menurut Anas Sudijono, evaluasi formatif ialah evaluasi yang dilaksankan ditengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan program pelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik .telah terbentuk. sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan (Anas Sudijono, 2006:23). Secara umum, dalam bidang penidikan, evaluasi bertujuan untuk :
a. Memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana
tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam
pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Mengukur dan menilai sampai di manakah efektifitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta.
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evluasi dalam bidang pendidikan adalah:
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
Pendidikan.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
(49)
dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya (Anas Sudijono, 2006:17)
Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya suatu pendekatan, metode, atau teknik. Dalam keadaan pengambilan keputusan proses pembelajaran, evaluasi sangat penting karena telah memberikan informasi mengenai keterlaksanaan proses belajar mengajar, sehingga dapat berfungsi sebagai pembantu dan pengontrol pelaksanaan proses belajar mengajar. Dengan demikian, betapa penting fungsi evaluasi itu dalam proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan, secara garis besar evaluasi berfungsi untuk (Slameto, 2001:15-16) :
a. Mengetahui kemajuan kemampuan belajar murid. Dalam evaluasi
formatif, hasil dari evaluasi selanjutnya digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa.
b. Mengetahui status akademis seseorang siswa dalam kelasnya.
c. Mengetahui penguasaan, kekuatan dalam kelemahan seseorang siswa atas
suatu unit pelajaran.
d. Menegtahui efisiensi metode mengajar yang digunakan guru.
e. Menunjang pelaksanaan B.K di sekolah.
f. Memberi laporan kepada siswa dan orang tua
g. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa.
h. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan pengurusan (streaming) i. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan perencanaan pendidikan,
(50)
serta
j. Memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan, dan
k. Merupakan feedback bagi siswa, guru dan program pengajaran.
l. Sebagai alat motivasi belajar mengajar
m. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan (Ngalim Purwanto, 1984:7)
Bagi guru fungsi evaluasi perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar evaluasi yang diberikan benar-benar mengenai sasaran. Hal ini didasarkan karena hampir setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi untuk menilai keberhasilan belajar siswa serta program pengajaran.
2. Prinsip Evaluasi
Prinsip diperlukan sebagai pemandu dalam kegiatan evaluasi. Diantar prinsip-prinsip evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Objektif
Evaluasi harus dilaksanakan secara objektif. Objektif artinya tanpa pengaruh, karena evaluasi harus berdasarkan data-data yang nyata dan harus berdasarkan testing yang telah dilaksanakan.
b. Prinsip Kontinu
Evaluasi harus dilaksanakan secara kontinu. Maksudnya evaluasi itu harus dilaksanakan terus menerus.
(51)
Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara komprehensif. Artinya evaluasi itu hendaknya sejauh mungkin harus mengena pada semua aspek kepribadian murid (Subari, 1994:172)
Sedangkan prinsip evaluasi menurut standar penilaian pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah, prinsip tersebut mencakup (BSNP, 2007:4-6):
a. Sahih
Berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
b. Objektif
Berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu, pendidik perlu menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja sehingga dapat meminimalkan subjektivitas pendidik.
c. Adil
Berarti penilaian tidak menguntungkan dan tidak merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus, perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, atau gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian.
(52)
d. Terpadu
Berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau pelaksanaan pembelajarannya.
e. Terbuka
Berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik, dan pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.
(53)
Berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran agama menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
h. Beracuan kriteria
Berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.
i. Akuntabel
Berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.
3. Teknik-Teknik Evaluasi
Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat. Jadi teknik evaluasi berarti alat yang digunakan dalam rangka melakukan kegiatan evaluasi. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah dikenal adanya 2 macam teknik, yaitu teknik tes, maka evaluasi dilakukan dengan jalan menguji peserta didik, sedangkan teknik non test, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik.
(54)
a. Teknik tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah oleh testee sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu (Anas Sudijono, 2006:67)
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dibedakan menjadi tiga golongan:
1) Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan siswa tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat (Suharsimi Arikunto, 2002:63)
2) Tes formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sudah
sejauhmanakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Di sekolah.sekolah tes formatif ini dikenal dengan istilah ulangan harian.
3) Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan, di sekolah tes ini dikenal dengan .ulangan umum, dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai raport atau mengisi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau Ijazah (Anas Sudijono, 2006:71-73)
(55)
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu, tes tertulis dan tes lisan (Anas Sudijono, 2006:75)
b. Teknik non tes
Dengan teknik non tes (Suharsimi Arikunto, 2002:27-31), maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan cara :
1) Skala bertingkat (Rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
2) Quesioner (Angket)
Yaitu sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
3) Daftar cocok (Check list)
Yaitu deretan pernyataan dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) ditempat yang sudah disediakan.
4) Wawancara (Interview)
Suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
5) Pengamatan (observation)
Suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
(56)
Gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Adapun langkah-langkah evaluasi (penilaian) berdasarkan standar penilaian KTSP pada mata pelajaran PAI adalah sebagai berikut (BSNP, 2007:6-8) :
1) Tes tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi antara lain pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian.
2) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
3) Tes praktik
Tes praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes praktik dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes kinerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat indera, misalnya mengindentifikasi adanya kesalahan bacaan Al-Quran (dalam Pendidikan Agama Islam) yang diperdengarkan kepadanya. Tes simulasi digunakan untuk mengukur kemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan, misalnya praktik
(57)
simulasi memandikan mayat. Tes kinerja dipakai untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaanyang sesungguhnya, misalnya berupa kegiatan
tes untuk mengukur kemahiran membaca al-Qur’an.
4) Penugasan
Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.
5) Tes lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta didik dengan penguji dan jawaban diberikan secara lisan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.
6) Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
(58)
7) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
8) Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya, penguasaan kompetensi yang ditargetkan, dan pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 9) Penilaian antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan, penguasaan kompetensi, dan pengamalan ajaran agama yang dianut temannya
4. Langkah-langkah Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian integral dari pendidikan atau pengajaran sehingga perencanaan atau penyusunan, pelaksanaan dan pendayagunaannyapun tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan program pendidikan atau pengajaran (Slameto, 2001:45)
Hasil dari evaluasi yang diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif). Agar evaluasi dapat dilaksanakan tepat pada waktu yang diharapkan dan hasilnya tepat guna dan tepat arah, perlu mengikuti langkah-langkah berikut ini (Anas Sudijono, 2006:93-97)
(59)
a. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup:
1) Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Hal ini disebabkan evaluasi tanpa tujuan maka akan berjalan tanpa arah dan mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, misalnya aspek
kognitif, afektif atau psikomotorik
3) Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan didalam pelaksanaan evaluasi misalnya apakah menggunakan teknik tes atau non tes
4) Menyusun alat-alat pengukur yang dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, seperti butirbutir soal tes 5) Menentukan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
6) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri.
b. Menghimpun data
Dalam evaluasi pembelajaran, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes pembelajaran
c. Melakukan verifikasi data
Verifikasi data dimaksudkan untuk memisahkan data yang baik (yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau
(60)
sekelompok individu yang sedang dievaluasi dari data yang kurang baik (yang akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah)
d. Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi.
e. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisaan.
f. Tindak lanjut hasil evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung didalamya, maka pada akhirnya evaluasi akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
Sedangkan prosedur penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia oleh pendidik menggunakan langkah-langkah sebagai berikut (BSNP, 2007:12-19):
a. Penentuan Tujuan Penilaian
Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian,
(61)
tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, atau penilain akhir dari satuan pendidikan.
b. Penyusunan Kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Perumusan Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional.
2) Tiap KD dikembangkan dua atau lebih indikator
3) Tiap indikator dapat dibuat lebih dari satu butir instrumen.
4) Indikator memiliki aspek manfaat atau terkait dengan kehidupan sehari-hari.
d. Penyusunan Instrumen Tes
Penyusunan tes disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir instrumennya.
e. Telaah Instrumen
Instrumen penilaian dalam bentuk tertulis, lisan maupun kinerja harus melalui analisis secara kualitatif yang dilakukan bersama dengan teman sejawat. Selain itu, pendidik dapat juga melakukan analisis secara kuantitatif.
(62)
Pelaksanaan penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuan optimalnya yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian.
C. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abdul Madjid, 2004:130-132)
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha yang sistematis dalam mengembangkan fitrah beragama peserta didik, sehingga mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat, baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
(63)
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, aspek yang dinilai pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia adalah aspek afektif dan kognitif. Penilaian aspek kognitif dilakukan oleh guru agama melalui ujian, ulangan, atau perilaku dilakukan melalui pengamatan. Untuk aspek afektif atau perilaku, guru agama memperoleh informasi ataupun nilai dari pendidik dan guru mata pelajaran lain.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk dan meningkatkan kemampuan spiritual peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika (baik-buruk, hak-kewajiban), budi pekerti (tingkah laku), dan moral (baik-buruk menurut umum) sebagai perwujudan dari keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembentukan dan peningkatan kemampuan spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Pembentukan dan peningkatan kemampuan spiritual tersebut bertujuan untuk optimalisasi berbagai kemampuan yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Melakukan evaluasi tentang hasil Pendidikan Agama Islam kepada murid-murid dapat berlangsung secara terulis atau lisan, pada periode waktu-waktu tertentu dan yang bersifat rutin sehari-hari pula. Mengenai pelajaran Pendidikan Agama Islam ini adalah lebih baik para guru mengevaluasinya secara harian karena hal demikian lebih obyektif, efektif dan membawa kepada naturalistik
(64)
pengalaman dan penghayatannya kepada kepribadian anak, disamping evaluasi secara periodik yang memang wajar dilakukan pada waktu-waktu yang tepat.
D. Hubungan Antara Kompetensi Guru Dengan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kompetensi ( kemampuan ) guru merupakan salah satu alat untuk mendorong meningkatnya prestasi belajar siswa selain itu juga berfungsi memotivasi secara ekstrensik. Seseorang yang mengajar diperlukan adanya kompetensi. Kompetensi guru sebagai tenaga pengajar erat hubungannya dengan evaluasi belajar yang dicapai siswa. James. E Weigand dalam Nana Sudjana mengemukakan ada tiga faktor di luar kemampuan siswa yang dipengaruhi evaluasi belajar yakni :
1. Kondisi yang diperlukan untuk belajar
2. Kompetensi tenaga pengajar
3. Interaksi personal antara tenaga pengajar guru dalam proses belajar mengajar
Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi guru diperlukan dalam proses belajar karena inti dari pendidikan terletak pada kegiatan ini. Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan keberhasilan siswa dalam belajar ditunjukkan oleh hasil evaluasi belajar. Untuk keberhasilan dalam mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya standar kompetensi, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Diantara kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
(1)
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id : [email protected]
Nomor : Sti.24/K-1/PP.00.9/I-1.1.052/2010
Lamp : Proposal Skripsi 3 Mei 2010
Hal : Nota Pembimbing
Yth. Drs. H. Imam Baihaqi, M.Ag. Di – Tempat
Assalamualaikum wr.wb.
Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana ( S.I ). Saudara ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa :
Nama : Laily Yuniarti Nim : 11408067 Jurusan : Tarbiyah Judul Skripsi :
Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo Temanggung Tahun Pelajaran 2009-2010
Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi tema Skripsi di atas. Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.
Wassalamualaikum wr.wb.
a.n.Ketua,
Pembantu Ketua Bidang Akademik
Drs. H. Muh. Saerozi, M.Ag. NIP. 19660215 1 99103 1 001
(2)
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id : [email protected]
Nomor : Sti.24/K-1/PP.00.9/I-1.1.052/2010
Lamp : Proposal Penelitian 3 Mei 2010
Hal : Permohonan Izin Penelitian Yth. Kepala SD Islam Ngadirejo Di – Temanngung
Assalamualaikum wr.wb.
Yang bertanda tangan di bawah tangan di bawah ini,kami menerangkan bahwa : Nama : Laily Yuniarti
Nim : 11408067 Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Dalam rangka penyelesaian studi Program S. 1 di STAIN Salatiga, diwajibkan memenuhi salah satu persyaratan yang berupa SKRIPSI.
Adapun judul yang diambil adalah:
Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo Temanggung Tahun Pelajaran 2009-2010
Dosen Pembimbing : Drs.H.Imam Baihaqi, M.Ag.
Untuk Penyelesaian Skripsi tersebut kami mohon bapak/ibu memberi izin kepada mahasiswa tersebut untuk mengadakan penelitaian guna memperoleh data atau keterangan dan bahan yang di perlukan di instansi saudara.
Kemudian atas pemberian izin bapak/ibu kami sampaikan terima kasih. Wassalamualaikum wr.wb.
a.n.Ketua,
Pembantu Ketua Bidang Akademik
Drs. H. Muh. Saerozi, M.Ag. NIP. 19660215 1 99103 1 001
(3)
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU
SD ISLAM NGADIREJO
Terakreditasi B
Alamat : Kauman Ngadirejo Temanggung 56255
SURAT KETERANGAN
Nomor : 421.2/05/VIII/2010
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Islam Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanngung Menerangkan Dengan Sesungguhnya Bahwa Saudara Yang Namanya tersebut dibawah ini :
Nama : Laily Yuniarti
Tempat tanggal lahir : Temanggung 6 Juni 1985
NIM : 11408067
Fakultas : Tarbiyah
Telah mengadakan penelitian dengan baik di SD Islam Ngadirejo kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung guna penyelsaiaan skripsi sejak tanggal 10 Mei sampai dengan 5 juni 2010.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai mana mestinya.
Ngadirejo, 12 Juni 2010
Kepala Sekolah
SD Islam Ngadirejo
(4)
Lembar Konsultasi Skripsi
Nama Mahasiswa : Laily Yuniarti
Nim : 110408067
Jurusan : Pendidikan Agama Islam Pembimbing : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag.
Judul : “Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo
Temanggung Tahun 2009-2010”
No Tanggal Isi Konsultasi Catatan
Pembimbing Paraf
Catatan : Setiap konsultasi lembar ini harus dibawa
Pembimbing
(5)
ABSTRAK
Yuniarti, Laily. 2010. Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Ngadirejo Temanggung 2009-2010. Skripsi. Juruasan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag.
Kata Kunci : Kompetensi guru, evaluasi pendidikan
Skripsi ini mengkaji tentang kompetensi guru dalam hal pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi guru yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Kompetensi guru merupakan kemampuan, keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai kepada pengevaluasian. Dalam hal pengevaluasian, seorang guru dikatakan berkompeten apabila memahami teknik dan prosedur evaluasi, serta mampu melaksanakan evaluasi sehingga didapat hasil evaluasi yang digunakan untuk memperbaiki proses belajar menagajar. Pelaksanaan evaluasi tersebut dimulai dari perencanaan
(6)
evaluasi, pembuatan soal tes, mengolah dan menganalisis hasil tes hingga menginterpretasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi. Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskripsi analisis dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di skripsi ini (library research). Adapun yang menjadi tolok ukur kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran adalah skor acuan yang dapat mengkategorikan guru Pendidikan Agama Islam berkompetensi tinggi, sedang atau rendah. Dan setelah dilakukan penelitian di SD Islam, maka dapat disimpulkan bahwa guru di SD Islam memiliki kompetensi yang tinggi dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran.