Foto mikroskop optik dari beton tanpa penambahan serat

yang menghasilkan nilai MOE sebesar 5,31 GPa, artinya cangkang kelapa sawit juga dapat meningkatkan elastisitasnya. Dari hasil ini bila dibandingkan dengan beton serat carbon stell Wafa, 1999 diperoleh MOE dapat mencapai 31 Gpa. Berdasarkan perhitungan teoritis menggunakan persamaan modulus elastisitas, � = ����√���� ����� didapatkan nilai MOE adalah 10 Gpa. Nilai tersebut dapat dikategorikan sebagai beton normal. Oleh karena itu apabila nilai MOE yang dihasilkan relatif besar maka beton tersebut akan semakin mampu menahan beban yang dipikulnya.

4.6 Foto mikroskop optik dari beton tanpa penambahan serat

Mengacu pada sifat fisis maupun mekanik yang diperoleh maka ditetapkan untuk pembahasan selanjutnya adalah pada komposisi 6 volum serat tandan kosong kelapa sawit. Untuk itu foto mikroskop optik dari beton tanpa dan dengan serat sebanyak 6 volum diperlihatkan pada Gambar 12 dan 13. Dari gambar mikroskop optik terlihat adanya perbedaan antara material beton yang berwarna putih dan abu-abu. Sedangkan rongga pori yang bewarna gelap atau hitam, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12 dan 13. Apabila dilihat dari morfologi Gambar4. 12. Foto mikroskop optik dari beton serat dengan penambahan 0 serat tandan kelapa sawit. Universitas Sumatera Utara beton serat yang terbentuk terdapat rongga-rongga yang berukuran lebih kecil dari 30 µm dan ukuran partikel pembentuk beton berkisar antara 5 – 30 µm. Dari Gambar 13, dapat dibedakan antara serat tandan kosong kelapa sawit, rongga dan beton itu sendiri. Bentuk serat tandan kosong kelapa sawit diperlihatkan dengan warna coklat pada pembuatan beton serat yang ditambahkan sebanyak 6 volum. Sedangkan tumpukan serat yang terlihat pada foto tersebut cukup terdistribusi merata dan masing-masing tumpukan relatif lebih kecil dari 75 µm. Dari hasil tersebut morfologinya dapat dinyatakan bahwa proses pengadukan dan pencetakan beton serat sudah cukup baik. Rongga atau pori-pori yang terbentuk disebabkan adanya pelepasan air pada beton serat selama proses penuaan aging. Dalam hal ini rongga atau pori dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu mikro dan makro pori. Pori makro ini terbentuk kerena terjadinya perubahan massa atau adanya peristiwa ekspansi atau penyusutan, sedangkan pori-pori mikro akan muncul didinding diantara pori-pori makro. Pori-pori makro dapat dikarakterisasi melalui pengukuran diameter atau dimensi rongga yang ada dengan menggunakan mikroskop optik atau foto Scanning Elektron Microscope SEM. Pada pembuatan beton ringan yang sengaja dibuat berpori dan diameternya bisa lebih dari 60 µm Yothin,dkk.2007 . Hasil penelitian Yothin, Gambar4. 13. Foto mikroskop optik dari beton serat dengan penambahan 6 serat tandan kelapa sawit. Universitas Sumatera Utara dkk., 2007 yang membuat beton berpori dan dikeringkan secara alami memperlihatkan permukaan lebih kasar, pori lebih besar, jumlahnya relatif sedikit dan distribusinya tidak merata.

4.7 Pengujian peredaman suara